Hubungan internasional: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Kanzcech (bicara | kontrib)
#1Lib1Ref #1Lib1RefID
 
(23 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{See also|Kebijakan luar negqerinegeri}}
{{Politik}}
 
'''Hubungan Internasional''' ('''HI'''; sering disebut '''[[Studi Internasional]]''' ('''SI'''), meski keduanya tidak sama) adalah ilmu yang mempelajari hubungan antarnegara, termasuk peran sejumlah [[negara berdaulat|negara]], [[organisasi internasional|organisasi antarpemerintah]] (IGO), [[organisasi nonpemerintah internasional]] (INGO), [[organisasi non-pemerintah]] (NGO), dan [[perusahaan multinasional]] (MNC). HI merupakan sebuah bidang [[akademik]] dan [[kebijakan|kebijakan publik]] dan dapat bersifat [[positif (ilmu sosial)|positif]] atau [[norma (sosiologi)|normatif]], karena keduanya berusaha menganalisis dan merumuskan [[kebijakan luar negeri]] negara-negara tertentu. HI sering dianggap sebagai cabang [[ilmu politik]] (khususnya setelah [[Tata Nama UNESCO (4 digit)|tata nama UNESCO]] tahun 1988), namuntetapi pihak [[akademia|akademisi]] lebih suka menganggapnya sebagai bidang studi yang interdisipliner. Aspek-aspek hubungan internasional telah dipelajari selama ribuan tahun sejak masa [[Thucydides]], namuntetapi baru pada awal abad ke-20 HI menjadi disiplin yang terpisah dan tetap.<ref>Columbia Encyclopedia: international relations</ref>
 
Berbeda dengan ilmu politik, HI menggunakan berbagai bidang ilmu seperti [[ekonomi]], [[sejarah]], [[hukum internasional]], [[filsafat]], [[ilmu wilayah|geografi]], [[kerja sosial]], [[sosiologi]], [[antropologi]], [[kriminologi]], [[psikologi]], [[studi gender]], dan [[ilmu budaya]]/[[kulturologi]]. HI mencakup rentang isu yang luas, termasuk [[globalisasi]], [[negara berdaulat|kedaulatan negara]], [[keamanan internasional]], [[kelestarian]] [[ekologi|lingkungan]], [[proliferasi nuklir]], [[nasionalisme]], [[pembangunan ekonomi]], [[keuangan global]], [[terorisme]], [[kejahatan terorganisasi]], [[keamanan manusia]], [[intervensionisme asing]], dan [[hak asasi manusia]].
 
== Sejarah ==
 
{{sainsIlmu}}
Sejarah hubungan internasional dapat ditelusuri hingga ribuan tahun yang lalu; Barry Buzan dan Richard Little, misalnya, menganggap interaksi antara beberapa negara-kota kuno di [[Sumer]]ia, yang berawal pada tahun 3.500 [[Sebelum Masehi|SM]], sebagai sistem internasional paling dewasa pertama di dunia.<ref>Barry Buzan, Richard Little. International Systems in World History: Remaking the Study of International Relations. published 2000</ref>
 
[[Berkas:French Spanish and Polish fashion.jpg|jmpl|272px|Potret resmi Raja [[Władysław IV Vasa|Władysław IV]] dengan pakaian model [[Kerajaan PerancisPrancis|PerancisPrancis]], [[Spanyol Habsburg|Spanyol]], dan Polandia yang merefleksikan kerumitan politik [[Persemakmuran Polandia-Lituania]] selama [[Perang Tiga Puluh Tahun]]]]
 
Sejarah hubungan internasional berdasarkan [[negara berdaulat]] dapat ditelusuri hingga [[Perdamaian Westfalen]] (Westphalia) tahun 1648, sebuah batu loncatan dalam perkembangan sistem negara modern. Sebelumnya, organisasi otoritas politik Eropa abad pertengahan masih didasarkan pada ordo keagamaan hierarkis yang tidak jelas. Berlawanan dengan kepercayaan masyarakat, Westfalen (Westphalia) masih menerapkan sistem kedaulatan berlapis, khususnya di dalam [[Kekaisaran Romawi Suci]].<ref>Stéphane Beaulac: “The Westphalian Model in defining International Law: Challenging the Myth”, ''Australian Journal of Legal History'' Vol. 9 (2004), http://www.austlii.edu.au/au/journals/AJLH/2004/9.html; Krasner, Stephen D.: “Westphalia and all that” in Judith Goldstein & Robert Keohane (eds): ''Ideas and Foreign Policy'' (Ithaca, NY: Cornell UP, 1993), pp.235-264</ref> Selain Perdamaian Westfalen (Westphalia), [[Traktat Utrecht]] tahun 1713 dianggap mencerminkan suatu norma baru bahwa negara berdaulat tidak memiliki kesamaan internal di dalam wilayah tetapnya dan tidak ada penguasa luar yang dapat menjadi penguasa mutlak di dalam perbatasan sebuah wilayah berdaulat.{{Citation needed|date= May 2012}}
 
Tahun-tahun antara 1500 hingga 1789 menjadi masa kebangkitan [[negara berdaulat|negara-negara]] berdaulat yang merdeka, institusionalisasi [[diplomasi]] dan angkatan bersenjata. [[Revolusi PerancisPrancis]] turut menambahkan ide baru bahwa yang dapat ditetapkan sebagai berdaulat bukanlah pangeran atau oligarki, tetapi warga negara yang didefinisikan sebagai bangsa. Suatu negara yang bangsanya berdaulat dapat disebut sebuah [[negara-bangsa]] (berbeda dengan monarki atau negara keagamaan). Istilah [[republik]] mulai menjadi sinonimnya. Sebuah model alternatif negara-bangsa dikembangkan sebagai tanggapan atas konsep republik PerancisPrancis oleh bangsa Jerman dan lainnya, yang bukannya memberikan kedaulatan kepada warga negara, malah mempertahankan pangeran dan kerajaan, tetapi menetapkan kenegarabangsaan dalam hal etnolinguistik, sehingga menetapkan ide yang jarang terwujud bahwa semua orang yang mempertuturkan satu bahasa dimiliki oleh satu negara saja. Klaim yang sama terhadap kedaulatan dibuat untuk kedua bentuk negara-bangsa. Perlu diketahui bahwa di Eropa saat ini, beberapa negara mengikuti kedua definisi negara-bangsa: banyak yang melanjutkan sistem kerajaan berdaulat, dan sedikit sekali negara yang homogen etnisnya.
 
Sistem Eropa yang mengusung kesetaraan kedaulatan negara-negara dibawa ke Amerika, Afrika, dan Asia melalui [[kolonialisme]] dan "standar peradaban" mereka. Sistem internasional kontemporer akhirnya ditetapkan melalui [[dekolonisasi]] selama [[Perang Dingin]]. Tetapi, hal ini malah terlalu disederhanakan. Meski sistem negara-bangsa dianggap "modern", banyak negara belum memberlakukan sistem ini dan dianggap "pra-modern".
Baris 43 ⟶ 44:
=== Teori positivis ===
==== Realisme ====
'''[[Realisme (hubungan internasional)|Realisme]]''' berfokus pada keamanan dan kekuasaan negara di atas segalanya. Para penganut pertama seperti [[E.H. Carr]] dan [[Hans Morgenthau]] berpendapat bahwa negara adalah aktor rasionaltunggal yang egoisrasional, mementingkan diri sendiri, dan mengejar kekuasaan, yang(''power''). Aktor negara berusaha memaksimalkan keamanan dan kemungkinan keselamatan mereka. Kerja sama antarnegara adalah cara memaksimalkan keselamatan masing-masing negara (berbeda dengan alasan yang lebih idealis). Sama halnya, tindakan perang apapun harus didasarkan pada kepentingan pribadi, alih-alih idealisme. Banyak realis memandang [[Perang Dunia II]] sebagai pendukungmendukung teori mereka.
 
Dalam Realisme sendiri terdapat banyak varian yang muncul dari tradisi keilmuan yang panjang. Perlu diketahui bahwa penulis klasik seperti [[Thucydides]], [[Niccolò Machiavelli|Niccolo Machiavelli]], dan [[Thomas Hobbes|Hobbes]] dan [[Theodore Roosevelt]], sering disebut sebagai "bapak pendiri" realisme oleh para realis kontemporer.<ref name=":0">{{CitationCite neededbook|last=Korab-Karpowicz|first=W. Julian|date=April2023|url=https://plato.stanford.edu/archives/win2023/entries/realism-intl-relations/|title=Political 2009Realism in International Relations|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Winter 2023|editor-last2=Nodelman|editor-first2=Uri}}</ref> Meski begitu, sementara karya mereka bisa mendukung doktrin realis, kecil kemungkinannya bahwa mereka telah mengelompokkan diri sebagai realis (dalam artian ini). Para realis biasanya terpisah menjadi dua kelompok: Realis Klasik atau Realis Sifat Alami Manusia (seperti yang dijelaskan di sini) dan Realis Struktural atau Neorealis (di bawah).
 
Realisme politik yakin bahwa politik, seperti masyarakat pada umumnya, dipimpin oleh hukum objektif yang berasal dari sifat alami manusia. Untuk memperbaiki masyarakat, pertama mereka perlu memahami hukum yang menjadi acuan hidup masyarakat. Pelaksanaan hukum-hukum tersebut tidak berubah dengan pilihan kita, masyarakat akan menantangnya jika muncul risiko kegagalan.
Baris 52 ⟶ 53:
 
Penempatan realisme di bawah positivisme jauh dari keadaan tanpa masalah. ''What is History'' karya E.H. Carr merupakan kritik pribadi terhadap positivisme, dan tujuan Hans Morgenthau dalam ''Scientific Man vs Power Politics'', sebagaimana judulnya, adalah menghapus semua pendapat bahwa politik internasional/politik kekuasaan dapat dipelajari secara ilmiah.
 
Baik Realisme Klasik maupun Neorealisme mendapat berbagai kritikan dari perspektif Liberalisme, Kritis, dan Posmodernisme. Realisme dikritik karena terlalu fokus pada aktor negara sehingga tidak mampu berhadapan dengan perubahan dalam sistem internasional modern yang tidak hanya terdiri atas aktor negara. Neorealisme juga dikritik karena menganggap sistem dunia yang bipolar selama Perang Dingin akan cenderung stabil dan bertahan. Nyatanya, Realisme/Neorealisme gagal memprediksi akhir Perang Dingin dan kejatuhan Uni Soviet pada dekade 1990an.<ref name=":0" />
 
==== Liberalisme/idealisme/Internasionalisme liberal ====
Baris 61 ⟶ 64:
 
==== Neoliberalisme ====
'''[[neoliberalisme (hubungan internasional)|Neoliberalisme]]''' mencoba memperbarui liberalisme dengan menerima anggapan neorealis bahwa negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional, namuntetapi masih mengakui pentingnya aktor non-negara dan [[organisasi antarpemerintah]] (IGO). Pendukung seperti [[Maria Chattha]] berpendapat bahwa negara-negara akan saling bekerja sama tanpa memandang hasil relatifnya, dan lebih melihat hasil absolutnya. Ini juga berarti bahwa bangsa-bangsa, pada dasarnya, bebas membuat pilihan mereka sendiri tentang bagaimana mereka menjalankan kebijakan tanpa adanya organisasi internasional yang menghalang-halangi hak sebuah bangsa untuk berdaulat.
 
Neoliberalisme juga memiliki teori ekonomi yang didasarkan pada pemanfaatan pasar terbuka dan bebas dengan sedikit intervensi pemerintah, jika ada, untuk mencegah munculnya monopoli dan konglomerat lain. Saling ketergantungan yang muncul sepanjang dan setelah Perang Dingin melalui institusi internasional mendorong penetapan neo-liberalisme sebagai [[institusionalisme]]; bagian baru dari teori ini didukung oleh [[Robert Keohane]] dan [[Joseph Nye]].
Baris 72 ⟶ 75:
Sementara [[realisme (hubungan internasional)|realisme]] memperkirakan bahwa konflik harus menjadi norma dalam hubungan internasional, teoriwan rezim mengatakan bahwa terjadi kerja sama meski bersifat anarki. Mereka sering merujuk pada kerja sama perdagangan, hak asasi manusia dan keamanan kolektif. Contoh kerja sama ini adalah rezim. Definisi rezim yang sering dikutip berasal dari [[Stephen Krasner]]. Krasner mendefinisikan rezim sebagai "institusi yang memiliki norma, aturan keputusan, dan prosedur yang memfasilitasi konvergensi harapan."{{Cite quote| date= May 2012}}
 
Tidak semua pendekatan terhadap teori rezim bersifat liberal atau neoliberal; sejumlah sarjana [[realisme (hubungan internasional)|realis]] seperti Joseph Greico telah mengembangan teori hibrid yang mengambil pendekatan berbasis realis terhadap teori ini yang pada dasarnya liberal. Para realis tidak berkata kerja sama ''tidak pernah'' terjadi, namuntetapi karena itu bukanlah normanya; kerja sama adalah perbedaan derajat).
 
=== Teori pascapositivis/reflektivis ===
Baris 95 ⟶ 98:
Teori yang terhubung dengan Marxis adalah [[teori ketergantungan]] yang berpendapat bahwa negara-negara maju, dalam mencapai kekuasaannya, menyusup ke negara-negara berkembang melalui penasihat politik, misionaris, para ahli, dan MNC untuk mengintegrasikan mereka ke sistem kapitalis demi mendapatkan sumber daya alam yang cukup dan mendorong ketergantungan.
 
Teoriwan Marxis kurang mendapat perhatian di Amerika Serikat, karena negara tersebut tidak memiliki partai sosialis besar. Teori ini lebih mencuat di sebagian wilayah Eropa dan merupakan salah satu kontribusi teori terpenting di kalangan akademisi [[Amerika Latin]], misalnya melalui [[teologi pembebasan]].
 
=== Teori kepemimpinan ===
Baris 124 ⟶ 127:
 
==== Kekuatan ====
[[Berkas:Powers in international relations.png|ka|jmpl|300px|Negara biru sangat gelap sering dianggap [[kekuatan super]], negara biru gelap [[kekuatan besar]], negara biru pucat [[kekuatan menengah]], dan negara biru sangat pucat juga kadang dianggap kekuatan menengah.<ref name=Chapnick>Adam Chapnick, [httphttps://web.archive.org/web/20070614193537/http://post.queensu.ca/~nossalk/pols369/readings/chapnick_middle.pdf The Middle Power].</ref>]]
 
Konsep '''[[kekuatan (hubungan internasional)|kekuatan]]''' dapat dideskripsikan sebagai tingkat sumber daya, kemampuan, dan pengaruh dalam masalah internasional. Konsep ini sering dibagi menjadi konsep [[kekuatan keras]] dan [[kekuatan lunak]]; kekuatan keras berkaitan dengan kekuatan koersif, seperti pemakaian kekuatan, dan kekuatan lunak yang biasanya mencakup pengaruh [[ekonomi]], [[diplomasi]], dan [[budaya]]. Meski begitu, tidak ada garis pemisah yang jelas antara kedua bentuk kekuatan tersebut.
Baris 144 ⟶ 147:
 
==== Saling ketergantungan ====
Banyak ahli menyatakan bahwa sistem internasional saat ini ditandai dengan tumbuhnya saling ketergantungan; pertanggungjawaban dan ketergantungan bersama satu sama lain. Para pendukung merujuk pada [[globalisasi]] yang semakin tumbuh, terutama dengan interaksi [[Ekonomi Internasional|ekonomi internasional]]. Peran institusi internasional, dan penerimaan sejumlah prinsip operasi dalam sistem internasional, memperkuat ide bahwa hubungan ditandai oleh saling ketergantungan.
 
==== Ketergantungan ====
Baris 155 ⟶ 158:
* '''[[Sanksi internasional|Sanksi]]''' biasanya merupakan pilihan pertama setelah gagalnya diplomasi, serta salah satu alat utama yang digunakan untuk mendorong perjanjian. Sanski bisa berupa sanksi diplomatik atau ekonomi dan mencakup pemutusan hubungan dan pemberlakuan batasan komunikasi atau perdagangan.
* '''[[Perang]]''', pemakaian kekuatan, sering dianggap sebagai alat utama dalam hubungan internasional. Sebuah definisi yang diterima luas oleh [[Clausewitz]] mengenai perang adalah, "penyambungan politik dengan cara lain". Ada studi baru yang mempelajari 'perang baru' yang melibatkan aktor, bukan negara. Studi perang dalam hubungan internasional dicakup oleh disiplin '[[Studi perang]]' dan '[[Studi strategis]]'.
* '''Pengungkitan aib internasional''' dapat dianggap sebagai alat hubungan internasional. Ini adalah usaha mengubah tindakan suatu negara melalui '[[nama dan aib|penyebutan nama dan pengungkitan aib]]' di tingkat internasional. Ini biasanya dilakukan oleh sejumlah LSM HAM besar seperti [[Amnesty International]] (terutama ketika mereka menyebut Teluk Guantanamo sebagai "Gulag"),<ref>http://www.amnesty.org/en/library/info/POL10/014/2005/en></ref> atau Human Rights Watch. Alat ini sering dipakai oleh prosedur 1235 Komisi HAM PBB, yang secara terbuka mengekspos pelanggaran HAM di suatu negara. [[Dewan Hak Asasi Manusia]] juga menggunakan mekanisme ini.
* Pembagian '''keuntungan ekonomi dan/atau diplomatik'''. Contohnya adalah kebijakan perluasan [[Uni Eropa]]. Negara-negara kandidat diizinkan masuk UE hanya jika memenuhi [[kriteria Kopenhagen]].
 
Baris 181 ⟶ 184:
* '''Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Hubungan Internasional''' - Bagaimana iptek mempengaruhi kesehatan, bisnis, lingkungan, teknologi, dan pembangunan global.
* '''[[Ekonomi politik internasional]]''', dan faktor ekonomi dalam hubungan internasional.<ref>Eg, [[Donald Markwell]], ''[[John Maynard Keynes]] and International Relations: Economic Paths to War and Peace'', Oxford University Press, 2006. [[Donald Markwell]], ''Keynes and International Economic and Political Relations'', Trinity Paper 33, Trinity College, University of Melbourne. [http://www.trinity.unimelb.edu.au/publications/trinity_papers/paper33]</ref>
* '''[[Kulturologi politik internasional]]''' – Memandang bagaimana budaya dan variabel budaya memengaruhi hubungan internasional.<ref>[http://www.culturology.com/definition/ ][[Fabrice Rivault]]<span>, (1999) </span>''Culturologie Politique Internationale : Une approche systémique et matérialiste de la culture et du système social global''<span>, McGill Dissertation, Montréal, publiée par Culturology Press]</span></ref><ref>[{{Cite web |url=http://www.crvp.org/book/Series03/III-21/chapter-1.htm |title=Xintian, Yu (2005) “Cultural Factors In International Relations”, Chinese Philosophical Studies.] |access-date=2012-08-20 |archive-date=2010-04-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100410220456/http://www.crvp.org/book/Series03/III-21/chapter-1.htm |dead-url=yes }}</ref><ref>Xintian, Yu (2009),"Combining Research on Cultural Theory and International Relations"</ref>
 
== Institusi ==
Baris 240 ⟶ 243:
*[[Pengadilan Kriminal Internasional untuk Bekas Yugoslavia]]
}}
'''Mengapa Mengejar Karir di Hubungan Internasional?'''
 
* Jika Hukum Internasional menarik bagi Anda.
* Jika Anda mengidentifikasi diri Anda sebagai promotor stabilitas ekonomi dan perdamaian dunia.
* Jika Anda menemukan diri Anda mengadvokasi tatanan dunia yang demokratis dan inklusif minoritas yang menangani masalah sensitif dengan kasih sayang dan diplomasi.
 
IR menawarkan banyak peluang kepada Anda untuk menjalin hubungan yang bersahabat dengan para pemimpin global dan pionir dalam bisnis. Ini terutama benar jika Anda tanpa lelah mencari solusi untuk menghilangkan kejahatan sosial dan memfasilitasi kesejahteraan dan perbaikan ekonomi.
 
Penting untuk diingat bahwa pekerjaan Hubungan Internasional tidak dimulai dan diakhiri dengan jabatan pemerintah. Ini menawarkan kaleidoskop peluang kerja di LSM, organisasi kesejahteraan masyarakat, Perbankan, Media dan rumah Penerbitan, Bantuan Internasional, dan bidang Hukum dan Perusahaan, untuk beberapa nama. Gelar dalam hubungan Internasional akan menjadi landasan Anda untuk memulai karir di bidang yang Anda minati, yang perlu Anda temukan hanyalah niche Anda.<ref>{{Cite web|last=Do|first=Emmanuel|date=2022-06-22|title=Pentingnya mempelajari Hubungan Internasional dan Peluang Kerja di Dunia|url=https://www.aeccglobal.co.id/id/blog/pentingnya-mempelajari-hubungan-internasional-dan-peluang-kerja-di-dunia/|website=aecc INDONESIA|language=id-id|access-date=2023-03-30}}</ref>
 
==== Hukum ====
Baris 323 ⟶ 335:
* Schroeder, Paul W. ''The Transformation of European Politics 1763-1848'' (Oxford History of Modern Europe) (1994) 920pp; history and analysis of major diplomacy
* Taylor, A.J.P. ''The Struggle for Mastery in Europe 1848–1918'' (1954) (Oxford History of Modern Europe) 638pp; history and analysis of major diplomacy
 
}}
 
{{Ilmu sosial}}
 
{{DEFAULTSORT:Hubungan Internasional}}