Epigrafi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: dari pada → daripada
→‎Referensi: kategori
 
(12 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Epigrafi''' (dari bahasa {{lang-el|ἐπιγραφή ''epi-graphē''}}, berarti "tulisan", {{nowrap|"prasasti"<ref>{{cite encyclopedia|title=Epigraph|encyclopedia=Online Etymology Dictionary|url=http://www.etymonline.com/index.php?term=epigraph}}</ref>)}} adalah suatu cabang [[arkeologi]] yang berusaha meneliti [[benda]]-benda bertulis yang berasal dari [[Masa lalu|masa lampau]]. Salah satu contohnya adalah [[prasasti]]. Prasasti merupakan sumber bukti tertulis (berupa [[tulisan]] ataupun gambar) pada masa lampau yang dapat memberikan informasi mengenai peristiwa dimasapada masa lampau, asal usul seorang [[raja]] atau [[tokoh]] atau [[genealogi]] maupun [[Kalender|penanggalan]]. Orang yang pertama kali menaruh perhatian pada prasasti ialah [[Thomas Stamford Raffles]] sebagaimana dalam bukunya ''[[The History of Java]]'' tahun 1817.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/156874430|title=Pesona bahasa : langkah awal memahami linguistik|last=1948-|first=Gunawan, Fitri,|last2=Untung,|first2=Yuwono,|last3=T.,|first3=Lauder, Multamia R. M.|isbn=9789792216813|location=Jakarta|oclc=156874430}}</ref> [[Penelitian]] mengenai prasasti berkembang sekitar tahun 1850-an. Pengetahuan [[linguistik]] sangat diperlukan untuk memahami [[bahasa]] kuno.
 
== Ciri keillmuan ==
Epigrafi secara khusus mengkaji tentang penguraian kata dan pehamanan isi dari suatu prasasti kuno. Penguraian kata ditinjau dari segi bentuk, jenis, gaya aksara, dan bahasa yang masih digunakan maupun sudah tidak digunakan lagi. Dalam epigrafi, penelitian dilakukan pada prasasati yang baru ditemukan maupun prasasti yang telah dikaji sebelumnya. Ciri khas dari epigrafi adalah [[Alih aksara|pengalihaksaraan]] yang bertujuan untuk mempermudah pembacaan suatu prasasti. Epigrafi memiliki perbedaan dan kesamaan dengan [[filologi]]. Kesamaan kedua [[disiplin ilmiah]] ini adalah sama-sama mengkaji tulisan kuno. Perbedaannya, epigrafi hanya mengkaji tulisan kuno pada prasasti, sedangkan filologi hanya mengkaji tulisan kuno dalam bentuk [[naskah]]. Persamaan lain antara epigrafi dan filologi ialah metode yang digunakan berupa [[kritik teks]].<ref>{{Cite book|last=Mash’ud|first=Imam|date=2021|url=https://e-service.lipipress.lipi.go.id/press/catalog/view/295/276/3614-1|title=Kearifan Lokal Epigrafi Islam Masa Majapahit pada Makam Nisan Troloyo|location=Jakarta|publisher=LIPI Press|isbn=978-602-496-203-6|pages=1-2|url-status=live|access-date=2021-09-11|archive-date=2021-09-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20210911072235/https://e-service.lipipress.lipi.go.id/press/catalog/view/295/276/3614-1|dead-url=yes}}</ref>
 
== Tujuan Epigrafi ==
Baris 11 ⟶ 14:
Ahli epigrafi ''bak'' detektif yang mencari tahu mengenai kehidupan maupun peristiwa masa lampau melalui ''kode-kode rahasia'' berupa huruf maupun gambar melalui kemampuannya dalam menganalisis. Sehingga masyarakat, khususnya ahli [[sejarah]] dan [[arkeologi]], mendapatkan informasi sejarah yang jelas dan valid. Seorang ahli epigrafi dibutuhkan dalam memecahkan sebuah catatan sejarah yang ditulis oleh masyarakat masa lampau agar dapat dimengerti oleh masyarakat saat ini.
 
== Perintis Epigrafi Indonesia ==
* Sir Thomas Stamford Bingley [[Rafles]]: Ia telah mengumpulkan beberapa prasasti dan mencoba untuk menerjemahkannya dengan bantuan beberapa pihak, misalnya Panembahan Sumene dan beberapa orang Bali. Melalui Raffles, penelitian epigrafi mulai terbuka lebar di Indonesia. Ia adalah yang mengirimkan [[prasasti Pucangan]] ke [[Calcutta]] ketika prasasti ini ditemukan pada masa ia memerintah di Indonesia.
* C.J. [[van der Vlis]]: Ia meneliti beberapa prasasti di kompleks percandian [[Candi Sukuh|Sukuh]] dan [[Candi Ceto|Ceto]]. Ia dibantu oleh R.Ng. [[Ronggowarsito]] dalam penelitian ini.
Baris 17 ⟶ 20:
* [[Johan Hendrik Caspar Kern]]: Ia meneliti huruf [[Kawi]] dan membandingkannya dengan huruf-huruf yang ada di Indonesia. Ia menyimpulkan, bahwa huruf Jawa, Sunda, Madura dan Bali adalah perkembangan yang langsung dari huruf Kawi.
* [[Karel Frederik Holle]]: usaha besar yang dilakukan K.F.Holle adalah menyusun suatu daftar abjad/huruf-huruf yang terdapat di Indonesia sebagai suatu pengantar kearah Palaeografi Indonesia. Dalam daftarnya itu ia mengerjakan huruf-huruf yang terdapat pada prasasti-prasasti, huruf-huruf yang masih dipakai di daerah-daerah Indonesia, serta mencoba mencari bentuk asal daripada huruf-huruf itu dalam beberapa abjad yang ada di India. Ia menggolongkan berdasarkan bentuk-bentuk huruf. Dasar pengelompokkan yang digunakan Holle tidak jauh berbeda dengan Kern. Kelompok pertama Kern (Kawi-Kamboja-Pali) oleh Holle disebut corak Kamboja, kelompok kedua Kern (Wenggi-Cera) oleh Holle disebut corak Calukya atau Wenggi, kecuali itu masih ada satu corak lagi, yaitu corak Nagari.
* A. B. [[Cohen Stuart]]: awalnya ia melakukan penelitian terhadap naskah-naskah susastra Kawi dan menuliskan hasil penelitiannya itu, kemudian barulah ia tertarik pada prasasti. Bersama J.J.van Limburg Brouwer ia mulai meneliti empat prasasti, yaitu prasasti Wukiran (Pereng), Kandangan, Wayuku (Dieng) dan Kinewu. Keempat prasasti ini diterbitkan hanya dalam bentuk pengantar tafsiran kata-kata tanpa terjemahan isi prasasti. Usaha yang dilakukannya yaitu perbaikan terhadap penerbitan prasasti yang telah ada, pendaftaran kembali prasasti yang pernah ditemukan berserta daftar acuan kertasnya, usul untuk menerbitkan prasasti-prasasti secara lengkap dan menyeluruh unttuk kepentingan yang lebih seksamasaksama. Akhirnya, ia menerbitkan buku yang berisi kumpulan prasasti-prasasti dalam bentuk facsimile dan transkripsi.
* [[Jan Laurens Andries Brandes]]: Hasil penelitian epigrafinya yang pertama adalah prasasti Kalasan dan prasasti Guntur. Dari kedua prasasti tersebut ia mengambil kesimpulan bahwa ketika orang-orang India tersebut datang ke Indonesia, mereka menemukan suatu masyarakat yang telah memiliki kebudayaan yang tinggi dan juga susunan pemerintahan yang berlandaskan hukum sudah mulai teratur di Indonesia, proses hukum dan pengambilan keputusan seperti itu tidak ada di India.
* [[N.J. Krom]]: usaha awal yang dilakukan Krom dalam bidang epigrafi adalah meneliti kembali penerbitan-penerbitan prasasti yang pernah ada, meneruskan atau mengolah kembali pekerjaan Brandes yang belum selesai dan membuat inventarisasi prasasti-prasasti yang berangka tahun yang pernah ditemukan.
Baris 24 ⟶ 27:
* R.M.Ng. [[Poerbatjaraka]]: pengetahuan yang dimiliki Poerbatjaraka atas bahasa Kawi yang menuntunnya berkenalan dengan prasasti. Karya yang dihasilkan berupa transkripsi prasasti Kamban dan sebuah prasasti yang berasal dari desa Pengging, Boyolali, kupasan mengenai prasasti yang ditemukan di desa Batutulis dekat Bogor, pembahasan mengenai prasasti yang dipahatkan pada arca Aksobhya di Simpang dan transkripsi prasasti yang disimpan di Museum Solo. Dalam disertasinya juga berisi penelitian terhadap prasasti Canggal, Dinaya, Wukiran (Pereng), salah satu prasasti raja Mulawarman dari Kutai dan prasasti Pintang Mas.
* P.V. [[van Stein Callenfels]]: ia berjasa dalam membuka jalan pengetahuan mengenai prasasti-prasasti Bali, yang sebelumnya juga pernah dibicarakan oleh van der Tuuk dan Brandes.
* [[RudolfRoelof Goris]]: penelitiannya khusus pada epigrafi Bali dan mencurahkan perhatian pada prasasti yang berbahasa Bali kuno.
* Johannes Gijsbertus (Hans) [[de Casparis]]: Ia menekankan pentingnya meneliti bagian-bagian dalam prasasti yang dapat memberikan gambaran kehidupan masyarakat Indonesia kuno. Hasil penelitian pertama adalah prasasti yang berasal dari zaman Majapahit, mengenai desa-desa Himad dan Walandit. Hasil penelitian yang patut dibanggakan adalah seri penerbitan Prasasti Indonesia yang terdiri atas dua jilid. Jilid pertama mengenai persoalan rajakula Sailendra, sedangkan jiid kedua merupakan kumpulan prasasti-prasasti yang berasal dari abad VII sampai abad IX M. Jilid pertama, ia mengupas secara mendalam prasasti Hampran (Plumpungan), prasasti Ratabaka, prasasti Kayumwungan (Karangtengah), prasasti Gondosuli II dan dua buah prasasti Tri Tepusan yang menyebutkan nama Sri Kahulunan. Kesemuanya itu digunakannya untuk menyusun kembali tiga hal: sejarah rajakula Sailendra secara menyeluruh, pertumbuhan agama Budha pada zaman pemerintahan rajakula Sailendra dan melokalisasikan bangunan-bangunan suci yang disebutkan dalam prasasti-prasasti itu. Hasil lain yang membanggakan adalah penelitian yang khusus mengenai masyarakat Indonesia kuno dan tentang masa pemerintahan raja Airlangga.
* [[Louis Charles Damais]]: Sumbangan Damais yang terpenting bagi epigrafi Indonesia adalah metodenya untuk menentukan perhitungan yang tepat mengenai unsur-unsur hari, tanggal, bulan dan tahun dalam tarikh Indonesia kuno yang biasa ditemukan dalam prasasti-prasasti ataupun naskah-naskah lainnya.
* [[Boechari]]: Ia adalah murid R.M. Ng. Poerbatjaraka. Sumbangan yang terutama tertuang dalam hasil studi epigrafinya berupa kumpulan transliterasi prasasti-prasasti dan tulisan-tulisan yang membahas mengenai berbagai aspek arkeologi dan kesejarahan, khususnya mengenai sistem administrasi dan birokrasi kerajaan, sistem hukum, dan sistem perpajakan pada masa Jawa Kuno.
 
== Lihat pula ==
* [[Paleografi]]
* [[Arkeologi]]
Baris 35 ⟶ 38:
* [[Daftar prasasti di Nusantara]]
 
== Referensi ==
{{reflist}}
<references />
 
[[Kategori:Epigrafi| ]]
[[Kategori:Arkeologi]]