Hindia Belanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Illchy (bicara | kontrib)
Timor Leste adalah koloni Portugis
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan
 
(27 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 33:
| flag_p12 = Flag_of_the_Sultanate_of_Banten.svg
| p13 = Melaka Portugis
| flag_p13 = Flag of Portugal (1640).svg
| p14 = Republik Lanfang
| flag_p14 = Lanfang_Republic_Reconstructed_Flag.svg
Baris 47:
| flag_s4 = Flag of Netherlands.svg
| flag = Bendera Belanda#Hindia Belanda
| image_flag = Flag of the Dutch East India CompanyNetherlands.svg
| image_map = Atlas van Nederlandsch Oost-Indië.tif
| image_map = [[Berkas:Dutch East Indies Expansion.gif|jmpl|ka|320px|Ekspansi VOC dilanjutkan oleh pemerintahan Hindia Belanda di Kepulauan Indonesia.]]
| image_map_caption = Peta wilayah Hindia Belanda sekitar tahun 1898-1907
| image_coat = Royal coat of arms of the Netherlands.svg
| national_anthem = "[[Wien Neêrlands bloed]]" (1815-1932) {{center|[[File:Wienneerlandsbloed.ogg|noicon]]}}<br>"[[Wilhelmus (lagu)|Wilhelmus]]" (1932-1942)<br />[[Berkas:United States Navy Band - Het Wilhelmus (tempo corrected).ogg|noicon|pus]]</center>
Baris 91:
| stat_pop1 = 60.727.233
| currency = [[Gulden Hindia Belanda]]
| today = [[Indonesia]]<br/>[[Malaysia]]{{efn|Pelabuhan [[Malaka]] merupakan bagian dari [[Malaka Belanda|Hindia Belanda]] dari 1818 hingga 1825}}
| footnote_a = {{note|aaa}} [[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda|Diduduki pasukan Jepang]] antara tahun 1942 hingga 1945, yang diikuti oleh [[Revolusi Nasional Indonesia]] hingga tahun 1949. Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. [[Nugini Belanda]] diserahkan kepada Indonesia pada tahun 1963. Tanggal resmi menurut PBB adalah 27 Desember 1949 <ref>https://www.un.org/en/decolonization/nonselfgov.shtml</ref>
}}
Baris 129:
[[Berkas:Het zevende bataljon tot de aanval oprukkend.jpg|jmpl|kiri|Batalyon ke–7 Belanda bergerak maju di Bali pada tahun 1846]]
Belanda menaklukkan wilayah [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] di Sumatra dalam [[Perang Padri]] (1821–1838),<ref>Ricklefs (1991), hlm. 142</ref> dan [[Perang Jawa]] (1825–1830) juga mengakhiri perlawanan masyarakat Jawa yang signifikan.<ref name="Friend p21"/> [[Perang Banjarmasin]] (1859–1863) di tenggara pulau Kalimantan berakhir dengan kekalahan Sultan.<ref>Ricklefs (1991), hlmn. 138-139</ref> Setelah ekspedisi yang gagal untuk menaklukkan Bali pada tahun [[Perang Bali I|1846]] dan [[Perang Bali II|1848]], [[Intervensi Belanda di Bali (1849)|peperangan tahun 1849]] membawa wilayah Bali bagian utara berada di bawah kendali Belanda. Ekspedisi militer yang paling berkepanjangan adalah [[Perang Aceh]], di mana invasi Belanda pada tahun 1873 dihadapi dengan perlawanan gerilya kaum pribumi dan berakhir dengan menyerahnya Aceh pada tahun 1912.<ref name="Friend p21">Friend (2003), hlm. 21</ref> Gangguan terus terjadi di Pulau Jawa dan Sumatra selama sisa abad ke-19.<ref name="LP_23-25"/> Namun, [[Pulau Lombok]] [[Intervensi Belanda di Lombok dan Karangasem|berada di bawah kendali Belanda]] pada tahun 1894,<ref>Vickers (2005), hlm. 13</ref> dan perlawanan suku Batak di Sumatera Utara [[Perang Batak|ditaklukan]] pada tahun 1895.<ref name="Friend p21"/> Menjelang akhir abad ke-19, keseimbangan kekuatan militer bergeser ke arah negara Belanda dengan industri yang sedang berkembang melawan [[:en:wikt:polity|negara]] pribumi Indonesia dengan pra-industrinya, dan kesenjangan teknologi semakin melebar.<ref name="Rickelfs131"/> Para pemimpin militer dan politikus Belanda percaya bahwa mereka memiliki kewajiban moral untuk membebaskan penduduk asli Indonesia dari para penguasa pribumi yang dianggap menindas, terbelakang, atau tidak menghormati hukum internasional.<ref name="Vickers 2005, hlm. 14">Vickers (2005), hlm. 14</ref>
[[File:Halaman_Istana_Gedung_Dalom_1926.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Halaman_Istana_Gedung_Dalom_1926.jpg|jmpl|Putri Kolonial Belanda di halaman depan Keraton Kepaksian Pernong Sekala Brak Batu Brak tahun 1933]]
Meskipun pemberontakan di Indonesia pecah, kekuasaan pemerintah kolonial diperluas ke seluruh wilayah nusantara dari tahun 1901 hingga 1910 dan kontrol atas wilayah tersebut juga diambil dari para penguasa lokal yang tersisa.<ref name="Reid 1974, p. 1">Reid (1974), hlm. 1.</ref> [[Sulawesi]] barat daya dan [[Sulawesi Tengah|tengah]] diduduki pada tahun 1905 hingga 1906, Pulau Bali ditaklukkan dengan kampanye militer pada tahun [[Intervensi Belanda di Bali (1906)|1906]] dan [[Intervensi Belanda di Bali (1908)|1908]], begitu pula kerajaan-kerajaan lain yang tersisa di Maluku, Sumatra, Kalimantan, dan [[Nusa Tenggara]].<ref name="Friend p21"/><ref name="Vickers 2005, p. 14"/> Para penguasa lain termasuk Sultan [[Kesultanan Tidore|Tidore]] di Maluku, [[Kesultanan Pontianak|Pontianak]] (Kalimantan), dan [[Palembang]] di Sumatra, meminta perlindungan Belanda dari kerajaan-kerajaan tetangga sehingga membuat mereka menghindari penaklukan militer oleh Belanda dan mampu menegosiasikan kondisi yang lebih baik di bawah pemerintahan kolonial.<ref name="Vickers 2005, p. 14"/> [[Semenanjung Kepala Burung]] ([[Nugini Barat]]), sudah berada di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1920. Wilayah terakhir ini di kemudian hari akan menjadi wilayah Republik Indonesia.
 
===Sistem BudidayaTanam Paksa dan Tata Cara Kuli===
{{main|Sistem BudidayaCultuurstelsel}}
 
Karena biaya moneter yang tinggi dari beberapa penaklukan Belanda pada abad ke-19, Sistem Tanam Paksa ("Cultuurstelsel") diterapkan pada tahun 1830. Di bawah sistem ini ditetapkan bahwa petani Indonesia harus menggunakan 20% lahan pertanian mereka untuk penanamantanam uangpaksa tunai.komoditi tanaman eksporkomersil seperti nila, kopi dan gula.[36]<ref>Phijffer, Tom (2000). ''Het gelijk van Multatuli : het handelen van Eduard Douwes Dekker in rechtshistorisch perspectief'' (in Dutch). Amsterdam: Lubberhuizen. {{ISBN|90-76314-42-X}}. {{OCLC|782917895}}.</ref> Melalui sistem ini banyak keuntungan yang diperoleh; laba bersih perbendaharaan Belanda diperkirakan sekitar 4% dari PDB Belanda pada saat itu dan sekitar 50% dari total pendapatan negara.
 
Sistem tersebut terbukti membawa malapetaka bagi penduduk setempat; pada puncaknya, lebih dari 1 juta petani bekerja di bawah ''Cultuurstelsel'' dandengan insentif ekstrimyang untukekstrem mendapatkandemi keuntungan menghasilkanmengakibatkan penyalahgunaanpelanggaran yang meluas. Petani sering dipaksa untuk menggunakan lebih dari 20% tanah pertanian mereka, atau tanah yang paling subur, untuk bercocok tanam tanaman komersial.[37]<ref name="Demographic Effect"/> Sistem tersebut menyebabkan peningkatan kelaparan dan penyakit di kalangan petani Jawa pada tahun 1840-an.[19]<ref name="LP_23-25"/> Menurut sebuah perkiraan, angka kematian meningkat sebanyak 30% selama periode ini.[37]<ref name="Demographic Effect">P. de Zwart, D. Gallardo-Albarrán, A.: 'The Demographic Effects of Colonialism: Forced Labor and Mortality in Java 1834–1879', Wageningen University & Research (WUR) & Universiteit Utrecht, 2021</ref> Karena kritik yang meluas terhadap sistem tersebut, sistem ini dihapuskan pada tahun 1870. Menurut sebuah penelitian, angka kematian di Jawa akan menjadi 10–20% lebih tinggi pada akhir tahun 1870-an jika sistem Tanam Paksa tidak dihapuskan.[37]<ref name="Demographic Effect"/> Pengenalan truk, kereta api, sistem telegraf, dan sistem distribusi yang lebih terkoordinasi semuanya berkontribusi padaterhadap penghapusan kelaparan di Jawa yang secara historis biasamerupakan terjadihal biasa. Jawa mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat selama abad ke-19 dan tidak ada kelaparan yang signifikan di Jawa setelah tahun 1840-an.[38]<ref>{{cite book |last=Taylor |first=Jean Gelman |title=Indonesia: Peoples and Histories |url=https://archive.org/details/indonesia00jean |url-access=registration |page=254 |publisher=Yale University Press |year=2003 |location=New Haven and London |isbn=978-0-300-10518-6}}</ref>
 
Sumber keuntungan lainnya adalah apa yang disebut [[Kuli|kuli]], sebutan untuk buruh kontrak berupah rendah. Setelah penghapusan Sistem Tanam Paksa pada tahun 1870, ekonomi beralih ke perusahaan swasta seperti Perusahaan Deli Company, yang didirikan di Sumatera pada tahun 1869. Perkebunan skala besar dibangun untuk menanam tanaman komersial dan sukuorang-orang Jawa, Cina, Melayu, Batak, dan India. orang dikirim ke perkebunan di SumateraSumatra dan Jawa untuk melakukan kerja kasar. Diperkirakan lebih dari 500.000 kuli diangkut ke Sumatera selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.[39]<ref>Van Klaveren M., Death among Coolies: Mortality of Chinese and Javanese Labourers on Sumatra in the Early Years of Recruitment, 1882–1909, Cambridge Journals, 1997</ref><ref>{{Cite web |url=https://iisg.amsterdam/files/2018-12/IISG%20Lesmateriaal%20GedwongenArbeid%20Leerlingen%20D%2018-20-E828%20LR.pdf |title=Archived copy |access-date=11 August 2023 |archive-date=19 October 2023 |archive-url=https://web.archive.org/web/20231019215318/https://iisg.amsterdam/files/2018-12/IISG%20Lesmateriaal%20GedwongenArbeid%20Leerlingen%20D%2018-20-E828%20LR.pdf |url-status=live }}</ref> Tingkat kematian yang tepat di antara buruh kuli tidak diketahui karena catatan yang langka atau tidak dapat diandalkan tetapi diperkirakan mencapai 25%.[40]
Meskipun kuli sering kali adalah buruh bayaran yang bekerja atas kehendak bebas, dalam praktiknya keadaan mereka sering melibatkan kerja paksa dan lebih mirip perbudakan. Mereka sering disesatkan saat menandatangani kontrak kerja atau bahkan dipaksa menandatangani kontrak. Yang lainnya diculik atau dipaksa bekerja karena hutang. Tata Cara Kuli ("Koelieordonnanties") tahun 1880, yang mengizinkan pemilik perkebunan untuk bertindak sebagai hakim, juri, dan algojo mengakibatkan kekejaman yang meluas. Itu termasuk sanksi pidana yang memungkinkan pemilik untuk secara fisik menghukum kuli mereka sesuai keinginan mereka. Hukuman yang digunakan terhadap kuli adalah cambukan atau pemukulan, setelah itu ditambahkan garam ke dalam luka untuk menambah penderitaan. Hukuman lain yang digunakan adalah disetrum, disalib dan digantung pada jari kaki atau ibu jari kuli sampai putus. Perawatan medis untuk kuli jarang dan sering ditujukan untuk menyembuhkan kuli yang dihukum agar mereka dapat kembali bekerja atau disiksa lebih lama lagi. Pemerkosaan kuli perempuan dewasa serta anak-anak mereka juga sering terjadi.[41]
 
Meskipun kuli sering kali adalahdisebut buruh bayaran yang bekerja atas kehendak bebas, dalam praktiknya keadaan mereka sering melibatkan kerja paksa dan lebih mirip perbudakan. Mereka sering disesatkan saat menandatangani kontrak kerja atau bahkan dipaksa menandatangani kontrak. YangContoh lainnya mereka sering diculik atau dipaksa bekerja karena hutang. Tata Cara Kuli ("KoelieordonnantiesPoenale sanctie") tahun 1880, yang mengizinkan pemilik perkebunan untuk bertindak sebagai hakim, juri, dan algojo mengakibatkan kekejaman yang meluas. Kekejaman Ituitu termasuk sanksi pidana yang memungkinkan pemilik untuk secara fisik menghukum kuli mereka sesuai keinginan mereka. Hukuman yang digunakan terhadap kuli adalah cambukan atau pemukulan, setelah itu ditambahkan garam ke dalam luka untuk menambah penderitaan. Hukuman lain yang digunakan adalah disetrum, disalib dan digantung pada jari kaki atau ibu jari kuli sampai putus. Perawatan medis untuk kuli jarang dan sering ditujukan untuk menyembuhkan kuli yang dihukum agar mereka dapat kembali bekerja atau disiksa lebih lama lagi. Pemerkosaan kuli perempuan dewasa serta anak-anak mereka juga sering terjadi.[41]<ref>Makdoembaks N., Foute dokters en de tabaksindustrie van Sumatra, Uitgeverij de Woordenwinkel, 2019</ref>
Sistem kuli dikritik habis-habisan, terutama setelah tahun 1900 dengan munculnya apa yang disebut "Politik Etis". Sebuah pamflet kritis bernama "De miljoenen uit Deli" diterbitkan oleh J. van den Brand. Dokumen tersebut menggambarkan pelanggaran yang dilakukan terhadap kuli termasuk penyiksaan dan pelecehan seksual terhadap seorang kuli perempuan berusia 15 tahun yang menolak ajakan seksual seorang pengawas perkebunan Belanda. Sanksi pidana akhirnya dihapuskan pada tahun 1931 dan Ordonansi Kuli berakhir pada awal tahun 1940-an.[42][43]
 
Sistem kuli dikritik habis-habisan, terutama setelah tahun 1900 dengan munculnya apa yang disebut "Politik Etis". Sebuah pamflet kritis bernama "De miljoenen uit Deli" diterbitkan oleh J. van den Brand. Dokumen tersebut menggambarkan pelanggaran yang dilakukan terhadap kuli termasuk penyiksaan dan pelecehan seksual terhadap seorang kuli perempuan berusia 15 tahun yang menolak ajakan berhubungan seksual seorang pengawas perkebunan Belanda. Sanksi pidana akhirnya dihapuskan pada tahun 1931 dan Ordonansi Kuli berakhir pada awal tahun 1940-an.[42][43]<ref>Van den Brand J., De miljoenen uit Deli, 1902</ref><ref>Breman J.C., Koelies, planters en koloniale politiek. Het arbeidsregime op de grootlandbouwondernemingen aan Sumatra's Oostkust in het begin van de twintigste eeuw (Verhandelingen van het Koninklijk instituut voor taal-, land- en volkenkunde CXXIII; Dordrecht: Foris Publications, 1987</ref>
===Njai System===
 
===NjaiSistem SystemNjai===
{{main|Njai}}
 
Pada tahap awal kolonisasi, budak seks perempuan pribumi dibeli oleh [[kolonial Belanda]], tetapi praktik ini dihentikan setelah tahun 1860 dengan penghapusan perbudakan. Pada akhir abad ke-19, semakin banyak imigran Belanda yang tiba di Indonesia kolonial Indonesia, yang menyebabkan mereka kekurangan perempuan, karena sebagian besar imigran adalah laki-laki. Belanda kemudian membeli "[[Njai]]", yaitu perempuan pribumi yang resmi menjadi pembantu tetapi sering juga dijadikan sebagai [[Pergundikan|selir]]. Meskipun secara resmi menjadi pekerja kontrak, para perempuan ini hanya menikmati sedikitmendapatkan hak.-hak yang sedikit. Mereka dapat dibeli dan dijual bersama dengan rumah tempat mereka bekerja sebagai apa yang disebut "Perabotan Adat" (Pedalaman''Inlands Meubel''). Njai juga tidak diperbolehkan mengasuh anak-anak yang mereka miliki hasil dari hubungan dengan majikan Belanda mereka, dan ketikasaat mereka dipecat, maka anak-anak mereka akan dibawa pergi.<ref>Baay, Reggie (2010). ''Nyai & Pergundikan di Hindia Belanda'' [44Nyai & Concubinage in the Dutch East Indies] (in Indonesian). Jakarta: Komunitas Bambu. {{ISBN|978-979-3731-78-0}}.</ref>
 
Pada tahun 1910-an jumlah Njai menurun, meskipun prostitusi semakin merajalela. Namun, praktik tersebut belum mati pada saat [[Kekaisaran Jepang]] menyerang dan menduduki Hindia. Selama pendudukan Jepang, Njai dan anak-anak ras campuran mereka dipisahkan secara paksa dari pria Eropa yang ditempatkan di kamp-kamp pengasingan. Setelah [[Sukarno]] memproklamasikan Indonesia merdeka, para Njai terpaksa harus memilih antara pergi bersama pasangannya ke Eropa, atau tetap tinggal di Indonesia.
 
=== Perang Dunia II dan kemerdekaan ===
Baris 189 ⟶ 190:
 
== Pemerintah ==
=== Pendidikan ===
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Leerlingen_van_de_School_tot_Opleiding_van_Indische_Artsen_(STOVIA)_Doctor_Jawa_TMnr_60047128.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Leerlingen_van_de_School_tot_Opleiding_van_Indische_Artsen_(STOVIA)_Doctor_Jawa_TMnr_60047128.jpg|kiri|jmpl|Siswa Sekolah Tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA) alias Sekolah Doctor Jawa]]
Sistem sekolah Belanda diperluas dan mengizinkan kaum muda Indonesia menempuh pendidikan, dan sekolah-sekolah paling bergengsi menerima anak-anak Belanda dan anak-anak Indonesia dari kelas atas. Tingkat kedua dari sekolah didasarkan pada etnis dengan sekolah terpisah untuk orang Indonesia, Arab, dan Tionghoa yang diajarkan di Belanda dengan menggunakan kurikulum Belanda. Orang Indonesia biasa dididik dengan [[bahasa Melayu]] dalam alfabet Romawi, dan sekolah "penghubung" yang mempersiapkan siswa-siswa Indonesia yang cerdas untuk masuk ke sekolah-sekolah berbahasa Belanda.<ref name="Taylor 2003, p. 286">Taylor (2003), p. 286</ref> Sekolah-sekolah kejuruan dan program-program didirikan oleh pemerintah kolonial dalam rangka melatih penduduk pribumi Indonesia untuk peran khusus dalam ekonomi kolonial. Orang Tionghoa dan Arab, yang secara resmi disebut "timur asing", tidak bisa mendaftar di sekolah kejuruan atau sekolah dasar.<ref>Taylor (2003), hlm. 287</ref>
 
Lulusan sekolah Belanda membuka sekolah mereka sendiri dengan meniru sistem sekolah Belanda, begitu pula misionaris Kristen, Perhimpunan Teosofis, dan asosiasi budaya Indonesia.  Proliferasi sekolah-sekolah ini selanjutnya didorong oleh sekolah-sekolah Muslim baru dalam cetakan Barat yang juga menawarkan mata pelajaran sekuler.[95]  Menurut sensus tahun 1930, 6% orang Indonesia melek huruf;  namun, angka ini hanya diakui oleh lulusan dari sekolah-sekolah Barat dan mereka yang dapat membaca dan menulis dalam bahasa alfabet Romawi.  Itu tidak termasuk lulusan sekolah non-Barat atau mereka yang bisa membaca tetapi tidak bisa menulis Arab, Melayu atau Belanda, atau mereka yang bisa menulis dalam huruf non-Romawi seperti Batak, Jawa, Cina atau Arab.[95]
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Professoren_der_Rechts_Hogeschool_in_Batavia_TMnr_60012567.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Professoren_der_Rechts_Hogeschool_in_Batavia_TMnr_60012567.jpg|ka|jmpl|Profesor hukum Belanda, Eurasia dan Jawa pada pembukaan Rechts Hogeschool pada tahun 1924]]Beberapa lembaga pendidikan tinggi juga didirikan. Pada tahun 1898 pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah untuk melatih para dokter yang diberi nama [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen|School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA).]]  Banyak lulusan STOVIA yang kemudian berperan penting dalam pergerakan nasional Indonesia menuju kemerdekaan serta dalam mengembangkan pendidikan kedokteran di Indonesia, seperti [[Wahidin Soedirohoesodo|Dr. Wahidin Soedirohoesodo]] yang mendirikan masyarakat politik [[Budi Utomo]].  [[Institut Teknologi Bandung|De Technische Hoogeschool te Bandung]] didirikan pada tahun 1920 oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk memenuhi kebutuhan sumber daya teknik di daerah jajahannya. Salah satu lulusan Technische Hogeschool adalah [[Soekarno]] yang nantinya akan memimpin Revolusi Nasional Indonesia.  Pada tahun 1924, pemerintah kolonial kembali memutuskan untuk membuka fasilitas pendidikan tingkat tinggi yang baru, [[Rechtshoogeschool te Batavia|Rechts Hogeschool (RHS)]], untuk melatih para perwira dan pegawai sipil.  Pada tahun 1927, status STOVIA diubah menjadi perguruan tinggi penuh dan namanya diubah menjadi [[Geneeskundige Hoogeschool te Batavia|Geneeskundige Hogeschool (GHS)]].  GHS menempati gedung utama yang sama dan menggunakan rumah sakit pendidikan yang sama dengan [[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia]] saat ini.  Hubungan lama antara Belanda dan Indonesia masih terlihat jelas di bidang teknologi seperti desain irigasi.  Hingga hari ini, gagasan para insinyur irigasi kolonial Belanda terus memberikan pengaruh yang kuat terhadap praktik desain Indonesia.[97]  Selain itu, dua universitas Indonesia dengan peringkat internasional tertinggi, [[Universitas Indonesia|Universitas Indonesia est.1898]] dan [[Institut Teknologi Bandung]], didirikan pada tahun 1920, keduanya didirikan selama era kolonial.[98][99]
 
Reformasi pendidikan, dan reformasi politik sederhana, menghasilkan segelintir elit pribumi Indonesia yang berpendidikan tinggi, yang mempromosikan gagasan "Indonesia" yang merdeka dan bersatu yang akan mempersatukan kelompok-kelompok pribumi yang berbeda di Hindia Belanda.  Periode yang disebut Kebangkitan Nasional Indonesia, paruh pertama abad ke-20 menyaksikan gerakan nasionalis berkembang dengan kuat, tetapi juga menghadapi penindasan Belanda.[19]
==Ekonomi==
{{See also|Sistem Budidaya|Zaman Liberal (Hindia Belanda)}}
 
Sejarah ekonomi koloni terkait erat dengan kesehatan ekonomi negara induk.[100] Meskipun keuntungan yang meningkat dari sistem pajak tanah Belanda, keuangan Belanda sangat dipengaruhi oleh biaya [[Perang Diponegoro|Perang Jawa]] dan [[Perang Padri]], dan [[Perang Belanda-belgia|kekalahan Belanda atas Belgia pada tahun 1830]] membawa Belanda ke jurang kebangkrutan. Pada tahun 1830, seorang gubernur jenderal baru, [[Johannes van den Bosch]], ditunjuk untuk membuat Hindia membayar melalui eksploitasi Belanda atas sumber dayanya. Dengan dominasi politik Belanda di seluruh Jawa untuk pertama kalinya pada tahun 1830, [101] dimungkinkan untuk memperkenalkan kebijakan pertanian penanaman paksa yang dikendalikan pemerintah. Disebut [[Cultuurstelsel|cultuurstelsel (sistem tanam) dalam bahasa Belanda dan tanam paksa (tanaman paksa)]] di Indonesia, petani diwajibkan untuk menyerahkan, sebagai bentuk pajak, hasil panen tertentu dalam jumlah tetap, seperti gula atau kopi.[102] Sebagian besar Jawa menjadi perkebunan Belanda dan pendapatan terus meningkat selama abad ke-19 yang diinvestasikan kembali ke Belanda untuk menyelamatkannya dari kebangkrutan.[19][102] Antara tahun 1830 dan 1870, 840 juta gulden (€8 miliar pada tahun 2018[103]) diambil dari Hindia Timur, rata-rata menghasilkan sepertiga dari anggaran tahunan pemerintah Belanda.[104][105] Akan tetapi, Sistem Tanam Paksa membawa banyak kesulitan ekonomi bagi para petani Jawa, yang menderita kelaparan dan wabah penyakit pada tahun 1840-an.[19]
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_hoofdkantoor_van_de_Deli_Maatschappij_TMnr_60006949.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_hoofdkantoor_van_de_Deli_Maatschappij_TMnr_60006949.jpg|jmpl|Markas Perusahaan Deli di Medan sekitar tahun 1925]]Pendapat publik yang kritis di Belanda menyebabkan banyak ekses Sistem Tanam Paksa dihilangkan di bawah [[Reformasi agraria|reformasi agraria "Periode Liberal".]]  Menurut sebuah penelitian, angka kematian di Jawa akan menjadi 10–20% lebih tinggi pada akhir tahun 1870-an jika sistem kerja paksa tidak dihapuskan.[106]  Modal swasta Belanda mengalir masuk setelah tahun 1850, terutama di bidang pertambangan timah dan pertanian perkebunan.  Tambang timah Martavious Company di lepas pantai timur Sumatera dibiayai oleh sindikat pengusaha Belanda, termasuk adik [[Wilhelm II dari Jerman|Raja William III]].  Penambangan dimulai pada tahun 1860. Pada tahun 1863 [[Jacob Nienhuys]] memperoleh konsesi dari [[Kesultanan Deli]] ([[Sumatra Timur|Sumatera Timur]]) untuk perkebunan tembakau besar (Perusahaan Deli).[107]  Sejak tahun 1870, Hindia dibuka untuk perusahaan swasta dan para pengusaha Belanda mendirikan perkebunan besar yang menguntungkan.  Produksi gula berlipat ganda antara tahun 1870 dan 1885;  tanaman baru seperti teh dan cinchona tumbuh subur, dan karet diperkenalkan, yang menyebabkan peningkatan keuntungan Belanda secara dramatis.  Perubahan tidak terbatas pada Jawa, atau pertanian;  minyak dari Sumatra dan Kalimantan menjadi sumber daya berharga bagi industrialisasi Eropa.  Kepentingan komersial Belanda meluas dari Jawa ke pulau-pulau terluar dengan semakin banyak wilayah yang berada di bawah kendali atau dominasi langsung Belanda pada paruh kedua abad ke-19.[19]  Namun, akibat dari kelangkaan lahan untuk produksi beras, dikombinasikan dengan peningkatan populasi secara dramatis, terutama di Jawa, menyebabkan kesulitan lebih lanjut.[19
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Kantoor_van_de_Javasche_Bank_in_Bandjermasin_TMnr_10015481.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Kantoor_van_de_Javasche_Bank_in_Bandjermasin_TMnr_10015481.jpg|kiri|jmpl|De Javasche Bank in Banjarmasin]]Eksploitasi kekayaan Indonesia secara kolonial berkontribusi pada industrialisasi Belanda, sekaligus meletakkan dasar bagi industrialisasi Indonesia.  Belanda memperkenalkan kopi, teh, kakao, tembakau dan karet, dan hamparan luas Jawa menjadi perkebunan yang dibudidayakan oleh petani Jawa, dikumpulkan oleh perantara Cina, dan dijual di pasar luar negeri oleh pedagang Eropa.[19]  Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan ekonomi didasarkan pada permintaan dunia yang tinggi akan teh, kopi, dan kina.  Pemerintah banyak berinvestasi dalam jaringan kereta api (panjang 240&nbsp;km atau 150 mil pada tahun 1873, 1.900&nbsp;km atau 1.200 mil pada tahun 1900), serta jalur telegraf, dan pengusaha membuka bank, toko, dan surat kabar.  Hindia Belanda menghasilkan sebagian besar pasokan kina dan lada dunia, lebih dari sepertiga karetnya, seperempat produk kelapanya, dan seperlima teh, gula, kopi, dan minyaknya.  Keuntungan dari Hindia Belanda menjadikan Belanda salah satu kekuatan kolonial paling signifikan di dunia.[19]  Jalur pelayaran [[Koninklijke Paketvaart Maatschappij|Koninklijke Paketvaart-Maatschappij]] mendukung penyatuan ekonomi kolonial dan membawa pelayaran antar pulau ke Batavia, bukan melalui Singapura, sehingga lebih memfokuskan kegiatan ekonomi di Jawa.[108]
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Arbeiders_poseren_bij_een_in_aanbouw_zijnde_spoorwegtunnel_in_de_bergen_TMnr_60047638.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Arbeiders_poseren_bij_een_in_aanbouw_zijnde_spoorwegtunnel_in_de_bergen_TMnr_60047638.jpg|jmpl|Para pekerja berpose di lokasi terowongan kereta api yang sedang dibangun di pegunungan, 1910]]Resesi di seluruh dunia pada akhir tahun 1880-an dan awal tahun 1890-an menyebabkan harga komoditas yang menjadi sandaran koloni runtuh.  Wartawan dan pegawai negeri mengamati bahwa mayoritas penduduk Hindia tidak lebih baik daripada di bawah ekonomi Sistem Tanam yang diatur sebelumnya dan puluhan ribu orang kelaparan.[109]  Harga komoditas pulih dari resesi, menyebabkan peningkatan investasi di koloni.  Perdagangan gula, timah, kopra, dan kopi tempat koloni dibangun berkembang pesat, dan karet, tembakau, teh, dan minyak juga menjadi ekspor utama.[110]  Reformasi politik meningkatkan otonomi administrasi kolonial lokal, menjauh dari kendali pusat dari Belanda, sementara kekuasaan juga dialihkan dari pemerintah pusat Batavia ke unit-unit pemerintahan yang lebih lokal.
 
Ekonomi dunia pulih pada akhir 1890-an dan kemakmuran kembali.  Investasi asing, terutama oleh Inggris, didorong.  Pada tahun 1900, aset asing di Hindia Belanda berjumlah sekitar 750 juta gulden ($300 juta), sebagian besar di Jawa.[111]
 
Setelah tahun 1900, peningkatan infrastruktur pelabuhan dan jalan menjadi prioritas utama Belanda, dengan tujuan memodernisasi ekonomi, memfasilitasi perdagangan, dan mempercepat pergerakan militer.  Pada tahun 1950, para insinyur Belanda telah membangun dan meningkatkan jaringan jalan dengan 12.000&nbsp;km permukaan beraspal, 41.000&nbsp;km jalan berlapis logam, dan 16.000&nbsp;km permukaan kerikil.[112]  Selain itu, Belanda membangun rel kereta api sepanjang 7.500 kilometer (4.700 mil), jembatan, sistem irigasi seluas 1,4 juta hektar (5.400 mil persegi) sawah, beberapa pelabuhan, dan 140 sistem air minum umum.  Wim Ravesteijn mengatakan bahwa, "Dengan pekerjaan umum ini, para insinyur Belanda membangun bahan dasar negara Indonesia kolonial dan pascakolonial."[113]
 
=== Hukum dan administrasi ===
{{see also|Gubernur Jenderal Hindia Belanda}}
Baris 214 ⟶ 195:
Sejak zaman VOC, otoritas tertinggi Belanda di Hindia Belanda berada di "Kantor Gubernur Jenderal". Selama era Hindia Belanda, Gubernur Jenderal berperan sebagai presiden eksekutif utama dari pemerintah kolonial dan menjabat sebagai [[panglima tertinggi]] tentara kolonial (KNIL). Hingga tahun 1903, semua pejabat dan organisasi pemerintah adalah agen resmi Gubernur Jenderal dan sepenuhnya bergantung pada administrasi pusat dari "Kantor Gubernur Jenderal" untuk anggaran mereka.<ref>R.B. Cribb and A. Kahin, p. 108</ref> Hingga tahun 1815, Gubernur Jenderal memiliki hak mutlak untuk melarang, menyensor atau membatasi publikasi apa pun di wilayah koloni. Kekuasaan Gubernur Jenderal yang terlalu besar memungkinkannya untuk mengasingkan siapa pun yang dianggap sebagai pihak subversif dan berbahaya bagi perdamaian dan ketertiban, tanpa melibatkan Pengadilan Hukum.<ref>R.B. Cribb and A. Kahin, p. 140</ref>
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_huis_van_de_resident_in_Surabaya_TMnr_3728-839.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_huis_van_de_resident_in_Surabaya_TMnr_3728-839.jpg|kiri|jmpl|Rumah Residen (administrator kolonial) di Surabaya]]
Hingga tahun 1848, gubernur jenderal diangkat langsung oleh raja Belanda, dan dipada tahun-tahun berikutnya melalui Kerajaan dan atas nasihatsaran kabinet metropolitan Belanda.  Selama dua periode (1815–1835 dan 1854–1925) gubernur jenderal memerintah bersama dengan dewan penasehat yang disebut ''Raad van Indie'' (Dewan Hindia).  Kebijakan dan strategi kolonial menjadi tanggung jawab Kementerian Koloni yang berbasis di Den Haag.  Dari tahun 1815 sampai 1848 kementerian berada di bawah kekuasaan langsung raja Belanda.  Pada abad ke-20, koloni ini secara bertahap berkembang sebagaimenjadi negara yang berbeda dari metropolis Belanda dengan perbendaharaanperbendaharaannya dipisahkan pada tahun 1903, pinjaman publik dikontrak oleh koloni darisejak tahun 1913, dan hubungan kuasi -diplomatik didirikandibangun dengan ArabArabia untuk mengelola hajiibadah Haji dari Hindia Belanda.  .  Pada tahun 1922 koloniHindia ituBelanda berdiri sejajar dengan Belanda dalam konstitusi Belanda, sementarawalaupun tetap berada di bawah Kementerian Koloni.[64]<ref>R.B. Cribb and A. Kahin, pp. 87, 295</ref>
 
Gubernur jenderal memimpin hirarki pejabat Belanda;  wargalalu diikuti oleh residen, asisten residen, dan petugaspejabat distrik memanggilatau pengawasyang sering disebut ''controllers''.  Penguasa tradisional yang selamat dari pemindahan oleh penaklukan Belanda dilantik sebagai bupati dan aristokrasiaristokrat pribumi menjadi pegawai negeri pribumi.  SementaraMeskipun secara de facto mereka kehilangan kontrol nyatakekuasaan, kekayaan dan kemegahan mereka di bawah pemerintahan Belanda tumbuhsemakin bertambah.[35] <ref Aturanname="Reid 1974, p. 1"/> Pemerintahan tidak langsung bagi pribumi ini tidak mengganggu kaum tani dan hemat biaya bagi Belanda;  pada tahun 1900, hanya 250 orangpegawai negeri Eropa dan 1.500 pegawai negeri pribumi, danserta 16.000 perwira dan prajurit Belanda serta 26.000 tentara sewaanbayaran pribumi, diharuskanyang diwajibkan untuk memerintah 35 juta pendudukwarga kolonial.[65] <ref>Vickers (2005), p. 15</ref> Sejak tahun 1910, Belanda menciptakan kekuasaan negara yang paling terpusattrsentralisasi di [[Asia Tenggara.[30] ].<ref name="Friend p21"/> Secara politis, struktur kekuasaan yang sangat terpusat yang dibentuk oleh pemerintahan Belanda, termasuk kekuasaan pengasingan dan penyensoran yang sangat tinggi,[66]<ref>Cribb, R.B., Kahin, pp. 140 & 405</ref> dibawa ke dalam republik Indonesia yang baru.[30]<ref name="Friend p21"/>
 
Dewan Rakyat yang disebut ''[[Volksraad]]'' untuk Hindia Belanda dimulai pada tahun 1918. Volksraad terbatas pada peran penasehatpenasihat dan hanya sebagian kecil penduduk pribumi yang dapat memilih anggotanya.  Dewan tersebut terdiri dari 30 anggota pribumi, 25 orang Eropa dan lima orang Tionghoa dan penduduk lainnya, dan dibentukdipilih kembali setiap empat tahun.  Pada tahun 1925 ''Volksraad'' dijadikan badan semilegislatifsemi-legislatif;  meskipun keputusan masih dibuat oleh pemerintah Belanda, gubernur jenderal diharapkan untuk berkonsultasi dengan ''Volksraad'' mengenai masalah-masalah besar.  ''Volksraad'' dibubarkan pada tahun 1942 selama pendudukan Jepang.[67]<ref>Harry J. Benda, S.L. van der Wal, "De Volksraad en de staatkundige ontwikkeling van Nederlandsch-Indië: The Peoples Council and the political development of the Netherlands-Indies." (With an introduction and survey of the documents in English). (Publisher: J.B. Wolters, Leiden, 1965.)</ref>
 
Sistem hukum dibagi oleh tiga kelompok etnis utama yang diklasifikasikan di bawah pemerintahan kolonial Belanda.  Orang Eropa, Orang Timur Asing Timur (Arab dan CinaChina) dan pribumi;  ketiga kelompok ini tunduk pada sistem hukum mereka sendiri, yang semuanya berlaku secara bersamaan.[68]<ref>{{Cite book |last=Tagliacozzo |first=Eric |url=https://books.google.com/books?id=S3nlvRJyjUEC |title=Southeast Asia and the Middle East: Islam, Movement, and the Longue Durée |publisher=NUS Press |year=2009 |isbn=978-9971-69-424-1 |pages=177 |language=en |access-date=16 September 2022 |archive-date=16 November 2023 |archive-url=https://web.archive.org/web/20231116064831/https://books.google.com/books?id=S3nlvRJyjUEC |url-status=live }}</ref>
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_'Het_Hooggerechtshof_en_het_Paleis_van_Daendels_het_'Grote_Huis'_aan_het_Waterlooplein_te_Batavia'_TMnr_10015231.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_'Het_Hooggerechtshof_en_het_Paleis_van_Daendels_het_'Grote_Huis'_aan_het_Waterlooplein_te_Batavia'_TMnr_10015231.jpg|ka|jmpl|Gedung Mahkamah Agung, Batavia]]
Pemerintah Belanda mengadaptasi kitab undang-undang Belanda di daerah jajahannya.  Pengadilan hukum tertinggi, Mahkamah Agung di Batavia, menangani banding dan memantau hakim dan pengadilan di seluruh koloni.  Enam dewan keadilan (''Raad van Justitie'') sebagian besar menangani kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang dari kelas hukum Eropa[69] dan hanya secara tidak langsung menangani penduduk pribumi.  Dewan pertanahan (''Landraden'') berurusan dengan masalah perdata dan pelanggaran ringan seperti perceraian harta benda, dan perselisihan pernikahan.  Penduduk pribumiasli tunduk pada hukum adat mereka masing-masing dan bupatitunduk pribumipada sertabupati dan pengadilan negeri adat, kecuali jika kasuskasusnya diajukandibawa ke hadapan hakim Belanda.<ref name="Virtueel Indi">{{cite web |url=http://www.virtueelindie.nl/index.php?pagina=virtueelindie&locatie=7 |title=Virtueel Indi |access-date=25 August 2011 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120331060935/http://www.virtueelindie.nl/index.php?pagina=virtueelindie&locatie=7 |archive-date=31 March 2012 |url-status=live |df=dmy-all}}</ref><ref group="note">Note: Komunitas hukum adat secara formal didirikan di seluruh nusantara, contohnya di [70][71Orang Minangkabau|Minangkabau] ]. See: Cribb, R.B., Kahin, p. 140</ref> Setelah kemerdekaan Indonesia, sistem hukum Belanda diadopsi dan secara bertahap sistem hukum nasional yang didasarkan pada ajaran hukum dan keadilan Indonesia didirikan.[72]<ref>http://alterisk.ru/lj/IndonesiaLegalOverview.pdf{{Dead link|date=July 2018 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, 2002 version:
 
{{Citation |last=Tabalujan |first=Benny S. |title=Features – The Indonesian Legal System: An Overview |date=2002-12-02 |url=https://www.llrx.com/2002/12/features-the-indonesian-legal-system-an-overview/ |publisher=LLRX |access-date=17 January 2023 |archive-date=17 January 2023 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230117145438/https://www.llrx.com/2002/12/features-the-indonesian-legal-system-an-overview/ |url-status=live}}</ref>
Pada tahun 1920 Belanda telah mendirikan 350 penjara di seluruh koloni.  Penjara Meester Cornelis di Batavia memenjarakan narapidana yang paling bandel.  Di penjara Sawahlunto di Sumatra para tahanan harus melakukan kerja kasar di tambang batu bara.  Penjara terpisah dibangun untuk remaja (Jawa Barat) dan untuk wanita.  Di Lapas Wanita Bulu Semarang, para napi mendapat kesempatan belajar profesi selama di tahanan, seperti menjahit, menenun, dan membatik.  Pelatihan ini dijunjung tinggi dan membantu mensosialisasikan kembali perempuan setelah mereka berada di luar lembaga pemasyarakatan.[70][73]  Menanggapi pemberontakan komunis tahun 1926, kamp penjara Boven-Digoel didirikan di New Guinea.  Sejak tahun 1927, para tahanan politik, termasuk penduduk asli Indonesia yang mendukung kemerdekaan Indonesia, 'diasingkan' ke pulau-pulau terluar.[74]
 
Pada tahun 1920 Belanda telah mendirikan 350 penjara di seluruh koloni.  Penjara [[Jatinegara|Meester Cornelis]] di Batavia memenjarakan narapidana yang paling bandelsulit diatur.  Di penjara [[Sawahlunto]] di SumatraSumatera para tahanan harus melakukan kerja kasar di tambang batu bara.  Penjara terpisah dibangun untuk remaja (Jawa Barat) dan untuk wanita.  Di Lapas Wanita Bulu di [[Semarang]], para napi mendapat kesempatan belajar profesi selama di tahanan, seperti menjahit, menenun, dan membatik.  Pelatihan ini dijunjung tinggi dan membantu mensosialisasikan kembali perempuan setelah mereka berada di luar lembaga pemasyarakatan.[70][73] <ref name="Virtueel Indi"/><ref group="note">Note: Penjara perempuan Bulu di Semarang, yang menampung perempuan Eropa dan pribumi, memiliki kamar tidur terpisah dengan dipan dan kelambu untuk perempuan elit pribumi dan perempuan kelas hukum Eropa. Tidur di lantai seperti perempuan petani dianggap sebagai sanksi hukum yang tidak dapat ditoleransi. See: Baudet, H., Brugmans I.J. ''Balans van beleid. Terugblik op de laatste halve eeuw van Nederlands-Indië.'' (Publisher: Van Gorcum, Assen, 1984)</ref> Menanggapi pemberontakan komunis tahun 1926, kamp penjara Boven-Digoel didirikan di New Guinea.  Sejak tahun 1927, para tahanan politik, termasuk penduduk asli Indonesia yang mendukung kemerdekaan Indonesia, 'diasingkan' ke pulau-pulau terluar.[74]<ref>Baudet, H., Brugmans I.J. ''Balans van beleid. Terugblik op de laatste halve eeuw van Nederlands-Indië.'' (Publisher: Van Gorcum, Assen, 1984) P.76, 121, 130</ref>
 
=== Pembagian administratif ===
{{main|Pembagian administratif Hindia Belanda}}
 
Hindia Belanda dibagi menjadi tiga gouvernement, yaitu Gouvernement Sumatra, Gouvernement van [[Dependensi Borneo|Borneo en Onderhoorigheden]], ''gouvernementen''—[[Timur Raya (Hindia Belanda)|Gouvernement GrooteGroot Oost]], [[GouvernementDependensi DjokjakartaBorneo|Borneo]], [[Gouvernementdan Soerakarta]], sertaSumatra—dan tiga Provinsi yang secara khusus hanya ada''provincies'' di Jawa. Provinsi''Provincies'' dan Gouvernement''Gouvernment'' dibagi lagi menjadi Karesidenan—untukKeresidenan—untuk KaresidenanKeresidenan di bawah Provinsi''Provincies'' langsung dibagi menjadi ''Regentschappen'', sedangkan KaresidenanKeresidenan di bawah Gubernemen''Gouvernment'' dibagi menjadi ''[[Afdeling]].''<ref>{{cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/pages/chapter-4.html {{Webarchive|title=Chapter 4: The Netherlands Indies, 1800–1942 &#124; Digital Atlas of Indonesian History – by Robert Cribb |access-date=2012-01-19 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20120119042918/http://www.indonesianhistory.info/pages/chapter-4.html |archive-date=2012-01-19 January 2012 |df=dmy-all}}, sourced from {{Citation | author1=Cribb, R. B | title=Digital atlas of indonesianIndonesian history | publication-date=2010 | publisher=Nias | isbn=978-87-91114-66-3 }} from the earlier volume {{Citation | author1=Cribb, R. B | author2=Nordic Institute of Asian Studies | title=Historical atlas of Indonesia | publication-date=2000 | publisher=Curzon ; Singapore : New Asian Library | isbn=978-0-7007-0985-4 }}</ref> Pada tahun 1942, pembagian administratif Hindia Belanda terdiri dari:<ref>{{Cite book|last=Dutch East Indies|date=1942|title=Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie|location=Batavia|publisher=Lands-Drukkerij|url-status=live}}</ref>
 
{| class="wikitable mw-collapsible"
|+
Baris 236 ⟶ 221:
!Level 4
|-
| rowspan="18" |Provincie West -Java (Batavia)
| rowspan="3" |Residentie Bantam (Serang)
|Regentschap Serang
Baris 249 ⟶ 234:
| rowspan="3" |Residentie Batavia (Batavia)
|Regentschap Batavia
|1) Batavia 2) Weltevreden 3) Tangerang 4) Tjoeroeg 5) Balaradja 6) MawoekMaoek
|-
|Regentschap Meester Cornelis
Baris 255 ⟶ 240:
|-
|Regentschap Krawang
|1) Poerwakarta 2) Krawang 3) Tjikampek 4) Rengasdengklok 5) Soebang 6) SegalaherangSagalaherang 7) Pamanoekan 8) PegadenPagaden
|-
| rowspan="3" |Residentie Buitenzorg (Buitenzorg)
|Regentschap Buitenzorg
|1) Buitenzorg 2) Tjiawi 3) Leuwiliang 4) Djasinga 5) TjibinongParoeng 6) Djonggol/Tjibinong 7) Tjibaroesa
|-
|Regentschap Soekaboemi
Baris 275 ⟶ 260:
|-
|Regentschap Garoet
|1) Garoet 2) Bajongbong 3) Tjibatoe 4) Trongong 5) LelelsLeles 6) Tjikadjang 7) Boengboelang 8) Pameungpeuk
|-
|Regentschap Tasikmalaja
Baris 296 ⟶ 281:
|1) Madjalengka 2) Talaga 3) Randjagaloeh 4) Djatiwangi
|-
| rowspan="22" |Provincie Midden -Java (Semarang)
| rowspan="4" |Residentie Pekalongan (Pekalongan)
|Regentschap Pekalongan
Baris 328 ⟶ 313:
|-
|Regentschap Rembang
|1) Waroe 2) Soelang 3) Binangoen 4) Kragan 5) PamotanPamoetan
|-
|Regentschap Pati
|1) Pati 2) KajenKadjen 3) Djoewana 4) Djakenan 5) Tajoe
|-
|Regentschap Blora
Baris 371 ⟶ 356:
| rowspan="4" |Residentie Soerabaja (Soerabaja)
|Regentschap Soerabaja
|1) Kota Soerabaja 2) Djabakotta 3) Goenoengkendeng 4) Bawean 5) Grissee 6) Tjermee 7) Sidajoe
|-
|Regentschap Sidoardjo
Baris 419 ⟶ 404:
|-
|Regentschap Toeloengagoeng
|1) Kota Toeloengagoeng 2) Ngoenoet 3) Tjampoerdarat 4) Kalangbret 5) Trenggalek 6) Kampak 7) Karangan
|-
| rowspan="4" |Residentie Malang (Malang)
Baris 444 ⟶ 429:
|1) Djember 2) Kalisat 3) Majang 4) Rambipoedji 5) Tanggoel 6) Poeger 7) Woeloehan
|-
|Regentschap BanjoewangiBandjoewangi
|1) BanjoewangiBandjoewangi 2) Genteng 3) Blambangan 4) Bangoredjo 5) RagodjampiRogodjampi
|-
| rowspan="3" |Residentie Madoera (Pamekasan)
|Regentschap Pamekasan
|1) Pamekasan 2) Bender 3) Pagantenan 4) Waroe 5) Kota Sampang 6) Kedoengdoeng 7) Tordjoen 8) Ketapang
|-
|Regentschap Bangkalan
Baris 460 ⟶ 445:
| rowspan="5" |Afdeeling Jogjakarta (Jogjakarta)
|Regentschap Jogjakarta
|1) Kota Kalasan 2) Sleman 3) Mlati
|-
|Regentschap Bantoel
Baris 468 ⟶ 453:
|1) Wonosari 2) Plajen 3) Semanoe
|-
|Regentschap Pakoe AlamPakoealam
|1) Pakoealam
|-
|Regentschap Adikarto
Baris 483 ⟶ 468:
|-
|Regentschap Kota Mangkoenegaran
|1) Kota Mangkoenegaran 2) Karanganjar 3) KarangpadanKarangpandan 4) Djoemapolo
|-
|Regentschap Wonogiri
Baris 501 ⟶ 486:
|-
|Afdeeling Noordkust van Atjeh
|1) Sigli 2) Meureudoe 3) Lammeulo 4) Bireuen 5) Lho' SeumaweLhokseumawe 6) Lho' SoekonLhosoekon 7) Takengon
|-
|Afdeeling Oostkust van Atjeh met Alaslanden, Gajo Loeos en Serbodjadi
|1) Idi Rajeuk 2) Langsa 3) TemiengTemiang 4) Alaslanden 5) Gajo Loeos
|-
|Afdeeling Westkust van Atjeh
Baris 520 ⟶ 505:
|-
|Afdeeling Simaloengoen en Karolanden
|1) Simaloengoen 2) de KarolandenKaro-landen
|-
| rowspan="4" |Residentie Tapanoeli (Sibolga)
Baris 527 ⟶ 512:
|-
|Afdeeling Nias
|1) Nias en omliggende -eilanden 2) Batoe-eilanden 3) Banjak-eilanden
|-
|Afdeeling Padangsidimpoean
Baris 537 ⟶ 522:
| rowspan="5" |Residentie Sumatra's Westkust (Padang)
|Afdeeling Zuid Benedenlanden
|1) Padang 2) Kerintji-Indrapoera 3) Painan 4) MentawaiMantawai-eilanden
|-
|Afdeeling Tanahdatar
Baris 545 ⟶ 530:
|1) Oud Agam 2) Manindjau 3) Loeboeksikaping 4) Ophir
|-
|Afdeeling L.Limapoeloeh Kota
|1) Pajakoemboeh 2) Soeliki 3) Bangkinang
|-
Baris 553 ⟶ 538:
| rowspan="3" |Residentie Riouw (Tandjoengpinang)
|Afdeeling Tandjoengpinang
|1) Tandjoengpinang en Bintan 2) Karimoen 3) Lingga 4) Poelaoetoedjoeh
|-
|Afdeeling Indragiri
Baris 567 ⟶ 552:
|Residentie Benkoelen (Bengkoelen)
|Afdeeling Benkoelen
|1) Benkoelen-Seloema 2) Redjang -Lebong 3) Manna 4) Kaoer 5) Kroei 6) Lais 7) Moeko-Moeko
|-
| rowspan="3" |Residentie Palembang (Palembang)
Baris 581 ⟶ 566:
|Residentie Lampongsche Districten (Teloekbetoeng)
|Afdeeling Teloekbetoeng
|1) Teloekbetoeng 2) Kaliandak 3) Kota Agoeng 4) Kotaboemi 5) Soekadana 6) Menggala 7) Mesoedji-Kajoeagoeng
|-
|Residentie Bangka en Billiton (Pangkalpinang)
Baris 590 ⟶ 575:
| rowspan="5" |Residentie Zuider en Oosterafdeeling van Borneo (Bandjermasin)
|Afdeeling Bandjermasin
|1) Bandjermasin-Marabahan 2) Martapoera 3) Pelaihari 4) Poelaoe Laoet 5) Satoei-Tanah Boemboe
|-
|Afdeeling Hoeloesoengai
|1) Kandangan 2) Barabai 3) Amoentai 4) Tandjoeng 5) Rantau 6) Balangan 7) Tabalong
|-
|Afdeeling Kapuas-Barito
|1) Beneden Dajak 2) Boven Dajak 3) Sampit 4) Kota WaringinKoetawaringin 5) Moeara Teweh 6) Poeroek Tjaoe
|-
|Afdeeling Samarinda
|1) Oost-Koetai 2) Balikpapan 3) West-Koetai 4) PasirPaser 5) Boven MahamMahakam
|-
|Afdeeling Boeloengan en Beraoe
|1) Tarakan 2) Tidoengsche -landen 3) Apau -Kajan 4) Boeloengan 5) Beraoe
|-
| rowspan="4" |Residentie Westerafdeeling van Borneo (Pontianak)
Baris 617 ⟶ 602:
|1) Boven en Beneden Matan 2) Soekadana
|-
| rowspan="2324" |[[Timur Raya (Hindia Belanda)|Gouvernement Groote Oost]] (Makassar)
| rowspan="7" |Residentie Celebes en Onderhoorigheden (Makassar)
|Afdeeling Makassar
|1) Makassar 2) Maros 3) Pangkadjene 4) GoaGowa 5) Djeneponto-Takalar
|-
|Afdeeling Bonthain
|1) Bonthain 2) Boeloekoemba 3) Sindjai 4) Saleijer-eilanden
|-
|[[Afdeeling Bone]]
Baris 635 ⟶ 620:
|-
|Afdeeling Loewoe
|1) Palopo 2) Makale-Rantepao 3) Masamba 4) MailiMalili 5) Mangkoetana 6) Kolaka
|-
|Afdeeling Boetoeng en Laiwoei
|1) Boetoeng 2) Moena 3) Kendari 4) Toekangbesi-eilanden
|-
| rowspan="56" |Residentie Manado (Manado)
|[[Afdeeling Manado]]
|1) MinahasaAmurang 2) BolaangTondano Mongondow3) Manado
|-
|Afdeeling Sangihe en Talaude EilandenTalaud-eilanden
|1) Sangihe-eilanden
|-
|Afdeeling Bolaangmongondow
|1) Bolaang 2) Pasi 3) Lolayan 4) Dumoga 5) Koetaboenan
|-
|[[Afdeeling Gorontalo]]
|1) Gorontalo 2) Boeol 3) Kwandang 4) Boalemo
|-
|Afdeeling Donggala
|1) Donggala 2) Paloe 3) Parigi 4) Toli -Toli 5) Moutong
|-
|[[Afdeeling Poso]]
|1) Poso 2) Kolonodale 3) Banggai en Peleng 4) Todjo en Oena-Oena
|-
| rowspan="5" |Residentie Molukken (Amboina)
|Afdeeling Amboina
|1) Amboina 2) Boeroe 3) Saparoea 4) Banda-eilanden 5) West-Ceram 6) Amahai 7) Wahai 8) Kairatoe 9) Oost-Ceram, Ceram Laoet en Goram
|-
|Afdeeling Ternate
|1) Ternate 2) Makian en Kajoa 4) Batjan 3) Djailolo 4) Weda 5) Tobelo 6) Soela-eilanden
|-
|Afdeeling Toeal
|1) Kei-eilanden 2) Aroe-eilanden 3) Tanimbar-einlandeneilanden 4) Zuid-Wester einlanden 5) Boven Digoel 6) Zuid-Nieuw Guinea
|-
|Afdeeling Noord -Nieuw Guinea
|1) Manokwari 2) Sorong 3) Radja Ampat 4) Seroei 4) Sarmi 5) Hollandia
|-
|Afdeeling West -Nieuw Guinea
|1) Fak-Fak 2) Inanwatan 3) Kaimana 4) Mimika
|-
| rowspan="3" |Residentie Timor en Onderhoorigheden (Koepang)
|Afdeeling Timor en Eilanden
|1) Koepang 2) Zuid Midden -Timor 3) Noord Midden -Timor 4) Beloe 5) Alor-eilanden 6) Rote-eiland
|-
|Afdeeling Flores
|1) Ende 2) Oost -Flores en Solor Eilanden-eilanden 3) Maoemere 4) Ngada 5) Manggarai 6) Nage-Keo
|-
|Afdeeling Soembawa en Soemba
|1) Bima 2) Soembawa 3) Oost -Sumba 4) West -Soemba
|-
| rowspan="3" |Residentie Bali en Lombok (Singaradja)
Baris 686 ⟶ 674:
|1) Boeleleng 2) Djembrana
|-
|Afdeeling Zuid -Bali
|1) Badoeng 2) Tabanan 3) Gianjar 4) Kloengkoeng 5) Karangasem
|-
|Afdeeling Lombok
|1) West -Lombok 2) Midden -Lombok 3) Oost-Lombok 4) Noord-Lombok
|}
 
Pada 1818-18251818–1825, Melaka Belanda merupakan bagian administratif dari Hindia Belanda. Pada tahun 1825 akhirnya Melaka diserahkan kepada Britania Raya berdasarkan [[Perjanjian Inggris-Belanda 1824]].
{| class="wikitable mw-collapsible"
|+
Baris 707 ⟶ 695:
|}
 
=== Angkatan bersenjataPendidikan ===
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Leerlingen_van_de_School_tot_Opleiding_van_Indische_Artsen_(STOVIA)_Doctor_Jawa_TMnr_60047128.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Leerlingen_van_de_School_tot_Opleiding_van_Indische_Artsen_(STOVIA)_Doctor_Jawa_TMnr_60047128.jpg|kiri|jmpl|Siswa Sekolah ''Tot Opleiding Van Indische Artsen'' (STOVIA) alias Sekolah DoctorDokter Jawa]]
Sistem sekolah Belanda diperluas dan mengizinkan kaum muda Indonesia menempuh pendidikan, dan sekolah-sekolah paling bergengsi menerima anak-anak Belanda dan anak-anak Indonesia dari kelas atas. TingkatPendidikan tingkat kedua dari sekolah didasarkan pada etnis dengan sekolah terpisah untuk orang Indonesia, Arab, dan TionghoaCina yangserta diajarkan didalam bahasa Belanda dengandan menggunakandengan kurikulum Belanda. Orang Indonesia biasa dididik dengan [[bahasa Melayu]] dalam alfabet Romawi, dansekaligus menjadi sekolah "penghubung" yang mempersiapkan siswa-siswa Indonesia yang cerdas untuk masuk ke sekolah-sekolah berbahasa Belanda.<ref name="Taylor 2003, p. 286">Taylor (2003), p. 286</ref> Sekolah-sekolah kejuruan dan program-program didirikan oleh pemerintah kolonial dalam rangka melatih penduduk pribumi Indonesia untuk peran khusus dalam ekonomi kolonial. Orang Tionghoa dan Arab, yang secara resmi disebut "timur asing", tidak bisa mendaftar di sekolah kejuruan atau sekolah dasar.<ref>Taylor (2003), hlm. 287</ref>
 
Lulusan sekolah Belanda membuka sekolah mereka sendiri dengan meniru sistem sekolah Belanda, begitu pula misionaris Kristen, Perhimpunan Teosofis, dan asosiasi budaya Indonesia.  ProliferasiPerkembangan sekolah-sekolah ini selanjutnyasemakin didorong oleh sekolah-sekolah Muslim baru dalam cetakanbergaya Barat yang juga menawarkan mata pelajaran sekuler.[95] <ref name="Taylor 2003, p. 286"/>Menurut sensus tahun 1930, 6% orangpenduduk Indonesia melek huruf;  namun, angka ini hanya diakui olehmencatat lulusan dari sekolah-sekolah Barat dan mereka yang dapatbisa membaca dan menulis dalam bahasa alfabet Romawi. Sensus Ituitu tidak termasukmenambahkan lulusan sekolah non-Barat atau mereka yang bisa membaca tetapi tidak bisa menulis Arab, Melayu atau Belanda, atau mereka yang bisa menulis dalam huruf non-Romawi seperti Batak, Jawa, Cina atau Arab.[95]<ref name="Taylor 2003, p. 286"/>
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Professoren_der_Rechts_Hogeschool_in_Batavia_TMnr_60012567.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Professoren_der_Rechts_Hogeschool_in_Batavia_TMnr_60012567.jpg|ka|jmpl|Profesor hukum Belanda, Eurasia dan Jawa pada pembukaan Rechts Hogeschool pada tahun 1924]]Beberapa lembaga pendidikan tinggi juga didirikan. Pada tahun 1898 pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah untuk melatih para dokter yang diberi nama [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen|''School tot Opleiding van Inlandsche Artsen'' (STOVIA).]]  Banyak lulusan STOVIA yang kemudian berperan penting dalam pergerakan nasional Indonesia menuju kemerdekaan serta dalam mengembangkan pendidikan kedokteran di Indonesia, seperti [[Wahidin Soedirohoesodo|Dr. Wahidin Soedirohoesodo]] yang mendirikan masyarakatperkumpulan politik [[Budi Utomo]].  [[Institut Teknologi Bandung|''De Technische Hoogeschool te Bandung'']] didirikan pada tahun 1920 oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk memenuhi kebutuhan sumber daya teknik atau insinyur di daerah jajahannya. Salah satu lulusan ''Technische Hogeschool'' adalah [[Soekarno]] yang nantinya akan memimpin Revolusi Nasional Indonesia.  Pada tahun 1924, pemerintah kolonial kembali memutuskan untuk membuka fasilitas pendidikan tingkat tinggi yang baru, [[Rechtshoogeschool te Batavia|''Rechts Hogeschool'' (RHS)]], untuk melatih para perwira dan pegawai sipil.  Pada tahun 1927, status STOVIA diubah menjadi perguruan tinggi penuh dan namanya diubah menjadi [[Geneeskundige Hoogeschool te Batavia|''Geneeskundige Hogeschool'' (GHS)]].  GHS menempati gedung utama yang sama dan menggunakan rumah sakit pendidikan yang sama dengan [[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia]] saat ini.  Hubungan lama antara Belanda dan Indonesia masih terlihat jelas di bidang teknologi seperti desain irigasi.  Hingga hari ini, gagasan para insinyur irigasi kolonial Belanda terus memberikan pengaruh yang kuat terhadap praktik desain Indonesia.[97] <ref name="tudelft.nl">{{Cite web |url=http://www.tudelft.nl/live/pagina.jsp?id=890cbbcf-a9ce-4ea6-9b38-4fdbecbee3ce&lang=en |title=TU Delft Colonial influence remains strong in Indonesia |access-date=22 September 2011 |archive-date=25 February 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210225140856/https://www.tudelft.nl/live/pagina.jsp?id=890cbbcf-a9ce-4ea6-9b38-4fdbecbee3ce&lang=en |url-status=live}}</ref> Selain itu, dua universitas Indonesia dengan peringkat internasional tertinggi, [[Universitas Indonesia|Universitas]] Indonesiayang didirikan tahun est.1898]] dan [[Institut Teknologi Bandung]], yang didirikan pada tahun 1920, keduanyamerupakan universitas yang didirikan selama era kolonial.[98][99]<ref>{{Cite web |url=http://www.urapcenter.org/2010 |title=URAP – University Ranking by Academic Performance |access-date=18 April 2012 |archive-url=https://web.archive.org/web/20141006190032/http://www.urapcenter.org/2010/ |archive-date=6 October 2014 |url-status=live |df=dmy-all}}</ref><ref group="note">Note: In 2010, according to University Ranking by Academic Performance (URAP), ''Universitas Indonesia'' was the best university in Indonesia.</ref>
 
Reformasi pendidikan, dan reformasi politik sederhana, menghasilkan segelintir elit pribumi Indonesia yang berpendidikan tinggi, yang mempromosikan gagasan "Indonesia" yang merdeka dan bersatu yang akan mempersatukan kelompok-kelompok pribumi yang berbeda di Hindia Belanda.  Periode yangini sering disebut Kebangkitan Nasional Indonesia, paruh pertama abad ke-20 menyaksikan gerakan nasionalis berkembang dengan kuat, tetapi juga menghadapi penindasan Belanda.[19]<ref name="LP_23-25"/>
 
==Ekonomi==
{{main|Ekonomi Hindia Belanda}}
{{See also|Sistem Budidaya|Zaman Liberal (Hindia Belanda)}}
Sejarah ekonomi koloni terkaitberkaitan erat dengan kesehatan ekonomi negaraBelanda.<ref>Dick, induket al.[100] (2002)</ref> Meskipun keuntungan yang meningkat dari sistem pajak tanah Belanda, keuangan Belanda sangat dipengaruhiterpengaruh oleh biaya [[Perang Diponegoro|Perang Jawa]] dan [[Perang Padri]], danserta [[Perang Belanda-belgia|kekalahan Belanda atas Belgia pada tahun 1830]] yang membawa Belanda ke jurang kebangkrutan. Pada tahun 1830, seorang gubernur jenderal baru, [[Johannes van den Bosch]], ditunjuk untuk membuat Hindia membayar melalui eksploitasi Belanda atas sumber dayanya. Dengan dominasi politik Belanda di seluruh Jawa untuk pertama kalinya pada tahun 1830,<ref>Ricklefs [101](1991), dimungkinkanp untuk119</ref> mereka memperkenalkan kebijakan pertanian penanamantanam paksa yang dikendalikan pemerintah. DisebutKebijakan itu disebut [[Cultuurstelsel|''cultuurstelsel'' (sistem tanam) dalam bahasa Belanda danatau "tanam paksa" (tanamandalam paksa)]]bahasa diIndonesia. Indonesia,Para petani diwajibkan untuk menyerahkan, sebagai bentuk pajak, hasil panen tertentu dalam jumlah tetap, seperti gula atau kopi.[102]<ref name="Taylor 2003, p. 240">Taylor (2003), p. 240</ref> Sebagian besar Jawa menjadi perkebunan Belanda dan pendapatan terus meningkat selama abad ke-19 yang diinvestasikan kembali ke Belanda untuk menyelamatkannyamenyelamatkan negara dari kebangkrutan.[19][102]<ref name="LP_23-25"/><ref name="Taylor 2003, p. 240"/> Antara tahun 1830 dan 1870, 840 juta gulden (setara €8 miliar pada tahun 2018[103]<ref>{{Cite web |url=http://www.iisg.nl/hpw/calculate2-nl.php |title=Waarde van de gulden / euro |website=www.iisg.nl |access-date=8 May 2020 |archive-date=7 May 2020 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200507213957/http://www.iisg.nl/hpw/calculate2-nl.php |url-status=live}}</ref>) diambil dari Hindia Timur, rata-rata menghasilkan sepertiga dari anggaran tahunan pemerintah Belanda.[104][105]<ref>{{Cite web |url=https://www.kivi.nl/afdelingen/telecommunicatie/nieuws/artikel/promotie-huib-ekkelenkamp-op-9-april-2019-tu-delft |title=Promotie Huib Ekkelenkamp op 9 april 2019 TU Delft |website=KIVI |access-date=8 May 2020 |archive-date=8 March 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210308170608/https://www.kivi.nl/afdelingen/telecommunicatie/nieuws/artikel/promotie-huib-ekkelenkamp-op-9-april-2019-tu-delft |url-status=live}}</ref><ref>{{cite web |url=http://www.thejakartaglobe.com/opinion/indonesias-infrastructure-problems-a-legacy-from-dutch-colonialism/437111 |title=Indonesia's Infrastructure Problems: A Legacy From Dutch Colonialism |work=The Jakarta Globe |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20121124023601/http://www.thejakartaglobe.com/opinion/indonesias-infrastructure-problems-a-legacy-from-dutch-colonialism/437111 |archive-date=24 November 2012 |df=dmy-all}}</ref> Akan tetapi, Sistem Tanam Paksa membawa banyak kesulitan ekonomi bagi para petani Jawa, yang menderita kelaparan dan wabah penyakit pada tahun 1840-an.[19]<ref name="LP_23-25"/>
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_hoofdkantoor_van_de_Deli_Maatschappij_TMnr_60006949.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_hoofdkantoor_van_de_Deli_Maatschappij_TMnr_60006949.jpg|jmpl|Markas Perusahaan ''Deli Company'' di Medan sekitar tahun 1925]]Pendapat publik yang kritis di Belanda menyebabkan banyak ekses Sistem Tanam Paksa dihilangkan di bawah [[Reformasi agraria|reformasi agraria]] dari "Periode Liberal".]]  Menurut sebuah penelitian, angka kematian di Jawa akan menjadi 10–20% lebih tinggi pada akhir tahun 1870-an jika sistem kerja paksa tidak dihapuskan.[106] <ref>{{Cite journal |last1=Zwart |first1=Pim de |last2=Gallardo-Albarrán |first2=Daniel |last3=Rijpma |first3=Auke |date=2022 |title=The Demographic Effects of Colonialism: Forced Labor and Mortality in Java, 1834–1879 |journal=The Journal of Economic History |volume=82 |pages=211–249 |language=en |doi=10.1017/S0022050721000577 |s2cid=247012562 |issn=0022-0507 |doi-access=free}}</ref> Modal swasta Belanda mengalir masuk setelah tahun 1850, terutama di bidang pertambangan timah dan pertanian perkebunan.  Tambang timah ''Martavious Company'' di lepas pantai timur Sumatera dibiayai oleh sindikat pengusaha Belanda, termasuk adik [[Wilhelm II dari Jerman|Raja William III]].  Penambangan dimulai pada tahun 1860. Pada tahun 1863 [[Jacob Nienhuys]] memperoleh konsesi dari [[Kesultanan Deli]] ([[Sumatra Timur|Sumatera Timur]]) untuk perkebunan tembakau besar (Perusahaan Deli).[107] <ref>Dick, et al. (2002), p. 95</ref> Sejak tahun 1870, Hindia dibuka untuk perusahaan swasta dan para pengusaha Belanda mendirikan perkebunan besar yang menguntungkan.  Produksi gula berlipat ganda antara tahun 1870 dan 1885;  tanaman baru seperti teh dan cinchonakina tumbuh subur, dankaret karetjuga diperkenalkan, yang menyebabkan peningkatan keuntungan Belanda secara dramatis.  Perubahan tidak terbatas hanya pada pulau Jawa, ataudi pertanian;  minyak dari SumatraSumatera dan Kalimantan menjadi sumber daya berharga bagi industrialisasi Eropa.  Kepentingan komersial Belanda meluas dari Jawa ke pulau-pulau terluar dengan semakin banyak wilayah yang berada di bawah kendali atau dominasi langsung Belanda pada paruh kedua abad ke-19.[19] <ref>Dick, Namunet al. (2002), akibatp. dari95</ref> Namun, kelangkaan lahan untuk produksi beraspadi, dikombinasikanditambah dengan peningkatan populasijumlah penduduk secara dramatisdrastis, terutama di Pulau Jawa, menyebabkan kesulitan yang lebih lanjutbesar.[19<ref name="LP_23-25"/>
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Kantoor_van_de_Javasche_Bank_in_Bandjermasin_TMnr_10015481.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Kantoor_van_de_Javasche_Bank_in_Bandjermasin_TMnr_10015481.jpg|kiri|jmpl|''De Javasche Bank'' indi Banjarmasin]]Eksploitasi kekayaan Indonesia secara kolonial berkontribusi pada industrialisasi Belanda, sekaligus meletakkan dasar bagi industrialisasi Indonesia.  Belanda memperkenalkan kopi, teh, kakao, tembakau dan karet, dan hamparan luas pulau Jawa menjadi perkebunan yang dibudidayakan oleh petani Jawa, dikumpulkan oleh perantara Cina, dan dijual di pasar luar negeri oleh pedagang Eropa.[19] <ref name="LP_23-25"/> Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan ekonomi didasarkan pada permintaan dunia yang tinggi akan teh, kopi, dan kina.  Pemerintah banyak berinvestasi dalam jaringan kereta api (panjang 240&nbsp;km atau 150 mil pada tahun 1873, 1.900&nbsp;km atau 1.200 mil pada tahun 1900), serta jalur telegraf, dan pengusaha membuka bank, toko, dan surat kabar.  Hindia Belanda menghasilkan sebagian besar pasokan kina dan lada dunia, lebih dari sepertiga karetnya, seperempat produk kelapanya, dan seperlima teh, gula, kopi, dan minyaknya.  Keuntungan dari Hindia Belanda menjadikan Belanda salah satu kekuatan kolonial paling signifikan di dunia.[19] <ref name="LP_23-25"/> Jalur pelayaran ''[[Koninklijke Paketvaart Maatschappij|Koninklijke Paketvaart-Maatschappij]]'' mendukung penyatuan ekonomi kolonial dan membawa pelayaran antar pulau ke Batavia, bukan melalui Singapura, sehingga lebih memfokuskan kegiatan ekonomi di Jawa.[108]<ref>Vickers (2005), p. 20</ref>
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Arbeiders_poseren_bij_een_in_aanbouw_zijnde_spoorwegtunnel_in_de_bergen_TMnr_60047638.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Arbeiders_poseren_bij_een_in_aanbouw_zijnde_spoorwegtunnel_in_de_bergen_TMnr_60047638.jpg|jmpl|Para pekerja berpose di lokasi terowongan kereta api yang sedang dibangun di pegunungan, 1910]]Resesi di seluruh dunia pada akhir tahun 1880-an dan awal tahun 1890-an menyebabkan harga komoditas yang menjadi sandaran koloni runtuh.  Wartawan dan pegawai negeri mengamati bahwa mayoritas penduduk Hindia tidak lebih baik daripada di bawah ekonomi Sistem Tanam Paksa yang diatur sebelumnya dan puluhan ribu orang kelaparan.[109] <ref>Vickers (2005), p. 16</ref> Harga komoditas pulih dari resesi, menyebabkan peningkatan investasi di koloni.  Perdagangan gula, timah, kopra, dan kopi tempatyang menjadi basis koloni dibangunini berkembang pesat, dan karet, tembakau, teh, dan minyak juga menjadi ekspor utama.[110] <ref>Vickers (2005), p. 18</ref> Reformasi politik meningkatkan otonomi administrasipemerintahan kolonial lokal, menjauh darimenjauhi kendali pusat dari Belanda, sementara kekuasaan juga dialihkan dari pemerintah pusat Batavia ke unit-unit pemerintahan yang lebih lokal.
 
Ekonomi dunia pulih pada akhir 1890-an dan kemakmuran kembali.  Investasi asing, terutama oleh Inggris, semakin didorong.  Pada tahun 1900, aset asing di Hindia Belanda berjumlah sekitar 750 juta gulden ($300 juta), sebagian besar di Jawa.[111]<ref>Dick, et al. (2002), p. 97</ref>
 
Setelah tahun 1900, peningkatan infrastruktur pelabuhan dan jalan menjadi prioritas utama Belanda, dengan tujuan memodernisasi ekonomi, memfasilitasi perdagangan, dan mempercepat pergerakan militer.  Pada tahun 1950, para insinyur Belanda telah membangun dan meningkatkan jaringan jalan dengan 12.000&nbsp;km permukaan beraspal, 41.000&nbsp;km jalan berlapis logam, dan 16.000&nbsp;km permukaan kerikil.<ref>{{cite journal |first1=Marie-Louise |last1=ten Horn-van Nispen |first2=Wim |last2=Ravesteijn |title=The road to an empire: Organisation and technology of road construction in the Dutch East Indies, 1800–1940 |journal=[112[Journal of Transport History] ] |year=2009 |volume=10 |issue=1 |pages=40–57 |doi=10.7227/TJTH.30.1.5 |s2cid=110005354}}</ref> Selain itu, Belanda membangun rel kereta api sepanjang 7.500 kilometer (4.700 mil), jembatan, sistem irigasi seluas 1,4 juta hektar (5.400 mil persegi) sawah, beberapa pelabuhan, dan 140 sistem air minum umum.  Wim Ravesteijn mengatakan bahwa, "Dengan pekerjaan umum ini, para insinyur Belanda membangun bahan dasar negara Indonesia kolonial dan pascakolonial."[113]<ref name="pure.knaw.nl"/>
 
== Angkatan bersenjata ==
{{main article|Tentara Kerajaan Hindia Belanda|Angkatan Udara Tentara Kerajaan Hindia Belanda|Angkatan Laut Gubernemen}}
[[Berkas:Javaanse_KNIL-militairenElf Javaanse KNIL,K, SFA022800558.jpg|jmpl|Prajurit KNIL asli Indonesia, 1927.]]
[[Tentara Kerajaan Hindia Belanda]] (KNIL) dan [[Angkatan Udara Tentara Kerajaan Hindia Belanda]] (ML-KNIL) didirikan pada tahun 1830 dan 1915 secara berturut-turut. Pasukan Angkatan Laut dari [[Angkatan Laut Kerajaan Belanda]] bermarkas di [[Kota Surabaya|Surabaya]], tetapi tidak pernah menjadi bagian dari KNIL. KNIL adalah cabang terpisah dari [[Tentara Kerajaan Belanda]], dipimpin oleh Gubernur Jenderal dan didanai oleh anggaran kolonial. KNIL tidak diizinkan merekrut orang Belanda yang sedang wajib militer dan memiliki sifat "[[Sukarelawan asing|Legiun Asing]]" dan memiliki kebiasaan merekrut bukan hanya orang Belanda, tetapi juga dari banyak negara Eropa lainnya (terutama tentara bayaran Jerman, Belgia, dan Swiss).<ref>Blakely, Allison (2001). Blacks in the Dutch World: The Evolution of Racial Imagery in a Modern Society. Indiana University Press. hlm. 15 {{ISBN|0-253-31191-8}}</ref> Sementara sebagian besar perwira adalah orang Eropa, mayoritas prajurit adalah orang Indonesia asli, dan kontingen terbesar adalah [[orang Jawa]] dan [[orang Sunda|Sunda]].<ref>Cribb, R.B. (2004) 'Historical dictionary of Indonesia'. Scarecrow Press, Lanham, USA.{{ISBN|0 8108 4935 6}}, hlm. 221 [https://books.google.com/books?id=SawyrExg75cC&dq=number+of+javanese+in+KNIL&source=gbs_navlinks_s]; [Catatan: Statistik KNIL pada tahun 1939 menunjukkan setidaknya 13,500 orang Jawa dan Sunda yang bergabung dengan mereka, dibandingkan dengan 4,000 prajurit dari Ambon]. Sumber: [http://www.defensie.nl/nimh/geschiedenis/tijdbalk/1814-1914_nederlands-indi/ Netherlands Ministry of Defense] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111001011455/http://www.defensie.nl/nimh/geschiedenis/tijdbalk/1814-1914_nederlands-indi/|date=2011-10-01}}.</ref>
[[File:Lombok_1894_J._Hoynck_van_Papendrecht_1858_1933.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Lombok_1894_J._Hoynck_van_Papendrecht_1858_1933.jpg|kiri|jmpl|Dutch intervention in Lombok and Karangasem, 1894.]]
Baris 723 ⟶ 732:
===Bahasa dan sastra===
{{see also|Sastra Hindia Belanda }}
[[File:MuseumSumpahPemuda-20-PerhimpunanPelajarPelajarIndonesia.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:MuseumSumpahPemuda-20-PerhimpunanPelajarPelajarIndonesia.jpg|ka|jmpl|Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia Delegasipada saat Sumpah Pemuda, peristiwa penting dimana bahasa Indonesia ditetapkan menjadi bahasa nasional, 1928]]
Di seluruh nusantara, ratusan bahasa asli digunakan, dan. [[kreolbahasa Melayu|Bahasa Melayu]] atau [[Portugal|Portugis]], dan bahasa perdagangan yang ada,juga diadopsi.  Sebelum tahun 1870, ketika pengaruh [[kolonial Belanda]] sebagian besar terbatas di Jawa, [[bahasa Melayu]] digunakan di sekolah-sekolah negeri dan program pelatihan sehingga lulusannya dapat berkomunikasi dengan kelompok-kelompok dari daerah lain yang berimigrasi ke Jawa.[114] <ref>Taylor (2003), p. 288</ref> Pemerintah kolonial berusaha untuk membakukan bahasa Melayu berdasarkan versi dari Riau dan Malaka, dan kamus ditugaskandigunakan untuk komunikasi pemerintah dan sekolah bagiuntuk masyarakat adat.<ref>Sneddon, James (2003)''The Indonesian language: its history and role in modern society.''(UNSW Press, Sydney, 2003) P.87-89 [115https://books.google.com/books?id=A9UjLYD9jVEC&q=The+Indonesian+language:+its+history+and+role+in+modern+society]  {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160423234220/https://books.google.com/books?id=A9UjLYD9jVEC&printsec=frontcover&dq=The+Indonesian+language:+its+history+and+role+in+modern+society&hl=nl&ei=trWZTN_OK8eQjAfW5a0i&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCsQ6AEwAA|date=23 April 2016}}</ref> Pada awal abad ke-20, para pemimpin kemerdekaan Indonesia mengadopsi bentuk bahasa Melayu dari Riau, dan menyebutnya bahasa Indonesia. Pada paruh kedua abad ke-19, wilayah nusantara lainnya, tempat ratusan kelompok bahasa digunakan, berada di bawah kendali belandaBelanda.  Dalam memperluas program pendidikan pribumi ke wilayah-wilayah ini, pemerintah menetapkan "bahasa Melayu baku" ini sebagai bahasa koloni.[116]<ref>Taylor (2003), p. 289</ref>
 
Bahasa Belanda tidak dijadikan bahasa resmi koloni dan tidak digunakan secara luas oleh penduduk pribumi Indonesia.[117] <ref>{{cite book |title=Weg tot het Westen (''{{lang|en|Road to the West}})'' |first=Kees |last=Groeneboer}}; {{cite book |last1=Corn |first1=Charles |year=1999 |orig-year=First published 1998 |title=The Scents of Eden: A History of the Spice Trade |url=https://books.google.com/books?id=8oEHVFx6YD0C&q=The+Scents+of+Eden |publisher=Kodansha America |page=203 |isbn=1-56836-249-8 |quote=The Portuguese language rolled more easily off Malay tongues than did Dutch or English. Ironically, if any European tongue was the language of merchant intercourse, even in Batavia, it was Portuguese. |access-date=22 October 2020 |archive-date=16 November 2023 |archive-url=https://web.archive.org/web/20231116064832/https://books.google.com/books?id=8oEHVFx6YD0C&q=The+Scents+of+Eden |url-status=live }}</ref> Mayoritas orang Belanda yang diakui secara hukum adalah orang Indo-Eurasia dwibahasa.<ref>Meijer, Hans (2004) In Indie geworteld. Publisher: Bert bakker. {{ISBN|90-351-2617-3}}. P.33, 35, 36, 76, 77, 371, 389 [118https://web.archive.org/web/20110718083900/http://www.nrcboeken.nl/boek/in-indie-geworteld-druk-1-meijer-h] </ref> Bahasa Belanda hanya digunakan oleh segelintir elit terpelajar, dan pada tahun 1942, sekitar dua persen dari total populasi di Hindia Belanda berbicara bahasa Belanda, termasuk lebih dari 1 juta penduduk asli Indonesia.<ref>Groeneboer, K (1993) Weg tot het westen. Het Nederlands voor Indie 1600–1950. Publisher: KITLEV, Leiden.[119https://web.archive.org/web/20110718083900/http://www.nrcboeken.nl/boek/in-indie-geworteld-druk-1-meijer-h] </ref> Sejumlah kata serapan Belanda digunakan dalam bahasa Indonesia masa kini, khususnya istilah teknis (lihat Daftar kata serapan Belanda dalam bahasa Indonesia).  Kata-kata ini umumnya tidak memiliki alternatif dalam bahasa Melayu dan diadopsi ke dalam kosakata bahasa Indonesia sehingga memberikan wawasan linguistik tentang konsep mana yang merupakan bagian dari warisan kolonial Belanda.  [[Hendrik Maier]] dari [[Universitas California, Berkeley|University of California]] mengatakan bahwa sekitar seperlima dari bahasa Indonesia kontemporer dapat ditelusuri ke bahasa Belanda.<ref>{{cite web |url=http://escholarship.org/uc/item/2cg0m6cq |publisher=Institute of European Studies, [120[University of California]] |title=A Hidden Language – Dutch in Indonesia |last=Maier |first=H.M.J. |date=8 February 2005 |access-date=16 August 2010 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120119212648/http://escholarship.org/uc/item/2cg0m6cq |archive-date=19 January 2012 |url-status=live |df=dmy-all}}</ref>
 
Sastra berbahasa Belanda terinspirasi oleh Hindia kolonial dan pascakolonial darisejak Zaman Keemasan Belanda hingga saat ini. IniHasil kesusastraan ini termasuk karya penulis Belanda, Indo-Eropa, dan Indonesia.  Pokok bahasannya secara tematis berkisar pada era kolonial Belanda, tetapi juga mencakup wacana pascakolonial. Mahakarya dari genre ini antara lain ''[[Max Havelaar]]|Max karya [[Eduard Douwes Dekker|Multatuli]]Havelaar: [[Or The Coffee Auctions of the Dutch Trading Company]],'' karya [[HiddenEduard ForceDouwes Dekker|Multatuli]], ''Hidden Force'' karya [[Louis Couperus]], [[''Country of Origin]]'' karya [[Eddy du Perron|E. du Perron]], dan [[''The Ten Thousand Things]]'' karya [[Maria Dermoût]].<ref>Nieuwenhuys (1999) pp. 126, 191, 225.</ref><ref group="note">Note: In December 1958, American [121[Time (magazine)|Time magazine]] praised the translation of [122[Maria Dermoût]]'s ''The Ten Thousand Things'', and named it one of the best books of the year, among several (other) iconic literary works of 1958: 'Breakfast at Tiffany´s' by Truman Capote, 'Doctor Zhivago' by Pasternak and 'Lolita' by Nabokov. See: [http://mariadermout.wordpress.com/wetenswaardigheden/ Official Maria Dermout Website.] {{Webarchive |url=https://web.archive.org/web/20120402103102/http://mariadermout.wordpress.com/wetenswaardigheden/ |date=2 April 2012 }}</ref>
 
Sebagian besar sastra Belanda ditulis oleh penulis Belanda dan Indo-Eropa.  Namun, pada paruh pertama abad ke-20 di bawah kebijakan [[Politik Etis|Kebijakan Etis]], banyak penulis dan cendekiawan pribumi Indonesia datang ke Belanda untuk belajar dan bekerja.  Mereka menulis karya sastra berbahasa Belanda dan menerbitkan karya sastra mereka dalam resensitinjauan sastra seperti [[''Het Getij]]'', [[ ''De Gemeenschap]]'', [[''Links Richten]]'', dan ''[[Forum]]''.  Dengan menjelajahi tema-tema sastra baru dan memusatkan perhatian pada protagonis pribumi, mereka menarik perhatian pada budaya pribumi dan penderitaan pribumi.  Contohnya termasukantara lain pangeran dan penyair Jawa [[Noto Soeroto]], seorang penulis dan jurnalis, danserta tulisanpenulis berbahasa Belanda dari [[Suwarsih Djojopuspito|Soewarsih Djojopoespito]], [[Chairil Anwar]], [[Kartini]], [[Sutan Sjahrir]] dan [[Soekarno|Sukarno]].<ref>[123http://dutch.berkeley.edu/?p=1056 'International Conference on Colonial and Post-Colonial Connections in Dutch Literature.' University of California, Berkeley, Website, 2011.]  {{Webarchive |url=https://web.archive.org/web/20111113205547/http://dutch.berkeley.edu/?p=1056 |date=13 November 2011 }} Retrieved: 24 September 2011</ref> Sebagian besar wacana pascakolonial dalam kesusastraan Hindia Belanda ditulis oleh pengarang Indo-Eropa yang dipimpin oleh "avant garde visioner" [[Tjalie Robinson]], yang merupakan pengarangpenulis Belanda denganyang bacaanpaling terbaikbanyak dibaca di Indonesia kontemporer,<ref>Nieuwenhuys, Rob. ''Oost-Indische spiegel. Wat Nederlandse schrijvers en dichters over Indonesië hebben geschreven vanaf de eerste jaren der Compagnie tot op heden.'', (Publisher: Querido, Amsterdam, 1978) p.555 [124http://www.dbnl.org/tekst/nieu018oost02_01/nieu018oost02_01_0077.php] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120628070256/http://www.dbnl.org/tekst/nieu018oost02_01/nieu018oost02_01_0077.php|date=28 June 2012}}</ref> dan generasi kedua imigran Indo-Eropa  seperti [[Marion Bloem]].
 
Sebagian besar sastra Belanda ditulis oleh penulis Belanda dan Indo-Eropa.  Namun, pada paruh pertama abad ke-20 di bawah [[Politik Etis|Kebijakan Etis]], penulis dan cendekiawan pribumi Indonesia datang ke Belanda untuk belajar dan bekerja.  Mereka menulis karya sastra berbahasa Belanda dan menerbitkan karya sastra dalam resensi sastra seperti [[Het Getij]], [[De Gemeenschap]], [[Links Richten]], dan [[Forum]].  Dengan menjelajahi tema-tema sastra baru dan memusatkan perhatian pada protagonis pribumi, mereka menarik perhatian pada budaya pribumi dan penderitaan pribumi.  Contohnya termasuk pangeran dan penyair Jawa [[Noto Soeroto]], seorang penulis dan jurnalis, dan tulisan berbahasa Belanda dari [[Suwarsih Djojopuspito|Soewarsih Djojopoespito]], [[Chairil Anwar]], [[Kartini]], [[Sutan Sjahrir]] dan [[Soekarno|Sukarno]].[123]  Sebagian besar wacana pascakolonial dalam kesusastraan Hindia Belanda ditulis oleh pengarang Indo-Eropa yang dipimpin oleh "avant garde visioner" [[Tjalie Robinson]], yang merupakan pengarang Belanda dengan bacaan terbaik di Indonesia kontemporer,[124] dan generasi kedua imigran Indo-Eropa  seperti [[Marion Bloem]].
===Seni Visual===
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Olieverfschildering_voorstellend_de_grote_postweg_bij_Buitenzorg_TMnr_1012-1.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Olieverfschildering_voorstellend_de_grote_postweg_bij_Buitenzorg_TMnr_1012-1.jpg|ka|jmpl|Penggambaran romantis ''[[Jalan Raya Pos|De Grote Postweg]]'' dekat Buitenzorg]]
Keindahan alam Hindia Timur telah mengilhami karya-karya seniman dan pelukis yang sebagian besar mengabadikan pemandangan romantis Hindia kolonial.  Istilah ''[[Mooi Indie|Mooi Indië]]'' (Bahasa Belanda untuk "Hindia Indah") awalnya diciptakan sebagai judul dari 11 reproduksi lukisan cat air [[Du Chattel]] yang menggambarkan pemandangan Hindia Timur yang diterbitkan di [[Amsterdam]] pada tahun 1930. Istilah ini menjadi terkenal pada tahun 1939 setelah [[Sindoedarsono Soedjojono|S. Sudjojono]] menggunakan itu untuk mengolok-olok para pelukis yang hanya melukiskan semua hal indah tentang Hindia.[125] <ref>{{cite [[web |title=Mooi Indie, Aliran |url=http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/1931 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20111101020752/http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/1931 |archive-date=1 November 2011 |access-date=27 September 2011 |website=Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta |language=nl |df=dmy-all}}</ref> ''Mooi Indië]]'' kemudian diidentifikasi sebagai genre lukisan yang terjadi pada masa kolonial Hindia Timur yang menangkap penggambaran romantisme Hindia Belanda sebagai tema utama;  sebagian besar pemandangan alam pegunungan, gunung berapi, sawah, lembah sungai, desa, dengan pemandangan abdi dalem, bangsawan, dan terkadang wanita pribumi bertelanjang dada.  Beberapa pelukis ''Mooi Indië'' terkemuka adalah seniman Eropa: [[F. J. du Chattel]], [[Manus Bauer]], [[Nieuwkamp]], ​​[[Isaac Israëls|Isaac Israel]], [[PAJ Moojen]], [[Carel Dake]], dan [[Romualdo Locatelli]] [itu];  Pelukis Belanda kelahiran Hindia Timur: [[Henry van Velthuijzen]], [[Charles Sayers]], [[Ernest Dezentje]], [[Leonard Eland]] dan [[Jan Frank]];  Pelukis pribumi: [[Raden Saleh]], [[Pirngadie|Mas Pirngadie]], [[Abdullah Suriosubroto|Abdullah Surisubroto]], [[Wakidi]], [[Basuki Abdullah]], [[Soeryo Soebanto|Mas Soeryo Soebanto]] dan [[Henk Ngantung]];  dan juga pelukis Tionghoa: [[Lee Man Fong]], [[Oei Tiang Oen]], dan [[Siauw Tik Kwie]].  Para pelukis ini biasanya memamerkan karyanya di galeri seni seperti [[Bataviasche Kuntkringgebouw]], [[Theosofie Vereeniging]], [[Kunstzaal Kolff & Co]] dan [[Hotel des Indes|Hotel Des Indes]].
 
===Teater dan film===
{{See also|Daftar film Hindia Belanda|Daftar produser film Hindia Belanda|Daftar sutradara film Hindia Belanda}}
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Bioscoop_Mimosa_in_Batoe_TMnr_60052449.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Bioscoop_Mimosa_in_Batoe_TMnr_60052449.jpg|jmpl|Bioskop Bioscoop Mimosa di Batu, Jawa, 1941]]
Sebanyak 112 film fiksi diketahui telah diproduksi di Hindia Belanda antara tahun 1926 dan pembubaran koloni pada tahun 1949. Film paling awal, yang diimpor dari luar negeri, ditayangkan pada akhir tahun 1900,[126]{{sfn|Biran|2009|p=27}} dan pada awal tahun 1920-an diimpor  serial impor dan film fiksi ditampilkanmulai ditayangkan, seringkalisering kali dengan nama lokal.[127]  Perusahaan Belanda juga memproduksi film dokumenter tentang Hindia Belanda untuk ditayangkan di Belanda.[128] {{sfn|Biran|2009|p=35}} Film produksi lokal pertama, ''[[Loetoeng Kasaroeng]]'', disutradarai oleh [[L. Heuveldorp]] dan dirilis pada 31 Desember 1926.[129] {{sfn|Biran|2009|pp=61, 68}} Antara 1926 dan 1933 banyak produksi lokal lainnya yang dirilis.  Selama pertengahan tahun 1930-an, produksi turun sebagai akibat dari [[Depresi Hebat.[130Besar] ].{{sfn|Biran|2009|p=145}} Tingkat produksi menurun lagi setelah pendudukan Jepang dimulai pada awal 1942, menutup semua kecuali satu studio film.[131] {{sfn|Biran|2009|pp=319, 332}} Sebagian besar film yang diproduksi selama pendudukan adalah film pendek propaganda Jepang.[132] {{sfn|Biran|2009|pp=334, 340}} Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 dan selama revolusi berikutnya, beberapa film dibuat, baik oleh pendukung pro-Belanda maupun pro-Indonesia.[133][134]{{sfn|Biran|2009|pp=367–370}}{{sfn|Kahin|1952|p=445}}
 
Umumnya film-film yang diproduksi di Hindia Belanda mengangkat kisah-kisah tradisional atau diadaptasi dari karya-karya yang sudah ada.[135] <ref>Heider (1991), p. 15</ref> Film-film awal adalah [[film bisu]], dengan [[Karnadi Anemer Bangkong]] ([[Karnadi si Kontraktor Katak; 1930]]) umumnya dianggap sebagai film bicara pertama;[136][sumber yang lebih baik diperlukan] film-film selanjutnya akan menggunakan bahasa Belanda, Melayu, atau bahasa pribumi.  SemuanyaSemua film berwaarna hitam-putih.  Antropolog visual Amerika [[Karl G. Heider]] menulis bahwa semua film sebelum tahun 1950 hilang.[137] <ref>Heider (1991), p. 14</ref> Namun, catatan Katalog Film Indonesia dari [[JB Kristanto]] mencatat beberapa di antaranya bertahan di arsip Sinematek Indonesia, dan Biran menulis bahwa beberapa film propaganda Jepang bertahan di Dinas Penerangan Pemerintah Belanda.[138]{{sfn|Biran|2009|p=351}}
 
Drama teater karya penulis drama seperti [[Victor Ido]] (1869–1948) dipentaskan di [[Schouwburg Weltevreden]], sekarang dikenal sebagai [[Gedung Kesenian Jakarta]].  Bentuk teater yang kurang elit, yang populer di kalangan orang Eropa dan pribumi, adalah pertunjukan teater keliling Indo yang dikenal sebagai [[Komedie Stamboel 1891-1903|Komedie Stamboel]], yang dipopulerkan oleh [[Auguste Mahieu]] (1865–1903).
 
===Sains===
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_Zo÷logisch_Museum_en_laboratorium_van_'s_Lands_Plantentuin_te_Buitenzorg_West-Java_TMnr_10010799.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_Zo%C3%B7logisch_Museum_en_laboratorium_van_'s_Lands_Plantentuin_te_Buitenzorg_West-Java_TMnr_10010799.jpg|ka|jmpl|Museum dan lab di [[Kebun Raya Bogor|Buitenzorg Plantentuin]]]]
Kekayaan alam dan budaya Hindia Belanda menarik para intelektual, ilmuwan, dan peneliti Eropa.  Beberapa ilmuwan terkemuka yang melakukan sebagian besar penelitian penting mereka di kepulauan Hindia Timur adalah [[Johannes Elias Teijsmann|Teijsmann]], [[Franz Wilhelm Junghuhn|Junghuhn]], [[Christiaan Eijkman|Eijkman]], [[Eugène Dubois|Dubois]], dan [[Alfred Russel Wallace|Wallace]].  Banyak lembaga seni, budaya, dan ilmu pengetahuan penting didirikan di Hindia Belanda.  Misalnya, ''[[Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen|Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Masyarakat Seni dan Sains Kerajaan Batavia),]]'' pendahulu [[Museum Nasional Indonesia]], didirikan pada 1778 dengan tujuan untuk mempromosikan penelitian dan mempublikasikan temuan di bidang seni dan sains khususnya sejarah, arkeologi, etnografi, dan fisika.  [[Kebun Raya Bogor]] dengan ''[[Herbarium Bogoriense]]'' dan [[Museum Zoologicum Bogoriense]] merupakan pusat utama penelitian botani yang didirikan pada tahun 1817 dengan tujuan mempelajari flora dan fauna Nusantara.
 
Fosi Manusia Jawa ditemukan oleh [[Eugène Dubois|Eugene Dubois]] pada tahun 1891. Komodo pertama kali dideskripsikan oleh [[Pieter Antonie Ouwens|Peter Ouwens]] pada tahun 1912, setelah kecelakaan pesawat pada tahun 1911 dan rumor tentang dinosaurus yang hidup di Pulau Komodo pada tahun 1910. Vitamin B1 dan hubungannya dengan penyakit beri-beri ditemukan  oleh [[Christiaan Eijkman|Eijkman]] selama bekerja di Hindia Belanda.
 
Dengan meningkatnya minat dalam penelitian ilmiah, pemerintah Hindia Belanda mendirikan [[Natuurwetenschappelijke Raad voor Nederlandsch-Indië|''Natuurwetenschappelijke Raad voor Nederlandsch-Indië'' (Dewan Ilmu Pengetahuan Hindia Belanda)]] pada tahun 1928.[139] <ref>{{Cite Iniweb |url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=274804 |title=NATUURWETENSCHAPPELIJKE raad voor Nederlandsch-Indie te Batavia |website=opac.perpusnas.go.id |access-date=2020-03-12 |archive-date=24 February 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210224122858/https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=274804 |url-status=live}}</ref> Badan ini beroperasi sebagai organisasi penelitian utama negara sampai pecahnya [[Perang Dunia II]] di Asia Pasifik pada tahun 1942. Pada tahun 1948 lembaga ini berganti nama menjadi [[''Organisatie voor Natuurwetenschappelijk Onderzoek]]'' (Organisasi untuk Penelitian Ilmiah).  Organisasi ini adalah cikal bakal [[Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia]] saat ini.[140]<ref>{{Cite web |url=http://lipi.go.id/berita/single/Selamat-Ulang-Tahun-LIPI/9492 |title=Selamat Ulang Tahun, LIPI! |website=lipi.go.id |language=id |access-date=2020-03-12 |archive-date=21 November 2019 |archive-url=https://web.archive.org/web/20191121025200/http://lipi.go.id/berita/single/Selamat-Ulang-Tahun-LIPI/9492 |url-status=live}}</ref>
 
===Masakan===
{{See also|Masakan Indonesia}}[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_familie_C.H._Japing_met_tante_Jet_en_oom_Jan_Breeman_aan_de_rijsttafel_Bandoeng_TMnr_10030167.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_familie_C.H._Japing_met_tante_Jet_en_oom_Jan_Breeman_aan_de_rijsttafel_Bandoeng_TMnr_10030167.jpg|ka|jmpl|Keluarga Belanda menikmati makan malam besar ''[[Rijsttafel]]'', 1936]]
Keluarga kolonial Belanda melalui pembantu rumah tangga dan juru masak mereka mengenal masakan Indonesia, akibatnyaalhasil mereka mengembangkan cita rasa rempah-rempah dan hidangan asli tropis.  Hidangan kolonial Hindia Belanda yang terkenal adalah [[rijsttafel]], meja nasimakan yang terdiri dari 7 hingga 40 hidangan populer dari seluruh koloni.  Lebih''Rijsttafel'' lebih merupakan perjamuan mewah daripada hidangan, masyarakat kolonial Belanda memperkenalkan meja nasi tidak hanya agar mereka dapat menikmati beragam hidangan dalam satu pengaturanmeja, tetapi juga untuk mengesankan pengunjung dengan kelimpahan eksotik koloni mereka.[141]<ref>{{cite web |url=http://www.culturebriefings.com/articles/indrcetb.html |title=The rise and fall of Indonesia's rice table |author=Geotravel Research Center |access-date=23 September 2011 |archive-url=https://web.archive.org/web/20111007031730/http://culturebriefings.com/articles/indrcetb.html |archive-date=7 October 2011 |url-status=dead |df=dmy-all}}</ref>

Melalui kolonialisme, Belanda memperkenalkan hidangan Eropa seperti roti, keju, steak panggang, dan pancake.  Sebagai penghasil tanaman komersial;  kopi dan teh juga populer di kolonial Hindia Timur kolonial.  Roti, mentega, dan margarin, sandwich isi ham, keju atau selai buah, ''[[Poffertjes|poffertjes]]'', ''pannekoek'', dan keju Belanda, biasa dikonsumsi oleh kolonial Belanda dan Indo pada masa kolonial. Beberapa ningrat (bangsawan) pribumi kelas atas dan beberapa pribumi terpelajar mengenal masakan Eropa, dan dijunjung tinggi sebagai masakan elit kelas atas masyarakat Hindia Belanda.  Hal ini menyebabkan adopsi dan fusiasimilasi masakan Eropa ke dalam masakan Indonesia, beberapa hidangan yang diciptakan pada masa kolonial dipengaruhi oleh Belanda: antara lain [[Selat solo|selat solo (salad solo)]], [[Bistik|bistik jawa (steak daging sapi Jawa)]], [[Semur|semur]] (dari ''smoor'' Belanda),]] [[sayur kacang merah (dari ''[[Brenebon|brenebon)]]'') dan [[Sup buntut|sop buntut]].  Kue dan biskuit juga dapat ditelusuri asal-usulnya hinggadari pengaruh Belanda;  seperti [[Bolu|kue bolu]] (dari ''tart'')]], [[Bolu pandan|kue pandan]], [[Lapis legit|lapis legit]] (dari ''spekkoek'')]], [[spiku]]lapis surabaya (lapisdari Surabaya''spiku''), [[Klapertar|klappertaart (tar kelapa)]] dan [[Kaasstengels|kaasstengels]] (kue keju)]].  [[Kue cubit]] yang biasa dijumpai di depan sekolah dan pasar diyakini berasal dari [[poffertjes]].[142]<ref name="dutchfood.about.com">{{cite web |url=http://dutchfood.about.com/od/aboutdutchcooking/a/FoodInfluences.htm |title=Dutch Food Influences – History of Dutch Food – Culinary Influences on the Dutch Kitchen |author=Karin Engelbrecht |work=About |access-date=22 September 2011 |archive-url=https://web.archive.org/web/20111005191741/http://dutchfood.about.com/od/aboutdutchcooking/a/FoodInfluences.htm |archive-date=5 October 2011 |url-status=live |df=dmy-all}}</ref>
 
===Arsitektur===
{{Main|arsitektur kolonial Indonesia}}{{See also|Daftar bangunan dan struktur kolonial di Jakarta}}
{{Main|arsitektur kolonial Indonesia}}{{See also|Daftar bangunan dan struktur kolonial di Jakarta}}Kedatangan kekuatan Eropa pada abad ke-16 dan ke-17 di Indonesia memperkenalkan konstruksi batu ke Indonesia di mana sebelumnya kayu dan produk sampingannya hampir secara eksklusif digunakan.  Pada abad ke-17 dan ke-18, Batavia adalah kota bata dan batu berbentengdibentengi.[143] <ref name="Schoppert 38-39">Schoppert (1997), pp. 38–39</ref> Selama hampir dua abad, para kolonialis tidak banyak menyesuaikan kebiasaan arsitektur Eropa mereka dengan iklim tropis.[144] <ref name="d8">Dawson, B., Gillow, J., ''The Traditional Architecture of Indonesia'', p. 8, 1994 Thames and Hudson Ltd, London, {{ISBN|0-500-34132-X}}</ref> Mereka membangun rumah petak yang berventilasi buruk dengan jendela kecil, yang dianggap sebagai perlindungan terhadap penyakit tropis yang berasal dari udara tropis.[144] .<ref name=d8/> Bertahun-tahun kemudian Belanda belajar menyesuaikan gaya arsitektur mereka dengan fitur bangunan lokal (atap panjang, beranda, serambi, jendela besar, dan bukaan ventilasi),[145]<ref>{{cite conference |author=W. Wangsadinata and T.K. Djajasudarma |title=Architectural Design Consideration for Modern Buildings in Indonesia |year=1995 |book-title=INDOBEX Conf. on Building Construction Technology for the Future: Construction Technology for Highrises & Intelligence Buildings |location=Jakarta |url=http://www.wiratman.co.id/ximages/architecture.pdf |access-date=18 January 2007 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20070614232909/http://www.wiratman.co.id/ximages/architecture.pdf |archive-date=14 June 2007 |df=dmy}}</ref> dan rumah pedesaan Hindia Belanda abad ke-18 adalah salah satu bangunan kolonial pertama yang bergabung. memadukan Elemenunsur arsitektur Indonesia dan beradaptasi dengan iklim, yang kemudian dikenal dengan [[Rumah kongsi|Gaya Indies Style]].[146]<ref name="Schoppert 1997, pp. 72-77">Schoppert (1997), pp. 72–77</ref>
[[File:ITB_1.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:ITB_1.jpg|jmpl|Ceremonial Hall, Institut Teknologi Bandung, Bandung, dirancang oleh arsitek Henri Maclaine-Pont]]
Sejak akhir abad ke-19, kemajuan teknologi, komunikasi, dan transportasi yang signifikan membawa kekayaan baru ke Jawa.  Bangunan modern, termasuk stasiun kereta api, bisnis hotel bisnis, pabrik dan blok perkantoran, rumah sakit dan institusi pendidikan, dipengaruhi oleh gaya internasional. Tren awal abad ke-20 adalah pengaruh modernis —seperti [[Art Deco|art-deco—yangdeco]]—yang pada dasarnya diekspresikan pada bangunan Eropa dengan trim Indonesia.  TanggapanRespons praktis terhadap lingkungan yang dibawa dari Gaya Hindia sebelumnya, termasuk atap yang menjorok, jendela yang lebih besar, dan ventilasi di dinding, yang melahirkan Gaya Hindia Baru.[147] <ref>Schoppert (1997), pp. 104–105</ref> Stok bangunan era kolonial terbanyakmasih banyak terdapat di kota-kota besar di Pulau Jawa, seperti [[Bandung]], [[Jakarta]], [[Semarang]], dan [[Surabaya]].  Arsitek dan perencana terkemuka antara lain [[Albert Aalbers]], [[Thomas Karsten]], [[Henri MacLaine Pont|Henri Maclaine Pont]], [[J. Herbert Frank|J. Gerber]] dan [[C.P.W. Schoemaker]].[148] <ref>Schoppert (1997), pp. 102–105</ref> Dalam tiga dekade pertama abad ke-20, Departemen Pekerjaan Umum mendanai gedung-gedung publik utama dan memperkenalkan program perencanaan kota di mana kota-kota utama di Jawa dan Sumatra dibangun kembali dan diperluas.[149<ref>Vickers (2005), p. 24</ref>
 
Kurangnya pembangunan selama Depresi HebatBesar, gejolak [[Perang Dunia Kedua]] dan perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1940-an, dan stagnasi ekonomi selama pergolakan politik tahun 1950-an dan 1960-an, berarti bahwamenyebabkan banyak arsitektur kolonial telahmasih dilestarikanbertahan hingga beberapa dekade terakhir.<ref 150] name="Schoppert 1997, p. 105">Schoppert (1997), p. 105</ref> Rumah-rumah kolonial hampir selalu menjadi milik para elit Belanda, Indonesia, dan Cina yang kaya;  namunNamun, gayanyagaya yang ada sering seringkalikali merupakan kombinasi yang kaya dan kreatif dari dua budaya, sedemikian rupa sehingga rumahnyarumah tersebut tetap dicari hingga abad ke-21.[146] <ref name="Schoppert 1997, pp. 72-77"/> Bisa dibilang arsitektur pribumi lebih dipengaruhi oleh ide-ide baru Eropa daripada arsitektur kolonial yang dipengaruhi oleh gaya Indonesia;  dan unsur-unsur Barat ini terus menjadi pengaruh dominan pada lingkungan binaan Indonesia saat ini.
 
===Mode===
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Vorstelijk_echtpaar_Kangdjeng_Pangeran_Angabei_Sakalijan_met_echtgenote._TMnr_60002322.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Vorstelijk_echtpaar_Kangdjeng_Pangeran_Angabei_Sakalijan_met_echtgenote._TMnr_60002322.jpg|jmpl|Para bangsawan Jawa mengadopsi dan memadukan beberapa aspek mode Eropa, seperti pasangan ini pada tahun 1890.]]
Di wilayah jajahan Hindia Belanda, fashion memainkan peran penting dalam menentukan status dan kelas sosial seseorang.  KolonialMasyarakat kolonial Eropa mengenakan pakaian Eropa langsung dari Belanda, atau bahkan Paris, sedangkan penduduk asli mengenakan pakaian tradisional mereka yang berbeda di setiap daerah.  Seiring berjalannya waktu dan pengaruh Belanda semakin kuat, banyak penduduk asli mulai memadukan gaya Eropa dalam pakaian tradisional mereka.  Pribumi berpangkat tinggi di koloni serta bangsawan, akan mengenakan setelan gaya Eropa dengan sarung batik mereka untuk acara-acara khusus dan bahkan untuk penggunaan sehari-hari.  Semakin banyak penduduk asli Indonesia mulai berpakaian lebih Eropa.  Ini tentuHal sajaini datangmuncul dengan gagasan bahwa mereka yang mengenakan pakaian Eropa lebih progresif dan terbuka terhadap masyarakat Eropa dan etiket yang menyertainya.  Semakin banyak pengaruh Eropa yang lebih diutamakan di kalangan pribumi Indonesia.  IniPenyebabnya mungkin berasal dari fakta bahwa banyak penduduk asli diperlakukan lebih baik jika mereka mengenakan pakaian Eropa.  Rekan-rekan Eropa mereka mengakuinya, dan hal itu pada gilirannya kemungkinan besar menjadi katalis untuk adopsi pakaian barat menjadi pakaian tradisional Indonesia.[151]<ref>{{Cite book |title=Chic in kebaya: catatan inspiratif untuk tampil anggun berkebaya |last=Pentasari |first=R |publisher=Esensi |year=2007 |location=Jakarta}}</ref>
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Studioportret_van_een_Europees_echtpaar_gekleed_in_saroeng_kabaja_en_ochtendbroek_TMnr_60048827.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Studioportret_van_een_Europees_echtpaar_gekleed_in_saroeng_kabaja_en_ochtendbroek_TMnr_60048827.jpg|kiri|jmpl|Pasangan kolonial Belanda pada awal abad ke-20 mengenakan busana batik dan kebaya asli]]
Pengaruh mode antara kolonial dan pribumi adalah fenomena timbal balik.  Sama seperti orang Eropa mempengaruhi penduduk asli, penduduk asli juga mempengaruhi kolonial Eropa. Misalnya, kain Eropa yang tebal dianggap terlalu panas untuk dipakai di iklim tropis. Dengan demikian, busana ringan dari kain kebaya yang tipis serta sarung batik yang nyaman dan mudah dikenakan dinilai cukup cocok untuk busana sehari-hari di iklim Hindia Timur yang panas dan lembab.
 
Kemudian dalam sejarah Hindia Belanda, ketika gelombang baru orang Eropa dibawa ke koloni, banyak yang mengadopsi gaya Indonesia, bahkan banyak yang memakai [[kebaya]] tradisional Jawa di rumah.[152] <ref>{{Cite book |title=The Netherlands East Indies at the Tropenmuseum: a colonial history |last=Legêne, S. |first=& Dijk, J. V |publisher=KIT |year=2011 |location=Amsterdam |pages=146}}</ref> [[Batik]] juga berpengaruh besar bagi Belanda.  Teknik ini sangat menarik bagi mereka sehingga mereka membawa teknik tersebut ke koloni mereka di [[Afrika]] di mana teknik tersebut diadopsi dengan pola Afrika.[153]  Sebagian besar, [[Europeanen|orang Eropa]] di Hindia Belanda, berpegang teguh pada gaya berpakaian tradisional Eropa.  Tren mode dari Paris masih sangat dihargai dan dianggap sebagai lambang gaya.  Wanita mengenakan gaun dan rok dan pria mengenakan celana dan kemeja.
 
== Olahraga ==
Baris 791 ⟶ 811:
* [[Freemasonry di Hindia Belanda]]
* [[Perangko dan sejarah pos Hindia Belanda]]
 
== Catatan ==
{{Notelist}}{{reflist|group=note}}
 
== Referensi ==