Hubungan terkait Hinduisme dan Jainisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Lutherchrist (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Lutherchrist (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan perlu dirapikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 34:
 
Agama Jain memasukkan perempuan ke dalam empat sangha mereka ; ordo keagamaan orang awam Jain, wanita awam, biksu dan biksuni.{{sfn|Balbir|1994|p=121}} Ada ketidaksepakatan antara agama Hindu awal, dan gerakan pertapa seperti Jainisme dengan akses kitab suci terhadap perempuan.{{sfn|Balbir|1994|p=121}} Namun, kitab suci svetambara awal melarang wanita hamil, wanita muda atau mereka yang memiliki anak kecil, untuk masuk ke dalam jajaran biarawati.{{sfn|Balbir|1994|p=122}} Bagaimanapun juga, jumlah biarawati yang disebutkan dalam teks-teks tersebut selalu dua kali lipat jumlah biksu. Parshvanatha dan Mahavira , dua tirthankara bersejarah, memiliki banyak pemuja dan pertapa wanita.{{sfn|Balbir|1994|p=122}} Mahavira dan biksu Jain lainnya berjasa meningkatkan status wanita.{{sfn|Sangave|2001|p=147-148}}
 
== Teks keagamaan ==
 
Umat ​​​​Hindu tidak menerima teks Jain apa pun dan Jain tidak mengakui kitab suci Hindu apa pun. [21] [22]
 
=== Weda ===
 
Kitab suci yang dikenal sebagai Weda dianggap oleh umat Hindu sebagai salah satu landasan agama Hindu. Menurut Manusmriti mereka yang menolak Weda sebagai sumber utama ilmu agama diberi label" nāstika". [23] Akibatnya, Jainisme dan Budha dikategorikan sebagai nāstika darśana. [23]
 
Aliran-aliran Hindu ortodoks, seperti Vedanta, Mimamsa dan Samkhya, menyatakan bahwa Sruti tidak mempunyai penulis dan oleh karena itu merupakan kitab suci agama lain yang tertinggi. Posisi ini dibantah oleh Jain yang mengatakan bahwa mengatakan bahwa Weda tidak memiliki pengarang sama dengan mengatakan bahwa puisi tanpa nama tidak ditulis oleh siapa pun. Sebaliknya, kitab suci Jain diyakini berasal dari manusia, dibawa melalui guru yang mahatahu, dan karenanya diklaim lebih bernilai. [24] Menurut Jain, asal usul Weda terletak pada Marichi, putra Bharata Chakravarti, yang merupakan putra Tirthankara Rishabha pertama. Jain berpendapat bahwa kitab suci ini kemudian dimodifikasi. [25] [7] Jain menunjukkan bahwa umat Hindu tidak mengetahui kitab suci mereka sendiri karena mereka tidak mengetahui nama-nama tirthankara yang ada dalam Weda. [24]
 
== Referensi ==