Dretarastra: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Berkas Sanjay-Mahabharatha.jpg dibuang karena dihapus dari Commons oleh AFBorchert |
|||
(21 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image =
| Caption = Raja Dretarastra, ilustrasi dari ''Mahabharata'' terbitan Gorakhpur Geeta Press.
| Nama = Dretarastra
| Devanagari = धृतराष्ट्र
Baris 8:
| Kitab = ''[[Mahabharata]], [[Bhagawadgita]]''
| Tempat = [[Hastinapura]]
| Dinasti = [[Kuru (raja)|Kuru]]
| Kasta = kesatria
| Profesi = Raja sementara▼
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Anak = [[Korawa|Seratus Korawa]]
|
|
| Istri = [[Gandari]]
| Anak = [[Korawa|Seratus Korawa]] ([[Duryodana]], [[Dursasana]], [[Wikarna]], dll), {{br}}[[Dursala]] (putri), {{br}}[[Yuyutsu]] (dari pelayan Gandari yang bernama [[Sugada]])
}}
{{HastinaRaja}}
'''Dretarastra''' {{Sanskerta|धृतराष|Dhṛtarāṣṭra}} dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', adalah putra janda [[Wicitrawirya]], yaitu [[Ambika]]. Ia buta semenjak lahir, karena ibunya menutup mata sewaktu mengikuti upacara ''Putrotpadana'' yang diselenggarakan oleh Resi [[Byasa]] untuk memperoleh keturunan. Ia merupakan kakak tiri [[Pandu]], karena lain ibu namun satu ayah. Sebenarnya Dretarastra yang berhak menjadi Raja [[Hastinapura]] karena ia merupakan penerus Wicitrawirya yang tertua. Akan tetapi
== Kelahiran ==
Baris 23 ⟶ 27:
== Masa pemerintahan ==
Karena Dretarastra terlahir buta, maka tahta kerajaan diserahkan kepada adiknya, yaitu [[Pandu]], putra [[Ambalika]]. Setelah Pandu wafat, Dretarastra menggantikannya sebagai raja (
Saat putra pertamanya yaitu [[Duryodana]] lahir, [[Widura]] dan [[Bisma]] menasihati Dretarastra agar membuang putra tersebut karena tanda-tanda buruk muncul pada saat kelahirannya. Namun karena rasa cintanya terhadap putra pertamanya, ia tidak tega melakukannya dan tetap mengasuh Duryodana sebagai putranya.
=== Perebutan kekuasaan ===
[[Duryodana]] berambisi agar dirinya menjadi penerus tahta [[Kerajaan Kuru]] di [[Hastinapura]]. Dretarastra juga menginginkan hal yang sama,
=== Permainan dadu ===
Baris 36 ⟶ 40:
Dretarastra adalah salah satu dari beberapa sesepuh Wangsa Kuru yang hadir menyaksikan permainan dadu antara [[Duryodana]], [[Dursasana]], dan [[Karna]] yang diwaklili oleh [[Sangkuni]], melawan [[Pandawa]] yang diwakili [[Yudistira]]. Yudistira kehilangan segala kekayaannya dalam permainan dadu tersebut, termasuk kehilangan saudara dan istrinya. Saat [[Dropadi]] berusaha ditelanjangi di depan para hadirin dalam balairung permainan dadu, Dretarastra tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia tidak melarang tindakan [[Dursasana]] yang hendak melepaskan pakaian Dropadi. Setelah usaha Dursasana untuk menelanjangi Dropadi tidak berhasil, [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] bersumpah bahwa kelak ia akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya. Kemudian Dretarastra merasakan firasat buruk bahwa keturunannya akan binasa. Ia segera membuat suatu kebijakan, agar segala harta Yudistira yang akan menjadi milik Duryodana segera dikembalikan. Ia juga menyuruh agar Yudistira dan saudaranya segera pulang segera ke [[Indraprastha]].
Namun, karena bujukan [[Duryodana]] dan [[Sangkuni]], permainan dadu diselenggarakan untuk yang kedua kalinya. Kali ini taruhannya bukan harta, melainkan siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu diperbolehkan untuk kembali ke kerajaannya. [[Yudistira]] pun tidak menolak dengan harapan akan memperoleh kemenangan,
Saat [[Pandawa]] meninggalkan kerajaannya, Dretarastra masih dibayangi oleh dendam para Pandawa atas penghinaan yang dilakukan oleh putera-puteranya. Karena tindakan Dretarastra yang tidak berbicara sepatah kata pun saat [[Dropadi]] berusaha ditelanjangi di depan umum, ia dikritik agar lebih mementingkan kewajiban sebagai raja daripada rasa cinta sebagai seorang ayah.
Baris 42 ⟶ 46:
== Pertempuran di Kurukshetra ==
Dretarastra memiliki seorang pemandu yang bernama [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]]. Sanjaya adalah keponakan Dretarastra karena ia merupakan putera [[Widura]], yaitu adik tiri Dretarastra. Sanjaya diberi anugerah oleh Resi [[Byasa]] agar ia bisa melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ialah yang menjadi reporter [[perang di Kurukshetra]] bagi Dretarastra. Ia pula yang turut menyaksikan wujud ''Wiswarupa'' dari Sri [[Kresna]] menjelang pertempuran di [[Kurukshetra]] berlangsung.
Saat Dretarastra dihantui kecemasan akan kehancuran putra-putranya, ia selalu bertanya kepada [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]] mengenai keadaan di medan Kuru atau [[Kurukshetra]]. Berita yang dilaporkan oleh Sanjaya kebanyakan berupa berita duka bagi Dretarastra, sebab satu-persatu puteranya dibunuh oleh [[Arjuna]] dan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]. Sanjaya juga berkata bahwa apabila [[Kresna]] dan Arjuna berada di pihak Pandawa, maka di sanalah terdapat kejayaan, kemashyuran, kekuatan luar biasa, dan moralitas. Meskipun laporan Sanjaya sering mengecilkan hati Dretarastra dan memojokkan putera-puteranya,
== Penghancuran patung Bima ==
Baris 51 ⟶ 55:
== Kehidupan selanjutnya dan kematian ==
[[Berkas:Kunti Gandhari Dhrtarashtra.jpg|240px|
Setelah [[Perang di Kurukshetra|pertempuran besar]] di [[Kurukshetra]] berakhir, [[Yudistira]] diangkat menjadi Raja [[Indraprastha]] sekaligus [[Hastinapura]]. Meskipun demikian, Yudistira tetap menunjukkan rasa hormatnya kepada Dretarastra dengan menetapkan bahwa tahta Raja [[Hastinapura]] masih dipegang oleh Dretarastra. Akhirnya Dretarastra memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawai dan mengembara di hutan sebagai pertapa bersama [[Gandari]], [[Widura]], [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]], dan [[Kunti]]. Di dalam hutan di [[Himalaya]], mereka meninggal ditelan api karena hutan terbakar oleh api suci yang dikeluarkan oleh Dretarastra.
== Versi pewayangan Jawa ==
Sedikit berbeda dengan versi aslinya, tokoh Dretarastra dalam pewayangan Jawa disebut sebagai putra kandung [[Abyasa]] (Byasa). Dretarastra (kadang disingkat Destarata) dilahirkan oleh Putri [[Ambika]] dalam keadaan buta karena ketika pertama kali berjumpa dengan [[Abyasa]], sang putri itu memejamkan mata. Pada waktu itu, [[Abyasa]] datang ke [[Hastina]] karena diundang ibunya, yaitu [[Durgandini]] untuk menikahi janda-janda [[Citrawirya]] (Ambika dan Ambalika), demi menyambung garis keturunan Wangsa Barata, karena pewaris yang sesungguhnya, yaitu [[Bisma]], telah bersumpah untuk hidup membujang.
[[Berkas:Dretarastra, KITLV 36C81.tiff|kiri|180px|jmpl|Drestarastra dalam pewayangan Jawa.]]
Dretarastra serta kedua adiknya, [[Pandu]] dan [[Widura]], berguru kepada [[Bisma]] tentang ilmu pemerintahan dan kesaktian. Meskipun menyandang [[tunanetra]], tetapi Dretarastra menguasai ilmu ''Lebur Geni'' sehingga mampu meremukkan apa saja melalui genggamannya. Dretarastra menikah dengan [[Gendari]], putri dari negeri Plasajenar.
Karena
▲Dretarastra menikah dengan [[Gendari]] putri dari negeri Plasajenar. Dikisahkan [[Pandu]] pulang dari [[Mandura]] dengan membawa [[Kunti]] sebagai hadiah sayembara, serta [[Madrim]] putri dari Mandaraka. Di tengah jalan rombongan itu dihadang oleh Gendara raja Plasajenar yang terlambat mengikuti sayembara di [[Mandura]]. Pertempuran terjadi antara keduanya dan berakhir dengan kematian Gendara. Ia berwasiat menitipkan kedua adiknya, yaitu [[Gendari]] dan [[Sengkuni]] untuk dibawa Pandu.
Kematian Dretarastra versi pewayangan tidak jauh berbeda dibanding versi aslinya. Ia dikisahkan terbakar sewaktu bertapa bersama [[Gendari]] dan [[Kunti]] di tengah hutan.▼
{{Silsilah Pratipa}}
▲Karena menyandang cacad fisik, takhta [[Hastina]] pun diserahkan kepada [[Pandu]], sedangkan [[Abyasa]] yang bertindak sebagai raja sementara kembali ke pertapaannya di Saptaarga. Sementara itu, Dretarastra diangkat sebagai adipati (raja bawahan) di daerah Gajah Oya, sedangkan [[Widura]] di Pagombakan. [[Pandu]] meninggal dalam usia muda sedangkan kelima putranya yang disebut [[Pandawa]] masih belum cukup dewasa. Ia pun menitipkan takhta [[Hastina]] kepada Dretarastra, serta sebuah pusaka bernama Minyak Tala kepada kakak tirinya itu.
▲Setelah [[Korawa]] tumpas dalam perang [[Baratayuda]], pihak [[Pandawa]] datang ke [[Hastina]] untuk mengambil hak mereka atas takhta negeri itu. Dretarastra memanggil [[Bimasena]] ([[Pandawa]] nomor dua) untuk dipeluknya. Karena curiga, [[Kresna]] selaku penasihat [[Pandawa]] memberi isyarat agar [[Bima]] menyerahkan benda lain sebagai ganti dirinya. [[Bimasena]] pun menyodorkan pusakanya bernama Gada Rujakpolo untuk dipeluk Dretarastra. Dengan penuh rasa dendam, Dretarastra pun memeluk gada tersebut sampai hancur menggunakan ilmu Lebur Geni. Namun setelah mengetahui kalau dirinya tertipu, ia pun menyesal dan minta maaf.
▲Kematian Dretarastra versi pewayangan tidak jauh berbeda dibanding versi aslinya. Ia dikisahkan terbakar sewaktu bertapa bersama [[Gendari]] dan [[Kunti]] di tengah hutan.
== Pranala luar ==
{{commonscat|Dhritarashtra|Dretarastra}}
* {{en}} [http://www.indianetzone.com/3/dhritarashtra.htm Dhritarashtra in Indianetzone.com]
* {{en}} [http://www.britannica.com/EBchecked/topic/160837/Dhritarashtra Dhritarashtra - Encyclopaedia Britannica]
{{start box}}
{{succession box|
before=[[Pandu]]|
years=
title=Raja [[
after=[[Yudistira]]}}
{{end box}}
Baris 94 ⟶ 89:
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
|