Ibrahim Musa

Revisi sejak 30 Juni 2022 02.42 oleh Symphonium264 (bicara | kontrib) (Suntingan 36.73.34.252 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Edowidivirgian)

Syekh Ibrahim Musa bergelar Inyiak Parabek[1] (4 Agustus 1884 – 25 Juli 1963)[1][2][3] adalah ulama, politikus, dan pengajar Indonesia. Setelah belajar pada beberapa perguruan, pada umur 18 tahun ia berangkat ke Mekah dan belajar di negeri itu selama 8 tahun. Ia kembali ke Minangkabau pada tahun 1909 dan mulai mengajar pada tahun 1912. kemudian ia berangkat lagi ke Mekah pada tahun berikutnya dan kembali pada tahun 1915. Saat itu ia telah mendapat gelar Syekh Ibrahim Musa atau Inyiak Parabek sebagai pengakuan tentang ilmu agamanya.

Potret Syekh Ibrahim Musa sebagai anggota Konstituante RI (1956—1959)
Duduk dari kanan: Syekh Daud Rasyidi, Syekh Djamil Djambek, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli (Inyiak Canduang), Syekh Ibrahim Musa (Inyiak Parabek), Syekh DR. Abdullah Ahmad

Ketika kembali ke Minangkabau, Inyiak Parabek mendirikan Sumatra Thawalib di Parabek, Inyiak Abdul Karim Amrullah (orang tua Buya Hamka) mendirikan Thawalib di Padang Panjang. Berdirinya Madrasah tahun 1910 dimulai dengan halaqah di Parabek. Lama pendidikannya variatif bahkan ada yang mencapai 11 tahun. Namun sejak tahun 1980 sampai sekarang menjadi 6 tahun. Bedanya, sekarang ada pendidikan Takhashus. Jadi murid Parabek yang telah tamat tetapi merasa belum puas dengan ilmunya bisa menambah pendidikan non formal.

Karya

  • Ijabah al-Sul, dicetak pada tahun 1934 oleh percetakan Badezt di Padang Panjang. Ijabah al-Sul merupakan syarah (penjelasan) kitab Husnul al-Ma'mul, karangan M. Shiddiq Hasan Khan Bahadir, kitab Ushul Fiqh yang memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi sehingga untuk memahaminya diperlukan pengetahuan ushul fiqh yang baik.[4]
  • Hidayah as-Shibyan, merupakan Kitab ilmu Balaghah. Dicetak oleh percetakan Baroe Fort de Kock, tidak dijelaskan tahun terbitnya. Kitab ini pernah diajarkan di Thawalib Parabek beberapa periode, sebelum diganti dengan kitab-kitab lain yang lebih ringkas dan lebih mudah dipelajari
  • Hidayah ditulis pada tahun 1912 dalam bahasa Minangkabau, kemudian dterjemahkan oleh murid Inyiak, Muchtar Said (sekarang adalah Pimpinan Madrasah). Berisikan ilmu tauhid aliran Ahlu Sunnah wal Jamaah.

Referensi