Imam Samudera: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 37:
Masa kecilnya dilalui dengan hidup sederhana. Keluarganya adalah orang taat beragama. Sang ibu adalah perias [[pernikahan|pengantin]] yang kadang-kadang berjualan [[kue]] jika sedang sepi order atau menjahit [[baju muslim]] serta membuka [[warung]] [[kelontong]] di rumahnya. Aziz tumbuh sebagai anak yang super bergaul dan banyak teman. Ketika diasuh kakaknya, Aziz kecil bukan anak yang pemberani alias sangat cengeng. Dia gampang sekali menangis dan akan susah dihentikan meski dia sudah digendong. Kakaknya, Ny Aliyah, menuturkan, meski hidup dalam kesederhanaan, Aziz berotak encer. Di kalangan teman sekampungnya, dia dikenal sebagai anak pintar. Sekolahnya selalu peringkat satu. Dia menonjol dalam pelajaran [[Ilmu Pengetahuan Alam|IPA]] dan [[Kerajinan Tangan]]. Tapi, Aziz tidak terlalu pintar dalam pelajaran [[Matematika]]. Menurut Lulu Jamaludin, adik Aziz ke-10, Aziz tidak pernah berkelahi dan tidak suka kekerasan.
 
=== Berperang di Afganistan ===
Setelah lulus dari [[Madrasah Aliyah Negeri]], dengan uang dari hasil menjual perhiasan ibunya tahun [[1990]] Aziz pergi ke [[Malaysia]] untuk transit menuju [[Pakistan]] dengan tujuan akhir [[Afganistan]]. Di sana dia mengikuti kegiatan bersama tim yang beranggota tujuh orang. "Kegiatannya untuk melawan pasukan asing," tutur [[Kapolri]] [[Da'i Bachtiar]] (waktu itu) dalam jumpa [[pers]]. Di Afganistan Aziz sempat tinggal selama 2,5 tahun. Lalu diperkirakan pada [[1992]] dia kembali ke Malaysia dan bermukim selama 6,5 tahun di [[Johor]]. Kontak hubungan dengan keluarga sempat terputus beberapa tahun. Tapi, pada tahun [[1998]] keluarga Aziz kemudian sempat mengenalinya kembali. Pada saat itu Aziz menjalani bisnis jual-beli [[kurma]]. Aziz berdagang dengan memasok dua kontainer kurma via [[Jakarta]] kemudian diedarkan kepada pedagang di beberapa kota, termasuk dipasarkan ke Serang. Kiprah pedagang kurma itu, namanya tiba-tiba melambung tinggi ketika terjadi banyak peristiwa pengeboman.