Hubungan Hinduisme dan Sikhisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 21:
Umat Hindu menerima pemujaan yang difasilitasi dengan gambar atau murtis (berhala), khususnya dalam tradisi Agam, seperti Vaishnavisme dan Shaivisme.<ref>V Bharne and K Krusche (2012), Rediscovering the Hindu Temple: The Sacred Architecture and Urbanism of India, Cambridge Scholars Publishing, {{ISBN|978-1443841375}}, pages 37–42</ref> Sebagian ulama menyatakan tidak tepat jika menyatakan bahwa semua umat Hindu menyembah berhala dan lebih tepat lagi jika menyatakan bahwa bagi sebagian orang, berhala adalah sarana untuk memusatkan pikiran, bagi sebagian lagi berhala merupakan wujud spiritualitas yang ada dimana-mana, dan bagi sebagian lagi , bahkan lingga, matahari terbit atau sungai atau bunga memiliki tujuan yang sama.<ref>Jeaneane Fowler (1996), Hinduism: Beliefs and Practices, Sussex Academic Press, {{ISBN|978-1898723608}}, pages 41–43</ref><ref>Swarup Chandra (1998), Encyclopaedia of Hindu Gods and Goddesses, Swarup & Sons, {{ISBN|978-8176250399}}, page 149</ref>
Sikhisme melarang penyembahan berhala,<ref name=dgsingh>D.G. Singh (2002), Idolatry is impermissible in Sikhism, Sikh Review, Volume 50, Issue 5, pages 35-37</ref><ref name=jagraj>{{cite book | url=https://archive.org/stream/ACompleteGuideToSikhism/#page/n109 | title=A Complete Guide to Sikhism | publisher=Unistar Books | last=Singh | first=Jagraj | year=2009 | pages=109 | isbn=978-8-1714-2754-3}}</ref> sesuai dengan norma arus utama Khalsa dan ajaran Guru Sikh,<ref name=madan1>{{cite book|author=TN Madan|editor= Martin Marty and R Scott Appleby|title=Fundamentalisms Observed|url=https://books.google.com/books?id=qd5yzP5hdiEC |year=1994| publisher= University of Chicago Press|isbn= 978-0-226-50878-8|pages =604–610}} “Both institutions [SGPC and Akali Dal] were envisaged as instruments of the Sikh community for the furtherance of a purified way of religious and social life, without idolatrous priests and in repudiation of ritualism and caste distinctions. Such indeed had been the fundamental teaching of the Gurus.”</ref> sebuah posisi yang telah diterima sebagai ortodoks.<ref
== Referensi ==
|