Hamka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 61:
Selama berasrama, Malik memanfaatkan hari Sabtu yang dibebaskan untuk keluar ke pasar membeli barang keperluan, pergi berkeliling kampung sekitar Parabek. Waktu yang dinantikannya adalah menyaksikan perlombaan burung balam di Kampung Durian. Sebelum perlombaan dimulai, diadakan pidato sambutan dari setiap penghulu. Ia begitu tertarik mendengar pidato-pidato tersebut dan berikutnya mencari waktu saat pelantikan penghulu, saat para tetua adat yang mahir berpidato adat berkumpul. Selesai helatan, Malik menemui salah seorang yang membacakan pidato adat. Dari sana, Malik mulai mencatat petikan-petikan, sambil menghafal pantun dan diksi dalam pidato adat. Demi mendalami minatnya, ia mendatangi beberapa penghulu untuk berguru pidato adat. Kecenderungannya ini membuat keluarga ibunya mewariskan gelar pusaka yang sudah lama tak dipakai, Datuk Indomo kepada Malik.
 
=== Merantau ke JawaPerantauan ===
Malik sering menempuh perjalanan jauh sendirian, berkelana ke sejumlah tempat di Minangkabau sehingga ayahnya memberi julukan "Si Bujang Jauh".{{sfn|Tamara, dkk|1983|pp=368}} Dalam usia baru menginjak 15 tahun, Malik telah berniat pergi ke pulau Jawa. Ia kabur dari rumah, pergi tanpa meminta izin ayahnya. Ia hanya pamit kepada anduangnya di Maninjau. Dari sana Malik memulai perjalanan dengan bekal ongkos yang diberikan andungnya. Ia menempuh perjalanan melalui darat dengan singgah terlebih dahulu di Bengkulu, berencana menemui kerabat satu suku dari ibunya untuk meminta tambahan ongkos. Ketika sampai di dekat [[Bengkulu]], Malik yang merasakan tubuhnya panas bermalam dua hari di surau. Ia mendapat pertolongan dari seorang saudagar yang mengantarnya ke [[Napal Putih, Bengkulu Utara|Napal Putih]]. Dalam kondisi sakit, ia menumpang di salah satu rumah warga, sementara tubuhnya mulai diserang cacar. Setelah dua bulan meringkuk menunggu kesehatannya pulih, Malik dipulangkan ke Padangpanjang membawa bopeng bekas luka cacar di sekujur tubuhnya.{{sfn|Azra|2002|pp=267}}