Dretarastra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
 
(11 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image = GandhariKing explains to DhritrashtraDhritarashtra.jpg
| Caption = Raja Dretarastra beserta Ratu [[Gandari]], ilustrasi dari ''Mahabharata'' terbitan Gorakhpur Geeta Press.
| Nama = Dretarastra
| Devanagari = धृतराष्ट्र
Baris 27:
== Masa pemerintahan ==
 
Karena Dretarastra terlahir buta, maka tahta kerajaan diserahkan kepada adiknya, yaitu [[Pandu]], putra [[Ambalika]]. Setelah Pandu wafat, Dretarastra menggantikannya sebagai raja (kadangkalakadang kala disebut sebagai pejabat pemerintahan untuk sementara waktu). Dalam memerintah, Dretarastra didampingi oleh keluarga dan kerabatnya, yaitu sesepuh Wangsa Kuru seperti misalnya [[Bisma]], [[Drona]], dan [[Kripa]], lalu ditemani oleh saudara tirinya [[Widura]] yang merupakan putra dari dayang yang dibawa oleh [[Ambalika]] dan kedua saudaranya yang lain ketika dalam perjalanan menuju [[Hastinapura]] dengan ayah yang sama dengan Dretarastra.
 
Saat putra pertamanya yaitu [[Duryodana]] lahir, [[Widura]] dan [[Bisma]] menasihati Dretarastra agar membuang putra tersebut karena tanda-tanda buruk muncul pada saat kelahirannya. Namun karena rasa cintanya terhadap putra pertamanya, ia tidak tega melakukannya dan tetap mengasuh Duryodana sebagai putranya.
Baris 33:
=== Perebutan kekuasaan ===
 
[[Duryodana]] berambisi agar dirinya menjadi penerus tahta [[Kerajaan Kuru]] di [[Hastinapura]]. Dretarastra juga menginginkan hal yang sama, namuntetapi ia harus bersikap adil terhadap [[Yudistira]], yang lebih dewasa daripada Duryodana. Saat Dretarastra mencalonkan Yudistira sebagai raja, hal itu justru menimbulkan rasa kecewa yang sangat dalam bagi Duryodana. Setelah melalui perundingan, dan atas saran [[Bisma]], [[Kerajaan Kuru]] dibagi dua. Wilayah [[Hastinapura]] diberikan kepada Duryodana sedangkan [[Yudistira]] diberikan wilayah yang kering, miskin, dan berpenduduk jarang, yang dikenal sebagai Kandawaprasta. Atas bantuan dari sepupu Yudistira, yaitu [[Kresna]] dan [[Baladewa]], mereka mengubah daerah gersang tersebut menjadi makmur dan megah, dan dikenal sebagai [[Indraprastha]].
 
=== Permainan dadu ===
Baris 40:
Dretarastra adalah salah satu dari beberapa sesepuh Wangsa Kuru yang hadir menyaksikan permainan dadu antara [[Duryodana]], [[Dursasana]], dan [[Karna]] yang diwaklili oleh [[Sangkuni]], melawan [[Pandawa]] yang diwakili [[Yudistira]]. Yudistira kehilangan segala kekayaannya dalam permainan dadu tersebut, termasuk kehilangan saudara dan istrinya. Saat [[Dropadi]] berusaha ditelanjangi di depan para hadirin dalam balairung permainan dadu, Dretarastra tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia tidak melarang tindakan [[Dursasana]] yang hendak melepaskan pakaian Dropadi. Setelah usaha Dursasana untuk menelanjangi Dropadi tidak berhasil, [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] bersumpah bahwa kelak ia akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya. Kemudian Dretarastra merasakan firasat buruk bahwa keturunannya akan binasa. Ia segera membuat suatu kebijakan, agar segala harta Yudistira yang akan menjadi milik Duryodana segera dikembalikan. Ia juga menyuruh agar Yudistira dan saudaranya segera pulang segera ke [[Indraprastha]].
 
Namun, karena bujukan [[Duryodana]] dan [[Sangkuni]], permainan dadu diselenggarakan untuk yang kedua kalinya. Kali ini taruhannya bukan harta, melainkan siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu diperbolehkan untuk kembali ke kerajaannya. [[Yudistira]] pun tidak menolak dengan harapan akan memperoleh kemenangan, namuntetapi keberuntungan tidak memihak Yudistira. Akhirnya, Yudistira beserta istri dan saudara-saudaranya mengasingkan diri ke hutan dan meninggalkan kerajaan mereka.
 
Saat [[Pandawa]] meninggalkan kerajaannya, Dretarastra masih dibayangi oleh dendam para Pandawa atas penghinaan yang dilakukan oleh putera-puteranya. Karena tindakan Dretarastra yang tidak berbicara sepatah kata pun saat [[Dropadi]] berusaha ditelanjangi di depan umum, ia dikritik agar lebih mementingkan kewajiban sebagai raja daripada rasa cinta sebagai seorang ayah.
Baris 48:
Dretarastra memiliki seorang pemandu yang bernama [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]]. Sanjaya adalah keponakan Dretarastra karena ia merupakan putera [[Widura]], yaitu adik tiri Dretarastra. Sanjaya diberi anugerah oleh Resi [[Byasa]] agar ia bisa melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ialah yang menjadi reporter [[perang di Kurukshetra]] bagi Dretarastra. Ia pula yang turut menyaksikan wujud ''Wiswarupa'' dari Sri [[Kresna]] menjelang pertempuran di [[Kurukshetra]] berlangsung.
 
Saat Dretarastra dihantui kecemasan akan kehancuran putra-putranya, ia selalu bertanya kepada [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]] mengenai keadaan di medan Kuru atau [[Kurukshetra]]. Berita yang dilaporkan oleh Sanjaya kebanyakan berupa berita duka bagi Dretarastra, sebab satu-persatu puteranya dibunuh oleh [[Arjuna]] dan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]. Sanjaya juga berkata bahwa apabila [[Kresna]] dan Arjuna berada di pihak Pandawa, maka di sanalah terdapat kejayaan, kemashyuran, kekuatan luar biasa, dan moralitas. Meskipun laporan Sanjaya sering mengecilkan hati Dretarastra dan memojokkan putera-puteranya, namuntetapi Dretarastra tetap setia mengikuti setiap perkembangan yang terjadi dalam [[Perang di Kurukshetra|pertempuran di Kurukshetra]].
 
== Penghancuran patung Bima ==
Baris 61:
Sedikit berbeda dengan versi aslinya, tokoh Dretarastra dalam pewayangan Jawa disebut sebagai putra kandung [[Abyasa]] (Byasa). Dretarastra (kadang disingkat Destarata) dilahirkan oleh Putri [[Ambika]] dalam keadaan buta karena ketika pertama kali berjumpa dengan [[Abyasa]], sang putri itu memejamkan mata. Pada waktu itu, [[Abyasa]] datang ke [[Hastina]] karena diundang ibunya, yaitu [[Durgandini]] untuk menikahi janda-janda [[Citrawirya]] (Ambika dan Ambalika), demi menyambung garis keturunan Wangsa Barata, karena pewaris yang sesungguhnya, yaitu [[Bisma]], telah bersumpah untuk hidup membujang.
 
[[Berkas:Dretarastra-kl, KITLV 36C81.jpgtiff|kiri|180px|jmpl|Drestarastra dalam pewayangan Jawa.]]
Dretarastra serta kedua adiknya, [[Pandu]] dan [[Widura]], berguru kepada [[Bisma]] tentang ilmu pemerintahan dan kesaktian. Meskipun menyandang [[tunanetra]], namuntetapi Dretarastra menguasai ilmu ''Lebur Geni'' sehingga mampu meremukkan apa saja melalui genggamannya. Dretarastra menikah dengan [[Gendari]], putri dari negeri Plasajenar. Sebelumnya, dikisahkan bahwa [[Pandu]] pulang dari [[Mandura]] dengan membawa [[Kunti]] sebagai hadiah sayembara, serta [[Madrim]] putri dari Mandaraka. Di tengah perjalanan, rombongan itu dihadang oleh Gendara, Raja Plasajenar yang terlambat mengikuti sayembara di [[Mandura]]. Pertempuran terjadi antara keduanya dan berakhir dengan kematian Gendara. Ia berwasiat menitipkan kedua adiknya, yaitu [[Gendari]] dan [[Sengkuni]] untuk dibawa oleh Pandu. Di [[Hastina]], [[Pandu]] menampilkan seluruh putri yang diboyongnya untuk dipilih sebagai istri Dretarastra. Dretarastra memilih [[Gendari]] yang diramalkan akan memberinya banyak putra. Penikahannya dengan Gendari memberinya seratus anak, yang dikenal dengan nama [[Korawa]].
 
Karena Dretarastra cacat, takhta [[Hastina]] diserahkan kepada [[Pandu]], sedangkan [[Abyasa]] yang bertindak sebagai raja sementara kembali ke pertapaannya di Saptaarga. Sementara itu, Dretarastra diangkat sebagai adipati (raja bawahan) di daerah Gajah Oya, sedangkan [[Widura]] di Pagombakan. [[Pandu]] meninggal dalam usia muda sedangkan kelima putranya yang disebut [[Pandawa]] masih belum cukup dewasa. Takhta [[Hastina]] dititipkan kepada Dretarastra, serta sebuah pusaka bernama minyak tala. Dengan berbagai cara, [[Korawa]] berusaha menyingkirkan [[Pandawa]] (para putra Pandu). Dalam suatu konspirasi, [[Pandawa]] dinyatakan tewas dalam peristiwa ''Balai Sigala Gala'', yaitu pembakaran sebuah istana rapuh. Setelah peristiwa itu, Dretarastra pun menyerahkan takhta [[Hastina]] kepada putra tertuanya yang bernama [[Duryudana]], sedangkan dirinya kembali menjadi adipati di Gajah Oya.
Baris 69:
 
Kematian Dretarastra versi pewayangan tidak jauh berbeda dibanding versi aslinya. Ia dikisahkan terbakar sewaktu bertapa bersama [[Gendari]] dan [[Kunti]] di tengah hutan.
 
== Silsilah ==
{{Silsilah Pratipa}}
 
== Pranala luar ==