Ilias: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
(44 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Italic title}}
 
{{Infobox poem
| name = Ilias
[[File:| image = Detail. Wooden board inscribed in ink with lines 468-473, Book I of Homer's Iliad. Roman Egypt. On display at the British Museum.jpg|thumb|Papan bertuliskan larik 468 sampai larik 473 ''Ilias'' (enam larik dari buku 1). Tahun 400-500 Masehi, dari Mesir, koleksi Museum Inggris]]
| image_size = 250px
| caption = Papan bertuliskan larik 468–473, buku pertama Ilias, dari rentang waktu 400–500 Masehi, ditemukan di Mesir, terpajang di [[British Museum|Museum Inggris]]
| subtitle =
| author = [[Homeros]]
| original_title = Ἰλιάς
| original_title_lang = grc
| translator =
| written = Sekitar abad ke-8 Pramasehi
| first =
| illustrator =
| cover_artist =
| country = [[Yunani Kuno]]
| language = [[Bahasa Yunani Homeros]]
| series =
| subject =
| genre = [[Wiracarita|Syair wiracarita]]
| form =
| metre = [[Heksameter daktilik|Heksameter daktilis]]
| rhyme =
| publisher =
| publication_date =
| publication_date_en =
| media_type =
| lines = 15.693 larik
| pages =
| size_weight =
| isbn =
| oclc =
| preceded_by =
| followed_by = [[Odisseia|''Odiseya'']]
|orig_lang_code = el
|native_wikisource = Ιλιάς
| wikisource = Iliad
}}
{{Perang Troya}}
'''''Ilias''''' ({{lang-grc|Ἰλιάς|Iliás}}), adalahartinya "[[wiracarita]syair] [[Yunani Kuno]] dengan kaidahtentang [[heksameter daktilikTroya|heksametrum daktilisIlion]]") (enamadalah birama tiap larik,salah satu suku kata panjang dandari dua suku[[wiracarita]] kata[[Yunani pendek tiap birama),Kuno]] yang daridiyakini generasisebagai kehasil generasi dipercaya sebagaikarya gubahanpujangga [[Homeros]]. Wiracarita yang menurut anggapan umum ditulis sekitar abad ke-8 Pramasehi ini adalah salah satu [[sastratinggalan Eropa|karya sastra Eropa]] tertua yang masih adabanyak sampaidiminati sekarang,khalayak samamodern. Sama seperti ''[[odisseiaOdisseia|OdiseiaOdiseya]]'', wiracarita petualanganini terbagi menjadi 24 [[Odisseusbab|Odiseusparwa]] selepasdan peristiwa-peristiwadianggit diseturut dalamkaidah ''Ilias'', yang juga diyakini sebagai gubahan Homeros.<ref>[[Pierreheksameter Vidal-Naquetdaktilik|Vidal-Naquet,heksameter Pierredaktilis]]. ''LeVersinya mondeyang d'Homère''berterima (Theumum Worldterdiri ofatas Homer),15.693 Perrinlarik. (2000),Dengan hlm.latar 19</ref>suasana ''Ilias''menjelang dalamkesudahan versi[[Perang vulgataTroya]], modernnya[[pengepungan|perang (versipengepungan]] berterimakota standar)[[Troya]] terdiriselama atassatu 15.693dasawarsa larikoleh yangpersekutuan terbaginegara-negara menjadikota 24[[Peradaban jilidMikenai|Yunani buku.Mikene]], Wiracaritawiracarita ini digubahmengisahkan dalamkejadian-kejadian [[bahasapenting Yunanipada Homeros]]minggu-minggu terakhir perang itu, ragamkhususnya bahasatentang sastrapertengkaran yangsengit memadukanRaja [[bahasa Yunani IoniaAgamemnon]] dengan bermacam-macam [[Dialek-dialek Yunani Kuno|dialek YunaniAkhiles]], sang wirawan lainnyaternama. ''Ilias'' biasanyaterbilang digolongkansebagai kesalah satu karya sastra utama di dalam [[siklus epik|lingkup sastra wiracarita]], dan jamak dianggap sebagai karya [[sastra Eropa]] pertama yang berbobot.
 
Agaknya ''Ilias'' maupun ''Odiseya'' ditulis dalam [[bahasa Yunani Homeros]], bahasa sastra bauran [[bahasa Yunani Ionia|bahasa Yunani dialek Yonia]] dengan dialek-dialek lainnya, kemungkinan besar sekitar akhir abad ke-8 atau permulaan abad ke-7 Pramasehi. Pada [[zaman Klasik]], jarang sekali ada orang yang meragukan bahwa kedua wiracarita itu adalah hasil karya pujangga Homeros, tetapi dewasa ini para sarjana [[Penyoalan Homeros|pada umumnya menduga]] bahwa ''Ilias'' dan ''Odiseya'' bukanlah hasil karya satu orang pujangga yang sama, dan kisah-kisah yang terangkum di dalamnya merupakan bagian dari suatu [[tradisi lisan]] yang panjang. Wiracarita ini dilantunkan oleh para pelantun syair Homeros profesional yang disebut ''[[rapsoidos]]''.
Wiracarita ini berlatar belakang [[Perang Troya]], perang [[pengepungan]] kota [[Troya]] (Ilion) selama sepuluh tahun yang dilancarkan koalisi [[Peradaban Mykenai|negara-negara kota Mikene]] (Akhaya). ''Ilias'' mengisahkan berbagai pertempuran dan kejadian penting yang berlangsung pada minggu-minggu percekcokan Raja [[Agamemnon]] dengan pahlawan [[Akhilles|Akhiles]].
 
Pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam wiracarita ini antara lain adalah ''[[kleos]]'' (kemuliaan), ujub, takdir, dan murka. Sekalipun terkenal lantaran kisah-kisahnya yang tragis dan mencekam, terselip pula kisah-kisah jenaka dan gelak-tawa.<ref name=Bell>Bell, Robert H. "Homer's humor: laughter in the Iliad." hand 1 (2007): 596.</ref> Wiracarita ini kerap disifatkan sebagai wiracarita maskulin atau kegagahberanian, khususnya jika dibandingkan dengan ''Odiseya''. ''Ilias'' dengan cermat menjabarkan perkakas-perkakas perang dan siasat-siasat tempur kuno, serta hanya menampilkan segelintir tokoh perempuan. [[Dua Belas Dewa Olimpus|Dewa-dewi Olimpos]] juga berperan besar di dalam wiracarita ini, dengan membantu wira kesayangan mereka dan menengahi cekcok-cekcok antarpribadi. Di dalam wiracarita ini, perwatakan dewa-dewi Olimpos sengaja dimanusiawikan supaya mudah dipahami khalayak Yunani Kuno, dengan menghadirkan suatu kesan nyata dari budaya dan kepercayaan turun-temurun mereka. Dari segi gaya formal penulisannya, pengulangan kalimat serta pemakaian majas simile dan julukan-julukan di dalam wiracarita ini kerap dijadikan bahan kajian oleh para sarjana.
Meskipun hanya meliput peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam beberapa minggu pada tahun terakhir Perang Troya, ''Ilias'' memaparkan maupun sedikit mengungkit berbagai legenda Yunani terkait perang pengepungan tersebut. Kejadian-kejadian penting yang terjadi sebelum beberapa minggu tersebut, seperti berkumpulnya pahlawan-pahlawan Yunani sebelum bertolak ke medan laga, perkara pemicu [[perang]], dan kejadian-kejadian terkait lainnya cenderung mengemuka di bagian awal cerita. Isi cerita selanjutnya meliput peristiwa-peristiwa yang diramalkan terjadi kemudian hari, misalnya peristiwa gugurnya Akhiles dan kejatuhan kota Troya, kendati cerita tamat sebelum peristiwa-peristiwa tersebut terlaksana. Meskipun demikian, karena peristiwa-peristiwa tersebut sudah diramalkan dan berulang kali diungkit kembali, wiracarita ini kurang lebih sudah menyajikan keseluruhan kisah Perang Troya.
 
== Selayang pandang ==
[[File:Beginning Iliad.svg|thumb|upright=1.35|Larik-larik mukadimah ''Ilias'']]
:''Perhatian: Nomor bukuparwa (dalam tanda kurung) mendahului rangkuman isi bukuparwa.''
[[File:Detail. Wooden board inscribed in ink with lines 468-473, Book I of Homer's Iliad. Roman Egypt. On display at the British Museum.jpg|thumb|Papan bertuliskan larik 468 sampai larik 473 ''Ilias'' (enam larik dari buku 1). Tahun 400-500 Masehi, dari Mesir, koleksi Museum Inggris]]
:''Perhatian: Nomor buku (dalam tanda kurung) mendahului rangkuman isi buku.''
 
=== Gelar cerita (parwa 1-4) ===
({{Ilias|en|1}}) Sesudah [[seruanPenyeruan|menyeru]] para [[Musai]], cerita langsung bergulir ''[[in medias res]]'' (ke bagian inti) mendekati kesudahan perang antara orang Troya dan [[AkhayaAkhaia (Homeros)|orang Akhaya]]. Syahdan [[Krises]], pendeta [[Apollo (mitologi)|Dewa Apolon]] di Troya, menawarkan harta kekayaan kepada para pejuang Akhaya sebagai imbalan pembebasan anak perempuannya, [[Kriseis]], yang ditawan [[Agamemnon]], pemimpin orang Akhaya. Meskipun banyak pejuang Akhaya yang tergiur, Agamemnon tidak bersedia melepaskan tawanannya. Krises akhirnya menyeru sesembahannya agar sudi mengulurkan pertolongan, maka Dewa Apolon pun menulahi pihak Akhaya dengan wabah penyakit.
 
Sesudah sembilan hari lamanya pihak Akhaya didera tulah, [[Akhilles|Akhiles]], pemimpin [[laskar Mirmidon]], menggelar rapat untuk mencari jalan keluar. Karena terdesak, Agamemnon bersedia memulangkan Kriseis kepada ayahnya, tetapi memutuskan untuk mengambil [[Briseis]], tawanan Akhiles, sebagai ganti rugi. Akhiles naik pitam lalu mengumumkan bahwa ia maupun laskarnya sudah tidak sudi berjuang bagi Agamemnon dan akan bertolak pulang ke tanah air. [[Odysseus|Odiseus]] mengambil sebuah kapal dan memulangkan Kriseis kepada ayahnya, sehingga Dewa Apolon akhirnya berkenan mengakhiri tulah.
Baris 18 ⟶ 56:
Akhiles sangat kesal ketika para pesuruh Agamemnon datang mengambil Briseis. Sambil duduk di pantai, ia menyeru ibunya, [[Thetis|Tetis]],<ref>{{cite book|author=Homer|title=The Iliad|page=115|publisher= Norton Books|location= New York}}</ref> agar memohon Dewa [[Zeus]] membuat pihak Akhaya dipojokkan pihak Troya, sehingga Agamemnon sadar bahwa pihak Akhaya membutuhkan Akhiles. Tetis menuruti kemauan anaknya, dan permohonannya dikabulkan Dewa Zeus.
 
({{Ilias|en|2}}) Melalui mimpi, Dewa Zeus menghasut Agamemnon untuk menyerbu Troya. Agamemnon bertindak mengikuti petunjuk mimpinya, tetapi lebih dulu ingin menguji semangat juang angkatan perang Akhaya dengan menyuruh mereka pulang ke tanah air. Muslihatnya malah menjadi senjata makan tuan, dan hanya berkat campur tangan Odiseus yang diilhami [[Athena|Dewi AtinaAtena]] sajalah keberangkatan pulang para pejuang Akhaya dapat dicegah.
 
Odiseus menghardik dan menghajar [[Tersites]], seorang prajurit biasa yang menyuarakan ketidaksenangannya berjuang bagi Agamemnon. Usai bersantap, para pejuang Akhaya dikerahkan laskar demi laskar ke padang Troya. Sang pujangga memanfaatkan bagian ini untuk menguraikan asal-usul tiap-tiap laskar pejuang Akhaya.
Baris 28 ⟶ 66:
({{Ilias|en|4}}) Karena tekanan Dewi [[Hera]] yang benci kepada Troya, Dewa Zeus membuat [[Pandaros]] memanah Menelaos. Dengan demikian Pihak Troya telah melanggar sumpah gencatan senjata. Agamemnon mengumandangkan aba-aba serbu, dan pertempuran pun pecah.
 
=== Perang tanding antarwira (parwa 5-7) ===
({{Ilias|en|5}}) [[Diomedes]] berhasil menewaskan banyak pejuang Troya, termasuk Pandaros, dan mengalahkan [[Aineias]]. Dewi Afrodite turun menyelamatkan Aineias, tetapi Diomedes malah menyerang dan melukai sang dewi. Dewa Apolon menghadang Diomedes dan memperingatkannya akan bahaya memerangi para dewa. Sejumlah pahlawan dan panglima ikut terjun ke kancah pertempuran, termasuk [[Hektor]]. Dewa-dewi pun ikut campur dengan mendukung pihak pilihan masing-masing, dan berusaha mempengaruhi jalannya pertempuran. Karena disemangati Dewi AtinaAtena, Diomedes memberanikan diri melukai Dewa [[Ares]] agar tidak dapat bertempur membela pihak Troya.
 
({{Ilias|en|6}}) Hektor membakar semangat para prajurit Troya dan mencegah mereka kabur. Diomedes dari pihak Akhaya dan [[Glaukos dari Likia|Glaukos]] dari pihak Troya sepakat menjalin persahabatan ketika tahu bahwa mendiang datuk-datuk mereka ([[Oineus]] dan [[Belerofon]]) ternyata bersahabat karib semasa hidup. Sebagai tanda persahabatan, keduanya bertukar pakaian tempur, meskipun pakaian tempur Glaukos yang terbuat dari emas jauh lebih tinggi nilainya daripada pakaian tempur Diomedes yang terbuat dari perunggu. Hektor masuk kota, mengimbau warga Troya untuk berdoa dan mempersembahkan korban kepada dewa-dewi, menyemangati Paris untuk berjuang, mengucapkan salam perpisahan kepada istri ([[Andromakhe|Andromake]]) dan anaknya ([[Astianaks]]) di tembok kota, lalu kembali ke kancah pertempuran.
Baris 34 ⟶ 73:
({{Ilias|en|7}}) Hektor berduel melawan [[Aias|Ayas]] tetapi tidak sampai tuntas, karena pertempuran harus ditunda bilamana hari berganti malam. Pihak Akhaya sepakat memperabukan mayat pejuang-pejuang mereka dan membangun tembok untuk melindungi kapal-kapal dan perkemahan mereka, sementara pihak Troya mempertengkarkan usulan untuk memulangkan Helene. Paris menyatakan kesediaanya untuk menyerahkan harta kekayaan sebagai ganti rugi, tetapi tidak akan memulangkan Helene. Kedua belah pihak menyepakati gencatan senjata selama satu hari untuk memperabukan mayat-mayat para pejuang yang gugur. Waktu gencatan senjata juga dimanfaatkan pihak Akhaya untuk membangun tembok dan menggali parit.
 
=== Pasukan Yunani kocar-kacir (parwa 8-15) ===
({{Ilias|en|8}}) Pagi hari berikutnya, Dewa Zeus melarang dewa-dewi ikut campur, dan pertempuran kembali pecah. Pihak Troya terbukti unggul tanpa bantuan dewa-dewi. Pihak Akhaya terdesak sampai ke tembok yang baru dibangun, tetapi Dewi Hera dan Dewi AtinaAtena dilarang membantu mereka. Hari keburu berganti malam sebelum pihak Troya berhasil menerobos tembok pertahanan Akhaya. Mereka berkemah di padang agar dapat langsung menyerbu perkemahan Akhaya begitu fajar menyingsing, dan api-api unggun yang mereka nyalakan di padang untuk berjaga-jaga terlihat seperti bintang-bintang di angkasa malam.
 
[[File:Iliad VIII 245-253 in cod F205, Milan, Biblioteca Ambrosiana, late 5c or early 6c.jpg|thumb|upright=1.35|''Ilias'', bukuparwa 8, larik 245–253, naskah Yunani, akhir abad ke-5, awal abad ke-6 Masehi.]]
({{Ilias|en|9}}) Pihak Akhaya putus asa. Agamemnon mengakui kekhilafannya dan mengirim perutusan yang terdiri atas Odiseus, Ayas, [[Foinix (putra Amintor)|Foiniks]], dan dua orang juru warta untuk menawarkan penyerahan Briseis berikut sejumlah besar harta kekayaan agar Akhiles berkenan kembali berjuang. Akhiles beserta laskar Mirmidon ketika itu berkemah di sebelah kapal mereka. Kedatangan perutusan disambut baik Akhiles dan [[Patroklos]], tetapi Akhiles dengan marah menolak tawaran Agamemnon. Ia menegaskan akan kembali bertempur hanya jika pihak Troya sudah sampai ke kapalnya dan mengancam mereka dengan api. Perutusan pulang dengan tangan hampa.
 
Baris 51 ⟶ 91:
({{Ilias|en|15}}) Dewa Zeus terbangun dan murka melihat perbuatan Dewa Poseidon. Tanpa menghiraukan suara-suara keberatan dari dewa-dewi pendukung Akhaya, Dewa Zeus mengutus Dewa Apolon untuk membantu pihak Troya. Tembok pertahanan Akhaya sekali lagi dibobol, dan pertempuran akhirnya sampai ke tempat kapal-kapal bersandar.
 
=== Patroklus gugur (parwa 16-18) ===
({{Ilias|en|16}}) Patroklos tidak tahan lagi melihat jalannya pertempuran dan memohon Akhiles mengizinkannya ikut berjuang demi melindungi kapal laskar Mirmidon. Dengan berat hati Akhiles memberi izin dan meminjamkan pakaian tempurnya kepada Patroklos, tetapi dengan keras mengingatkannya untuk tidak memburu para pejuang Troya, agar tidak merampas ketenaran Akhiles. Patroklos memimpin [[laskar Mirmidon]] memasuki kancah pertempuran, tepat ketika pihak Troya mulai membakar kapal-kapal Akhaya. Pihak Troya kewalahan menghadapi serbuan dadakan laskar Mirmidon, dan Patroklos pun memanfaatkan kesempatan itu untuk menewaskan [[Sarpedon]], anak Dewa Zeus yang memimpin salah satu laskar sekutu Troya. Tanpa menghiraukan peringatan Akhiles, Patroklos memburu pejuang-pejuang lawan sampai dihadang Dewa Apolon di depan gapura kota Troya. Setelah bertarung melawan Dewa Apolon dan [[Euforbos]], Patroklos akhirnya tewas di tangan Hektor.
 
({{Ilias|en|17}}) Hektor menanggalkan pakaian tempur Akhiles dari tubuh Patroklos, tetapi pertempuran seketika pecah di sekitar mayat Patrokos.
 
({{Ilias|en|18}}) Akhiles tidak kuasa menahan kesedihannya mendengar berita kematian Patroklos. Ia bersumpah untuk membalas dendam kepada Hektor. Ibu Akhiles, Tetis, juga berdukacita karena sudah mengetahui bahwa Akhiles ditakdirkan mati muda jika menewaskan Hektor. Akhiles didesak membantu usaha pengambilan mayat Patroklos tetapi pakaian tempurnya sudah hilang. Dengan sekujur tubuh bermandi cahaya gemilang dari Dewi AtinaAtena, Akhiles berdiri di dekat tembok Akhaya dan meraung-raung meluapkan kemarahannya. Pihak Troya terperangah melihat penampilannya sehingga pejuang-pejuang Akhaya berkesempatan melarikan mayat Patroklos. Polidamas sekali lagi mendesak Hektor untuk mundur ke dalam kota, tetapi Hektor sekali lagi tidak mengindahkan kata-katanya. Ketika hari berganti malam, angkatan bersenjata Troya malah berkemah di padang. Selagi Akhiles meratapi kematian Patroklos, Tetis meminta Dewa [[Hefaistos]] membuat seperangkat pakaian tempur baru untuk akhiles, termasuk sebuah [[Perisai Akhiles|perisai yang sangat mengagumkan]].
 
=== Murka Akhiles (parwa 19-24) ===
({{Ilias|en|19}}) Pagi hari berikutnya, Agamemnon menyerahkan semua hadiah yang dijanjikannya kepada Akhiles, termasuk [[Briseis]], tetapi tidak dihiraukan Akhiles. Akhiles berpantang makan minum sementara pejuang-pejuang Akhaya melahap makanan mereka. Ia mengenakan pakaian tempur barunya lalu mengambil tombaknya. [[Balios dan Ksantos|Ksantos]], salah seekor kuda penarik keretanya, meringkikkan nubuat kematian Akhiles. Dengan mengendarai kereta, Akhiles memasuki kancah pertempuran.
 
Baris 73 ⟶ 115:
{{see also|Kategori: Dewa-dewi di dalam wiracarita Ilias}}
[[File:Hypnos Thanatos BM Vase D56 full.jpg|thumb|Dewa kembar [[Hipnos]] dan [[Thanatos|Tanatos]] membawa keluar mayat [[Sarpedon]] dari medan perang, lukisan pada [[lekitos|bejana]] [[teknik latar putih|latar putih]] [[Atikos]], ''[[circa|ca.]]'' 440 Pramasehi]]
Bagian separuh akhir bukuparwa 2, yang dijuduli ''"[[Katalog Kapal]]"'', memuat nama para panglima dan laskar-laskar pejuang, sementara babak-babak pertempuran memuat nama tokoh-tokoh sampingan yang gugur di medan perang.
 
=== Tokoh Akhaya ===
Baris 79 ⟶ 121:
** [[Agamemnon]] – Raja [[Mykenai|Mikene]], pemimpin orang Akhaya.
** [[Menelaos]] – Raja [[Sparta]], adik Agamemnon dan suami Helene.
** [[Akhilles|Akhiles]] – Panglima [[laskar Mirmidon]] dan Raja [[Ftia]],<ref>{{Cite book|last=Lattimore|first=Richmond|title=The Iliad of Homer|publisher=University of Chicago Press|year=2011|isbn=978-0-226-47049-8|location=Chicago|at=BukuParwa 1, larik 155, hlm. 79}}</ref> anak [[Peleus]] dan [[Thetis]], pejuang yang paling menonjol.
** [[Odisseus|Odiseus]] – Raja [[Ithaka|Itaka]], panglima Yunani, pejuang yang paling cerdik.
** [[Nestor (mitologi)|Nestor]] – Raja [[Pilos]], penasihat andalan Agamemnon, pejuang yang paling bijaksana.
Baris 102 ⟶ 144:
** [[Priamos]] – Raja Troya yang sudah lanjut usia.
** [[Polidamas (Ilias)|Polidamas]] – Panglima yang berpandangan jauh ke depan, nasihatnya berulang kali tidak digubris, foil (kebalikan dari watak) Hektor.
** [[Agenor, anak dari Antenor|Agenor]] – Anak Antenor, pejuang Troya yang mencoba melawan Akhiles (BukuParwa 21).
** [[Sarpedon]] – Anak Dewa Zeuz, salah seorang panglima laskar Likia (sekutu Troya), sahabat Glaukos, tewas di tangan Patroklos.
** [[Glaukos]] – Anak Hipolokos, salah seorang panglima laskar Likia (sekutu Troya), sahabat Sarpedon.
** [[Euforbos]] – Pejuang Troya pertama yang berhasil melukai Patroklos.
** [[Dolon (mitologi)|Dolon]] – Pejuang yang dikirim untuk memata-matai pihak Akhaya (BukuParwa 10).
** [[Antenor (mitologi)|Antenor]] – Penasihat Raja Priamos, tokoh yang mengusulkan agar Helene dipulangkan demi mengakhiri perang.
** [[Polidoros dari Troya|Polidoros]] – Anak Raja Priamos dan Putri [[Laotoe]].
Baris 118 ⟶ 160:
 
=== Dewa-dewi ===
Di dalam ''Ilias'', baik [[12 Dewa Olimpus|dewa-dewi tingkat tinggi]] maupun dewa-dewi rendahan bertempur satu sama lain dan mencampuri peperangan umat manusia, sering kali dengan cara menghasut manusia melawan dewa-dewi lain. Berbeda dari penggambaran mereka di dalam agama bangsa Yunani Kuno, penggambaran dewa-dewi ala Homeros selaras dengan tujuan penceritaannya. Dewa-dewi di dalam fikrah turun-temurun orang Athena pada abad ke-4 tidak berbicara kepada manusia dengan cara maupun kata-kata seperti yang dijabarkan Homeros.<ref name=":2">{{Cite book|title=Honor Thy Gods: Popular Religion in Greek Tragedy|url=https://archive.org/details/honorthygodspopu0000mika|last=Mikalson|first=Jon|publisher=Chapel Hill: University of North Carolina Press|year=1991}}</ref> Menurut [[Herodotos]], sejarawan Yunani pada zaman Klasik, Homeros dan [[Hesiodos]], rekan sezamannya, adalah pujangga-pujangga pertama yang memberi nama dan menggambarkan rupa serta watak dewa-dewi.<ref>[http://ablemedia.com/ctcweb/netshots/homer.htm Homer's Iliad], Classical Technology Center.</ref>
 
Lewat pembahasan relevansi tindakan dewa-dewi di dalam ''Ilias'' yang diketengahkannya, [[Mary Lefkowitz]] (2003)<ref name=":3" /> berusaha menjawab pertanyaan apakah intervensi ilahi sesungguhnya adalah suatu kejadian diskrit (bukan untuk alasan lain), atau perilaku ilahi semacam itu hanyalah metafora watak manusia. Kertertarikan intelektual para pujangga zaman Klasik seperti [[Tukidides]] dan [[Platon]] terhadap ihwal intervensi dewa-dewi hanya terbatas pada pemanfaatannya sebagai "sarana untuk mewacanakan peri kehidupan manusia, bukan sebagai suatu keterangan maupun suatu kebenaran", karena jika dewa-dewi tetap dianggap sebagai sosok-sosok religius alih-alih metafora manusia, maka "eksistensi" mereka—yang tidak memiliki landasan dogma maupun ''semacam'' kitab suci—memungkinkan peradaban Yunani memiliki ruang dan kebebasan intelektual untuk mengkhayalkan dewa-dewi yang sesuai dengan fungsi religius apa pun yang mereka kehendaki sebagai suatu masyarakat.<ref name=":3">Lefkowitz, Mary (2003). ''Greek Gods, Human Lives: What We Can Learn From Myths''. New Haven, Conn: [[Yale University Press]].</ref><ref>Taplin, Oliver (2003). "Bring Back the Gods." ''The New York Times'' (14 Desember).</ref>
Baris 129 ⟶ 171:
 
==== Campur tangan dewa-dewi ====
Beberapa sarjana yakin kalau dewa-dewi mencampuri urusan dunia fana karena ada perselisihan di antara mereka. [[Homeros]] menafsirkan dunia pada zamannya dengan menggunakan hasrat dan emosi dewa-dewi sebagai faktor-faktor penentu kejadian yang berlangsung di alam manusia.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Kullmann|first=Wolfgang|date=1985|title=Gods and Men in the Iliad and the Odyssey|journal=Harvard Studies in Classical Philology|volume=89|pages=1–23|doi=10.2307/311265|jstor=311265}}</ref> Salah satu contohnya di dalam ''Ilias'' adalah perseteruan yang timbul di antara Dewi [[Athena|AtinaAtena]], Dewi [[Hera]], dan Dewi Afrodite. "Ia menggusarkan AtinaAtena dan Hera, kedua dewi itu," demikian tulis Homeros di dalam bukuparwa terakhir ''Ilias''.<ref name=":1">{{Cite book|last=Homer|title=The Iliad|publisher=Penguin Books|year=1998|location=New York|page=589|translator-last=Fagles|translator-first=Robert|translator-last2=Knox|translator-first2=Bernard}}</ref> AtinaAtena dan Hera dengki kepada Afrodite karena [[Paris (mitologi)|Paris]], pangeran Troya yang didapuk menjadi juri kontes kecantikan di Gunung Olimpus, memutuskan bahwa Afrodite adalah dewi yang paling cantik, lebih cantik daripada AtinaAtena maupun Hera. Wolfgang Kullmann menjelaskan lebih lanjut bahwa "kekecewaan Hera dan AtinaAtena lantaran penilaian Paris menentukan seluruh tindakan kedua dewi tersebut di dalam ''Ilias'', dan merupakan sebab dari kebencian mereka kepada Paris, sang juri, maupun Troya, kota asalnya."<ref name=":0" />
 
Hera dan AtinaAtena kemudian mendukung pihak Akhaya di sepanjang alur cerita karena Paris berada di pihak Troya, sebaliknya Afrodite dikisahkan menolong Paris dan pihak Troya. Emosi-emosi yang terungkap dari dewi-dewi ini kerap diwujudnyatakan menjadi tindakan-tindakan yang mereka perbuat di alam manusia. Sebagai contoh, di dalam bukuparwa ke-3 ''Ilias'', Paris dikisahkan menantang orang Akhaya untuk bertempur satu lawan satu, dan [[Menelaos]] pun maju menjawab tantangannya. Menelaos terbukti unggul di dalam perang tanding itu, bahkan sudah nyaris membunuh Paris. "Ia sudah menyudutkannya dan meraih kejayaan nan tak kunjung padam, tetapi Afrodite, putri Zeus itu, bergegas bertindak, menyambar sabuk kulit mentahnya."<ref name=":1" /> Afrodite mengintervensi atas kepentingan pribadi demi menyelamatkan Paris dari angkara Menelaos, karena Paris sudah membantunya memenangkan kontes kecantikan. Perlakuan istimewa Afrodite terhadap Paris tunak menuai intervensi semua dewa-dewi. Dewa-dewi mengintervensi peperangan lewat pidato-pidato penggugah semangat yang mereka sampaikan kepada orang-orang yang mereka lindungi, dan sering pula dengan cara hadir dalam wujud manusia yang mereka kenal.<ref name=":0" /> Keterkaitan emosi dengan tindakan sebagaimana dikemukakan di atas hanyalah satu dari sekian banyak contoh yang mengemuka di sepanjang alur cerita.{{citation needed|date=February 2019}}
 
{{div col|colwidth=49em}}
Baris 142 ⟶ 184:
** [[Afrodit|Afrodite]] (memihak Troya)
** [[Ares]] (memihak Akhaya, kemudian memihak Troya)
** [[Athena|AtinaAtena]] (memihak Akhaya)
** [[Hermes]] (netral/memihak Akhaya)
** [[Poseidon]] (memihak Akhaya)
Baris 172 ⟶ 214:
</blockquote>
 
Dengan kalimat di atas, Patroklos mengungkit takdirnya untuk tewas di tangan Hektor sekaligus takdir Hektor untuk tewas di tangan Akhiles. Semua orang menerima akhir jalan hidupnya masing-masing, tetapi tidak seorang pun yang tahu pasti apakah dewa-dewi dapat mengubah takdir. Ketidakpastian ini mengemuka di dalam bukuparwa 16. Saat melihat Patroklos menewaskan [[Sarpedon]], putranya yang beribu manusia, Dewa Zeus bersabda:
 
<blockquote>
Baris 188 ⟶ 230:
</blockquote>
 
Sesudah menimbang-nimbang, Zeus, raja dewa-dewi, akhirnya mengizinkan kematian Sarpedon ketimbang mengubah takdirnya. Motif serupa kembali mengemuka ketika Zeus mempertimbangkan untuk membiarkan Hektor, tokoh yang ia kasihi dan hormati, tetap hidup. Kali ini, ia digugat Dewi AtinaAtena dengan perkataan berikut ini:
 
<blockquote>
Baris 209 ⟶ 251:
 
=== Ketenaran ===
Ketenaran ({{lang-el|κλέος}}, "kemuliaan" atau "ketenaran") adalah konsep mengenai keharuman nama yang diperoleh seseorang karena berprestasi di medan laga.<ref>{{cite web |url=http://athome.harvard.edu/programs/nagy/threads/concept_of_hero.html |title=The Concept of the Hero in Greek Civilization |publisher=Athome.harvard.edu |access-date=18 April 2010 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20100421140227/http://athome.harvard.edu/programs/nagy/threads/concept_of_hero.html |archive-date= 21 April 2010 }}</ref> Meskipun demikian, Akhiles harus memilih salah satu di antara dua macam takdir yang disiapkan bagi dirinya, ''nostos'' (pulang dengan selamat) atau ''kleos''.<ref>{{cite web|url=http://www.uh.edu/~cldue/texts/introductiontohomer.html |title=Heroes and the Homeric Iliad |publisher=Uh.edu |access-date=18 April 2010}}</ref> Di dalam bukuparwa 9 (IX.410–16), Akhiles dengan ketus memberitahu perutusan Agamemnon (Odiseus, Foiniks, dan Ayas yang memohon kesudiannya untuk kembali ikut berperang) tentang dua pilihan takdir (''διχθαδίας κήρας'', ''diktadias kiras'', 9.411) yang dihadapkan kepadanya.<ref name=autogenerated1>Volk, Katharina. "[https://www.jstor.org/pss/1215546 ΚΛΕΟΣ ΑΦΘΙΤΟΝ Revisited]". ''Classical Philology'', Jld. 97, No. 1 (Jan., 2002), hlmn. 61–68.</ref> Larik-lariknya adalah sebagai berikut:
 
{{Verse translation|italicsoff=y|
Baris 240 ⟶ 282:
[[Ujub]] atau keangkuhan adalah penggerak alur cerita Ilias. Orang Akhaya berkumpul di padang negeri Troya demi merebut kembali Helene dari orang Troya. Sekalipun mayoritas orang Troya dengan senang hati bersedia memulangkan Helene kepada pihak Akhaya, mereka menuruti keangkuhan pangeran mereka, Aleksandros, yang juga dikenal dengan nama Paris. Dengan kerangka berpikir semacam inilah Homeros menggubah wiracaritanya. Pada permulaan ''Ilias'', ujub Agamemnon melahirkan serentet peristiwa yang berbuntut pada tindakannya merampas Briseis, gadis yang sebelumnya ia berikan kepada Akhiles sebagai imbalan sumbangan tenaganya bagi perjuangan pihak Akhaya. Akibat tindakan tersebut, Akhiles enggan bertempur dan meminta ibunya, Tetis, untuk mendesak Dewa Zeus membuat pihak Akhaya terpojok di medan tempur sampai Agamemnon sadar akan kesalahannya terhadap Akhiles.<ref>Frobish, T.S. (2003). “An Origin of a Theory: A Comparison of Ethos in the Homeric Iliad with That Found in Aristotle’s Rhetoric.” ''Rhetoric'' 22(1):16-30.</ref>
 
Ujub Akhiles mendorongnya untuk meminta Tetis mendatangkan maut bagi kawan-kawan Akhayanya. Di dalam bukuparwa 9, ketika ditawari pampasan perang dan Briseis oleh kawan-kawannya agar mau kembali ikut bertempur, Akhiles malah menampik, dan tetap mempertahankan niatnya untuk membalas penghinaan Agamemnon karena dorongan ujub. Akhiles tetap mempertahankan keangkuhannya sampai saat-saat akhir, manakala kemarahannya terhadap diri sendiri lantaran kematian Patroklos mengalahkan keangkuhannya lantaran kesalahan Agamemnon sehingga ia kembali ke medan laga dan menewaskan Hektor. Akhiles sekali lagi mengalahkan ujubnya ketika ia meredam amarah dan menyerahkan mayat Hektor kepada Priam pada bagian akhir cerita. Jelas ujublah yang menggerakkan alur wiracarita ''Ilias'' dari awal sampai akhir.<ref group="lower-roman">Frobish (2003:24) mengemukakan di dalam karya tulisnya bahwa Perang Troya "bermula dengan ujub dan sikap kurang dewasa Akhiles, tetapi berakhir dengan kemahiran dan keperwiraannya di medan laga.”</ref><ref>Frobish, T.S. (2003). “An Origin of a Theory: A Comparison of Ethos in the Homeric Iliad with That Found in Aristotle’s Rhetoric.” ''Rhetoric'' 22(1):16-30.</ref>
 
=== Kepahlawanan ===
''Ilias'' mengangkat tema [[pahlawan|''kepahlawanan'']] dengan berbagai macam cara melalui bermacam-macam tokoh, teristimewa Akhiles, Hektor, Patroklus, dll. Meskipun konsep kepahlawanan yang tradisional sering kali dikaitkan secara langsung dengan tokoh utama, yang memang diniatkan untuk dikisahkan dalam semangat kepahlawanan, ilias justru bermain-main dengan gagasan kepahlawanan dan tidak secara terang-terangannya menunjukkan siapa tokoh pahlawan sejatinya. Wiracarita Ilias dengan cermat menyoroti tokoh pahlawan besar Yunani Akhiles, maupun angkara murkanya dan kehancuran yang timbul akibat angkara murkanya. Sama seperti yang dilakukannya terhadap Akhiles, wiracarita ini juga dengan cermat menyoroti pahlawan Troya Hektor dan segala usaha dan perjuangannya demi melindungi keluarga dan rakyat negerinya. Pada umumnya orang beranggapan bahwa, lantaran Akhiles adalah tokoh utama, dialah tokoh pahlawan di dalam wiracarita ini. Meskipun demikian, jika mencermati sepak-terjangnya di sepanjang cerita, lalu membandingkannya dengan sepak-terjang tokoh-tokoh lain, sebagian pihak bisa saja akan menyimpulkan bahwa sebenarnya Akhiles bukanlah tokoh pahlawannya, dan mungkin saja justru tokoh antiwira. Orang dapat pula berpendapat bahwa Hektorlah sang pahlawan yang sesungguhnya di dalam wiracarita Ilias lantaran sifat-sifat kepahlawannan tampaknya sudah mendarah daging di dalam dirinya, misalnya kesetiaan kepada keluarganya serta ketangguhan dan kebulatan tekadnya untuk membela rakyatnya negerinya, maupun upacara pemakamannya secara terhormat yang menjadi sorotan utama bagian akhir cerita. Tokoh pahlawan Ilias yang sesungguhnya tidak pernah ditampilkan dengan gamblang, dan sengaja dibiarkan untuk ditafsirkan sendiri-sendiri oleh pujangga Homeros, yang berniat menampilkan keruwetan dan cacat-cela kedua tokoh tersebut, terlepas dari siapa pun yang dianggap sebagai pahlawan "sejati".
 
=== Kehormatan ===
''Kleos'' berkaitan erat dengan ''timē'' ({{lang|grc|τιμή}}, artinya "kehormatan, harkatmarwah"), yakni gagasan tentang kehormatan yang didapatkan seorang insan bermartabat lewat prestasi (budaya, politik, pertempuran) yang ia capai dengan kedudukannya semasa hidup. Di dalam bukuparwa 1, orang Akhaya mulai merasa jengah sejak Raja Agamemnon mencoreng kehormatannya dengan berbagai ulah yang tidak pantas diperbuat seorang raja. Pertama-tama Agamemnon mengancam Pendeta Krises (1.11), kemudian membuat orang Akhaya kesal ketika ia menghina Akhiles dengan menyita tawanannya, Briseis (1.171). Rasa sebal para pejuang Akhaya terhadap raja yang tidak bermartabat itu merusak semangat juang mereka.
 
=== Ketakaburan ===
Baris 250 ⟶ 295:
Karena ''hibris'', Agamemnon menampik harta tebusan Kriseis dan melukai harga diri Akhiles dengan mengambil kembali Briseis sebagai ganti rugi. ''Hibris'' memaksa Paris berlaga satu lawan satu dengan Menelaos. Agamemnon menghasut orang Akhaya untuk bertempur dengan cara menggugat harga diri Odiseus, Diomedes, dan Nestor. Ia bertanya, mengapa mereka bersikap pengecut dan menunggu-nunggu bantuan pada saat mereka seharusnya tampil memimpin penyerbuan. Meskipun kejadian-kejadian di dalam ''Ilias'' berfokus pada amarah Akhiles dan kerusakan yang ditimbulkannya, ''hibris''-lah bahan bakar yang membuat kedua-duanya terus membara.<ref>Thompson, Diane P. “Achilles’ Wrath and the Plan of Zeus.”</ref>
 
=== AmarahMurka ===
[[File:Wrath of Achilles2.jpg|thumb|upright=1.15|''AmarahMurka Akhiles'' (1819), karya Michel Drolling]]
 
Kata pembuka cerita, {{lang|grc|μῆνιν}} (''mēnin''; [[kasus akusatif|aku.]] {{lang|grc|μῆνις}}, ''mēnis'', artinya "amarah, kemarahan, kemurkaanmurka"), menjadi tema utama ''Ilias'', yakni "AmarahMurka Akhiles".<ref>Rouse, W.H.D. (1938). ''The Iliad.'' hlm. 11.</ref> Amarah pribadinyapribadi dan harga diri keprajuritannya yang terluka menggulirkan cerita, karena mengakibatkan terpojoknya pihak Akhaya di medan perang, tewasnya Patroklos dan Hektor, serta kejatuhan kota Troya. Di dalam bukuparwa 1, tema amarahmurka Akhiles pertama kali mengemuka di dalam pertemuan yang diprakarsainya, yakni pertemuan antara raja-raja Yunani dan [[Kalkhas]] si tukang tenung. Syahdan Raja Agamemnon telah merendahkan martabat Krises, pendeta Dewa Apolon di Troya, dengan menggertak dan mementahkan usaha sang pendeta menebus putrinya, Kriseis, sekalipun ditawari "hadiah yang tak terbilang banyaknya."<ref>Homer, ''Iliad'' 1.13 (Lattimore 1951).</ref> Sang pendeta yang terhina pun menyeru Dewa Apolon untuk menolongnya, maka Dewa Apolon menurunkan wabah yang mendera pihak Akhaya sembilan hari lamanya. Di dalam pertemuan tersebut, Akhiles menuding Agamemnon sebagai "orang yang paling serakahtamak di antara manusia."<ref>Homer, ''Iliad'' 1.122 (Lattimore 1951).</ref> Agamemnon membalas tudingannya dengan perkataan berikut ini:
 
<blockquote>
Baris 265 ⟶ 310:
</blockquote>
 
Sesudah mendengar ucapan Agamemnon, hanya Dewi AtinaAtena yang sanggup mengekang amarah Akhiles. Akhiles berikrar tidak akan lagi mematuhi perintah Agamemnon. Dengan amarah membara, Akhiles menyeru ibunya, Tetis. Ibu Akhiles membujuk Dewa Zeus untuk membuat pihak Troya unggul di medan perang sampai Akhiles mendapatkan kembali hak-haknya. Sementara itu, angkatan perang Troya di bawah pimpinan Hektor berhasil memukul mundur pihak Akhaya sampai ke pantai (bukuparwa 12). Agamemnon belakangan mengakui kekalahannya dan pulang ke Yunani (bukuparwa 14). Amarah Akhiles sekali lagi mengubah peruntungan kedua belah pihak di medan perang ketika ia berusaha membalas dendam kematian Ptroklos di tangan Hektor. Rasa duka yang dalam membuat Akhiles menjambak rambutnya dan mengotori mukanya sendiri. Setelah Tetis datang untuk menghibur putranya itu, Akhiles berkata kepadanya:
 
<blockquote>
Baris 279 ⟶ 324:
 
[[File:Peter Paul Rubens - Achilles slays Hector.jpg|thumb|upright=1.15|''Akhiles Menewaskan Hektor'', karya [[Peter Paul Rubens]] (1630–1635).]]
 
=== Pengagungan perang ===
Sebagian besar isi Ilias mengulik perkara berhadapan dengan maut. Demi meraih ketenaran, para pejuang haruslah piawai membunuh. Meskipun demikian, adakalanya sang pujangga menyajikan segi-segi damai dari peperangan. Contoh pertamanya termaktub di dalam parwa ke-3, yakni tatkala Menelaus dan Paris bersepakat untuk bertarung satu lawan satu demi mengakhiri perang itu. Percakapan Menelaus dengan Paris ini memperlihatkan adanya hasrat yang sangat besar akan kedamaian di dalam sanubari kedua belah pihak. Masih di dalam parwa ke-3, urusan kedamaian sekali lagi mengemuka ketika para sesepuh mengutarakan kepada Priam bahwa sekalipun Helene itu cantik jelita, tetap saja perang adalah pengorbanan yang terlalu besar untuk dilakukan hanya demi mempertahankan satu orang. Bagian-bagian semacam ini menunjukkan sisi kemanusiaan dari peperangan. Di dalam parwa ke-6, kisah tentang kembalinya Hektor ke dalam kota demi menjenguk anak-istri merupakan bagian lain yang sangat menonjolkan kedamaian, karena dengan jelas diperlihatkan bahwa Hektor ternyata lebih dari sekadar seorang pejuang besar. Ia adalah seorang ayah yang menyayangi anaknya dan seorang suami yang mencintai istrinya. Kasih sayang yang mereka tunjukkan satu sama lain jauh bertolak belakang dengan adegan-adegan pertempuran yang mengerikan, sehingga menampakkan betapa besarnya arti kedamaian. Kisah-kisah damai yang terakhir dapat dijumpai di dalam parwa ke-23 dan ke-24. Yang pertama adalah kisah tentang lomba-lomba ketangkasan yang digelar untuk memeriahkan upacara pemakaman Patroklus. Lomba-lomba ketangkasan itu mengungkap perasaan bahagia, dukacita, maupun kegembiraan yang dapat saja muncul di tengah peperangan. Di dalam parwa ke-24, damai sekali lagi ditonjolkan ketika Akhiles dan Priam bersama-sama duduk bersantap sembari meratapi kepergian orang terkasih. Di dalam kisah perjumpaan ini, Akhiles dan Priam saling mengungkapkan rasa turut berbelasungkawa lalu menyepakati gencatan senjata selama 12 hari sehingga upacara pemakaman jenazah Hektor dapat dilangsungkan dengan khidmat.<ref>{{cite journal |first1=C. H. |last1=Moore |title=Prophecy in the Ancient Epic |journal=Harvard Studies in Classical Philology |date=1921 |volume=32 |pages=99–175 |doi=10.2307/310716|jstor=310716 }}</ref>
 
== Pertanggalan dan sejarah tekstual ==
Baris 296 ⟶ 344:
 
=== Sebagai tradisi tutur ===
Pada Abad Kuno, [[bangsa Yunani]] menjadikan ''Ilias'' dan ''Odiseia'' sebagai dasar-dasar [[pedagogi]]. Sastra merupakan unsur utama dari fungsi budaya-didik [[rhapsode|''rapsoidos'']] keliling (sahibul hikayat), yang menghasilkan wiracarita-wiracarita ''konsisten'' dari ingatan dan improvisasi, serta menyebarluaskannya lewat nyanyian dan tembang di persinggahan-persinggahan sepanjang pengembaraan maupun di ajang pesta krida [[Kejuaraan PanatinayaPanatenaya|PanatinayaPanatenaya]], yakni kejuaraan atletik, pentas musik, pergelaran seni bersyair, dan upacara persembahan korban yang diselenggarakan untuk memperingati hari jadi [[Athena (mitologi)|Dewi AtinaAtena]].<ref>''[[Columbia Encyclopedia|The Columbia Encyclopedia]]'' (edisi ke-5) (1994). hlm. 173.</ref>
 
Mula-mula para klasikawan menganggap ''Ilias'' maupun ''Odiseia'' sebagai syair-syair tertulis dan Homeros sebagai seorang penulis. Pada era 1920-an, [[Milman Parry]] (1902–1935) memprakarsai suatu gerakan yang membantah anggapan tersebut.<!-- His investigation of the oral Homeric style—"stock epithets" and "reiteration" (kata, frasa, bait)—established that these ''formulae'' were artifacts of [[tradisi tutur]] easily applied to a [[hexameter|hexametric]] line. A two-word stock epithet (e.g. "resourceful Odysseus") reiteration may complement a character name by filling a half-line, thus, freeing the poet to compose a half-line of "original" formulaic text to complete his meaning.<ref>Porter, John. ''The Iliad as Oral Formulaic Poetry'' (8 May 2006) University of Saskatchewan. Retrieved 26 November 2007.</ref> In [[Yugoslavia]], Parry and his assistant, [[Albert Lord]] (1912–1991), studied the oral-formulaic composition of [[Serbian language|Serbian]] oral poetry, yielding the [[Parry/Lord thesis]] that established [[oral tradition]] studies, later developed by [[Eric Havelock]], [[Marshall McLuhan]], [[Walter Ong]], and [[Gregory Nagy]].
Baris 302 ⟶ 350:
Dalam ''[[The Singer of Tales]]'' (1960), Lord presents likenesses between the tragedies of the Achaean [[Patroklos]], in the ''Iliad'', and of the [[Sumer]]ian [[Enkidu]], in the ''[[Epic of Gilgamesh]]'', and claims to refute, with "careful analysis of the repetition of thematic patterns", that the Patroklos storyline upsets Homer's established compositional formulae of "wrath, bride-stealing, and rescue"; thus, stock-phrase ''reiteration'' does not restrict his originality in fitting story to rhyme.<ref>Lord, Albert (1960). ''The Singer of Tales''. Cambridge: Harvard University Press. p. 190, 195.</ref> Likewise, James Armstrong (1958)<ref name=":5" /> reports that the poem's ''formulae'' yield richer meaning because the "arming motif" ''diction''—describing Achilles, Agamemnon, Paris, and Patroklos—serves to "heighten the importance of…an impressive moment," thus, "[reiteration] creates an atmosphere of smoothness," wherein, Homer distinguishes Patroklos from Achilles, and foreshadows the former's death with positive and negative turns of phrase.<ref>''Iliad'', Book XVI, 130–54</ref><ref name=":5">Armstrong, James I. (1958). "The Arming Motif in the Iliad." ''[[American Journal of Philology]]'' 79(4):337–54.</ref>
 
Di dalam ''Ilias'', ketidakkonsistenan sintaktis mungkin saja adalah suatu tradisi lisan. Sebagai contoh, Dewi Afroditi adalah "pecinta-tawa", kendati terluka parah diserang Diomedes (BukuParwa V, 375); and the divine representations may mix [[Mycenaean Greece|Mycenaean]] and [[Greek Dark Age]] (c. 1150–800 BC) mythologies, parallelling the hereditary ''basileis'' nobles (lower social rank rulers) with minor deities, such as [[Scamander]], et al.<ref>Toohey, Peter (1992). ''Reading Epic: An Introduction to the Ancient Narrative''. New Fetter Lane, London: Routledge.</ref>
 
=== Today ===
Baris 335 ⟶ 383:
Few modern (archeologically, historically and Homerically accurate) reconstructions of arms, armor and motifs as described by Homer exist. Some historical reconstructions have been done by Salimbeti et al.<ref>http://www.salimbeti.com/micenei/armour5.htm</ref>-->
 
=== Pengaruh terhadap cara-cara berperang Yunani klasik ===<!--
WhileMeskipun thebelum Homerictentu poemsmerupakan (particularly,karya thesastra ''Iliad'')yang werediluhurkan notbangsa necessarilyYunani reveredKuno, scripturehampir ofdapat thedipastikan ancientbahwa Greeks,syair-syair theyHomeros were(khususnya most''Ilias'') certainlydipandang seensebagai astuntunan guidesyang thatpenting werebagi importantpemahaman tointelektual thesemua intellectualanak understandingbangsa of any educatedYunani Greekyang citizenberpendidikan. ThisTerbukti isdari evidencedkenyataan bybahwa themenjelang factakhir thatabad inke-5 the late fifth century BCPramasehi, "itkemampuan wasmenyitir the sign of a man of standing to be able to recite theayat-ayat ''IliadIlias'' anddan ''OdysseyOdiseus'' bydi heartluar kepala merupakan salah satu ciri orang terpandang."<ref name=":6">Lendon, J.E. (2005). ''Soldiers and Ghosts: A History of Battle in Classical Antiquity''. New Haven, CT: Yale University Press.</ref>{{Rp|36}} MoreoverSelain itu, itboleh candikata bepeperangan arguedyang thatdigambarkan thedi warfare shown in thedalam ''IliadIlias'', andmaupun thecara waypenggambarannya, inmeninggalkan whichdampak ityang wasmendalam depicted,dan hadterlacak apada profoundcara-cara andberperang verybangsa traceableYunani effectpada on Greek warfare in generalumumnya. InPada particularkhususnya, the effect of epicdampak-dampak literaturedari cansastra bewiracarita brokendapat downdibedakan intomenjadi threetiga categorieskategori: [[Militarytaktik tacticsmiliter|tacticstaktik]], [[ideologyideologi]], and thedan [[mindsetpola pikir]] ofpara commanderspanglima. Supaya Indapat ordermemahami todampak-dampak discern these effectstersebut, itorang isperlu necessarymencermati tobeberapa takecontoh a look at a few examples from each ofdari thesetiap-tiap categorieskategori.
 
Sebagian besar pertarungan yang diuraikan secara terperinci di dalam ''Ilias'' adalah pertarungan tertata satu-lawan-satu yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pahlawan. Malah, seperti di dalam ''Odiseus'', ada rangkaian ritual khusus yang harus dilakukan di dalam tiap-tiap pertarungan tersebut. Sebagai contoh, jika seorang pahlawan besar berhadap-hadapan dengan seorang pahlawan kroco, maka pahlawan kroco diperkanalkan terlebih dahulu, dilanjutkan dengan saling melontarkan ancaman, dan diakhiri dengan ditewaskannya pahlawan kroco. Sering kali pemenang melucuti baju zirah dan perlengkapan ketentaraan dari jenazah lawan.<ref name=":6" />{{Rp|22–3}} Berikut ini adalah salah satu contoh uraian ritual tersebut dan pertarungan satu-lawan-satu di ''Ilias'':<blockquote>
Much of the detailed fighting in the ''Iliad'' is done by the heroes in an orderly, one-on-one fashion. Much like the ''Odyssey'', there is even a set ritual which must be observed in each of these conflicts. For example, a major hero may encounter a lesser hero from the opposing side, in which case the minor hero is introduced, threats may be exchanged, and then the minor hero is slain. The victor often strips the body of its armor and military accoutrements.<ref name=":6" />{{Rp|22–3}} Here is an example of this ritual and this type of one-on-one combat in the ''Iliad'':<blockquote>
Di sana Ayas anak Telamon memukul jatuh putra Antemion,<br />
There Telamonian Ajax struck down the son of Anthemion,
Simoeisios inmuda hisrupawan, stripling's beauty,pewaris whomrupa onceayu hisibunda<br mother/>
descendingterlahir fromdari kandungan Ida boredi besidetepian the banks ofsungai Simoeis<br />
tatkala ikut bapa dan biyung menggembalakan kawanan domba.
when she had followed her father and mother to tend the
 
sheepflocks.
ThereforeItulah theyasal called himnama Simoeisios; buttapi tiada hesudah coulddayanya<br not/>
membalas kasih orang tuanya; pendek umurnya mati tertikam<br />
render again the care of his dear parents; he was short-lived,
tembiang Ayas si tinggi hati, di puting dada sebelah kanan<br />
beaten down beneath the spear of high-hearted Ajax,
throughlembing theperunggu shoulderjitu menghujam, lolos menembus pundak yang kanan.<ref>Homer, ''Iliad'' 4.473–83 (Lattimore 2011).</ref>
who struck him as he first came forward beside the nipple
</blockquote><!--
of the right breast, and the bronze spearhead drove clean
through the shoulder.<ref>Homer, ''Iliad'' 4.473–83 (Lattimore 2011).</ref>
</blockquote>
 
The biggest issue in reconciling the connection between the epic fighting of the ''Iliad'' and later Greek warfare is the phalanx, or hoplite, warfare seen in Greek history well after Homer's ''Iliad''. While there are discussions of soldiers arrayed in semblances of the phalanx throughout the ''Iliad'', the focus of the poem on the heroic fighting, as mentioned above, would seem to contradict the tactics of the phalanx. However, the phalanx did have its heroic aspects. The masculine one-on-one fighting of epic is manifested in phalanx fighting on the emphasis of holding one's position in formation. This replaces the singular heroic competition found in the ''Iliad''.<ref name=":6" />{{Rp|51}}
Baris 362 ⟶ 408:
However, despite examples of disdain for this tactical trickery, there is reason to believe that the ''Iliad'', as well as later Greek warfare, endorsed tactical genius on the part of their commanders. For example, there are multiple passages in the ''Iliad'' with commanders such as Agamemnon or Nestor discussing the arraying of troops so as to gain an advantage. Indeed, the Trojan War is won by a notorious example of Achaean guile in the [[Trojan Horse]]. This is even later referred to by Homer in the ''Odyssey''. The connection, in this case, between guileful tactics of the Achaeans and the Trojans in the ''Iliad'' and those of the later Greeks is not a difficult one to find. Spartan commanders, often seen as the pinnacle of Greek military prowess, were known for their tactical trickery, and, for them, this was a feat to be desired in a commander. Indeed, this type of leadership was the standard advice of Greek tactical writers.<ref name=":6" />{{Rp|240}}
 
Ultimately, while Homeric (or epic) fighting is certainly not completely replicated in later Greek warfare, many of its ideals, tactics, and instruction are.<ref name=":6" />-->
 
Menurut Hans van Wees, argueskurun thatwaktu theyang periodberkaitan thatdengan theriwayat descriptionspeperangan oftersebut warfaredapat relateditentukan cansecara bespesifik, pinnedyaitu downpada fairlyparo specifically—topertama theabad first half of the 7th centuryke-7 BCPramasehi.<ref>Van Wees, Hans. ''Greek Warfare: Myth and Realities.'' phlm. 249.</ref>-->
 
== Pengaruh terhadap seni rupa dan budaya populer ==
Baris 382 ⟶ 428:
Menurut [[Sulaiman Albustani]], pujangga abad ke-19 yang pertama kali menerjemahkan ''Ilias'' ke dalam bahasa Arab, wiracarita ini mungkin sudah beredar luas dalam versi terjemahan [[Syriac language|Suryani]] dan [[Middle Persian|Pahlawi]] pada awal Abad Pertengahan. Sulaiman Albustani credits [[Theophilus of Edessa]] with the Syriac translation, which was supposedly (along with the Greek original) widely read or heard by the scholars of [[Baghdad]] in the prime of the [[Abbasid Caliphate]], although those scholars never took the effort to translate it to the official language of the empire; Arabic. The Iliad was also the first full epic poem to be translated to Arabic from a foreign language, upon the publication of Al-Boustani's complete work in 1904.<ref>{{Cite book|title=الإلياذة (Iliad)|last=Al-Boustani|first=Suleyman|publisher=Hindawi|year=2012|isbn=978-977-719-184-5|location=Cairo, Egypt|pages=26–27}}</ref>-->
 
=== KesenianDi bidang kesenian pada abad ke-20 ===
* [[Simone Weil]] menulis esai berjudul ''"[[The Iliad or the Poem of Force]]"'' pada tahun 1939, tak lama sesudah [[Perang Dunia II]] meletus. Esai ini menjabarkan betapa ''Ilias'' memperlihatkan bagaimana tindak kekerasan dilakukan seekstrem mungkin di dalam perang, merendahkan harkat korban maupun pelaku kekerasan ke taraf budak dan automaton yang tidak bernalar.<ref>{{cite book |author=Bruce B. Lawrence and Aisha Karim |title=On Violence: A Reader|year=2008 |page=377 |isbn=978-0-8223-3769-0 |publisher=Duke University Press}}</ref>
* ''[[The Golden Apple (teater musikal)|The Golden Apple]]'', [[teater musikal|teater musikal Broadway]] tahun 1954, karya penulis naskah [[John Treville Latouche]] dan komponis [[Jerome Moross]], adalah hasil adaptasi bebas wiracarita ''Ilias'' dan ''Odiseia'', dengan mengganti latar peristiwanya dengan negara bagian [[Washington]] di [[Amerika Serikat]] pada masa [[Perang Spanyol-Amerika]]. Babak pertama menampilkan adegan-adegan yang terinspirasi wiracarita ''Ilias'', sementara adegan-adegan yang terinspirasi wiracarita ''Odiseia'' ditampilkan pada babak ke-2.
Baris 391 ⟶ 437:
* [[Marion Zimmer Bradley]]'s 1987 novel ''[[The Firebrand (Bradley novel)|The Firebrand]]'' retells the story from the point of view of [[Kassandra|Kasandra]], Putri Troya sekaligus nabiah yang dikutuk [[Apollo|Dewa Apolon]].-->
 
=== BudayaDi ranah budaya populer dewasa ini ===
* ''[[Age of Bronze (komik)|Age of Bronze]]'', serial karya [[Eric Shanower]] yang diterbitkan [[Image Comics]] sejak tahun 1998, menceritakan kembali legenda Perang Troya.<ref>A Thousand Ships (2001, {{ISBN|1-58240-200-0}})</ref><ref>Sacrifice (2004, {{ISBN|1-58240-360-0}})</ref><ref>Betrayal, Part One (2008, {{ISBN|978-1-58240-845-3}})</ref>
* ''[[Ilium (novel)|Ilium]]'', novel fiksi ilmiah bertema kepahlawanan karangan [[Dan Simmons]] yang dirilis pada tahun 2003, mendapatkan penghargaan [[Locus Award]] untuk novel fiksi ilmiah terbaik tahun 2003.{{Citation needed|date=January 2017}}
Baris 398 ⟶ 444:
* ''Memorial'' (terbit tahun 2011), bunga rampai puisi [[Alice Oswald]] yang keenam,<ref name=oswaldmem2011>{{cite book |first=Alice |last=Oswald |title=Memorial: An Excavation of the Iliad |publisher=Faber & Faber |location=London |year=2011 |isbn=978-0-571-27416-1 |url=http://www.faber.co.uk/work/memorial/9780571274161/ |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20120606191424/http://faber.co.uk/work/memorial/9780571274161/ |archive-date=2012-06-06 }}</ref> didasarkan pada, tetapi keluar dari, bentuk [[puisi naratif|naratif]] ''Ilias'', agar lebih fokus kepada, dan dengan demikian mengenang kembali, tokoh-tokoh orang pribadi yang disebutkan namanya dan dikisahkan ajalnya di dalam ''Ilias''.<ref name=holland20111017>{{cite news |first=Tom |last=Holland |title=The Song of Achilles by Madeline Miller / Memorial by Alice Oswald. Surfing the rip tide of all things Homeric. |work=The New Statesman |url=http://www.newstatesman.com/books/2011/10/homer-achilles-iliad-miller-2 |publisher=New Statesman |location=London |date=17 October 2011 |access-date=1 Juni 2012}}</ref><ref name=kellaway20111002>{{cite news |first=Kate |last=Kellaway |title=Memorial by Alice Oswald – review |work=The Observer |url=https://www.theguardian.com/books/2011/oct/02/memorial-alice-oswald-review |publisher=Guardian News and Media Limited |location=London |date=2 October 2011 |access-date=1 Juni 2012}}</ref><ref name=higgins20111028>{{cite news |first=Charlotte |last=Higgins |title=The Song of Achilles by Madeline Miller, and more – review |work=The Guardian |url=https://www.theguardian.com/books/2011/oct/28/song-achilles-madeline-miller-iliad |publisher=Guardian News and Media Limited |location=London |date=28 October 2011 |access-date=1 Juni 2012}}</ref> Pada bulan Oktober 2011, ''Memorial'' masuk ke dalam daftar pendek calon pemenang penghargaan [[T. S. Eliot Prize]],<ref name=flood20111020>{{cite news |first=Alison |last=Flood |title=TS Eliot prize 2011 shortlist revealed |work=The Guardian |url=https://www.theguardian.com/books/2011/oct/20/ts-eliot-prize-2011-shortlist |publisher=Guardian News and Media Limited |location=London |date=20 October 2011 |access-date=1 Juni 2012}}</ref> tetapi Alice Oswald meminta bukunya dikeluarkan dari daftar tersebut pada bulan Desember 2011<ref name=Telegraph20111206>{{cite news |first=Florence |last=Waters |title=Poet withdraws from TS Eliot prize over sponsorship |url=https://www.telegraph.co.uk/culture/books/booknews/8938343/Poet-withdraws-from-TS-Eliot-prize-over-sponsorship.html |work=The Telegraph |publisher=Telegraph Media Group Limited |location=London |date=6 December 2011 |access-date=13 Februari 2012}}</ref><ref name=Guardian20111206>{{cite news |first=Alison |last=Flood |title=Alice Oswald withdraws from TS Eliot prize in protest at sponsor Aurum |url=https://www.theguardian.com/books/2011/dec/06/alice-oswald-withdraws-ts-eliot-prize |work=The Guardian |publisher=Guardian News and Media Limited |location=London |date=6 December 2011 |access-date=13 Februari 2012}}</ref> seraya menyuarakan keprihatinannya terhadap etika pihak sponsor penghargaan tersebut.<ref name=Guardian20111212>{{cite news |first=Alice |last=Oswald |title=Why I pulled out of the TS Eliot poetry prize |url=https://www.theguardian.com/commentisfree/2011/dec/12/ts-eliot-poetry-prize-pulled-out |work=The Guardian |publisher=Guardian News and Media Limited |location=London |date=12 December 2011 |access-date=13 Februari 2012}}</ref>
* ''The Rage of Achilles'', karya [[Terence Hawkins]], penulis Amerika dan pengasas Konferensi Penulis Yale, menceritakan kembali ''Iliad'' dalam bentuk novel dengan gaya bahasa modern dan kadang-kadang dengan bahasa grafis. Dengan pengetahuan tentang teori [[alam pikiran bikameral]] [[Julian Jaynes]] dan historisitas [[Perang Troya]], sang penulis menghadirkan tokoh-tokoh ''Ilias'' di dalam novelnya sebagai manusia-manusia sejati, dan penampakan-penampakan dewa-dewi hanyalah halusinasi mereka atau suara-suara perintah pada masa-masa peralihan yang mendadak dan menyakitkan menuju kesadaran modern.{{Citation needed|date=January 2017}}
 
=== Di bidang ilmu pengetahuan ===
* Psikiater [[Jonathan Shay]] menulis dua buku, yaitu ''Achilles in Vietnam: Combat Trauma and the Undoing of Character'' (1994)<ref>[[Jonathan Shay|Shay, Jonathan]]. ''Achilles in Vietnam: Combat trauma and the undoing of character''. Scribner, 1994. {{ISBN|978-0-684-81321-9}}</ref> dan ''Odysseus in America: Combat Trauma and the Trials of Homecoming'' (2002),<ref>Shay, Jonathan. ''Odysseus in America: Combat Trauma and the Trials of Homecoming''. New York: Scribner, 2002. {{ISBN|978-0-7432-1157-4}}</ref> yang menghubungkan ''Ilias'' dan ''Odiseya'' dengan [[gangguan stres pascatrauma]] dan [[luka moral]] yang didapati di dalam riwayat-riwayat rehabilitasi pasien-pasien veteran yang pernah terjun langsung ke medan tempur.
 
== Naskah-naskah ==
Baris 425 ⟶ 474:
{{refbegin|}}
* {{cite book|author-link=Milan Budimir|first=Milan|last=Budimir|year=1940|title=On the Iliad and Its Poet}}
* {{cite book|last=Herodotus|author-link=Herodotus|title=The Histories|url=https://archive.org/details/penguindictionar0000unse_j7p2|editor1-last=Burn|editor1-first=A. R.|editor2-last=de Sélincourt|editor2-first=Aubrey|publisher=Penguin Books|location=London|year=1975|orig-year=first published 1954|isbn=0-14-051260-8}}
* {{Citation|last=Lattimore|first=Richmond, trans.|title=The Iliad by Homer|year=1951|place=Chicago|publisher=University of Chicago Press}}
*{{cite book|last=Mueller|first=Martin|title=The Iliad|url=https://archive.org/details/iliad0000muel|location=London|publisher=Allen & Unwin|year=1984|isbn=0-04-800027-2|url-access=registration}}
* {{cite book|author-link=Gregory Nagy|last=Nagy|first=Gregory|title=The Best of the Achaeans|url=http://www.press.jhu.edu/books/nagy/BofATL/toc.html|location=Baltimore|publisher=The Johns Hopkins University Press|year=1979|isbn=0-8018-2388-9|access-date=2021-05-23|archive-date=2015-02-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20150217125451/http://www.press.jhu.edu/books/nagy/BofATL/toc.html|dead-url=yes}}
* {{cite book|author-link=Barry B. Powell|last=Powell|first=Barry B.|title=Homer|url=https://archive.org/details/homer00powe|url-access=registration|location=Malden, Mass.|publisher=Blackwell|year=2004|isbn=978-1-4051-5325-6}}
* {{cite book|author-link=Richard Seaford|author=Seaford, Richard|title=Reciprocity and Ritual|url=https://archive.org/details/reciprocityritua0000seaf_r6j5|location=Oxford|publisher=Oxford University Press|year=1994|isbn=0-19-815036-9}}
* {{cite book|author-link=Martin Litchfield West|author=West, Martin|title=The East Face of Helicon|location=Oxford|publisher=Oxford University Press|year=1997|isbn=0-19-815221-3|url=https://books.google.com/books?id=fIp0RYIjazQC}}
* {{cite book|author-link=Robin Lane Fox|last=Fox|first=Robin Lane|title=Travelling Heroes: Greeks and their myths in the epic age of Homer|url=https://archive.org/details/travellingheroes0000lane|publisher=Allen Lane|year=2008|isbn=978-0-7139-9980-8}}