Hamka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Mengembalikan suntingan oleh 103.144.170.190 (bicara) ke revisi terakhir oleh Fazoffic Tag: Pengembalian |
||
Baris 201:
Hamka diakui secara luas sebagai seorang pemikir Islam Asia Tenggara. Perdana Menteri Malaysia [[Tun Abdul Razak]], ketika menghadiri penganugerahan gelar kehormatan [[Honoris Causa]] oleh [[Universitas Kebangsaan Malaysia]] kepada Hamka, menyebut Hamka sebagai "kebanggaan bangsa-bangsa Asia Tenggara". [[:en:John Louis Esposito|John L. Espito]] mamasukkan Hamka bersama [[Muhammad Iqbal|Sir Muhammad Iqbal]], [[Syed Ahmed Khan]], dan [[Muhammad Asad]] dalam ''Oxford History of Islam''. Menurut peneliti sejarah Asia Tenggara modern [[:en:James R. Rush|James Robert Rush]], Hamka hanyalah satu di antara banyak orang dalam generasinya yang dikenal sebagai politikus, ulama, dan pengarang. Namun, "Hamka tampak menonjol ketika di antara mereka ada yang lebih terpelajar, baik dalam pengetahuan Barat maupun studi yang mendalam tentang Islam."
Presiden ke-4 Indonesia [[Abdurrahman Wahid]] menulis, Hamka memiliki orientasi pemikiran yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat akan perubahan.{{sfn|Wahid|1996|pp=19-51}} Tokoh [[Nahdatul Ulama]] [[
Hamka berada di posisi terdepan dalam masyarakat Islam modern Indonesia yang sedang mengalami modernisasi. Ia menginisiasi berdirinya sekolah-sekolah Islam di Indonesia dengan mencetuskan ide konkret model lembaga pendidikan Islam modern. Ia berhasil membangun citra MUI sebagai lembaga independen dan berwibawa untuk mewakili suara umat Islam. Mantan Menteri Agama [[Mukti Ali]] mengatakan, berdirinya MUI adalah jasa Hamka terhadap bangsa dan negara. Hamka termasuk pelopor jurnalisme Islam di Indonesia melalui kiprahnya di majalah ''[[Pedoman Masyarakat]]''. [[Rosihan Anwar]] menyebut Hamka sebagai wartawan besar.{{sfn|Zainal|1996|pp=181-190}} Melalui karya sastra, Hamka memberikan kontribusi dalam menyebarkan dan menanamkan wacana mengenai persatuan Indonesia. Ia memberikan kritik sekaligus alternatif terhadap adat yang dianggapnya usang. Selain itu, ia banyak berkiprah dan terlibat dalam lembaga dan kongres kebudayaan nasional.
|