Hinduisme Bali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sandro Andhika (bicara | kontrib)
k Persentase Agama Hindu di Bali
Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(19 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
| group = Agama Hindu Bali
| flag =
| flag_caption =
| flag_size =
| image = Salah Satu Upacara Besar Di Pura Agung Besakih.jpg
Baris 8:
| image_size =
| population = ~ 4,300,000
| founder = Tidak diketahui
| religions = [[Agama Hindu]]
| scriptures = Berbagai sastra kuno Bali seperti lontar yang beberapa bersumber dari ''[[Weda]]''
| languages = [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]{{•}}[[Bahasa Bali|Bali]]
| related-c = [[suku Bali]]{{•}}[[Nak Nusé|Suku Nusa Penida]]{{•}}[[Suku Bali Aga|Suku Bali Aga]]
| regions = [[Bali]]{{•}}[[Nusa Tenggara Barat]]{{•}}[[Lampung]]{{•}} [[Jawa Timur]]{{•}} [[Sulawesi Tenggara]]
| tablehdr =
Baris 41 ⟶ 40:
Sekitar tahun 1400 M, kerajaan-kerajaan di pulau-pulau Indonesia diserang oleh tentara [[Muslim]] yang berbasis di pantai.<ref name=mark1/> Selama abad ke-15 dan ke-16, kampanye Muslim yang dipimpin oleh para sultan ini menargetkan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan berbagai komunitas di [[Indonesia|kepulauan Indonesia]], dengan masing-masing [[Sultan]] berusaha mengukir wilayah atau pulau untuk dikuasai.<ref>Taufiq Tanasaldy, Regime Change and Ethnic Politics in Indonesia, Brill Academic, {{ISBN|978-9004263734}}</ref>
 
Empat Kesultanan Islam yang beragam dan kontroversial muncul di [[SumatraSumatera Utara]] ([[Aceh]]), [[SumatraSumatera Selatan]], [[Jawa Barat]] dan [[Jawa Tengah|Tengah]], dan [[Kalimantan Selatan]] ([[Kalimantan]]).<ref>Gerhard Bowering et al., ''The Princeton Encyclopedia of Islamic Political Thought'', Princeton University Press; {{ISBN|978-0691134840}}</ref> Kekerasan tersebut mengakhiri kerajaan dan komunitas Hindu-Buddha di banyak pulau di Indonesia.<ref name=mark1/>
 
Dalam kasus lain, umat Hindu dan Buddha pergi dan terkonsentrasi sebagai komunitas di pulau-pulau yang dapat mereka pertahankan. Umat ​​Hindu di [[Jawa Timur]] bergerak ke timur dan kemudian ke [[pulau Bali]] dan pulau-pulau kecil tetangganya, sehingga dimulailah agama Hindu Bali.<ref name=jfox>James Fox, ''Indonesian Heritage: Religion and ritual, Volume 9 of Indonesian Heritage'', Editor: Timothy Auger; {{ISBN|978-9813018587}}</ref> Sementara era konflik agama dan peperangan antar kesultanan ini sedang berlangsung, dan pusat-pusat kekuatan baru berusaha mengkonsolidasikan wilayah-wilayah di bawah kendali mereka, [[kolonialisme]] [[Eropa]] tiba.<ref name=jfox/> Kepulauan Indonesia segera didominasi oleh kerajaan kolonial [[Hindia Belanda]].<ref>Wendy Doniger (2000), Merriam-Webster's Encyclopedia of World Religions, Merriam-Webster; {{ISBN|978-0877790440}}, pp. 516-517</ref>
Baris 47 ⟶ 46:
Kerajaan kolonial Hindia Belanda membantu mencegah konflik antar agama, dan perlahan-lahan memulai proses penggalian, memahami dan melestarikan landasan budaya Hindu-Buddha kuno [[Indonesia]], khususnya di Jawa dan pulau-pulau barat Indonesia.<ref name="Jean Gelman Taylor pp. 21-83">Jean Gelman Taylor, Indonesia: Peoples and Histories, Yale University Press; {{ISBN|978-0300105186}}, pp. 21-83 and 142-173</ref>
 
Setelah merdeka dari penjajahan [[Belanda]], Pasal 29 [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|Undang-Undang Dasar 1945]] menjamin kebebasan beragama bagi seluruh warganya.<ref name=picard/> Pada tahun [[1952]], Michel Picard mengatakan, [[Kementerian Agama Republik Indonesia|Kementerian Agama Indonesia]] berada di bawah kendali kaum [[Islamisme|Islamis]] yang sangat membatasi definisi "agama" yang dapat diterima".<ref name=picard/> Agar dapat diterima sebagai [[Agama di Indonesia|agama resmi Indonesia]], kementerian mendefinisikan "agama" sebagai salah satu yang monoteistik, telah mengkodifikasi hukum agama, memiliki seorang [[nabi]] dan [[kitab suci]], di antara persyaratan lainnya.<ref name=picard/><ref name=mcdaniel/> Hindu Bali dinyatakan sebagai "orang tanpa agama", dan tersedia untuk dikonversi. Umat ​​Hindu Bali tidak setuju, memperdebatkan, mengadaptasi, dan menyatakan bentuk agama Hindu mereka sebagai [[Monoteisme|monoteistik]], dan disajikan dalam bentuk yang memenuhi syarat untuk status "agama" di bawah Undang-Undang tahun 1952 yang telah diamandemen.<ref name=mcdaniel/><ref name=picard>{{cite book|author=Michel Picard|editor =Martin Ramstedt | title= Hinduism in Modern Indonesia|url=https://archive.org/details/isbn_9780700715336| publisher= Routledge | isbn =978-0-7007-1533-6| year=2004 | pages=9–10[https://archive.org/details/isbn_9780700715336/page/9 9]–10, 55–57}}</ref>
 
Untuk mencapai hal ini, umat Hindu Bali memprakarsai serangkaian inisiatif pertukaran pelajar dan budaya antara [[Bali]] dan [[India]] untuk membantu merumuskan prinsip-prinsip inti di balik Hindu Bali ([[Weda|Catur Weda]], [[Upanisad]], [[Purana]], [[Itihasa]]). Secara khusus, gerakan politik penentuan nasib sendiri di Bali pada pertengahan [[1950]]-an berujung pada petisi bersama tahun [[1958]] yang menuntut [[pemerintah Indonesia]] mengakui [[Agama Hindu|Hindu Dharma]].<ref name=mramstedt/> Petisi bersama ini mengutip mantra Sansekerta berikut dari kitab suci Hindu:<ref>Michel Picard (2003), in Hinduism in Modern Indonesia, Routledge; {{ISBN|978-0700715336}}, Chapter 4, pp. 56-74</ref>
Baris 108 ⟶ 107:
===Ethical values===
[[File:DailyTributeBali.jpg|thumb|Persembahan [[canang sari]]|alt=]]
Gagasan [[Aksiologi|aksiologis]] Hinduisme Bali sejajar dengan yang ada dalam Hinduisme India. Namun, Martin Ramstedt mengatakan–seorang sarjana Hindu di [[Asia Tenggara]], mereka disebut agak berbeda dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai komunitas dan pada upacara [[spiritual]]. Berbeda dengan sekolah [[Islam di Indonesia]] dan [[Ashram]] [[Agama Hindu|Hindu di India]], dan mengingat representasi resmi Hindu Bali, ajaran dan nilai-nilai tradisional diperoleh di rumah, [[ritual]], dan simbol-simbol keagamaan.<ref name="Ngurah" /><ref>{{cite book|author=Martin Ramstedt | title= Hinduism in Modern Indonesia|url=https://archive.org/details/isbn_9780700715336 | publisher= Routledge | isbn =978-0-7007-1533-6| year=2004 | pages=26–28[https://archive.org/details/isbn_9780700715336/page/26 26]–28}}</ref>
 
Misalnya, [[simbolisme]] yang berhubungan dengan percikan "''tirtha'' (air)", atau [[air suci]] yang menjembatani materi dan spiritual, air ini pertama-tama dipercikkan di atas kepala dan dipahami sebagai “pemurnian dari ''manah'' (pikiran)", kemudian menghirup untuk dipahami sebagai "pemurnian dari ''wak'' (perkataan)", dan kemudian ditaburkan di atas tubuh melambangkan "penyucian ''kaya'' (sikap dan perilaku)". Dengan demikian, Ngurah Nala mengatakan, generasi muda menjadi “mengenal nilai-nilai etika yang terkandung dalam konsep ''Tri Kaya Parisudha'', atau pencapaian pikiran yang murni atau baik (''manacika''), ucapan yang murni atau baik (''wacika''), dan perilaku murni (''kayika'')".<ref name="Ngurah">{{cite book|author=Ngurah Nala|editor =Martin Ramstedt | title= Hinduism in Modern Indonesia|url=https://archive.org/details/isbn_9780700715336| publisher= Routledge | isbn =978-0-7007-1533-6| year=2004 | pages=77–79[https://archive.org/details/isbn_9780700715336/page/77 77]–79}}</ref>
 
===Kelahiran dan kehidupan===
Baris 142 ⟶ 141:
* ''[[Kesatria]]''–kekesatrian
* ''[[Waisya]]''–perdagangan
* ''[[Sudra]]''–perbudakan–pelayan
 
Kasta [[Brahmana]] dibagi lagi oleh para ahli [[etnografi]] [[Belanda]] ini menjadi dua: ''[[Siwa]]'' dan ''[[Sampradaya|Buda]]''. Kasta Siwa dibagi menjadi lima–''Kemenuh, Keniten, Mas, Manuba,'' dan ''Petapan.'' Klasifikasi ini untuk mengakomodasi perkawinan yang diamati antara laki-laki kasta Brahmana yang lebih tinggi dengan perempuan kasta yang lebih rendah. Kasta-kasta lain juga disubklasifikasikan lebih lanjut oleh para ahli etnografi abad ke-19 dan awal abad ke-20 ini berdasarkan berbagai kriteria mulai dari [[profesi]], [[endogami]], [[eksogami]], [[poligami]], dan sejumlah faktor lain dengan cara yang mirip dengan kasta di [[Imperium Spanyol|koloni Spanyol]] seperti [[Meksiko]], dan studi sistem kasta di [[Jajahan mahkota|koloni Inggris]] seperti [[India]].<ref name="boon" />
Baris 163 ⟶ 162:
[[Kategori:Hindu di Indonesia]]
[[Kategori:Sekte Hindu]]
[[Kategori:Agama etnisetnik]]
[[Kategori:Kepercayaan tradisional Indonesia]]
[[Kategori:Bali]]