Empirisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Saiful Arvandy (bicara | kontrib)
menambahkan isi artikel
Saiful Arvandy (bicara | kontrib)
menambahkan isi artikel
Baris 3:
 
== Sejarah ==
Pemahaman empirisme telah dikemukakan oleh [[Aristoteles]] dengan pendapat bahwa [[persepsi]] adalah dasar dari ilmu pengetahuan.<ref>{{Cite book|last=Alizamar, dan Couto, N.|date=2016|url=http://repository.unp.ac.id/21027/1/PSIKOLOSI%20PERSEPSI%202.pdf|title=Psikologi Persepsi dan Desain Komunikasi: Sebuah Kajian Psikologi Persepsi dan Prinsip Kognitif untuk Kependidikan dan Desain Komunikasi|location=Yogyakarta|publisher=Media Akademi|isbn=978-602-74482-5-4|pages=2|url-status=live}}</ref> Empirisme muncul pertama kali di Inggris sebagai pemikiran yang bertentangan dengan rasionalisme yang dikemukakan oleh [[René Descartes]]. Gagasan awal empirisme dikemukakan oleh [[Thomas Hobbes]] (1588–1679) dengan pendapapat bahwa permulaan dari segala pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi. Hukum-hukum mekanisme dianggap sebagai dasar dari proses-proses yang berlangsung di dunia, termasuk manusia. Kemudian, gagasan lain mengenai empirisme dikemukakan oleh John Locke (1632–1704) yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan dari akal adalah pengalaman. Pemikiran empirisme dikembangkan lagi oleh [[George Berkeley]] yang berpendapat bahwa substansi yang materiil itu tidak ada sama sekali, yang ada hanyalah ciri-ciri yang dapat diamati.<ref>{{Cite book|last=Aprita, S., dan Adhitya, R.|date=2020|url=http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/10854/1/Filsafat%20Hukum.pdf|title=Filsafat Hukum|location=Depok|publisher=Rajawali Pers|isbn=978-623-231-448-1|pages=15|url-status=live}}</ref>
 
== Ajaran pokok ==
Ajaran pokok dari empirisme dapat dibagi berdasarkan pandangannya mengenai sumber pengetahuan, metode berpikir dan model penalaran yang digunakan. Sumber pengetahuan dalam pandangan empirisme hanya dari pengalaman. Metode berpikir yang digunakannya ialah melalui bukti empiris dan percobaan. Sedangkan model penalaran yang digunakannya ialah [[penalaran induktif]].<ref>{{Cite book|last=Ibrahim|first=Duski|date=2017|url=http://repository.radenfatah.ac.id/4301/1/lengkap.pdf|title=Filsafat Ilmu: Dari Penumpang Asing untuk Para Tamu|location=Palembang|publisher=NoerFikri|isbn=978-602-6318-97-8|pages=112|url-status=live}}</ref>

Ajaran pokok empirisme berlawanan dengan rasionalisme, karena [[rasionalisme]] menganggap pengenalan pengetahuan oleh indra bersifat tidak jelas. Sedangkan empirisme menyakini bahwa indra merupakan alat pengenalan pengetahuan yang sempurna dan paling jelas.<ref>{{Cite book|last=Sumanto|first=Edi|date=2015|url=http://repository.iainbengkulu.ac.id/4099/1/Bahan%20Ajar%20%20Filsafat%20%20Jilid%20I%20Edi%20Sumanto%2C%20M.Ag.pdf|title=Filsafat Jilid I|location=Bengkulu|publisher=Penerbit Vanda|isbn=978-602-6784-91-9|editor-last=Sartono|editor-first=Oki Alek|pages=35-36|url-status=live}}</ref> Dalam artian lain, empirisme mengutamakan penggunaan unsur [[Bukti empiris|aposteriori]], sementara rasionalisme mengutamakan penggunaan unsur [[apriori]].<ref>{{Cite book|last=Idris, S., dan Ramly, F.|date=2016|url=https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/1019/1/Buku%20-Filsafat%20Ilmu.pdf|title=Dimensi Filsafat Ilmu dalam Diskursus Integrasi Ilmu|location=Yogyakarta|publisher=Darussalam Publishing|isbn=978-602-71602-6-2|editor-last=Tabrani|pages=18|url-status=live}}</ref>
 
=== Epistemologi ===
Epistemologi empirisme didasarkan kepada karya-karya dari John Locke dan David Hume. Dalam pemikiran keduanya, [[fenomenalisme]]-[[nominalisme]] dijadikan sebagai dasar dari ilmu. Sesuatu hal dianggap sebagai pengetahuan jika merupakan sebuah [[fenomena]] yang dapat dialami secara langsung. Status sebagai pengetahuan tidak dapat diberikan kepada pernyataan yang tidak mengacu kepada objek yang independen. Empirisme meyakini bahwa keseluruhan struktur ilmu dapat diketahui menggunakan metode induksi.<ref>{{Cite journal|last=Kristanti, A., dan Maliki, M.|date=2008|title=Debat Ketiga: Memikirkan Kembali Keilmuan Hubungan Internasional|url=http://global.ir.fisip.ui.ac.id/index.php/global/article/download/267/179|journal=Global|volume=9|issue=2|pages=194}}</ref>
 
=== Teori korespondensi ===
Teori korespondensi merupakan teori yang mengemukakan bahwa pengetahuan dapat menjadi benar dan menjadi kebenaran ketika sesuai dengan kenyataan. Suatu [[gagasan]], [[konsep]] atau teori hanya dipandang benar jika sesuai dengan kenyataan. Mengungkapkan kenyataan dipandang sebagai hal yang utama, karena kebenaran akan diketahui secara alami setelag kenyataan diungkapkan. Teori korespondensi berkaitan dengan empirisme karena pengalaman dan pengamatan indrwai dijadikan sebagai sumber utama dalam memperoleh pengetahuan. Kegiatan pengamatan, percobaan atau pengujian secara empiris menjadi sesuatu yang berharga dalam pandangan teori korespondensi untuk mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya. Teori korespondensi juga mengutamakan penggunaan pengetahuan dan cara kerja aposteriori.<ref>{{Cite book|last=Wahana|first=Paul|date=2016|url=https://repository.usd.ac.id/7333/1/3.%20Filsafat%20Ilmu%20Pengetahuan%20%20(B-3).pdf|title=Filsafat Ilmu Pengetahuan|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Diamond|isbn=978-979-195-391-7|pages=131|url-status=live}}</ref>
 
== Tokoh pemikir ==
 
=== John Locke ===
[[John Locke]] menjadi peletak dasar empirisme dalam proses berpikir.<ref>{{Cite book|last=Wardhana|first=Made|date=2016|url=http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/8402/1/59e0f0937be2d5d719389e0d9f9002a7.pdf|title=Filsafat Kedokteran|publisher=Vaikuntha International Publication|isbn=978-602-73078-5-8|pages=48|url-status=live}}</ref> Pemikiran empirisme John Locke berkaitan dengan pandangannya mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh manusia saat lahir. Ia meyakini bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berpengetahuan sama sekali. Perkembangan anak khususnya dalam pendidikan sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.<ref>{{Cite book|last=Winarti|first=Agus|date=2018|url=http://uicm.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Buku-POD-Agus-W.pdf|title=Pendidikan Orang Dewasa: Konsep dan Aplikasi|location=Bandung|publisher=CV Alfabeta|isbn=978-602-289-369-1|pages=12|url-status=live}}</ref>
 
=== Thomas Hobbes ===
Baris 28 ⟶ 36:
 
=== Positivisme ===
Pengaruh empirisme pada positivisme salah satunya pada penggunaan metode verifikasi. Penamaan positivisme sendiri berasalh dari kata "positif" yang berkaitan dengan kata "faktual". Kata "faktal" ini berkaitan dengan segala fakta yang memilik bukti empiris. Pengenalan indrawi dan pengamatan kemudian digunakan di dalam positivisme untuk pengenalan pengetahuan dalam penelitian. Fenomena yang dapat diamati selalu dikaitkan dengan fakta, sehingga fakta melingkupi segala hal yang dapat teramati. Pengamatan terhadap fakta-fakta empiris dilakukan dalam rangka mencapai kesimpulan yang dapat digunakan untuk verifikasi kebenaran dari suatu pernyataan. Suatu pernyataan yang tidak dapat diverifikasi akan dianggap sebagai metafisika oleh positivisme. Dalam positivisme, pernyataan metafisika ini tidak dianggap sebagai ilmu pengetahuan.<ref>{{Cite book|last=Trinarso, A. P., dkk.|date=2014|url=http://repository.wima.ac.id/id/eprint/11089/1/EC%20Mendidik%20Pemimpin%202013%20TEKS%20LENGKAP%20ISBN.pdf|title=Mendidik Manusia Indonesia dan Mempersiapkan Generasi Pemimpin Nasional|location=Surabaya|publisher=Fakultas Filsafat, Unika Widya Mandala Surabaya|isbn=978-602-17055-1-3|editor-last=Prasetyono, E., dan Widyawan, A.|pages=70-71|url-status=live}}</ref>
Empirisme dimanfaatkan di dalam [[positivisme]] untuk menanggapi keterbatasan filsafat yang bersifat [[spekulasi]]. Keterbatasan ini misalnya dikemukakan oleh [[Immanuel Kant]]. Aliran positivisme diperkenalkan oleh [[Comte de Claude Henri de Rouvray Saint-Simon]] (1760–1825) dan dikembangkan oleh [[Auguste Comte]] (1798–1857).<ref>{{Cite book|last=Isharyanto|date=2016|url=https://layanan.hukum.uns.ac.id/data/RENSI%20file/Buku%20ISHARYANTO/14.%20BUKU%20ILMU%20NEGARA%20%282016%29.pdf|title=Ilmu Negara|location=Karanganyar|publisher=Oase Pustaka|isbn=978-602-6259-57-8|pages=67|url-status=live}}</ref>
 
Empirisme dimanfaatkan di dalam [[positivisme]] untuk menanggapi keterbatasan filsafat yang bersifat [[spekulasi]]. Keterbatasan ini misalnya dikemukakan oleh [[Immanuel Kant]]. Aliran positivisme diperkenalkan oleh [[Comte de Claude Henri de Rouvray Saint-Simon]] (1760–1825) dan dikembangkan oleh [[Auguste Comte]] (1798–1857).<ref>{{Cite book|last=Isharyanto|date=2016|url=https://layanan.hukum.uns.ac.id/data/RENSI%20file/Buku%20ISHARYANTO/14.%20BUKU%20ILMU%20NEGARA%20%282016%29.pdf|title=Ilmu Negara|location=Karanganyar|publisher=Oase Pustaka|isbn=978-602-6259-57-8|pages=67|url-status=live}}</ref> Pada rumpun [[ilmu sosial]], paradigma positivisme menggabugnkan antara empirisme dan rasionalisme.<ref>{{Cite journal|last=Pratama, F. F., dan Mutia, D.|date=2020|title=Paradigma Kualitatif sebagai Landasan Berpikir Pendidikan Kewarganegaraan|url=https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jk/article/download/18701/pdf|journal=Jurnal Kewarganegaraan|volume=17|issue=1|pages=52|doi=10.24114/jk.v17i1.18701}}</ref>
 
=== Demokrasi modern ===
[[Demokrasi]] modern berkaitan erat dengan empirisme dalam hal bentuk maupun sentimen. Gagasan visioner atau rasionalitas tunggal digantikan oleh konsep jumlah pengamatan tertinggi. Empirisme juga mengganti karakter kualitatif dari rasionalisme menjadi jumlah kasus [[individu]] yang dikumpulkan.<ref>{{Cite book|date=2020|url=http://repository.unas.ac.id/3744/1/BUKU%20FILSAFAT%20UANG.pdf|title=Filsafat Uang|location=Jakarta Selatan|publisher=Lembaga Penerbitan Universitas Nasional|isbn=978-623-7376-32-3|editor-last=Suharyono|pages=51|url-status=live}}</ref>
 
== Referensi ==