Garangan jawa
Urva javanica
dari Darmaga, Bogor
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Urva javanica
Nama binomial
Urva javanica
Subspesies

U. j. javanica
U. j. exilis
U. j. orientalis
U. j. peninsulae
U. j. perakensis
U. j. rafflesii
U. j. rubifrons
U. j. siamensis
U. j. tjerapai

Agihan garangan jawa
Sinonim
  • Ichneumon javanicus (Geoffroy, 1818)
  • Herpestes exilis Gervais, 1841
  • Mungos incertus Kloss, 1917
  • Mungos siamensis Kloss, 1917

Garangan jawa (Urva javanica), dalam bahasa daerah dikenal sebagai garangan (Jw.), senggarangan (Bw.) atau ganggarangan (Sd.), adalah sejenis karnivora kecil anggota suku Herpestidae. Menyebar luas di Asia Tenggara dan Selatan, hewan ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Javan mongoose, small Indian mongoose, atau small Asian mongoose. Belakangan, anak jenis auropunctatus dari Nepal diusulkan sebagai spesies tersendiri.

Pengenalan sunting

 
Warnanya cokelat kemerahan

Garangan bertubuh kecil hingga sedang, panjang kepala dan tubuh 250–410 mm, sedangkan ekornya sekitar 60–80% panjang kepala dan tubuh tadi. Tungkai belakangnya 50–70 mm dari ‘tumit’ hingga ujung jari. Ukuran tubuh ini bervariasi, dengan kecenderungan paling kecil di barat laut daerah sebarannya (India utara) dan bertambah besar ke arah tenggara, dengan ukuran terbesar didapati di Jawa.[2] Bobot tubuhnya berkisar antara 0,5–1 kg.[3]

Cokelat kelabu hingga cokelat kemerahan; warna kaki sama dengan warna tubuhnya.[4] Sebagaimana ukurannya, warna tubuh ini juga bervariasi dari yang paling pucat di ujung barat laut wilayah sebarannya (India barat laut dan Pakistan), gelap keabu-abuan di Assam dan Burma, hingga tersaput kuat dengan warna kemerahan di Vietnam dan Jawa.[2]

Agihan sunting

 
Opsetan di Museum Zoologi Kunming

Garangan jawa menyebar luas mulai dari Persia (Iran sekarang), India utara, Burma, ke Indochina, Hainan, Siam (Thailand), Semenanjung Malaya, dan Jawa.[5] Beberapa individu tercatat dari Sumatra bagian utara, yang dideskripsi Sody (1949) sebagai H. javanicus tjerapai.[6]

Hewan ini juga diintroduksi ke Hindia Barat, Kepulauan Hawaii, Mauritius, Kepulauan Fiji, Okinawa, dan Amami Ōshima di Jepang, untuk mengendalikan tikus dan ular. Garangan mungkin juga menyebar (dengan menumpang kapal) ke Hong Kong dan Pulau Madura.[1]

Ekologi dan perilaku sunting

 
Garangan hendak menyeberang jalan

Hewan pemangsa ini umumnya hidup di semak-semak dan padang rumput, daripada di hutan yang rapat. Aktif di atas tanah (terestrial) dan jarang memanjat pohon, garangan tidur dalam lubang-lubang di tanah, lubang pohon, dan tempat yang serupa.[3]

Garangan jawa aktif berburu mangsa di siang maupun malam hari. Ia sering terlihat menyeberangi jalan di siang hari, dengan badan rendah di atas tanah dan ekor lurus di belakangnya. Mangsa utamanya adalah tikus, tetapi garangan tidak keberatan memangsa apa pun hewan kecil yang ditemuinya: burung, reptil, kodok, yuyu, serangga, dan bahkan kalajengking. Dilaporkan bahwa garangan acap menjilati dan mengisap-isap darah mangsanya yang keluar dari luka; dan karena itu hewan ini dapat membunuh banyak ayam, bila sempat masuk ke kandang.[3]

Garangan atau cerpelai dikenal sebagai musuh atau pemangsa ular; perkelahian garangan dengan ular sendok (kobra) sangat populer, meskipun agaknya ular hanyalah bagian kecil dari porsi mangsa garangan.[3] Terkait dengan ini, Rikki-Tikki-Tavi adalah garangan yang terkenal, tokoh dalam novel karya Rudyard Kipling, yang berkelahi dan membunuh ular-ular kobra yang mengancam keselamatan majikannya.

Garangan jawa tidak memiliki musim kawin yang khusus. Hewan betina melahirkan 2–4 anak, setelah mengandung selama sekitar 6 minggu.[3]

Introduksi dan invasi sunting

Abad ke-19 merupakan abad perkembangan perkebunan tebu. Tanaman penghasil gula ini dikembangkan di banyak wilayah tropis; dan bersama dengan meluasnya tebu, turut berkembang pula populasi tikus, yang menjadi hama tanaman tebu. Sedini tahun 1870, garangan telah dibawa masuk ke Trinidad, untuk mengendalikan hama tikus, tetapi gagal.[7] Upaya berikutnya, yang memasukkan garangan jawa dari Kalkuta ke Jamaika, berhasil pada tahun 1872. Keberhasilan ini ditulis dalam sebuah karyatulis karangan W.B. Espeut,[8] yang memicu para pemilik perkebunan tebu untuk mengangkut 72 ekor garangan dari Jamaika ke Pulau Besar di Hawaii, dan selanjutnya juga ke pulau-pulau sekitarnya.

Dengan alasan serupa, pada 1884 garangan dibawa masuk ke Kepulauan Virgin, untuk mengendalikan hama tikus hitam (Rattus rattus) yang merusakkan perkebunan tebu di situ. Namun upaya ini membawa dampak negatif pada populasi iguana hijau (Iguana iguana) dan kadal Ameiva polops, yang jadi jauh menyusut karena turut dimangsa garangan. Demikian pula populasi burung-burung yang bersarang di tanah.[9]

Tahun 1910, garangan ini dibawa masuk ke Okinawa, Jepang, dan juga pada 1979 ke Pulau Amami Ōshima, untuk mengendalikan populasi sejenis ular berbisa (Trimeresurus flavoviridis) dan populasi hama yang lain. Akan tetapi, karena pertumbuhan populasinya dan karena sifat invasifnya, kini garangan justru berbalik menjadi hama yang baru di tempat-tempat tersebut. .[10]

Catatan taksonomis sunting

Alih-alih sebagai anak jenis H. javanicus, beberapa ahli menempatkan garangan kecil india (H. auropunctatus (Hodgson, 1836)) sebagai spesies tersendiri, yang berbeda dari jenis sebelumnya dalam ukuran dan pewarnaan tubuh.[11][12][13][14] Batas wilayah sebaran kedua jenis ini adalah aliran Sungai Salween di Burma, di mana populasi di timurnya adalah H. javanicus, menyebar hingga ke Indochina dan Jawa, sementara di sebelah barat sungai adalah H. auropunctatus, yang menyebar hingga ke Irak di ujung barat.[15]

Jika mengikuti pendapat yang akhir ini, jenis yang diintroduksi ke pelbagai tempat tadi adalah H. auropunctatus, dan bukan H. javanicus.[16]

Catatan kaki sunting

  1. ^ a b Wozencraft, C., Duckworth, J.W., Choudury, A., Muddapa, D., Yonzon, P., Kanchanasaka, B., Jennings A. & Veron, G. (2008). "Herpestes javanicus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2008. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 22 March 2009.  Database entry includes a brief justification of why this species is of least concern.
  2. ^ a b Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. and Oxford Univ. Press. p. 214-15
  3. ^ a b c d e Lekagul, B. & J. McNeely. 1988. Mammals of Thailand: 566-568. Association for the Conservation of Wildlife, Bangkok.
  4. ^ Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, & S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 364
  5. ^ Pocock, R.I. 1941. The Fauna of British India including Ceylon and Burma Mammalia. II (Carnivora: Aeluroidea, Arctoidea): 28-35. Taylor and Francis, London.
  6. ^ Sody, H.J.V. 1949. Notes on some Primates, Carnivora and the babirusa from the Indo-Malayan and Indo-Australian Regions. Treubia 20: 121-190.
  7. ^ Hoagland, D.B., G.R. Horst, and C.W. Kilpatrick (1989) Biogeography and population biology of the mongoose in the West Indies. Pages 611–634 in C. A. Woods, editor. Biogeography of the West Indies. Sand Hill Crane Press, Gainesville, Florida, USA.
  8. ^ Espeut, W.B. 1882. On the acclimatization of the Indian mongoose in Jamaica. Proceedings of the Zoological Society of London 1882: 712–714.
  9. ^ George A. Seaman & John E. Randall (1962). "The Mongoose as a Preditor in the Virgin Islands". Journal of Mammalogy. American Society of Mammalogists. 43 (4): 544–546. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 2013-04-12. 
  10. ^ Nobuo, I. 2004. "The Small Asian Mongoose introduced to the Island of Okinawa and Amami-Oshima: The Impact and Control Measure." Environmental Research Quarterly 132: 13-21. (abstrak) Diarsipkan 2012-02-29 di Wayback Machine.. Accessed 15 Feb 2009.
  11. ^ Chasen, F.N. 1940. A handlist of Malaysian mammals. Bull. Raffless Mus. 15: 209 pp
  12. ^ Ellerman, J.R. and M.T.C.S. Scott. 1951. Checklist of Palaearctic and Indian Mammals 1758-1946. p 294-295 Diarsipkan 2023-04-11 di Wayback Machine.. Museum Natural History, London.
  13. ^ Nellis, D.W. 1989. Herpestes auropunctatus (Hodgson, 1836). Mammalian Species 342: 1-6. Diarsipkan 2022-12-04 di Wayback Machine.
  14. ^ Patou, M., P.A. Mclenachan, C.G. Morley, A. Couloux, A.P. Jennings, & G. Veron. 2009. Molecular phylogeny of the Herpestidae (Mammalia, Carnivora) with a special emphasis on the Asian Herpestes. Molecular Phylogenetics and Evolution 53 (2009): 69–80.[pranala nonaktif permanen]
  15. ^ Veron, G., M.L. Patou, G. Pothet , D. Simberloff , & A.P. Jennings. 2007. Systematic status and biogeography of the Javan and small Indian mongooses (Herpestidae, Carnivora). Zoologica Scripta 36(1): 1–10. abstrak Diarsipkan 2023-07-28 di Wayback Machine.
  16. ^ Global Invasive Species Database: Herpestes auropunctatus (Hodgson 1836) Diarsipkan 2014-01-09 di Wayback Machine.

Pranala luar sunting