Epistemologi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah rujukan |
|||
(27 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Filsafat}}'''Epistemologi''' ([[kata serapan dalam bahasa Indonesia|serapan]] dari {{lang-nl|epistemologie}}) adalah cabang dari filsafat yang berkaitan dengan hakikat atau teori pengetahuan. Dalam bidang filsafat, epistemologi meliputi pembahasan tentang asal mula, sumber, ruang lingkup, nilai validitas, dan kebenaran dari pengetahuan. Epistemologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas keyakinan.<ref>{{cite book|last=Priatna|first=Tedi|date=2020|url=http://digilib.uinsgd.ac.id/30435/1/Tedi_FilsafatImuPendidikan2020.pdf|title=Filsafat Ilmu Untuk Pendidikan|place=[[Bandung]], [[Jawa Barat]]|publisher=Trussmedia Grafika|isbn=978-602-6266-00-2|edition=|pages=16|language=|coauthors=}}</ref> Epistemologi menjadi banyak diperbincangkan dalam berbagai bidang, epistemologi dipusatkan menjadi empat bidang yakni 1) Analisis filsafat yang terkait hakikat dari pengetahuan dan bagaimana hal ini memiliki keterkaitan dengan konsepsi seperti [[kebenaran]], [[Keyakinan dan kepercayaan|keyakinan]], dan justifikasi, 2) Berbagai masalah [[skeptisisme]], 3) Sumber-sumber dan ruang lingkup pengetahuan dan justifikasi atas keyakinan, dan 4) Kriteria bagi pengetahuan dan justifikasi.<ref name=":0">{{cite book|last=Abdurrahman|first=Misno|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Falsafah_Ekonomi_Syariah_Bintang_Pustaka/xBocEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Epistemologi&pg=PA42&printsec=frontcover|title=Falsafah Ekonomi Syariah|place=[[Yogyakarta]]|publisher=Bidang Pustaka Madani|isbn=978-623-6786-26-0|pages=42|language=id|coauthors=}}</ref>▼
Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apa yang membuat kebenaran yang terjustifikasi dapat dijustifikasi?",<ref>{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/fall2017/entries/epistemology/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Steup|first=Matthias|date=8 September 2017|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.}}</ref> "Apa artinya apabila mengatakan bahwa seseorang mengetahui sesuatu?",<ref>{{Cite web|url=http://www2.phy.ilstu.edu/pte/publications/scientific_epistemology.pdf|title=Scientific epistemology: How scientists know what they know|last=Carl J. Wenning|access-date=2017-09-28|archive-date=2010-06-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20100623183504/http://www2.phy.ilstu.edu/pte/publications/scientific_epistemology.pdf|dead-url=yes}}</ref> dan pertanyaan yang mendasar, "Bagaimana kita tahu bahwa kita tahu?".<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|url=http://www.ethicsdefined.org/what-is-ethics/the-epistemology-of-ethics/|title=The Epistemology of Ethics|date=1 September 2011}}</ref
Istilah '
▲Epistemologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas keyakinan.<ref>{{cite book|last=Priatna|first=Tedi|date=2020|url=http://digilib.uinsgd.ac.id/30435/1/Tedi_FilsafatImuPendidikan2020.pdf|title=Filsafat Ilmu Untuk Pendidikan|place=[[Bandung]], [[Jawa Barat]]|publisher=Trussmedia Grafika|isbn=978-602-6266-00-2|edition=|pages=16|language=|coauthors=}}</ref> Epistemologi menjadi banyak diperbincangkan dalam berbagai bidang, epistemologi dipusatkan menjadi empat bidang yakni 1) Analisis filsafat yang terkait hakikat dari pengetahuan dan bagaimana hal ini memiliki keterkaitan dengan konsepsi seperti [[kebenaran]], [[Keyakinan dan kepercayaan|keyakinan]], dan justifikasi, 2) Berbagai masalah [[skeptisisme]], 3) Sumber-sumber dan ruang lingkup pengetahuan dan justifikasi atas keyakinan, dan 4) Kriteria bagi pengetahuan dan justifikasi.<ref name=":0">{{cite book|last=Abdurrahman|first=Misno|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Falsafah_Ekonomi_Syariah_Bintang_Pustaka/xBocEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Epistemologi&pg=PA42&printsec=frontcover|title=Falsafah Ekonomi Syariah|place=[[Yogyakarta]]|publisher=Bidang Pustaka Madani|isbn=978-623-6786-26-0|pages=42|language=id|coauthors=}}</ref>
▲Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti "Apa yang membuat kebenaran yang terjustifikasi dapat dijustifikasi?",<ref>{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/fall2017/entries/epistemology/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Steup|first=Matthias|date=8 September 2017|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.}}</ref> Apa artinya apabila mengatakan bahwa seseorang mengetahui sesuatu?<ref>{{Cite web|url=http://www2.phy.ilstu.edu/pte/publications/scientific_epistemology.pdf|title=Scientific epistemology: How scientists know what they know|last=Carl J. Wenning}}</ref> dan pertanyaan yang mendasar, Bagaimana kita tahu bahwa kita tahu?<ref>{{Cite web|url=http://www.ethicsdefined.org/what-is-ethics/the-epistemology-of-ethics/|title=The Epistemology of Ethics|date=1 September 2011}}</ref><ref name=":0" />
▲Istilah '[[Epistemologi]]' diperkenalkan di bidang filosofis oleh filsuf Skotlandia James Frederick Ferrier pada tahun 1854.<ref>{{Cite web|title=James Frederick Ferrier: Scottish philosopher|url=https://www.britannica.com/topic/philosophy|website=britannica.com|publisher=Encyclopædia Britannica Daring|access-date=2021-12-30}}</ref> Namun, menurut Brett Warren, [[James I dari Inggris|Raja James VI dari Skotlandia]] sebelumnya telah mempergunakan konsep filosofis ini dan menggunakannya sebagai personifikasi, dengan istilah '''Epistemon''', pada tahun 1591.<ref name="auto">{{Cite book|title=The Annotated Daemonologie. A Critical Edition. In Modern English. 2016|last=King James|last2=Warren|first2=Brett|isbn=1-5329-6891-4|page=x-xi}}</ref>
== Epistemon ==
Baris 31 ⟶ 9:
== Epistemologi ==
Secara etimologis, kata ini berasal dari bahasa Yunani klasik ''epistēmē'' yang berarti [[pengetahuan]] (''knowledge'') dan ''logos'' yang berarti penjelasan atau [[ilmu]].
Secara harfiah, dalam ungkapan Prancis "''doctrine de la Science''" atau doktrin sains, yang kemunculannya istilah katanya diikuti dalam bahasa Jerman: "''Wissenschaftslehre''" yang artinya "pengajaran sains". Pada periode Jena (1794-1799), Istilah inilah yang digunakan oleh tokoh pemikir yang bernama [[Johann Gottlieb Fichte|Johann Fichte]] dan [[Bernard Bolzano]] untuk berbagai proyeknya. Fichte menggunakan istilah "''Wissenschaftslehre''" sebagai suatu tindakan bebas dalam memposisikan diri, menetapkan, dan primordial sebagai suatu kondisi dari semua pengetahuan dan pengalaman. Penggunaan istilah pada praktik subjektif yang secara eksklusif menjadi langkah awal dari setiap teori sains.<ref>{{Cite journal|last=James, David; Zoller, Gunter|date=2016|title=Fichte’s Later Presentations of the Wissenschaftslehre|url=http://80.82.78.35/get.php?md5=58a66e62ae372b70563113c169e3d990&key=EOESFT2OJ5SDGEV5&doi=10.1017/9781139027557.007|journal=The Cambridge Companion|language=en|volume=10|issue=5|pages=139—167|doi=10.1017/9781139027557.007|id=63610360}}</ref> Gagasan Bolzano (1837) membahas "''Wissenschaftslehre''" dengan kemiripan gagasan oleh Fichte, yang dalam hal itu mengunggulkan sains sebagai sesuatu yang mendahului dan lebih unggul dari filsafat. Itu sangat berbeda, bagaimanapun, dalam hal itu menghilangkan gagasan tentang pemosisian diri saya yang mendukung kecenderungan total ke arah 'aritmetisasi' bidang sains itu sendiri.<ref>{{cite book|last=Hailperin|first=Theodore|date=1996|url=https://books.google.co.id/books?id=Iu8pSmBMg_oC&pg=PA84&lpg=PA84&dq=Bolzano+Wissenschaftslehre&source=bl&ots=x_hCTPw6ia&sig=ACfU3U3SPSFGu6-5FbJVJRwToSoitlrIVA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjv95PxwIv1AhV54XMBHQ6PDYYQ6AF6BAgCEAM#v=onepage&q&f=true|title=Sentential Probability Logic: Origins, Development, Current Status, and Technical Applications|place=[[Betlehem]]|publisher=Lehigh University Press|isbn=9780934223454|pages=84-85|language=id|coauthors=}}</ref> Kemudian kata "epistemologi " pertama kali muncul pada tahun 1847, dalam ulasan di New York's ''Eclectic Magazine''. Ini pertama kali digunakan sebagai terjemahan dari kata ''Wissenschaftslehre'' seperti yang muncul dalam novel filosofis oleh penulis Jerman [[Jean Paul]].
James Frederick Ferrier merupakan seorang filsuf [[Skotlandia]]. Ferrier membahas epistemologi pertama kali dalam aliran filosofis Anglophone di Skotlandia pada tahun 1854,<ref name=":3" /> penerapan dilakukan sebagai studi dalam ''Institutes of Metaphysics'' yakni penerapan ''epistemologi'' sebagai model '[[ontologi]]', ia menetapkan bahwa epistemologi merupakan cabang filsafat yang bertujuan untuk menemukan makna dari pengetahuan, dan menyebutnya 'awal yang sesungguhnya' dari filsafat.
== Pengetahuan ==
Baris 43 ⟶ 23:
== Sejarah ==
Epistemologi merupakan suatu cabang utama filsafat yang khusus mengkaji tentang teori ilmu pengetahuan.<ref>{{Cite web|last=Hanurawan|first=Fattah|date=2016|title=FILSAFAT ILMU DALAM BIDANG PENDIDIKAN|url=http://fppsi.um.ac.id/filsafat-ilmu-dalam-bidang-pendidikan-2/|website=fppsi.um.ac.id|publisher=FPPSI-UM|access-date=2021-12-30|archive-date=2021-12-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20211230111210/http://fppsi.um.ac.id/filsafat-ilmu-dalam-bidang-pendidikan-2/|dead-url=yes}}</ref> Dari segi sejarah, pembahasan filsafat merupakan induk utama ilmu pengetahuan. Atas dasar pokok filsafat inilah lahir cabang ilmu lain, seperti matematika, logika atau logika, kedokteran, dan lain-lain. Epistemologi asal kata dari "''epistēmē''" dalam bahasa Yunani yang berarti pengetahuan. Aliran ini secara garis besar dibagi menjadi dua aliran pokok yakni
=== Awal mula ===
Baris 53 ⟶ 33:
==== Plato ====
Kedatangan [[Plato]] (428-347 SM) mengumumkan metode Sokrates tersebut sehingga menjadi teori ide, yaitu teori ''Dinge an sich'' versi Plato. Plato mengemukan bahwa pengetahuan sejati yang dikenal dengan sebutan ''episteme'' merupakan pengetahuan itu tunggal, tetap, tidak berubah-ubah.<ref>{{Cite book|last=Sudiantara|first=Yosephus|date=2020|url=http://repository.unika.ac.id/23420/1/Filsafat%20Ilmu%2C%20Naskah%20buku%20ber%20ISBN.pdf|title=Filsafat Ilmu: Bagian Pertama, Inti Filsafat Ilmu Pengetahuan|location=Semarang|publisher=Universitas Katolik Soegijapranata|isbn=978-623-7635-46-8|pages=25|url-status=live}}</ref> Ia mengkaji epistemologi dengan berupaya memahami apa yang harus diketahui, dan bagaimana pengetahuan (tidak seperti sekadar opini yang benar) itu baik bagi yang mengetahui.<ref>{{Cite web|date=2005|title=Epistemology|url=https://plato.stanford.edu/entries/epistemology/|website=plato.stanford.edu|publisher=Stanford Encyclopedia of Philosophy|access-date=2021-12-30}}</ref> Maka, menurut
==== Aristoteles ====
Begitu berikutnya datang Aristoteles (382-322 SM), ia mengembangkan dari Plato menjadi teori tentang ilmu. Menurut Aristoteles pengetahuan merupakan hasil dari suatu kegiatan pengamatan manusia yang dilakukan dengan mengamati kenyataan dan melepaskan unsur universal dari partikular. Hal ini menjadi abstraksi di mana manusia meninggalkan bidang inderawi dan melewati taraf dugaan sampai akhirnya memperoleh sebuah episteme sebenarnya atau sejatinya.<ref>{{Cite book|last=Sudiantara|first=Yosephus|date=2020|url=http://repository.unika.ac.id/23420/1/Filsafat%20Ilmu%2C%20Naskah%20buku%20ber%20ISBN.pdf|title=Filsafat Ilmu: Bagian Pertama, Inti Filsafat Ilmu Pengetahuan|location=Semarang|publisher=Universitas Katolik Soegijapranata|isbn=978-623-7635-46-8|pages=26|url-status=live}}</ref> Kemudian barulah logika epistemologi dapat dikatakan terwujud berkat karyanya yang di sebut ''To Organom'', memuat teori metode silogisme deduktif.
=== Perspektif modern ===
==== Epistemologi Barat ====
[[René Descartes]], yang dianggap sebagai pendiri filsafat Barat modern,<ref name=":2">{{cite journal|last=Fikri|first=Mursyid|date=2018|title=Rasionalisme Descartes dan Implikasinya Terhadap Pemikiran Pembaharuan Islam Muhammad Abduh|url=https://media.neliti.com/media/publications/288576-rasionalisme-descartes-dan-implikasinya-c2f99ffd.pdf|journal=Jurnal Tarbawi|volume=3|issue=2|pages=128-144|doi=10.26618/jtw.v3i02.1598|issn=2527-4082|id=}}</ref> mengungkapkan pandangannya bahwa organisme adalah mesin yang dibangun di atas bagian-bagian berbeda yang masih memiliki kerangka konseptual yang dominan. Alam semesta fisik, termasuk organisme hidup, adalah mesin bagi Descartes, dan pada prinsipnya dapat dipahami sepenuhnya dengan menganalisis bagian-bagian terkecilnya.Pandangan mekanistik terkait dengan ekonomi kontemporer dicirikan oleh metode fragmentasi dan reduksionis, yang merupakan simbol dari sebagian besar ilmu sosial. Sistem kehidupan terdiri dari manusia dan sumber daya alamnya yang terus berinteraksi satu sama lain, yang sebagian besar adalah organisme hidup. Pandangan dunia mekanis yang terfragmentasi menyangkal sistem kehidupan yang lengkap dan menekankan pentingnya gaya hidup yang selaras dengan lingkungan ekologi dan sosial.<ref name="Trisnaningsih 2011 1-5">{{cite journal|last=Trisnaningsih|first=Sri|date=2011|title=Epistemologi Modern Dalam Tradisi Barat Dan Timur|url=http://eprints.upnjatim.ac.id/7184/1/04._Majalah_Api_Pembangunan_(Jan._2011).pdf|journal=UPN JATIM|volume=|issue=|pages=1-5|doi=|issn=0853-9553|id=}}</ref>
==== Epistemologi Timur ====
Pandangan ilmu pengetahuan di dunia Timur lebih memperhatikan keselarasan ekologi dan sosial, keserasian dan kesatuan antara manusia dengan lingkungan luar. Manusia sebagai makhluk hidup adalah individu sebagai salah satu bagian kecil dunia (mikrokosmos) yang berada di alam semesta yang sngat luas (makrokosmos).<ref>{{cite journal|last=Amirullah|first=|date=2015|title=Krisis Ekologi: Problematika Sains Modern|url=https://media.neliti.com/media/publications/145017-ID-krisis-ekologi-problematika-sains-modern.pdf|journal=Lentera: Jurnal Ilmu Dakwah dan Komunikasi|volume=18|issue=1|pages=1-21|doi=10.21093/lj.v17i1.425|issn=|id=}}</ref> Pandangan dunia Timur melihat dunia dari perspektif hubungan dan integrasi. Organisme adalah sistem yang mengatur diri sendiri, yang berarti bahwa struktur dan tatanan fungsionalnya tidak ditentukan oleh lingkungan, tetapi ditentukan oleh sistem itu sendiri. Misalnya, sistem menetapkan tren skalanya berdasarkan prinsip pengawasan internal yang tidak terpengaruh oleh lingkungan. Pandangan sistem kehidupan sebagai jaringan membawa perspektif baru yang disebut hierarki alami.<ref
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang telah dicapai telah melahirkan beberapa disiplin ilmu lain telah muncul dari filosofi induk, yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu Ontologi (Teori hakikat), Epistemologi (Teori Ilmiah) dan Aksiologi (Teori nilai).<ref name=":1" />
Baris 71 ⟶ 51:
=== Rasionalisme ===
Rasionalisme adalah aliran yang mementingkan akal pikiran sebagai sumber pengetahuan.<ref name="Wahana 2016 31">{{Cite book|last=Wahana|first=Paulus|date=2016|url=https://repository.usd.ac.id/7333/1/3.%20Filsafat%20Ilmu%20Pengetahuan%20%20(B-3).pdf|title=FIlsafat Ilmu Pengetahuan|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Diamond|isbn=978-979-1953-917|pages=31|url-status=live}}</ref>
Tokoh pemikir aliran ini yakni Rene Descartes (1596-1650), seorang tokoh pemikir filsafat modern. Dalam ungkapnya yang terkenal yakni ''Cogito Ergo Sum'' "Saya berpikir, maka saya ada". Hal ini mendapatkan kecaman dari beberapa tokoh pemikir dan dianggap eksponen (berulang-ulang).<ref>{{cite book|last=Burhanuddin|first=Nunu|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Filsafat_Ilmu/O8NoDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=rasionalisme+adalah&pg=PA42&printsec=frontcover|title=Filsafat Ilmu|place=[[Jakarta Timur]]|publisher=Kencana|isbn=978-602-422-298-7|edition=|pages=42|language=|coauthors=}}</ref> Kemudian ia membangkitkan pemikiran di filsafat Barat dengan mengataan bahwa kebenaran itu adalah tindakan akal. Karena dengan rasio, seseorang dapat mencapai kebenaran, yang berarti tidak boleh mempercayai hal-hal diluar rasion manusia. Untuk mencapai kebenaran, maka diperlukan tiga ide bawaan (''innate ideas'') meliputi Ide pemikiran, Ide Allah sebagai wujud sempurna, dan Ide keluasan.<ref name=":2" /> 3 kategori ide bawaan tersebutlah yang menjadi aksioma pengetahuan dalam filsafat rasionalisme yang kebenaran sudah tidak diragukan lagi.<ref>{{cite journal|last=Atabik|first=Ahmad|date=2014|title=TEORI KEBENARAN PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Pengetahuan Agama|url=https://media.neliti.com/media/publications/62067-ID-teori-kebenaran-perspektif-filsafat-ilmu.pdf|journal=Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan|publisher=Institut Agama Islam Negeri Kudus|publication-place=[[Kudus]], [[Jawa Tengah]]|volume=2|issue=1|pages=253-271|doi=10.21043/fikrah.v2i2.565|issn=2476-9649|id=}}</ref>
=== Empirisme ===
Empirisme adalah aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia diperoleh melalui sebuah pengalaman<ref>{{Cite book|last=Wardhana|first=Made|date=2016|url=http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/8402/1/59e0f0937be2d5d719389e0d9f9002a7.pdf|title=Filsafat Kedokteran|publisher=Vaikuntha International Publication|isbn=978-602-73078-5-8|pages=23|url-status=live}}</ref> atau pengamatan indra. Indra diperoleh dari alam empiris dan terkumpul dalam diri manusia menjadi suatu pengalaman. Adapun tokoh aliran empiris antara lain:
[[John Locke]] (1632-1704) menjadikan dasar aliran empirisme sebagai suatu proses berpikir.<ref>{{Cite book|last=Wardhana|first=Made|date=2016|url=http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/8402/1/59e0f0937be2d5d719389e0d9f9002a7.pdf|title=Filsafat Kedokteran|publisher=Vaikuntha International Publication|isbn=978-602-73078-5-8|pages=48|url-status=live}}</ref> Pada tahun 1669, dalam bukunya berjudul ''Essay Concerming Human Understanding'' dengan [[premis]] utama, dinyatakan bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pemikiran Locke bertentangan dengan ide bawaan (''innate ideas'') sebagai sumber pengetahuan yang dikemukakan [[Plato|Descrates]] sehingga ia menolak adanya ide bawaan tersebut.<ref>{{Cite book|last=Sesady|first=Muliati|date=2019|url=http://repository.stainparepare.ac.id/1120/1/Pengantar%20Filsafat.pdf|title=Pengantar Filsafat|location=Bantul|publisher=TrustMedia Publishing|editor-last=Wahid|editor-first=Abdul|pages=122|url-status=live}}</ref> Pengalaman menurut pandangan Locke dibagi menjadi dua, antara lain: pengalaman dari luar berupa sensasi (''sensation'') dan pengalaman dalam berupa batin atau refleksi (''reflexion''). Melalui proses asosiasi dari kedua pengalaman itu akan membentuk ide yang lebih kompleks.▼
[[David Hume]] (1711-1776), seorang tokoh pemikir asal Inggris<ref>{{Cite book|last=Wasitaatmadja, F. F., Hamdayama, J., dan Herdiwanto, H.|date=2018|url=https://repository.uai.ac.id/wp-content/uploads/2021/07/SPIRITUALISME-PANCASILA.pdf|title=Spiritualisme Pancasila|location=Jakarta Timur|publisher=Prenadamedia Group|isbn=978-602-422-267-3|pages=106|url-status=live}}</ref> yang meneruskan tradisi empirisme. Hume berpendapat bahwa ide yang sederhana adalah salinan (copy) dari sensasi-sensasi sederhana atau ide-ide sederhana atau kesan-kesan yang kompleks. Pemikiran empiris yang dikemukakannya bersifat radikal. Ia mengartikan substansi pengetahuan sebagai perulangan dari pengalaman sehingga keseluruhan pengetahuan merupakan total pengalaman. Pandangan David Hume cenderung [[skeptisisme]] karena ia hanya mengakui hasil pengetahuan oleh indra secara luas. Ia mengangggap pengalaman sebagai sebuah khayalan dan anggapan semata.<ref>{{Cite book|last=Widodo|first=Sembodo Ardi|date=2015|url=https://core.ac.uk/download/pdf/84767057.pdf|title=Pendidikan dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat|location=Bantul|publisher=Idea Press|isbn=978-602-0850-25-2|pages=96|url-status=live}}</ref> Aliran ini kemudian berkembang dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada abad ke-19 dan abad ke-20.▼
▲[[John Locke]] (1632-1704) menjadikan dasar aliran empirisme sebagai suatu proses berpikir.<ref>{{Cite book|last=Wardhana|first=Made|date=2016|url=http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/8402/1/59e0f0937be2d5d719389e0d9f9002a7.pdf|title=Filsafat Kedokteran|publisher=Vaikuntha International Publication|isbn=978-602-73078-5-8|pages=48|url-status=live}}</ref> Pada tahun 1669, dalam bukunya berjudul ''Essay Concerming Human Understanding'' dengan [[premis]] utama, dinyatakan bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pemikiran Locke bertentangan dengan ide bawaan (''innate ideas'') sebagai sumber pengetahuan yang dikemukakan [[Plato|Descrates]] sehingga ia menolak adanya ide bawaan tersebut.<ref>{{Cite book|last=Sesady|first=Muliati|date=2019|url=http://repository.stainparepare.ac.id/1120/1/Pengantar%20Filsafat.pdf|title=Pengantar Filsafat|location=Bantul|publisher=TrustMedia Publishing|editor-last=Wahid|editor-first=Abdul|pages=122|url-status=live|access-date=2021-12-30|archive-date=2021-12-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20211224021201/http://repository.stainparepare.ac.id/1120/1/Pengantar%20Filsafat.pdf|dead-url=yes}}</ref> Pengalaman menurut pandangan Locke dibagi menjadi dua, antara lain: pengalaman dari luar berupa sensasi (''sensation'') dan pengalaman dalam berupa batin atau refleksi (''reflexion''). Melalui proses asosiasi dari kedua pengalaman itu akan membentuk ide yang lebih kompleks.
▲[[David Hume]] (1711-1776), seorang tokoh pemikir asal Inggris<ref>{{Cite book|last=Wasitaatmadja, F. F., Hamdayama, J., dan Herdiwanto, H.|date=2018|url=https://repository.uai.ac.id/wp-content/uploads/2021/07/SPIRITUALISME-PANCASILA.pdf|title=Spiritualisme Pancasila|location=Jakarta Timur|publisher=Prenadamedia Group|isbn=978-602-422-267-3|pages=106|url-status=live}}{{Pranala mati|date=Juni 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> yang meneruskan tradisi empirisme. Hume berpendapat bahwa ide yang sederhana adalah salinan (copy) dari sensasi-sensasi sederhana atau ide-ide sederhana atau kesan-kesan yang kompleks. Pemikiran empiris yang dikemukakannya bersifat radikal. Ia mengartikan substansi pengetahuan sebagai perulangan dari pengalaman sehingga keseluruhan pengetahuan merupakan total pengalaman. Pandangan David Hume cenderung [[skeptisisme]] karena ia hanya mengakui hasil pengetahuan oleh indra secara luas. Ia mengangggap pengalaman sebagai sebuah khayalan dan anggapan semata.<ref>{{Cite book|last=Widodo|first=Sembodo Ardi|date=2015|url=https://core.ac.uk/download/pdf/84767057.pdf|title=Pendidikan dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat|location=Bantul|publisher=Idea Press|isbn=978-602-0850-25-2|pages=96|url-status=live}}</ref> Aliran ini kemudian berkembang dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada abad ke-19 dan abad ke-20.
=== Positivisme ===
Tokoh aliran ini di antaranya August Comte, yang memiliki pandangan sejarah perkembangan pemikiran umat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu: 1) Tahap
=== Skeptisisme ===
Skeptisisme adalah alirah yang menekankan doktrin sebagai pengetahuan bukan hal yang pasti, sebuah metode penilaian yang ditangguhkan, keraguan yang terstruktur, atau karakteristik dari kritik skeptis.<ref name=":12">{{Cite web|title=Definition of SKEPTICISM|url=https://www.merriam-webster.com/dictionary/skepticism|website=www.merriam-webster.com|language=en|access-date=2021-12-12}}</ref> Sedangkan dalam [[filsafat]], skeptisisme dapat merujuk pada metode penyelidikan yang menekankan pengawasan kritis, kehati-hatian, dan ketelitian intelektual. Skeptisisme dimulai dengan klaim bahwa seseorang tidak mengetahui proposisi yang biasanya ia pikir telah ketahui.<ref name=":02">{{Cite web|date=2001|title=Skepticism|url=https://plato.stanford.edu/entries/skepticism/|website=plato.stanford.edu|access-date=2021-12-17}}</ref> Menyatakan bahwa indra adalah bersifat menipu atau menyesatkan. Namun, pada zaman modern berkembang menjadi skeptisisme medotis (sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu pengalaman diakui benar. Tokoh skeptisisme adalah Rene Descartes (1596-1650).
=== Pragmatisme ===
Pragmatisme adalah aliran yang menegaskan bahwa pemikiran manusia menurut pada suatu tindakan.<ref>{{cite journal|last=Wilardjo|first=Setia Budhi|date=2009|title=Aliran-aliran dalam Filsafat Ilmu Berkait dengan Ekonomi|url=https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/vadded/article/download/699/752|journal=Value Added: Majalah Ekonomi dan Bisnis|volume=6|issue=1|pages=1-21|doi=|issn=|id=}}</ref> Dengan kata lain kebenaran pengetahuan hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu perbuatan. Kebenaran pengetahuan harusnya dilakukan dengan suatu perbuatan terencana. Sering kali, Orang yang mempunyai sifat pragmatis, suatu perbuatan yang yang dilakukan akan diharapkan langsung tercapai tanpa berpikir dengan tanpa proses waktu tertentu, sehingga hasil dari kebenarannya kadang salah atau meleset.<ref>{{Cite web|date=2008|title=Pragmatisme Mahasiswa|url=https://bunghatta.ac.id/artikel-283-pragmatisme-mahasiswa.html|website=bunghatta.ac.id|publisher=Universitas Bung Hatta|access-date=2021-12-30}}</ref> Adapun tokoh pemikir yang memperkenal pragmatisme antara lain:
[[Charles Sanders Peirce]] (1839-1914), dikenal sebagai "penemu" atau pelopor aliran pragmatisme berasal dari Amerika.<ref>{{Cite book|last=Hamidah|date=2017|url=http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/2334/1/Filsafat%20Bahasa-Naila%20Pustaka-2017-442%20hlm-Full.pdf|title=Filsafat Pembelajaran Bahasa: Perspektif Strukturalisme dan Pragmatisme|location=Bantul|publisher=Naila Pustaka|isbn=978-602-1290-43-9|editor-last=Rosyidi|editor-first=Abdul Wahab|pages=vii|url-status=live}}</ref> Peirce juga merupakan seorang ahli [[logika]] yang mengenalkan kembali [[semiotika]] sebagai bagian dari [[linguistik]].<ref>{{Cite book|last=Asriningsari, A., dan Umaya, N. M.|date=2010|url=http://eprints.upgris.ac.id/311/1/buku%20semiotika.pdf|title=Semiotika: Teori dan Aplikasi pada Karya Sastra|location=Semarang|publisher=UPGRIS Press|isbn=978-602-804-712-8|pages=27|url-status=live}}</ref> Pierce menyatakan bahwa yang terpenting inti dari pragmatisme adalah pernyataan apapun memilik manfaat (makna ), pernyataan itu harus memiliki bantalan praktis, terencana.<ref>{{Cite web|last=Atkin|first=Albert|title=Charles Sanders Peirce: Pragmatism|url=https://iep.utm.edu/peircepr/|website=iep.utm.edu|publisher=Internet Encyclopedia of Philosophy Daring|language=en|access-date=2021-12-30}}</ref> Kebenaran pengetahuan yang digambarkan suatu hal yang peroleh mengenai akibat yang dapat saksikan dan diamati.
[[John Dewey]] (1859-1952), dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh besar dalam pemikiran pragmatisme modern.<ref>{{Cite book|last=Widodo|first=Sembodo Ardi|date=2015|url=https://core.ac.uk/download/pdf/84767057.pdf|title=Pendidikan dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat|location=Bantul|publisher=Idea Press|isbn=978-602-0850-25-2|pages=1|url-status=live}}</ref> Pemikiran pragmatisme yang dikembangkan oleh Dewey dikenal juga sebagai eksperientalisme. Penamaan ini berasal dari pemikirannya yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia merupakan tujuan dari pendidikan. Ia menyebutnya sebagai pertumbuhan karena menganggap segala sesuatu di dunia ini memiliki sifat selalu berubah.<ref>{{Cite book|last=Kristiawan|first=Muhammad|date=2016|url=https://www.researchgate.net/profile/Muhammad-Kristiawan/publication/316100284_Filsafat_Pendidikan_The_Choice_is_Yours/links/58f04849458515ff23a89e8d/Filsafat-Pendidikan-The-Choice-is-Yours.pdf|title=Filsafat Pendidikan: The Choice Is Yours|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Valia Pustaka Jogjakarta|isbn=978-602-71540-8-7|editor-last=Hendri, L., dan Juharmen|pages=100|url-status=live}}</ref> Pemikiran pragmatisme John Dewey menjadi salah satu pemikiran yang mempengaruhi dimulainya pendidikan massal.<ref>{{Cite book|last=Fauziah, P., dkk.|date=2019|url=https://files.osf.io/v1/resources/jwznf/providers/osfstorage/5deeecfe078b52000d577e05?format=pdf&action=download&direct&version=1|title=Homeschooling: Kajian Teoritis dan Praktis|location=Yogyakarta|publisher=UNY Press|isbn=978-602-498-048-1|pages=29|url-status=live}}</ref>
Willian James (1824-1910), dikenal sebagai bapak aliran pragmatisme. James mengemukakan bahwa pragmatisme merupakan suatu upaya dalam mempersatukan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat sehingga lebih ilmiah dan berguna untuk kehidupan praktis. Kemudian, ia mengembangkan dan menerapkan ke kehidupan yang kegunaannya menopang kehidupan. Kebenaran pada metode yang diterap menggunakan kriteria kebenaran yang mengikuti kaidah keseharian manusia.<ref>{{cite journal|last=Hasbullah|first=|date=2020|title=Pemikiran Kritis John Dewey Tentang Pendidikan|url=https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/tiftk/article/download/3770/2092|journal=Jurist-Diction|volume=10|issue=1|pages=1-21|doi=10.18592/jt%20ipai.v10i1.3770|issn=|id=}}</ref> Studi pragmatisme berkaitan perhatiannya terhadap agama menjadi kontribusi terbesar bagi James adalah perhatiannya pada agama. James mengemukakan bahwa suatu kebenaran dievaluasi didasarkan tindakan atau perilaku manusia sehingga seseorang memiliki keniscayaan agama dan dibenarkan apabila
== Kemanfaatan epistemologi ==
Manfaat mempelajari epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradapan. Hal ini disebabkan dengan epistemologi membantu dalam membangun masyarakat baik modern maupun tradisonal tanpa mengesampingkan peranan kunci dari epistemologi agar mencegah terjadi kemacetan peradaban, kreasi baru, dan temuan orisinal.<ref>{{cite book|last=Qomar|first=Muljamil|date=2005|url=https://www.google.co.id/books/edition/Epistemologi_pendidikan_Islam/dXwnu_Y_n2EC?hl=id&gbpv=1&dq=Manfaat%20epistemologi&pg=PA34&printsec=frontcover|title=Epistemologi pendidikan Islam dari metode rasional hingga metode kritik|place=[[Ciracas]], [[Jakarta]]|publisher=Erlangga|isbn=9789797810740|edition=|pages=34|language=|coauthors=}}</ref> Tiga alasan yang menjadi pertimbangan dalam mempelajari epistemologi meliputi strategis, kebudayaan, dan pendidikan. Pertama, pertimbangan strategis terhadap epistemologi ialah agar dapat memahami pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia baik dari segi manfaat dan perolehan ilmu. Kedua, pertimbangan kebudayaan terhadap epistemologi ialah agar dapat memahami dan mengungkapkan makna yang terkandung pada ekspresi budaya, baik itu makna budaya yang berupa tulisan, lisan maupun simbol. Ketiga, pertimbangan pendidikan terhadap epistemologi bersifat usaha sadar pada pandangan secara sentral, di mana pendidikan dicirikan dengan proses mulai dari penetapan visi misi, kurikulum, capaian pelajaran yang ingin raih, penentuan mata pelajaran yang akan dikaji, hingga evaluasi hasil pembelajaran. Dari proses inilah akan menuntun, mempertajam, dan membantu dalam memahami ilmu pengetahuan secara
== Pendekatan ilmiah ==
Secara operasional dan eksplisit, konsep epistemologi dikaji dalam penerapan metode ilmiah. Metode ilmiah secara metodologis mencakup tindak pikiran, pola, teknis, dan tahapan sebagai dasar pengembangan pengetahuan yang telah ada sebelumnya ataupun perolehan pengetahuan yang baru.<ref>{{cite journal|last=Saifullah|first=|date=2013|title=REFLEKSI EPISTIMOLOGI DALAM METODOLOGI PENELITIAN (Suatu Kontemplasi atas Pekerjaan Penelitian)|url=http://repository.uin-malang.ac.id/2351/1/refleksi.pdf|journal=De Jure: Jurnal Hukum dan Syar'iah|publisher=[[UIN Maulana Malik Ibrahim]]|publication-place=[[Malang]]|volume=5|issue=2|pages=
== Referensi ==
|