Djakarta Lloyd: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Update data perusahaan
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
Penambahan referensi dan menghapus kalimat yang berlebihan
 
(5 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{kembangkan}}
{{Infobox company
| name = PT Pelayaran Samudera Djakarta Lloyd (Persero)
| trading_name =
| logo = [[Berkas:Logo_DL_baru_akhir_2017_landscapeLogo DL baru akhir 2017 landscape.png|300px]]
| logo_size =
| image =
| image_size =
| former_name = PT Djakarta Lloyd <small>(1951 - 1961)</small><br/>PN Djakarta Lloyd <small>(1961 - 1974)</small>
| type = [[Badan usaha milik negara]]
| traded_as =
Baris 26 ⟶ 27:
| equity = [[Rupiah Indonesia|Rp]] 521,131 milyar <small>(2019)</small><ref name=annual/>
| num_employees = 153 <small>(2019)</small><ref name="annual"/>
| subsid = PT [[Dharma Lautan Nusantara]]
| slogan =
| homepage = {{URL|https://www.djakartalloyd.co.id}}
}}
 
'''PT Pelayaran Samudera Djakarta Lloyd (Persero)''' adalah sebuah [[badan usaha milik negara]] [[Indonesia]] yang bergerak di bidang [[pelayaran]] dan [[logistik]]. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga tahun 2020, perusahaan ini memiliki kantor cabang di [[Tanjung Priok (disambiguasi)|Tanjung Priok]], [[Surabaya]], [[Sibolga]], [[Bitung]], [[Semarang]], [[Banyuwangi]], [[Benoa]], [[Berau]], [[Panjang, Bandar Lampung|Panjang]], dan [[Pangkalan Susu, Langkat|Pangkalan Susu]].<ref name="annual"/>
[[Surabaya]], [[Sibolga]], [[Bitung]], [[Semarang]], [[Banyuwangi]], [[Benoa]], [[Berau]], [[Panjang, Bandar Lampung|Panjang]], dan [[Pangkalan Susu, Langkat|Pangkalan Susu]].<ref name="annual"/> Perusahaan yang ditetapkan menjadi sebuah BUMN pada tahun 1961 ini pernah menjadi BUMN pengakutan kargo peti kemas dan curah yang terbaik pada tahun 1970-1980an. Namun itu semua berubah ketika kebijakan laut terbuka diterapkan, yang membuat Djakarta Lloyd kalah bersaing dalam kemampuan usaha dan kapasitas SDM, sehingga membuat perusahaan ini hampir bangkrut, setelah berbagai rangkaian aksi penahanan aset oleh debitur dan pengajuan gugatan pailit. Namun, keadaan berubah sejak perusahaan ini mendapat Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 350 miliar dan direksi perusahaan ini dirombak oleh Menteri BUMN yang baru, sehingga program transformasi yang telah dirancang bersama direksi dan BUMN untuk menstabilkan kondisi keuangan dan kegiatan usaha dapat terlaksana. Pada tahun 2015, perusahaan ini akhirnya kembali berhasil mencetak laba, yakni sebesar Rp 18 miliar.
 
== Sejarah ==
Perusahaan ini didirikan di [[Tegal]] pada tahun 1950 oleh veteran [[TNI AL]] dengan nama '''PT Djakarta Lloyd'''. Perusahaan ini awalnya hanya mengoperasikan dua unit [[kapal uap]] untuk mengangkut muatan curah, yakni ''SS Jakarta Raya'' dan ''SS Djatinegara''. Pada tahun 1951, [[Bank Negara Indonesia]] resmi memegang seluruh saham perusahaan ini. Pada tahun 1961, pemerintah resmi mengambil alih perusahaan ini dan menetapkan perusahaan ini menjadi sebuah [[perusahaan negara]] (PN) dengan kantor pusat di Jakarta.<ref name="pn">{{Cite web|title=Peraturan Pemerintah nomor 108 tahun 1961|url=https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/2079/pp1081961.pdf|publisher=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|language=id|access-date=25 Oktober 2023}}</ref>
=== Tahun 1950-1980: Awal Mula, Perkembangan & Masa Emas ===
Didirikan di [[Tegal]] oleh veteran [[TNI AL]] pada setengah dekade setelah Indonesia merdeka, perusahaan ini awalnya diperkuat oleh 2 kapal uap, yaitu ''SS Jakarta Raya'' dan ''SS Djatinegara''. Perusahaan ini diangkat menjadi PN pada tahun 1961 berdasarkan PP No. 108 tahun 1961 yang membahas tentang perubahan status usaha dari NV menjadi PN. Pada awal operasinya, Djakarta Lloyd menggunakan charteran kapal angkut kargo curah, yaitu SS Djakarta Raya dan SS Djatinegara dan kedua kapal tersebut akhirnya dibeli untuk mendukung kegiatan operasional Djakarta Lloyd. Seiring dengan perluasan jaringan sandar-labuh kapal, armada Djakarta Lloyd berkembang pesat hingga mencapai 22 kapal pada tahun 1970-an dan jangkauan sandar-labuh Djakarta Lloyd berkembang hingga menuju Eropa, Asia dan Australia.
 
Pada dekade 1970-an, perusahaan ini telah mengoperasikan 22 unit kapal dan melayani pelayaran hingga ke sejumlah negara di [[Eropa]], [[Asia]], dan [[Australia]]. Pada tahun 1974, pemerintah mengubah status perusahaan ini menjadi [[persero]].<ref name="persero">{{Cite web|title=Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1974|url=https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/2938/pp0201974.pdf|publisher=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|language=id|access-date=25 Oktober 2023}}</ref> Pemerintah kemudian memperketat aturan mengenai usia maksimum kapal, sehingga pada awal dekade 1980-an, perusahaan ini memesan 5 unit kapal semi peti kemas dan 3 unit kapal peti kemas penuh dari [[Jepang]] dan [[Jerman]] untuk menggantikan kapal-kapalnya yang mulai menua.
Namun, keluarnya peraturan untuk memensiunkan kapal yang melebihi standar layak membuat DL harus melakukan ''scrapping'' (pembesituaan) untuk kapal-kapal yang tidak sesuai dengan standar yang diatur peraturan tersebut. Banyak pengamat kebijakan publik dan transportasi saat itu menilai bahwa ini akan menjadi titik kejatuhan bagi industri transportasi laut dan usaha logistik Indonesia, karena pada saat itu industri dibidang ini belum tertata dengan baik dan dengan alasan itu, pemerintah seharusnya memberikan insentif bagi kalangan usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut, karena dirinci secara bisnis dampak ke pengumpulan laba bisa berkurang drastis apabila kebijakan ini diteruskan dan hal itu terjadi. Berkurangnya armada Djakarta Lloyd diawal tahun 1980-an membuat Djakarta Lloyd harus memesan kapal-kapal baru, yaitu dengan memesan 5 kapal semi container dan 3 kapal full container yang dibuat di galangan di [[Jepang]] dan di [[Jerman]]. Meski pemesanan memberikan efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi, bagaimanapun juga jatuhlah Djakarta Lloyd.
 
Pada dekade 1990-an, seiring dengan diterapkannya kebijakan laut terbuka'','' perusahaan ini mulai mengalami kesulitan karena tidak dapat bersaing secara kompetitif. Pada tahun 2015, perusahaan ini pun mengalihkan fokus bisnisnya dari pengangkutan [[peti kemas]] menjadi pengangkutan barang curah. Untuk mengatasi masalah keuangan, perusahaan ini melakukan pengurangan bunga dan penukaran utang menjadi saham.<ref name="swap">{{Cite web|title=Peraturan Pemerintah nomor 126 tahun 2015|url=https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/174800/PP_Nomor_126_Tahun_2015.pdf|publisher=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|language=id|access-date=25 Oktober 2023}}</ref> Perusahaan ini kemudian juga menjalin kerja sama pengangkutan dengan [[PLN]], [[Pertamina]], [[Antam]], [[Bukit Asam]], dan [[Semen Indonesia]], sehingga perusahaan ini dapat kembali mencetak laba.<ref>http://economy.okezone.com/read/2016/01/27/320/1298124/cerita-bos-djakarta-lloyd-setengah-mati-berusaha-cetak-laba</ref><ref>http://economy.okezone.com/read/2016/01/27/278/1298180/djakarta-lloyd-targetkan-ipo-di-2020?utm_source=br&utm_medium=referral&utm_campaign=news</ref><ref>http://economy.okezone.com/read/2015/08/18/320/1198128/djakarta-lloyd-dapat-suntikan-dana-rp350-miliar?utm_source=br&utm_medium=referral&utm_campaign=news</ref><ref>http://www.arthanugraha.com/pt-dl-ingin-jadi-perusahaan-pelayaran-dan-jasa-logistik-global/</ref>
=== Tahun 1990-saat ini: Stagnansi, Kemunduran & Mengejar Ketertinggalan ===
Memasuki tahun 1990an, ketidakmampuan persero untuk mengejar pertumbuhan arus lalu lintas kargo kontainer dan curah yang masuk Indonesia, serta dibukanya ''open sea policy'' membuat Djakarta Lloyd kehilangan pangsa pasarnya hingga lebih dari 50% akibat kewalahan untuk bersaing secara kompetitif. Tidak hanya itu saja, gagalnya program perusahaan untuk bertransformasi menghadapi persaingan yang ketat mengakibatkan perusahaan kehabisan tenaga untuk terus bersaing, karena minimnya kepercayaan yang ada diperusahaan yang akhirnya lambat laun membuat perusahaan tidak bisa bergerak untuk menghasilkan keuntungan akibat banyaknya kegiatan-kegiatan yang mubazir. Hal ini berlanjut hingga, Djakarta Lloyd hampir bangkrut akibat aset-asetnya ditahan oeh kreditur perusahaan diluar negeri dan tak sedikit dari mereka yang mengajukan gugatan ke pengadilan untuk dipailitkan.
 
Kini, masuknya Arham S Torik menjadi awal dari perubahan Djakarta Lloyd. Dirut yang dulu menjabat di Aetra ini langsung menggelar marathon antar BUMN untuk menggali kesempatan dan memanfaatkan potensi keuntungan dari sinergi BUMN. Didapatkannya Penyertaan Modal Negara sebesar Rp350 Miliar serta Nota kesepahaman dari berbagai BUMN besar yang sudah memiliki nilai keuntungan yang sangat tinggi, dari [[PLN]], [[Pertamina]] dan [[Antam]] serta [[PT Bukit Asam]] hingga [[Semen Indonesia]] serta pencapaian laba perusahaan hingga mencapai Rp 18 Miliar menjadi energi positif bagi perusahaan untuk terus melakukan transformasi. Menindaklanjuti nota kesepahaman itu, Arham langsung memutuskan untuk mengubah orientasi kegiatan utama pengangkutan dari berbasis kargo kontainer menjadi kargo curah, mengingat banyaknya kargo di indoensia yang masih bersifat curah. Sekarang kunci terpenting dari Djakarta Lloyd adalah, bagaimana mewujudkan kepercayaan tersebut menjadi sebuah langkah nyata sesuai dengan yang telah disepakati diawal, yaitu dengan melakukan segalanya diwaktu yang tepat dengan melakukan hal yang tepat. Bahkan, Arham dalam waktu yang sama, menyatakan bahwa Djakarta Lloyd siap untuk melakukan penawaran saham perdana publik pada tahun 2020 dengan perkiraan, komposisi armada sebanyak 21 kapal dan laba sebesar Rp 72 Miliar.<ref>http://economy.okezone.com/read/2016/01/27/320/1298124/cerita-bos-djakarta-lloyd-setengah-mati-berusaha-cetak-laba</ref><ref>http://economy.okezone.com/read/2016/01/27/278/1298180/djakarta-lloyd-targetkan-ipo-di-2020?utm_source=br&utm_medium=referral&utm_campaign=news</ref><ref>http://economy.okezone.com/read/2015/08/18/320/1198128/djakarta-lloyd-dapat-suntikan-dana-rp350-miliar?utm_source=br&utm_medium=referral&utm_campaign=news</ref>
 
== Pengembangan Kegiatan Usaha ==
 
Djakarta Lloyd terus mencatatkan kinerja yang terus membaik. Kalau pada 2014, laba hanya Rp 12 miliar, tahun 2015 keuntungan mereka naik menjadi Rp 18 miliar (unaudited). Tahun ini, mereka menargetkan laba sekitar Rp 65 miliar. Pemerintah lewat Kementerian BUMN masih menjadi pemegang saham terbesar yakni 78 persen dan sisanya kreditur swasta. Perusahaan pelayaran khusus kargo pelat merah itu berhasil bangkit dari keterpurukan dengan melakukan financial engineering yakni gabungan strategi haircut dan debt to equity swap. Diawali, dengan upaya penundaan kewajiban pembayaran utang. Direktur Utama DL, Arham S. Torik mengatakan bahwa perseroan ingin menjadi perusahaan pelayaran dan jasa logistik kelas dunia yang handal dan tepercaya membangun ekonomi nasional. Caranya, perusahaan akan fokus pada restrukturisasi finansial, investasi dan finansial, serta sinergi antar BUMN. Untuk mewujudkan itu, Djakarta Lloyd menurutnya membutuhkan tambahan armada hingga tujuh kapal. Direncanakan pada 2017, DL mulai melakukan ekspansi jaringan dengan pelayanan yang efektif dan efisien, yang diiringi dengan restrukturisasi finansial. Sedangkan memasuki 2018, Djakarta Lloyd ingin melakukan aliansi global dengan perusahaan-perusahaan internasional. Caranya dengan membuka rute kontainer internasional dan restrukturisasi keuangan. Pada tahun itu, Arham mengaku butuh lima belas kapal untuk mengembangkan bisnis.
 
“Nah, pada 2019, saya berharap Djakarta Lloyd masuk menjadi perusahaan kelas global. Pada fase ini, perusahaan akan membutuhkan 18 kapal. Diharapkan pada 2020 nanti, Djakarta Lloyd akan go public atau melakukan IPO (initial public offering,red) dengan 20 kapal. Kalau kami diberi kesempatan untuk membeli kapal sebanyak mungkin, lima tahun pertama kami jadi operator, 2027 sudah jadi player asset. Dengan menjadi operator, kapal kami belum dimiliki sepenuhnya alias masih diangsur. Sementara jika sudah menjadi player assist, kami telah memiliki sendiri kapalnya,” ujar Arham saat ditemui di kantornya, kawasan Cikini, Jakarta, Selasa (17/5). Pada tahun 2012 lalu, DL yang dipimpin dibawah arahan Arham telah melakukan sinergi antar BUMN dengan melakukan kontrak kerja panjang bersama PT PLN dan PT Antam. Fungsinya sebagai transporter batu bara dan nikel ore. “Secara internal, kami berbenah dalam efisiensi dan optimalisasi cabang-cabang dan pengembangan keagenan kapal asing, juga pendayagunaan aset. Pada 2013, kami melakukan transformasi bisnis. Jika dulunya memiliki 800 karyawan, sekarang tidak lebih 50 karyawan. Yang permanen baru 9 orang, lainnya kontrak. Ini pun hasil merekrut fresh graduate atau para lulusan terbaru,” pungkasnya.<ref>http://www.arthanugraha.com/pt-dl-ingin-jadi-perusahaan-pelayaran-dan-jasa-logistik-global/</ref>
 
== Armada ==
DjakartaPerusahaan Lloydini melayanimenyediakan jalurjasa pelayaran samudera dan antar [[pulau]] dalam negeri dengan armada sebanyak 14 unit kapal yang terdiri dari:
* 2 unit kapal containerpeti kemas typetipe Palwo Buwono 1600:
** Bobot mati: 23 600 DWT (''[[Deadweight tonnage'' atau "[[Tonase bobot mati|DWT]]")
** Kapasitas muatan: 1600 TEU (''[[:en:Twenty-foot equivalent unit|Twenty-foot equivalent unitTEU]]'')
** Tahun pembuatan: 2001
* 3 unit kapal containerpeti kemas typetipe Palwo Buwono 400:
* 3 kapal container type Palwo Buwono 400:
** Bobot mati: 5 700 DWT
** Kapasitas muatan: 400 TEU
** Tahun pembuatan: 2000
* 9 unit kapal typetipe Caraka Jaya Niaga III:
* 9 kapal type Caraka Jaya Niaga III:
** Bobot mati: 4 180 DWT
** Kapasitas muatan: 208 TEU
Baris 72 ⟶ 60:
<references/>
 
{{template:BUMN}}
{{Perusahaan-indo-stub}}
{{template:BUMN}}
 
[[Kategori:Badan usaha milik negara di Indonesia]]
[[Kategori:Perusahaan yang didirikan tahun 1950]]
 
 
{{Perusahaan-indo-stub}}