Gelar Utsmaniyah

artikel daftar Wikimedia

Pada masa Utsmaniyah, terdapat beberapa gelar dan sapaan resmi yang digunakan, baik oleh anggota keluarga sultan maupun masyarakat biasa. Gelar dan sebutan ini bisa disandang secara resmi saat orang yang bersangkutan menduduki jabatan tertentu, atau digunakan sebagai bentuk penghormatan dalam pergaulan sehari-hari.

Utsmani menggabungkan dua tradisi dalam menggunakan gelar, yakni ditempatkan di depan nama sebagaimana tradisi di kawasan Anatolia dan sekitarnya, dan ditempatkan di belakang nama sebagaimana adat di Asia Tengah yang menjadi tempat leluhur Wangsa Utsmaniyah.

Anggota keluarga penguasa

Keluarga penguasa menggunakan beberapa gelar tertentu, baik yang diadopsi dari bahasa Arab, Persia, maupun Turki. Setiap anggota keluarga penguasa biasanya menyandang lebih dari satu gelar resmi, untuk menentukan kedudukan mereka di tengah keluarga. Gelar yang umum digunakan dalam keluarga Utsmani adalah sultan dan effendi.

Sultan (سلطان) adalah gelar Arab Muslim yang bermakna "kekuatan" dan "kewenangan". Awalnya gelar ini hanya digunakan oleh penguasa Utsmani seorang. Namun semenjak abad ke-16, gelar ini juga secara resmi digunakan oleh keluarganya juga, baik laki-laki dan perempuan, mencerminkan konsep Utsmani tentang kedaulatan dan kekuatan sebagai "hak khusus keluarga". Laki-laki menyandang gelar ini sebelum nama, sedangkan perempuan di belakang nama. Sebagai catatan, para perempuan secara resmi juga menyandang gelar sultan, bukan sultanah. Sultanah tidak pernah digunakan secara resmi oleh pihak Utsmani. Meski demikian, pihak Barat sering menggunakan gelar sultanah untuk merujuk pada anggota keluarga penguasa yang perempuan, sangat mungkin untuk membedakan mereka dengan penguasa itu sendiri.

Effendi adalah gelar kehormatan yang berasal dari Yunani dan bisa bermakna 'tuan' atau 'puan'. Gelar ini disematkan di belakang nama.

Penguasa

Penguasa Utsmani menyandang beberapa gelar, di antaranya sultan, khan, padisyah, dan khalifah. Di masa-masa awal Utsmani, penguasa menyandang gelar bey yang bermakna adipati. Osman dan Orhan, penguasa pertama dan kedua Utsmani, masih menyandang gelar bey saat mereka berkuasa.

Meski daftar sultan Utsmani selalu dimulai dengan Osman, gelar sultan secara resmi digunakan pertama kali oleh Murad I yang merupakan penguasa Utsmani ketiga. Sultan menjadi gelar penguasa Utsmani yang paling dikenal di luar Utsmani. Pada keberjalanannya, gelar ini kerap digunakan dengan gelar khan, gelar penguasa Asia Tengah, dengan sultan disandang sebelum nama dan khan berada di belakang nama. Di Utsmani, khan dieja sebagai han. Penggunaan ini merupakan perlambang Utsmani yang mewarisi dua warisan kebudayaan, yakni Islam dan Asia Tengah. Contoh penggunaan: Sultan Suleyman Han.

Padisyah adalah gelar Persia yang bermakna kaisar atau maharaja dan kedudukannya berada di atas syah atau raja. Gelar ini biasanya digunakan berdiri sendiri tanpa menyertakan namanya, berbeda dengan sultan atau khan yang biasanya disebut bersama dengan nama penguasa yang bersangkutan. Padisyah juga digunakan bersama dengan effendi dalam percakapan, seperti sapaan "padisyah effendim" yang bermakna "tuanku kaisar."

Khalifah adalah gelar resmi untuk pemimpin Muslim seluruh dunia, meskipun seringnya hanya simbolis semata karena tiap kepala negara Muslim biasanya memerintah negara mereka masing-masing tanpa campur tangan khalifah. Penguasa Utsmani secara resmi menyandang gelar ini setelah Sultan Selim I menaklukan Kesultanan Mesir pada 1517 yang saat itu merupakan pelindung Khalifah Abbasiyah yang siudah tak punya wilayah kekuasaan sejak jatuhnya Baghdad pada 1258. Pada prakteknya, gelar khalifah jarang sekali digunakan oleh para penguasa Utsmani dalam politik dalam dan luar negeri.