Gajah perang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Kaiser Akbar bändigt einen Elefanten.jpg|300px270px|thumb|right|Kaisar [[Mughal]], [[Akbar yang Agung]], menunggangi gajah perang. Gambar dari tahun 1609/1610.]]
<!--[[Berkas:War-elephant-illustrated-london-news.jpg|thumb|right|200px|Ketebalan kulit gajah melindunginya dari luka-luka. Posisi pengendara di atas gajah memberikan pandangan yang luas namun ia adalah target yang kelihatan.]]-->
'''Gajah perang''' adalah [[gajah]] yang dilatih dan digunakan untuk [[perang|berperang]] dalam [[sejarah militer]] di banyak negara di dunia pada zaman dahulu. Kegunaan gajah perang adalah untuk kendaraan dalam perang serta untuk mematahkan barisan dan menginjak-injak musuh. Penggunaan gajah dalam perang pertama kali dilakukan di [[India]], ketika gajah disediakan sebagai salah satu sayap dari empat sayap dalam militer India. Divisi gajah perang disebut "elefantri."
Baris 47:
Menangkap gajah dari alam liar merupakan tugas yang sulit, namun cara ini diperlukan karena metode pembiakan memakan waktu yang lama untuk menghasilkan gajah dewasa yang siap tempur. Secara umum, gajah yang digunakan dalam perang adalah gajah jantan karena mereka lebih agresif. Selain itu, gajah betina dalam perang akan kabur dari gajah jantan, sehingga hanya gajah jantan yang dapat digunakan dalam perang, sedangkan gajah betina digunakan untuk keperluan [[logistik]].<ref>Kistler, hlm.xi.</ref>
 
=== AbadZaman kuno ===
 
==== India ====
Baris 97:
==== Diadokhoi ====
 
Penggunaan gajah dalam perang terus menyebar. Para penerus kekaisaran Aleksander, yaitu para [[Diadochi|Diadokhoi]], menggunakan ratusan gajah India dalam perang mereka. Penggunaan gajah perang oleh Diadokhoi yang paling terkenal adalah oleh [[Kekaisaran Seleukus|Kekaisaran Seleukos]], yang memperoleh gajah perangnya dari India. Perang antara Kekaisaran Seleukos dengan [[Chandragupta Maurya]] (Sandrokottos), pendiri Kekaisaran [[Maurya]] ([[Perang Seleukia-Maurya]]), pada 305 SM berakhir dengan penyerahan wilayah timur Seleukos yang cukup luas, yang ditukar dengan 500 ekor gajah perang India.<ref>Fox, 2006.</ref> Jumlah tersebut relatif kecil dibandingkan keseluruhan pasukan gajah [[Maurya]], yang disebut-sebut mencapai 9.000 ekor gajah perang.<ref>Plinius, ''Naturalis Historia'' VI, 22.4.</ref> Seleukos menggunakan gajah perang mereka pada [[Pertempuran Ipsos]] empat tahun kemudian. Kekaisaran Seleukos juga menggunakan gajah perang untuk menghentikan [[Pemberontakan Makabim]] di [[Judea]]. Ketika itu, gajah-gajah perang berhasil membuat para prajurit [[Yahudi]], yang menggunakan senjata yang lebih sederhana, ketakutan. [[Eleazar Makkabeus]], pria termuda di antara [[Hasmonean]] bersaudara, berhasil membunuh seekor gajah perang dalam [[Pertempuran Beth Zakaria]]. Dia menusuk perut sang gajah dengan tombaknya sebelum akhirnya dia mati tertindih oleh badan gajah tersebut. Dia menyerang gajah tersebut karena secara salah mengira bahwa gajah itu mengangkut [[Antiokhos V]], raja Seleukos.<ref>[[1 Makabim]], 6:43-46.</ref> Meskipun dia keliru dan akhirnya mati, tindakannya menjadi terkenal.
 
Penggunaan pertama gajah perang di Eropa adalah pada tahun 318 SM oleh [[Polyperkhon]], salah satu mantan jenderal Aleksander Agung, ketika itu dia mengepung [[Megalopolis]] di [[Peloponnesos]] dalam [[Perang Diadokhoi]]. Dia mengerahkan 60 gajah yang dibawa dari Asia bersama pawang mereka. Seorang veteran dari pasukan Aleksander yang bernama Damis ikut membantu rakyat Megalopolis bertahan menghadapi gajah-gajah itu dan pada akhirnya Polyperkhon dikalahkan. Gjah-gajah itu kemudian diambil oleh [[Kassandros]] dan dipindahkan, sebagian lewat laut, ke medan tempur lainnya d Yunani. Diduga bahwa Kassandros adalah yang pertama kali membuat kendaraan laut pengangkut gajah. Beberapa gajah mati karena kelaparan pada tahun 316 SM ketika mengepungan kota [[Pydna]] di [[Kekaisaran Makedonia|Makedonia]]. Gajah-gajah Polyperkhon lainnya digunakan di berbagai wilayah di Yunani oleh Kassandros.<ref>[http://books.google.gr/books?id=-5RHK4Ol15QC&pg=PA56&lpg=PA56&dq=polyperchon+war+elephants&source=bl&ots=dloVtj9I1n&sig=E2-Ba527f_2B_BMpT8fBnDix1wU&hl=el#v=onepage&q=polyperchon%20war%20elephants&f=false Kistler M. John, War Elephants, University of Nebraska Press, 2007, hlm. 54-77.]</ref>
 
==== Mediterania ====
Baris 287 ⟶ 289:
 
[[Berkas:Ww1-elephant.jpg|250px|thumb|left|Selama [[Perang Dunia I]], gajah digunakan untuk menarik pelengkapan berat. Gajah ini menarik [[amunisi]] di [[Sheffield]].]]
Memasuki abad dua puluh, gajah yang tak dilatih bertempur digunakan untuk tujuan militer sampai [[Perang Dunia II]],<ref>[http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/2800737.stm War Veteran Elephant Dies]</ref> terutama karena hewan ini mampu berjalan di daerah-daerah yang sulit dilalui oleh kendaraan modern. Sir [[William Slim]],komandan [[Pasukan Keempat Belas Britania|Pasukan ke-XIV]] menulis mengenai gajah dalam pengantarnya pada "Elephant Bill": ''Mereka [gajah] membangun banyak jembatan bagi kami, mereka membantu membangun dan meluncurkan lebih banyak kapal bagi kami daripada yang [[Helene]] lakukan bagi Yunani. Tanpa mereka gerak mundur kami dari [[Burma]] akan menjadi lebih seukar dan gerak maju untuk melakukan pembebasan akan menjadi lebih lambat dan sulit.''<ref>[[James Howard Williams|Williams, James Howard]] ''Elephant Bill'' (Rupert Hart-Davis, London, 1954)</ref>
 
Bagi banyak pasukan di [[Negara gagal|negara-negara gagal]], gajah kini lebih berharga untuk diambil [[gading]]nya daripada fungsinya sebagai kendaraan. Ribuan gajah mati dalam perang saudara karena [[perburuan ilegal]]. Gajah digolongkan sebagai [[hewan pikul]] dalam [[manual lapangan]] [[Pasukan Khusus Amerika Serikat]] yang diterbitkan pada 2004, namun penggunaan gajah oleh personel Amerika Serikat tidak dianjurkan karena gajah merupakan [[spesies terancam|spesies yang terancam punah]].<ref>{{cite web