Hinduisme Bali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k merombak
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Bersih-bersih (via JWB)
Baris 84:
Teks suci yang ditemukan dalam Agama Hindu Dharma adalah [[Weda]] dan [[Upanisad]].<ref name="Martin Ramstedt 2003">Martin Ramstedt (2003), ''Hinduism in Modern Indonesia'', Routledge; {{ISBN|978-0700715336}}, Chapter 1</ref> Mereka adalah basis Hindu [[India]] dan [[Bali]]. Sumber informasi keagamaan lainnya termasuk Universal Hindu yaitu [[Purana]] dan [[Itihasa]] (terutama [[Ramayana]] dan [[Mahabharata]]). Cerita [[Mahabharata]] dan [[Ramayana]] menjadi tradisi abadi di antara kepercayaan orang [[Indonesia]], yang diekspresikan dalam [[wayang kulit]] dan pertunjukan tari. Seperti di [[India]], Hinduisme Indonesia mengakui empat jalan spiritualitas, menyebutnya ''Catur Marga''.<ref name=murdana>Murdana, I. Ketut (2008), BALINESE ARTS AND CULTURE: A flash understanding of Concept and Behavior, Mudra - JURNAL SENI BUDAYA, Indonesia; Volume 22, page 5-11</ref> Ini adalah ''bhakti mārga'' (jalan pemujaan kepada para dewa), ''jnana mārga'' (jalan pengetahuan), ''karma mārga'' (jalan karya), dan ''raja mārga'' (jalur [[Semadi|meditasi]]). ''Bhakti mārga'' memiliki pengikut terbesar di Bali.<ref name=murdana/>
 
Sama halnya seperti umat Hindu di India, umat Hindu Bali percaya bahwa ada empat tujuan hidup manusia yang tepat, sebut saja ''Catur Purusartha'' ''[[dharma]]'' (mengejar kehidupan moral dan etis), ''[[artha]]'' (mengejar kekayaan dan aktivitas kreatif), ''[[kama]]'' (mengejar kebahagiaan dan cinta), dan ''[[moksha]]'' (mengejar pengetahuan diri dan pembebasan).<ref>Ida Bagus Sudirga (2009), Widya Dharma - Agama Hindu, Ganeca Indonesia; {{ISBN|978-9795711773}}</ref><ref>IGP Sugandhi (2005), Seni (Rupa) Bali Hindu Dalam Perspektif Epistemologi Brahma Widya, Ornamen, Vol 2, Number 1, pp. 58-69</ref>
 
=== Tuhan dan dewa ===
Baris 102:
*Çiwa atau [[Syiwa]] atau Shiwa
 
Dalam teks-teks Hindu Bali, konsep [[Tripartisme|tripartit]] alternatif [[Syiwa]] dari [[Syaiwa]] [[India]] juga ditemukan. Ini biasanya disebut dalam [[bahasa Bali]] sebagai "''Syiwa-Sadasiwa-Paramasiwa''", dimanadi mana Syiwa adalah pencipta, pemelihara dan penghancur siklus keberadaan.<ref>{{cite book|author=Helen M. Creese|title=Bali in the Early Nineteenth Century: The Ethnographic Accounts of Pierre Dubois|url=https://books.google.com/books?id=tQpRDAAAQBAJ |year=2016|publisher=BRILL Academic|isbn=978-90-04-31583-9|pages=226–227}}</ref>
 
Seiring dengan trinitas Hindu tradisional, umat Hindu Bali menyembah berbagai dewa dan dewi (''[[Hyang]], [[Dewata]]'', ''dan'' ''[[Batara-Batari dalam pewayangan|Batara-Batari]]''), serta lainnya yang unik dan tidak ditemukan dalam agama Hindu India.<ref name="Haeretal46">Haer et al (2000) p 46</ref> [[Sang Hyang Widhi]] secara harfiah berarti "Tatanan Ilahi",<ref name="Wiener1995p51" /> juga dikenal sebagai ''[[Sang Hyang Widhi|Acintya]]'' ("Tak terbayangkan")<ref name="Wiener1995p51" /> atau Sang Hyang Tunggal ("Keesaan Ilahi"),<ref name="Wiener1995p51">{{cite book|author=Margaret J. Wiener|title=Visible and Invisible Realms: Power, Magic, and Colonial Conquest in Bali|url=https://books.google.com/books?id=5Kpbq-5J1ioC |year=1995|publisher=University of Chicago Press|isbn=978-0-226-88580-3|pages=51–55 }}</ref> adalah konsep dalam tradisi Hindu Bali yang sejajar dengan konsep metafisika [[Brahman]] di kalangan umat Hindu India. Upacara termasuk kursi tinggi yang kosong. Itu juga ditemukan di bagian atas [[kuil]] [[Padmasana]] di luar rumah dan dalam rumah yang dipersembahkan untuk Sang Hyang Widhi Wasa.<ref name="Eiseman274">Eiseman (1989) p 274</ref> Menurut ajaran Hindu Bali, banyak manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa dalam bentuk dewa seperti [[Dewi Sri]] - dewi padi, dan banyak dewa lain yang berhubungan dengan gunung, danau, dan laut.
Baris 108:
===Ethical values===
[[File:DailyTributeBali.jpg|thumb|Persembahan [[canang sari]]|alt=]]
Gagasan [[Aksiologi|aksiologis]] Hinduisme Bali sejajar dengan yang ada dalam Hinduisme India. Namun, Martin Ramstedt mengatakan – seorangmengatakan–seorang sarjana Hindu di [[Asia Tenggara]], mereka disebut agak berbeda dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai komunitas dan pada upacara [[spiritual]]. Berbeda dengan sekolah [[Islam di Indonesia]] dan [[Ashram]] [[Agama Hindu|Hindu di India]], dan mengingat representasi resmi Hindu Bali, ajaran dan nilai-nilai tradisional diperoleh di rumah, [[ritual]], dan simbol-simbol keagamaan.<ref name="Ngurah" /><ref>{{cite book|author=Martin Ramstedt | title= Hinduism in Modern Indonesia| publisher= Routledge | isbn =978-0-7007-1533-6| year=2004 | pages=26–28}}</ref>
 
Misalnya, [[simbolisme]] yang berhubungan dengan percikan "''tirtha'' (air)", atau [[air suci]] yang menjembatani materi dan spiritual, air ini pertama-tama dipercikkan di atas kepala dan dipahami sebagai “pemurnian dari ''manah'' (pikiran)", kemudian menghirup untuk dipahami sebagai "pemurnian dari ''wak'' (perkataan)", dan kemudian ditaburkan di atas tubuh melambangkan "penyucian ''kaya'' (sikap dan perilaku)". Dengan demikian, Ngurah Nala mengatakan, generasi muda menjadi “mengenal nilai-nilai etika yang terkandung dalam konsep ''Tri Kaya Parisudha'', atau pencapaian pikiran yang murni atau baik (''manacika''), ucapan yang murni atau baik (''wacika''), dan perilaku murni (''kayika'')".<ref name="Ngurah">{{cite book|author=Ngurah Nala|editor =Martin Ramstedt | title= Hinduism in Modern Indonesia| publisher= Routledge | isbn =978-0-7007-1533-6| year=2004 | pages=77–79}}</ref>
Baris 137:
{{Main|Sistem kasta Bali | Sampradaya}}
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Pedanda-Buddha en Pedanda-Istri in functie Bali TMnr 10001145.jpg|thumb|''Buda pedanda'' dengan istrinya|alt=]]
Struktur [[kasta]] [[Bali]] telah dijelaskan dalam literatur [[Eropa]] awal abad ke-20 berdasarkan tiga kategori – kategori–''triwangsa'' (tiga kelas) atau [[bangsawan]], ''dwijati'' (dua kali lahir) berbeda dengan ''ekajati'' (sekali lahir) orang biasa. Empat status diidentifikasi dalam studi [[Sosiologi sastra|sosiologis]] ini, dieja sedikit berbeda dari kategori kasta di [[India]]:<ref name="boon">{{cite book|title=The Anthropological Romance of Bali 1597–1972: Dynamic Perspectives in Marriage and Caste, Politics and Religion|author=James Boon|year=1977|isbn=978-0-521-21398-1}}</ref>
 
* ''[[Brahmana|Brahma]] –'' pendeta
* ''[[Kesatria]]'' – kekesatrian–kekesatrian
* ''[[Waisya]]'' – perdagangan–perdagangan
* ''[[Sudra]]'' – perbudakan–perbudakan
 
Kasta [[Brahmana]] dibagi lagi oleh para ahli [[etnografi]] [[Belanda]] ini menjadi dua: ''[[Syiwa]]'' dan ''[[Sampradaya|Buda]]''. Kasta Syiwa dibagi menjadi lima – lima–''Kemenuh, Keniten, Mas, Manuba,'' dan ''Petapan.'' Klasifikasi ini untuk mengakomodasi perkawinan yang diamati antara laki-laki kasta Brahmana yang lebih tinggi dengan perempuan kasta yang lebih rendah. Kasta-kasta lain juga disubklasifikasikan lebih lanjut oleh para ahli etnografi abad ke-19 dan awal abad ke-20 ini berdasarkan berbagai kriteria mulai dari [[profesi]], [[endogami]], [[eksogami]], [[poligami]], dan sejumlah faktor lain dengan cara yang mirip dengan kasta di [[Imperium Spanyol|koloni Spanyol]] seperti [[Meksiko]], dan studi sistem kasta di [[Jajahan mahkota|koloni Inggris]] seperti [[India]].<ref name="boon" />
 
== Lihat pula ==