Empirisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Saiful Arvandy (bicara | kontrib)
menambahkan isi artikel
Saiful Arvandy (bicara | kontrib)
menambahkan isi artikel
Baris 30:
 
=== Sains modern ===
Dalam sains modern, hukum normatif dipisahkan dari hukum empiris. Hukum normatif ini diartikan sebagai hubungan yang mengaitkan antara manusia dengan Tuhan. Kondisi ini membuat sains modern bersifat bebas nilai dan netral. Dalam empirisme, hukum normatif ini hanya dikaitkan dengan manusia saja. Hukum normatif tidak berkaitan dengan agama sehingga disebut sebagai kontrak sosial. Pandangan ini membuat [[Tuhan]] dan [[agama]] dianggap sebagai tidak ada dalam kesadaran manusia modern. Hasil akhir dari pemikiran ini ialah sains modern yang mengandalkan rasionalitas dan metode ilmiah untuk mengetahui tentang kenyataan. Selain itu, suatu fenomena dipahami secara objektif dan bebas nilai melalui [[reduksionisme]], [[universalisme]] dan kebebasan absolut.<ref>{{Cite book|last=Soelaiman|first=Darwis A.|date=2019|url=https://repository.bbg.ac.id/bitstream/778/1/Filsafat_Ilmu_Pengetahuan_Perspektif_Barat_dan_Islam.pdf|title=Filsafat Ilmu Pengetahuan: Perspektif Barat dan Islam|location=Banda Aceh|publisher=Penerbit Bandar Publishing|isbn=978-623-7499-37-4|pages=112-113|url-status=live}}</ref>
 
Paradigma pengetahuan empiris digunakan pada [[ilmu alam]] modern. Pengamatan dan pengalaman digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis ilmiah. Pengetahuan empiris ini sepenuhnya mengandalkan semua jenis indra manusia untuk membentuk pengetahuan dari keadaan [[dunia]] di sekeliling manusia. Isi dari pengetahuan empiris ini meliputi gagasan-gagasan yang telah sesuai dengan fakta empiris.<ref>{{Cite book|last=Rukiyati, dan Purwastuti, L. A.|date=2015|url=http://staffnew.uny.ac.id/upload/131655988/pendidikan/Mengenal%20Filsafat%20Pendidikan%20(2015).pdf|title=Mengenal Filsafat Pendidikan|location=Yogyakarta|publisher=UNY Press|isbn=978-602-7981-55-3|pages=31|url-status=live}}</ref>
 
=== Filsafat pendidikan pragmatisme ===
Baris 38 ⟶ 40:
Pengaruh empirisme pada positivisme salah satunya pada penggunaan metode verifikasi. Penamaan positivisme sendiri berasalh dari kata "positif" yang berkaitan dengan kata "faktual". Kata "faktal" ini berkaitan dengan segala fakta yang memilik bukti empiris. Pengenalan indrawi dan pengamatan kemudian digunakan di dalam positivisme untuk pengenalan pengetahuan dalam penelitian. Fenomena yang dapat diamati selalu dikaitkan dengan fakta, sehingga fakta melingkupi segala hal yang dapat teramati. Pengamatan terhadap fakta-fakta empiris dilakukan dalam rangka mencapai kesimpulan yang dapat digunakan untuk verifikasi kebenaran dari suatu pernyataan. Suatu pernyataan yang tidak dapat diverifikasi akan dianggap sebagai metafisika oleh positivisme. Dalam positivisme, pernyataan metafisika ini tidak dianggap sebagai ilmu pengetahuan.<ref>{{Cite book|last=Trinarso, A. P., dkk.|date=2014|url=http://repository.wima.ac.id/id/eprint/11089/1/EC%20Mendidik%20Pemimpin%202013%20TEKS%20LENGKAP%20ISBN.pdf|title=Mendidik Manusia Indonesia dan Mempersiapkan Generasi Pemimpin Nasional|location=Surabaya|publisher=Fakultas Filsafat, Unika Widya Mandala Surabaya|isbn=978-602-17055-1-3|editor-last=Prasetyono, E., dan Widyawan, A.|pages=70-71|url-status=live}}</ref>
 
Empirisme dimanfaatkan di dalam [[positivisme]] untuk menanggapi keterbatasan filsafat yang bersifat [[spekulasi]]. Keterbatasan ini misalnya dikemukakan oleh [[Immanuel Kant]]. Aliran positivisme diperkenalkan oleh [[Comte de Claude Henri de Rouvray Saint-Simon]] (1760–1825) dan dikembangkan oleh [[Auguste Comte]] (1798–1857).<ref>{{Cite book|last=Isharyanto|date=2016|url=https://layanan.hukum.uns.ac.id/data/RENSI%20file/Buku%20ISHARYANTO/14.%20BUKU%20ILMU%20NEGARA%20%282016%29.pdf|title=Ilmu Negara|location=Karanganyar|publisher=Oase Pustaka|isbn=978-602-6259-57-8|pages=67|url-status=live}}</ref> Pada rumpun [[ilmu sosial]], paradigma positivisme menggabugnkanmenggabungkan antara empirisme dan rasionalisme.<ref>{{Cite journal|last=Pratama, F. F., dan Mutia, D.|date=2020|title=Paradigma Kualitatif sebagai Landasan Berpikir Pendidikan Kewarganegaraan|url=https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jk/article/download/18701/pdf|journal=Jurnal Kewarganegaraan|volume=17|issue=1|pages=52|doi=10.24114/jk.v17i1.18701}}</ref> Penggabungan antara empirisme dan rasionalisme juga menjadikan realitas sosial dalam pandangan positivisme menjadi bersifat dualistik karena mengkaji keberadaan subjek maupun objek. Pendekatan positivisme ini kemudian membentuk klaim kebenaran objektif yang diperoleh melalui proses ilmiah.<ref>{{Cite book|last=Haboddin, M., dkk.|date=2016|url=http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4105/fix%20buku.pdf?sequence=1&isAllowed=y|title=Metodologi Ilmu Pemerintahan|publisher=Pusat Kajian Inovasi Pemerintahan dan Kerjasama AntarDaerah|isbn=978-602-17392-6-6|pages=180|url-status=live}}</ref>
 
=== Demokrasi modern ===