Indianisasi Asia Tenggara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pembatalan
 
(29 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[File:Vo_Canh_stele.JPG|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Vo_Canh_stele.JPG|jmpl|333x333px|[[Prasasti Vo Canh|Prasasti Võ Cạnh]] adalah [[prasasti]] tertua yang pernah ditemukan di Asia Tenggara. Prasasti ini ditemukan di desa Võ Cạnh dekat kota [[Nha Trang]], [[Provinsi Khanh Hoa]], Vietnam. Replikanya ada di [[Museum Khanh Hoa]]. ]]
Sejak'''Indianisasi abadAsia 1Tenggara''' Masehi,adalah proses penyebaran [[Budayabudaya India|budaya india]] mulai menyebar di wilayah [[Asia Tenggara]] danyang sebagaitelah dampaknya.dimulai Penyebaransejak iniabad dikenalke-1 dengan istilah '[[IndianisasiMasehi]]' .<ref name="acharya">{{citation|date=2008|last1=Acharya|first1=Amitav|title=The "Indianization of Southeast Asia" Revisited: Initiative, Adaptation and Transformation in Classical Civilizations|url=https://is.cuni.cz/studium/predmety/index.php?do=download&did=120964&kod=AEIN100030|archive-url=https://web.archive.org/web/20211124033555/http://www.amitavacharya.com/sites/default/files/Indianisation%20of%20Southeast%20Asia%20Revisited.pdf|archive-date=24 November 2021|via=[[Univerzita Karlova]]}}</ref> Istilah ini pertama kali digunakan oleh seorang Arkeologisarkeolog dariPrancis Prancis,bernama [[George Cœdès|George Coedes]] dalam bukunya, yang berjudul ''Histoire ancienne des états hindouisés d'Extrême-Orient.'' Dia mengartikan istilah indianisasi sebagai ekspansi dari sebuah budaya yang terorganisir yang berdasarkan berdasar darikepada sistem kerajaan yang ada di India dengan ciri-ciri pengaruh [[Agama Hindu|Hinduisme]], [[Buddhisme]], negara-negara hasil indianisasi aliran Asia tenggara, mitologi dalam [[Purana]] serta [[Dharmasastra]] yang menyebar dalam [[Bahasa Sanskerta|bahasa sanskerta]].<ref>{{Cite book|last=Coedes|first=George|date=1975|url=https://openresearch-repository.anu.edu.au/bitstream/1885/115019/2/b11055005.pdf|title=The Indianized States of Southeast Asia|location=Canberra|publisher=Australian National University Press|isbn=0708101402|editor-last=Vella|editor-first=Walter R|pages=15-16|language=en|translator-last=Cowing|translator-first=Susan Brown|url-status=live}}</ref> Fenomena ini pun menyebabkan [[sanskritisasi]] di Asia tenggara,<ref name=":0">{{Cite journal|last=Mabbett|first=I. W.|date=1977|title=The 'Indianization' of Southeast Asia: Reflections on the Historical Sources|url=https://www.jstor.org/stable/20070221|journal=Journal of Southeast Asian Studies|volume=8|issue=2|pages=143–161|issn=0022-4634|jstor=20070221}}</ref> kemunculan kerajaan dengan corak indiaIndia, {{Sfn|Coedes|George|p=xvii}} penyebaran agama Hindu<ref>{{Cite web|title=Hinduism in Bali|url=http://sea-indianisation-museum.weebly.com/hinduism-in-bali.html|website=Indianisation in SEA|access-date=26 Agustus 2022}}</ref> dan perdagangan [[sutra]].<ref>{{Cite journal|last=Bellina|first=Bérénice|last2=Favereau|first2=Aude|last3=Dussubieux|first3=Laure|date=2019|title=Southeast Asian early Maritime Silk Road trading polities’ hinterland and the sea-nomads of the Isthmus of Kra|url=https://www.academia.edu/1644601/_Indianization_from_the_Indian_Point_of_View_Trade_and_Cultural_Contacts_with_Southeast_Asia_in_the_Early_First_Millennium_C_E|journal=Journal of Anthropological Archaeology|language=en|volume=54|pages=102–120|doi=10.1016/j.jaa.2019.02.005|issn=0278-4165}}</ref>
 
Karena Indianisasi, diduga bahwa [[honorifik India]] juga diserap di wilayah Asia Tenggara dalam penggunaan kata b/vraḥ dalam [[bahasa Khmer tua]] yang merupakan turunan dari kata ''brā́hmaṇa''{{Sanskerta|ब्राह्मण}} sebagai honorifik untuk dewa atau anggota kerajaan.<ref>{{Cite journal|last=Pain|first=Frédéric|date=2019|title=“Brāhmaṇa” as an honorific in “Indianized” mainland Southeast Asia: a linguistic approach|url=https://www.cambridge.org/core/journals/bulletin-of-the-school-of-oriental-and-african-studies/article/abs/brahmana-as-an-honorific-in-indianized-mainland-southeast-asia-a-linguistic-approach/AB6E9B943DF45C915C67BABE29829954|journal=Bulletin of the School of Oriental and African Studies|language=en|volume=82|issue=1|pages=111–141|doi=10.1017/S0041977X19000284|issn=0041-977X}}</ref> Penggunaan honorifik India lain juga ditemukan di [[kerajaan Funan]] dalam bentuk penambahan kata ''-varman'' sebagai bagian dari nama raja yang berkuasa. <ref>{{Cite book|last=Hall|first=Kenneth R.|date=1985|url=https://www.jstor.org/stable/j.ctv9zckps.10|title=The “Indianization” of Funan, Southeast Asia’s First State|publisher=University of Hawai'i Press|isbn=978-0-8248-0843-3|pages=52–84|doi=10.2307/j.ctv9zckps.10}}</ref>
 
== Penyebaran indianisasi ==
Ada beragam teori tentang bagaimana Indianisasiindianisasi menyebar di Asia Tenggara yang semua pendapat terbagi dalam pembagian [[kasta]] yang menjadi penyebar utama dari Bahasabahasa dan budaya India ke Asia Tenggara.{{butuh rujukan}}
 
=== Teori pedagang dari kasta waisya ===
Pada studi kasus di Negaranegara Indonesia, teori pertama berfokus pada kemungkinan Indianisasiindianisasi dibawa oleh kasta [[waisya]] sebagai pedagang. Postulat ini menekankan bahwa para pedagang menggunakan cara ''pénétration pacifique'' atau menggunakan penetrasi damai.<ref>{{Cite book|last=Lukas|first=Helmut|date=2004|url=https://doi.org/10.1553/soawp1|title=Theories of Indianization Exemplified by Selected Case Studies|location=Wien|publisher=Verlag der Österreichischen Akademie der Wissenschaften|pages=1|doi=10.1553/soawp1}}</ref> Penetrasi damai adalah masuknya kebudayaan kepada suatu wilayah yang tidak menghasilkan konflik sehingga tidak menghapus budaya satu sama lain dan bertujuan memperkaya keberagaman budaya wilayah tersebut.<ref>{{Cite book|last=Sriyana|first=|date=2020|url=https://books.google.co.id/books?id=W9UHEAAAQBAJ&pg=PA231&dq=p%C3%A9n%C3%A9tration+pacifique+damai&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjL3YTNhef5AhUjUGwGHVhOBNAQ6AF6BAgGEAI#v=onepage&q=p%C3%A9n%C3%A9tration%20pacifique%20damai&f=false|title=Antropologi Sosial Budaya|location=Klaten|publisher=Lakeisha|isbn=978-623-6573-69-3|pages=231|language=id|url-status=live}}</ref>
 
Para pedagang ini datang ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia karena reputasi daerah ini sebagai Daratan Emas atau juga dikenal sebagai ''Subarnavumi'' yang mampu membuat mereka bisa kaya tujuh turunan.<ref>{{Cite journal|last=Sharmin|first=Akhtar|last2=Khondaker|first2=M. Shahidul Islam|date=2021|title=Mapping Bengal&#39;s factors and Indianization of Southeast Asia|url=https://www.academia.edu/45186521/Mapping_Bengals_factors_and_Indianization_of_Southeast_Asia|journal=Journal of Arts &amp; Humanities|volume=10|issue=1|pages=19-30|doi=10.18533/jah.v10i01.2029}}</ref> Mereka menikah dengah dengan wanita setempat dan membangun lokasi perdagangan.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Mishra|first=Patit Paban|date=1997|title=Critique od Indianization Theory|url=https://www.jstor.org/stable/44144025|journal=Proceedings of the Indian History Congress|volume=58|pages=799–807|issn=2249-1937}}</ref> Menurut [[Nicolaas Johannes Krom]], para pedagang ini memamerkan [[artefak]] serta pencapaian kebudayaan untuk bisa masuk dan menyatu dengan para elit di wilayah tersebut sehingga mampu membuat budaya mereka masuk ke wilayah ini.<ref name=":0" /> Selain Krom, Coedes yang juga merupakan pendukung teori ini, dia berkata bahwa para pedagang yang menikah dengan keluagrakeluarga setempat ini menjadi pemimpin populasi setempat, lalu menjadi raja dengan nuansa India. Lalu, dengan berkuasanya para pemimpin ini, para brahmana pun datang ke daerah tersebut untuk dipekerjakan dalam menggabungkan kepercayaan setempat dengan Agamaagama Hindu dan juga menciptakan sebuah kepercayaan bahwa para penguasa tersebut merupakan [[Awatara]].<ref name=":1" /> Namun, teori ini memiliki beberapa kritik:<ref name=":1" />
 
Namun, teori memiliki beberapa kritik: <ref name=":1" />
 
# Para pedagang tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menyebarkan [[budaya tinggi]] ataupun melakukan kontak dengan para bangsawan.
# Mereka hanya fasih dalam berkomunikasi dengan bahasa [[vernakular]], bukan bahasa sanskerta yang menjadi bahasa yang digunakan dalam pengajaran Bahasaagama Hindu.
# Ciri [[Skolastisisme|skolastik]] terhadap Budayabudaya India dipelajardipelajari secara independen dan tidak dibawa oleh Bangsabangsa India.
# Bila para pedagang memiliki peran besar dalam penyebaran ini, maka seharusnya pusat awal peradaban India ditemukaditemukan di wilayah pesisir, sedangkan penemuan-penumanpenemuan ini ditemukan di bagian dalam Pulau Jawa dan lagipula tempat tinggal para bangsawan tidak berada di wilayah pesisir.
# Kontak perdagangan tidak akan cukup untuk melakukan perpindahan peradaban.
Salah satu orang yang tidak setuju dengan teori ini adalah J. C. van Leur. Leur berpendapat bahwa ada perbedaan signifikan antara penyebaran agama Hindu dan agama Islam. Penyebaran [[Islam|Agama Islam]] melalui pedagang karena tiap penyebar tidak memiliki eksklusivitas karena setiap individu pemeluk merupakan penyebar dari agama tersebut. Kondisi berbeda dengan agama Hindu yang memiliki ekslusivisitas pemilik kharisma magis yang dibatasi oleh pembagian kasta. Lagipula, para pedagang tidak memiliki misi ekspansi [[soteriologi]] dan [[nubuat]] pada masa tersebut sehingga posisi pedagang sebagai penyebar agama tidak dapat diterima dan hanya dilaksanakan oleh kasta Brahmana.<ref>{{Cite book|last=Leur|first=J. C. van|date=1955|url=https://books.google.co.id/books/about/Indonesian_Trade_and_Society.html?id=06OrzQEACAAJ&redir_esc=y|title=Indonesian Trade and Society: Essays in Asian Social and Economic History|publisher=Hoeve|edition=2|pages=114-116|language=en|chapter=On Early Asia Trade|url-status=live}}</ref>
 
Meskipun teori ini memiliki beberapa kritik, namun teori ini tidak sepenuhnya salah. Kasta Brahmana tidak hanya melakukan pekerjaan sebagai pendeta, tetapi juga bisa melakukan pekerjaan sampingan seperti berdagang. Begitu juga dengan kasta [[kesatria]] yang tidak hanya melakukan pekerjaan sebagai prajurit karena banyak contoh raja dan pangeran yang mahir dalam sastra sehingga untuk menihilkan kemampuan pedagang dalam menggunakan bahasa sanskerta tidak bisa sepenuhnya benar. Terkait asumsi karakter skolastik, asumsi ini juga tidak dapat diterima baik bagi orang India yang datang ke Asia Tenggara ataupun orang Asia Tenggara yang menerima pengajaran dari orang India.<ref name=":1" />
== Daftar pustaka ==
<references />
 
Tidak hanya wilayah bagian dalam saja yang mengalami pengaruh India. Pada beberapa lokasi yang merupakan pelabuhan seperti [[Óc Eo|Oc eo]], [[Kota Palembang]], [[Provinsi Trang]] dan [[Kedah]] yang merupakan pelabuhan, lokasi ini juga ditemukan bukti pengaruh India. Lagipula, tempat-tempat ini bukan hanya sebagai lokasi perdagangan, tetapi juga lokasi terjadinya pertukaran budaya. Bila budaya India datang dari agama Hindu, penghilangan hambatan kasta dan [[Kala Pani]] ( tindakan menyeberang lautan yang menurunkan karma) pada agama Hindu meningkatkan kedatangan pelaut yang meyakini agama ini. Maka dari itu, kemungkinan indianisasi dari jalur perdagangan masih bisa terjadi.<ref name=":1" />
 
=== Teori prajurit dari kasta Kesatria ===
Teori ini memperkirakan bahwa indianisasi terjadi karena pengaruh yang disebabkan oleh para prajurit atau penakluk dari India yang berasal dari kasta kesatria. Mereka pindah dalam jumlah yang besar ke Asia Tenggara dan membuat koloni-koloni di wilayah tersebut. Mereka pun menikah dengan keluarga penguasa setempat dan selanjutnya mempekerjakan para brahmana untuk memperkuat kuasa politiknya.<ref name=":1" />
 
Salah satu teori migrasi besar-besar ini terjadi akibat kondisi politik yang tidak stabil akibat tekanan yang terjadi saat [[Kekaisaran Kushan|invasi oleh Kushan]] pada abad ke satu [[Anno Domini|A.D]], yaitu saat [[Yuezhi]] yang telah menguasai [[Baktria]] memperluas wilayah kekuasaannya. [[Kanishka]] yang saat itu menjadi Kaisar memperluas kekuasaanya di India dari ibukota negaranya, yaitu [[Peshawar]] dengan berhasil menguasai wilayah bagian utara India, yaitu [[Punjab (provinsi)|Punjab]], [[Gujarat]] hingga [[Dataran Rendah Indo-Gangga|Daratan Gangga]]. Selain Yuezhi, penaklukan [[Kalingga (India)|Kalingga]] yang dilakukan oleh [[Asoka]] yang merupakan Kaisar dari [[Kekaisaran Maurya]] pada abad ke-3 ini juga diduga menjadi penyebab migrasi besar-besaran yang terjadi<ref>{{Cite book|last=Hall|first=D. G. E. (Daniel George Edward)|date=1968|url=http://archive.org/details/historyofsouthea00hall|title=A history of South-east Asia|location=London, Melbourne|publisher=Macmillan|pages=17|url-status=live}}</ref> Selain invasi, migrasi ini juga diperkirakan terjadi karena tujuan perdagangan karena para para kesatria ini ingin mencari uang di negeri seberang.{{Sfn|Coedes|1975|p=19}}
 
Salah satu pendukung dan pencetus teori ini adalah [[Cornelis Christiaan Berg]].<ref name=":2">{{Cite news|last=Subroto|first=Lukman Hadi|date=7 Februari 2022|editor-last=Ningsih|editor-first=Widya Lestari|title=Kelebihan dan Kelemahan Teori Ksatria|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/07/130000879/kelebihan-dan-kelemahan-teori-ksatria|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=29 Agustus 2022}}</ref> Berg berhipotesis bahwa para kesatria ini melakukan peran sebagai [[baron perampok]] untuk wilayah setempat dan menciptakan lingkungan yang terdiri dari masyarakat darah campuran.<ref name=":1" /> Kepala suku wilayah tersebut juga mengundang para kesatria untuk menyelesaikan masalah mereka dengan memberikan janji hadiah yang dengan jumlah yang besar.<ref name=":2" /> Hipotesis Berg didasarkan pada cerita-cerita rakyat yang berkembang di Indonesia terkait raja asing, seperti [[Cerita Panji|cerita panji]] yang berkaitan dengan cerita kolonisasi awal Agama Hindu.<ref>{{Cite journal|last=Bosch|first=F. D. K.|date=1956-01-01|title=C.C. Berg and ancient Javanese history|url=https://brill.com/view/journals/bki/112/1/article-p1_1.xml|journal=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia|language=en|volume=112|issue=1|pages=1–24|doi=10.1163/22134379-90002329|issn=0006-2294}}</ref> Kisah cerita terkait Raja Asing atau yang juga dikenal dengan istilah raja sabrang dan kalana ini dapat dilihat dalam legenda [[Aji Saka]].<ref>{{Cite journal|last=Jordaan|first=Roy E.|date=2006|title=Why the Śailendras were not a Javanese dynasty|url=https://doi.org/10.1080/13639810600650711|journal=Indonesia and the Malay World|volume=34|issue=98|pages=3–22|doi=10.1080/13639810600650711|issn=1363-9811}}</ref>
 
Selain Berg, Majumdar menjadi pendukung keras hipotesis ini. Majumdar berpendapat cukup keras dengan berpendapat bahwa percampuran budaya terjadi melalui perdagangan dan berlanjut menjadi kolonisasi. Kolonis Hindui ini pun membawa budaya dan peradaban mereka ke orang-orang yang dijajah dan membawa mereka keluar dari [[barbarisme]].<ref name="acharya" /> Pendapatnya itu pun dipertegas dengan menyatakan bahwa dia mengacu kisah [[Jataka]], [[Kathasaritsagara]] dan cerita lainnya sering menceritakan bahwa para-para pangeran dari kasta kesatria ini mengunjungi ''Subarnavumi'' yang diduga adalah Asia Tenggara. Setelah kunjungan ini, kemungkinan para pangeran mempengaruhi kerajaan-kerajaan di wilayah ini. Menurutnya, hal ini dibuktikan dengan banyaknya para raja yang memiliki nuansa nama India sehingga dia menyimpulkan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan koloni India. Kerajaan-kerajaan ini dapat ditemukan di [[Semenanjung Malaka]], Kamboja, Vietnam dan pulau-pulau [[Sumatra]], [[Jawa]], [[Bali]] dan [[Kalimantan]]. Budaya Hindu pun menjadi ciri dominan dari kerajaan ini, bahkan masa kekuasaanya melebihi kerajaan-kerajaan Hindu yang ada di India.<ref>{{Cite book|last=Majumdar|first=Ramesh Chandra|last2=Raychaudhuri|first2=Hemchandra|last3=Datta|first3=Kalikinkar|date=1948|url=https://books.google.com/books?id=xGgucgAACAAJ&dq=An+Advanced+History+Of+India&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiNxZyGv-z5AhW5UGwGHakFA1oQ6AF6BAgJEAE|title=An Advanced History of India|location=https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.279506/page/n215/mode/2up?q=kshatriya|publisher=Macmillan|isbn=978-81-7023-145-5|pages=2006|language=en|url-status=live}}</ref>
 
Sama seperti Teori Waisya, Teori Ksatria pun memiliki beberapa kelemahan:<ref>{{Cite web|last=Restu|date=18 November 2021|title=Pengertian Teori Kesatria & Penemu Teori Kesatria|url=https://www.gramedia.com/literasi/teori-kesatria/|website=Gramedia Literasi|language=id-ID|access-date=29 Agustus 2022}}</ref>
 
# Tidak adanya bukti arkeologis seperti prasasti yang memberikan bukti terjadinya ekspansi para Kesatria ke Asia tenggara, apalagi ketika suatu negara menaklukkan wilayah, maka mereka akan meninggalkan prasasti.
# Tidak adanya literatur yang mencatat kedatangan para ksatria untuk menginvasi.
# Para ksatria tidak bisa berbahasa sanskerta dan [[Aksara Pallawa|aksara pallawa]], sedangkan di Indonesia, kerajaan-kerajaan ini hanya menggunakan bahasa dan aksara tersebut.
Ada dua peneliti yang menolak teori Kesatria, yaitu [[Frederik David Kan Bosch]] dan Krom.<ref>{{Cite news|last=Maarif|first=Syamsul Dwi|date=1 Februari 2022|editor-last=Aditama|editor-first=Oryza|title=Penjelasan Teori Ksatria: Sejarah dan Tokoh Pencetusnya|url=https://tirto.id/penjelasan-teori-ksatria-sejarah-dan-tokoh-pencetusnya-goqe|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=29 Agustus 2022}}</ref> Menurut Bosch, bila para kesatria ini melakukan pernikahan dengawan wanita setempat, maka tidak logis bila ciri khas dari Bangsa Dravida, yaitu [[dolikosefalik]], warna kulit hitam, keriting dan ikal yang menjadi bangsa mayoritas orang yang datang hilang dan tidak dapat ditemukan di Jawa dan Bali yang menjadi lokasi kerajaan Hindu-Budha berkuasa. Selain itu, para kesatria ini kemungkinan tidak bisa berbahasa sanskerta yang merupakan bahasa ilmiah dan bahasa religi. Bahasa-bahasa yang diserap ke dalam [[Bahasa Jawa]], [[Bahasa Bali]] dan [[Bahasa Melayu]] pun menunjukkan serapan dari bentuk murni sanskerta dan tidak menunjukkan adanya bahasa serapan dari [[Bahasa Prakerta]] dan [[Bahasa Tamil]] yang menjadi bahasa yang mereka gunakan.<ref>{{Cite book|last=Bosch|first=F. D. K.|date=1961|url=https://link.springer.com/book/10.1007/978-94-017-6006-5|title=Selected Studies in Indonesian Archaeology|publisher=Springer-Science+Business Media, B.V|isbn=978-94-017-6006-5|pages=8-9|language=en|doi=10.1007/978-94-017-6006-5|url-status=live}}</ref>
 
== Daftar pustaka ==
{{Reflist|2}}{{Agama di Indonesia}}
[[Kategori:Sejarah Asia Tenggara]]