Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrangKalideres (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 23573118 oleh Yaumilmahpud (bicara)
Tag: Pembatalan halaman dengan galat kutipan
Ahmed Fikrie (bicara | kontrib)
k Melengkapi informasi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(113 revisi perantara oleh 50 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pp-semi-indeftemplate|small=yes}}
{{Indonesia infobox}}
'''Indonesia''' ({{IPA-id|in.ˈdo.nɛ.sja}}), dikenal dengan nama resmi '''Republik Indonesia''',{{efn|name=fn1|Republik atauIndonesia lebihadalah lengkapnyanama '''resmi yang paling sering digunakan, meskipun nama [[Sejarah nama Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia''',]] (NKRI) juga tampil dalam beberapa dokumen resmi.}} adalah sebuah [[negara kepulauan]] di [[Asia Tenggara]] yang dilintasi garis [[khatulistiwa]] dan berada di antara daratan benua [[Asia]] dan [[Oseania]], sehingga dikenal sebagai [[negara lintas benua]], serta antara [[Samudra Pasifik]] dan [[Samudra Hindia]].
 
Indonesia merupakan [[daftar negara menurut luas wilayah|negara terluas ke-14]] sekaligus [[daftar negara kepulauan|negara kepulauan terbesar di dunia]] dengan luas wilayah sebesar 1.904.570569&nbsp;km²,<ref>{{Cite web|first=United Nations - Department of Economic and Social Affairs|title=Demographic Yearbook 72nd Issue|url=https://unstats.un.org/unsd/demographic-social/products/dyb/dybsets/2021.pdf|website=United Nations - Department of Economic and Social Affairs|access-date=30 Januari 2023|archive-date=2023-01-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20230130110720/https://unstats.un.org/unsd/demographic-social/products/dyb/dybsets/2021.pdf|dead-url=no}}</ref> serta negara dengan pulau terbanyak ke-6 di dunia, dengan jumlah 17.504 pulau.<ref>{{cite web|date=5 Oktober 2020|title=Which Countries Have The Most Islands?|url=https://www.worldatlas.com/articles/which-countries-have-the-most-islands.html|website=World Atlas|language=en-US|access-date=23 April 2022|archive-date=2022-01-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20220124203917/https://www.worldatlas.com/articles/which-countries-have-the-most-islands.html|dead-url=no}}</ref> Nama alternatif yang dipakai untuk kepulauan Indonesia disebut [[Nusantara]].<ref name="Kroef">{{cite journal|author=Justus M. van der Kroef|date=1951|title=The Term Indonesia: Its Origin and Usage|url=http://links.jstor.org/sici?sici=0003-0279%28195107%2F09%2971%3A3%3C166%3ATTIIOA%3E2.0.CO%3B2-5|dead-url=no|journal=Journal of the American Oriental Society|volume=71|issue=3|pages=166–171|doi=10.2307/595186|archive-url=https://web.archive.org/web/20200410201834/http://links.jstor.org/sici?sici=0003-0279%28195107%2F09%2971%3A3%3C166%3ATTIIOA%3E2.0.CO%3B2-5|archive-date=10 April 2020|access-date=2 Agustus 2008}}</ref> Selain itu, Indonesia juga menjadi [[daftar negara menurut jumlah penduduk|negara berpenduduk terbanyak ke-4 di dunia]] dengan penduduk mencapai 277,.749,.853 jiwa pada tahun 2022,<ref>{{cite web|url=https://dukcapil.kemendagri.go.id/page/read/7/data-kependudukan|publisher=[[Ministry of Home Affairs (Indonesia)]]|title=Indonesian Population 2022|access-date=12 April 2023|archive-date=2022-10-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20221013070650/https://dukcapil.kemendagri.go.id/page/read/7/data-kependudukan|dead-url=yes}}</ref> serta negara dengan penduduk beragama [[Islam]] [[Islam menurut negara|terbanyak kedua di dunia]] setelah Pakistan, dengan penganut lebih dari 238,.875,.159 jiwa atau sekitar 86,9%.<ref name="SP2010">{{cite web|url=http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321&wid=0|title=Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut|date=15 Mei 2010|publisher=[[Badan Pusat Statistik]]|location=Jakarta|access-date=28 Februari 2019|archive-date=3 Desember 2017|archive-url=https://web.archive.org/web/20171203121120/http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321&wid=0|dead-url=no}}</ref>{{sfn|Ricklefs|2001|p=379}} Indonesia adalah negara multiras, multietnis, dan multikultural di dunia, seperti halnya [[Amerika Serikat]].<ref name=":7">{{cite web|title=Portal Jurnal Elektronik Universitas Negeri Malang|url=http://journal.um.ac.id/home/|access-date=27 Februari 2022|archive-date=2022-03-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20220301002559/http://journal.um.ac.id/home/|dead-url=no}}</ref>
 
Indonesia berbatasan dengan sejumlah negara di Asia Tenggara dan [[Oseania]]. Indonesia berbatasan di wilayah darat dengan [[Malaysia]] di [[Kalimantan|Pulau Kalimantan]] dan [[Pulau Sebatik|Sebatik]], dengan [[Papua Nugini]] di [[Pulau Papua]], dan dengan [[Timor Leste]] di [[Pulau Timor]]. Negara yang hanya berbatasan laut dengan Indonesia adalah [[Singapura]], [[Filipina]], [[Australia]], [[Thailand]], [[Vietnam]], [[Palau]], dan [[wilayah persatuan]] [[Kepulauan Andaman dan Nikobar]], [[India]].
 
Indonesia adalah [[negara kesatuan]] dengan bentuk pemerintahan republik berdasarkan konstitusi yang sah, yaitu [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945]] (UUD 1945).<ref>[https://web.archive.org/web/20220813023812/https://jdih.mkri.id/mg58ufsc89hrsg/UUD_1945_Perubahan.pdf Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam ''Satu Naskah''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220813023812/https://jdih.mkri.id/mg58ufsc89hrsg/UUD_1945_Perubahan.pdf |date=2022-08-13 }}.</ref> Berdasarkan UUD 1945 pula, [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR), [[Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia|Dewan Perwakilan Daerah]] (DPD), dan [[Presiden Indonesia|Presiden]] dicalonkan lalu dipilih dalam [[pemilihan umum]].
 
Ibu kota Indonesia saat ini adalah [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Pada tanggal 18 Januari 2022, pemerintah Indonesia menetapkan [[Nusantara (kota terencana)|Ibu Kota Nusantara]] yang berada di Pulau Kalimantan, yang menempati wilayah [[Kabupaten Penajam Paser Utara]], untuk menggantikan Jakarta sebagai ibu kota yang baru.<ref>{{cite news|date=18 Januari 2022|title=RUU Ibu Kota Negara Sah Jadi Undang-Undang|url=https://www.republika.co.id/berita/r5w6fc428/ruu-ibu-kota-negara-sah-jadi-undangundang|work=Republika|language=id|access-date=18 Januari 2022|archive-date=2022-04-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20220413104427/https://www.republika.co.id/berita/r5w6fc428/ruu-ibu-kota-negara-sah-jadi-undangundang|dead-url=no}}</ref> Hingga tahun 2022, proses peralihan ibu kota masih berlangsung.
Baris 15:
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa, Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni [[Suku bangsa Austronesia|Austronesia]] dan [[Melanesia]] di mana bangsa Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Dengan [[suku Jawa]] dan [[Suku Sunda|Sunda]] membentuk kelompok suku bangsa terbesar dengan persentase mencapai 57% dari seluruh penduduk Indonesia.<ref>Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta; Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape; Institute of Southeast Asian Studies, 2003</ref> Semboyan nasional Indonesia, "''[[Bhinneka Tunggal Ika]]''" (Berbeda-beda tetapi tetap satu), bermakna keberagaman sosial-budaya yang membentuk satu kesatuan negara. Selain memiliki penduduk yang padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki alam yang mendukung tingkat [[keanekaragaman hayati]] terbesar ke-2 di dunia.
 
Indonesia merupakan anggota dari [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] (PBB), [[Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara]] (ASEAN), [[Gerakan Non-Blok]] (GNB), [[Konferensi Asia–Afrika]] (KAA), [[Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik]] (APEC), [[Organisasi KerjasamaKerja Sama Islam]] (OKI), [[Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik|Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik]] (APEC), [[Organisasi Kerja Sama Islamdan Pembangunan Ekonomi|Organisation for Economic Co-operation and Development]] (OKIOECD), [[Organisasi Perdagangan Dunia]] (WTO) dan [[G20]].
 
== Etimologi ==
Baris 112:
}}</ref>
 
Dari 110.000 hingga 12.000 tahun yang lalu, daratan Nusantara bagian barat (kira-kira kepulauan sebelah barat termasuk [[Sumatra]], [[Jawa]], dan [[Kalimantan]] sekarang) masih menyatu dengan daratan utama Asia, membentuk [[Sundaland]].<ref name="sunda-shelf">{{Cite journal|last=Heaney|first=Lawrence R.|date=1984|title=Mammalian Species Richness on Islands on the Sunda Shelf, Southeast Asia|jstor=4217198|journal=Oecologia|volume=61|issue=1|pages=11–17|pmid=28311380|doi=10.1007/BF00379083|bibcode=1984Oecol..61...11H|citeseerx=10.1.1.476.4669|s2cid=4810675}}</ref><ref name="sunda-shelf-2">{{Cite journal|last=Hanebuth|first=Till|last2=Stattegger|first2=Karl|last3=Grootes|first3=Pieter M.|date=2000|title=Rapid Flooding of the Sunda Shelf: A Late-Glacial Sea-Level Record|jstor=3075104|journal=Science|volume=288|issue=5468|pages=1033–1035|bibcode=2000Sci...288.1033H|doi=10.1126/science.288.5468.1033}}</ref> Dalam periode tersebut, tepatnya sekitar 74000 ribu74.000 tahun yang lalu, terjadi [[Teori bencana Toba|erupsi Gunung Toba]] yang disebut-sebut sebagai salah satu letusan gunung api terbesar sepanjang sejarah yang menyebabkan perubahan iklim, yang dikatakan hampir memusnahkan populasi manusia modern saat itu. Umat manusia sendiri sebenarnya belum sampai ke Sumatra, gelombang migrasi dari [[Afrika]] ikut terhenti untuk sementara akibat erupsi ini. Gunung Toba kemudian tenggelam dan kalderanya membentuk sebuah [[Danau Toba|danau besar dengan nama yang sama]].<ref name=chesner1991>{{en}} {{Cite journal |url=http://www.geo.mtu.edu/~raman/papers/ChesnerGeology.pdf |author1=Chesner, C.A. |author2=Westgate, J.A. |author3=Rose, W.I. |author4=Drake, R. |author5=Deino, A. |journal=Geology |volume=19 |issue=3 |pages=200–203 |title=Eruptive history of Earth's largest Quaternary caldera (Toba, Indonesia) clarified |publisher=Michigan Technological University |date=March 1991 |accessdate=2018-06-20 |bibcode=1991Geo....19..200C |doi=10.1130/0091-7613(1991)019<0200:EHOESL>2.3.CO;2 |archive-date=2012-02-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120226052643/http://www.geo.mtu.edu/~raman/papers/ChesnerGeology.pdf |dead-url=no }}</ref>
 
Sekitar 60.000 tahun yang lalu, gelombang migrasi pertama manusia yang menjadi nenek moyang ras [[Melanesia]] sampai di dataran Nusantara. Berakhirnya zaman es pada awal zaman [[Holosen]] (12.000 tahun Sebelum Masehi) menyebabkan naiknya permukaan laut dan terpisahnya daratan-daratan Sundaland dari daratan utama Asia, lalu terpecah hingga membentuk kepulauan Nusantara seperti sekarang ini. Kejadian-kejadian tersebut menjadi pemicu terjadinya [[diaspora]] manusia.<ref name="melanesia">{{Cite web|first=Mahandis Yoanata|last=Thamrin|title=Migrasi Manusia dan Perjalanan Sejarah Melanesia di Indonesia|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/131736895/migrasi-manusia-dan-perjalanan-sejarah-melanesia-di-indonesia|website=National Geographic|language=id|date=2019-06-06|access-date=2022-08-21|archive-date=2022-08-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20220821160425/https://nationalgeographic.grid.id/read/131736895/migrasi-manusia-dan-perjalanan-sejarah-melanesia-di-indonesia|dead-url=no}}</ref>
Baris 122:
==== Kerajaan Hindu-Buddha ====
{{utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha}}
Memasuki abad-abad awal [[Masehi]], kerajaan-kerajaan kecil Hindu-Buddha mulai terbentuk dan berkembang di daerah [[Nusantara]].
 
[[Kerajaan Kandis|Kandis]] diduga merupakan kerajaan tertua di [[Nusantara]], yang berdiri pada abad ke-1 SM dan terletak di daerah yang saat ini menjadi wilayah Provinsi [[Riau]] dan sekitarnya. Namun, keberadaan Kandis tidak meninggalkan bukti artefak dan bukti-buktinya sangat sulit dikonfirmasi oleh para [[arkeologi|arkeolog]], sehingga keberadaan kerajaan ini masih sering diperdebatkan oleh para ahli [[sejarah]].<ref name="kandis-salakanagara" />
Baris 133:
 
[[Berkas:Srivijaya Empire id.svg|jmpl|305x305px|Peta wilayah ekspedisi dan penaklukan oleh [[Sriwijaya]] pada abad ke-8.|kiri]]
Pada abad ke-7 Masehi, [[Sriwijaya]] yang berbentuk [[kedatuan]] dan bercorak Buddha berdiri di Nusantara, yang kemudian berkembang menjadi salah satu [[Kekaisaran|kemaharajaan (kekaisaran)]] terbesar di Nusantara yang pernah berdiri, serta menjadikannya negara [[monarki]] dengan masa berdiri terlama di [[Asia Tenggara]].<ref>{{cite journal|last=Cœdès|first=George|authorlink=George Cœdès|year=1930|title=Les inscriptions malaises de Çrivijaya|url=https://www.persee.fr/doc/befeo_0336-1519_1930_num_30_1_3169|journal=Bulletin de l'Ecole français d'Extrême-Orient (BEFEO)|volume=30|issue=1-2|pages=29-80|access-date=2022-09-13|archive-date=2022-09-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20220908180145/https://www.persee.fr/doc/befeo_0336-1519_1930_num_30_1_3169|dead-url=no}}</ref> Sriwijaya pada masa kejayaannya melingkupi sebagian besar [[Sumatra|Pulau Sumatra]], [[Semenanjung Malaka]] dan [[Semenanjung Kra]], sebagian [[Jawa]], [[Kalimantan]] bagian barat, hingga ke [[Kamboja]] dan [[Vietnam]] bagian selatan.<ref>[[#Taylor|Taylor (2003)]], pp. 22–26; [[#Ricklefs|Ricklefs (1991)]], pp. 3</ref> Sriwijaya pada masa itu mengendalikan aktivitas pelayaran dan perdagangan di [[Selat Malaka]] yang merupakan jalur perdagangan maritim utama antara [[India]] dengan [[Tiongkok]] dan merupakan salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia. Dari perdagangan tersebut, banyak budaya-budaya asing yang mempengaruhi dan bahkan berasimilasi dengan budaya-budaya lokal.<ref name="end">{{cite book|last=Munoz|first=Paul Michel|year=2006|url=https://archive.org/details/earlykingdomsofi0000muno|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|location=Singapore|publisher=Editions Didier Millet|doi=|id=ISBN 981-4155-67-5}}</ref> Nama Sriwijaya mulai meredup dan diperkirakan runtuh pada awal abad ke-11. [[Dharmasraya]] kemudian naik menggantikan Sriwijaya, sebelum kembali digantikan oleh [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] pada abad ke-14.<ref>Anonim. 1822. Malayan Miscellanies, Vol II: The Geneology of Rajah of Pulo Percha. Printed And Published at Sumatra Mission Press. Bencoolen</ref>
 
Pada abad ke-8, [[Medang]] yang dipimpin oleh [[Wangsa Sailendra]], yang sebagian besar bercorak [[Mahāyāna|Buddha Mahayana]], berdiri di daerah [[Jawa Tengah]] dan mendapat pengaruh luas. Pada abad ke-9, wangsa tersebut terpecah dan sebagian menyingkir ke Sumatra, lalu menguasai Sriwijaya, hingga kejatuhan kemaharajaan tersebut pada abad ke-11.<ref>George Coedes. 1934. ''On the origins of the Sailendras of Indonesia''. Journal of the Greater India Society I: 61–70.</ref><ref name="sejnas">Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka.</ref> Beberapa ahli menganggap bahwa beberapa raja Medang yang beragama [[Agama Hindu|Hindu]] [[Syiwa]] sebagai suatu dinasti tersendiri bernama [[Wangsa Sanjaya]], sementara ahli-ahli lainnya menganggap wangsa tersebut sebenarnya tidak pernah ada dan masih merupakan bagian dari Wangsa Sailendra.<ref>[[Slamet Muljana]]. 2006. ''Sriwijaya'' (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS</ref> Beberapa ahli pun memisahkan raja-raja Medang setelah pindahnya pusat pemerintahan ke [[Jawa Timur]] sebagai wangsa tersendiri bernama [[Wangsa Isyana]].<ref name="negarakertagama">[[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara.</ref>
Baris 146:
==== Kesultanan Islam ====
{{utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam}}
[[Islam]] sebenarnya telah memasuki Nusantara mulai pada abad ke-7 Masehi. Islam dibawa oleh para pedagang dan para ulama berkebangsaan [[Bangsa Arab|Arab]], [[Kekaisaran Persia|Persia]], dan [[Gujarat]].<ref>{{Cite web|title=7 Kerajaan Islam Tertua di Indonesia|website=indonesiabaik.id|url=http://indonesiabaik.id/infografis/kerajaan-islam-di-indonesia|access-date=2020-08-26|archive-date=2020-08-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20200814200249/http://indonesiabaik.id/infografis/kerajaan-islam-di-indonesia|dead-url=no}}</ref> Para pedagang dan pelaut [[Tionghoa]] beragama muslim, terutama kelompok pelaut di bawah pimpinan [[Cheng Ho]], juga ikut serta dalam menyebarkan Islam di Nusantara.<ref>*Kong Yuanzhi, [https://web.archive.org/web/20081207180851/http://www.solusihukum.com/resensi.php?id=33 ''Muslim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara.''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081207180851/http://www.solusihukum.com/resensi.php?id=33 |date=2008-12-07 }} Penyunting: HM. Hembing Wijayakusuma. Pustaka Populer Obor, Oktober 2000, xliv + 299 halaman</ref>
 
[[Berkas:Flag of Aceh Sultanate.svg|jmpl|Bendera Kesultanan Aceh.]]
[[Aceh]] adalah daerah pertama yang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Nusantara.<ref>{{Cite web|title=Aceh Daerah Pertama di Indonesia Menerima Islam|url=https://acehprov.go.id/berita/kategori/jelajah/aceh-daerah-pertama-di-indonesia-menerima-islam|website=acehprov.go.id|publisher=[[Pemerintah Aceh]]|language=|access-date=2022-09-14|archive-date=2022-09-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20220920173040/https://acehprov.go.id/berita/kategori/jelajah/aceh-daerah-pertama-di-indonesia-menerima-islam|dead-url=no}}</ref> Kesultanan Islam pertama yang diketahui berdiri di Nusantara, khususnya di Aceh adalah [[Kerajaan Jeumpa|Jeumpa]] yang didirikan pada abad ke-7, yang wilayahnya kira-kira mencakup wilayah [[Kabupaten Bireuen|Kabupaten Bieruen]] saat ini.<ref>{{cite book|last=Kusniah|first=Siti Turmini|date=|year=2018|url=|title=Kiaiku, Guruku, Jaringan Ulama|location=Jakarta|publisher=Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|isbn=978-602-1289-85-3|pages=|ref={{sfnref|Kusniah|2018}}|url-status=live}}</ref> Setelah itu, beberapa kesultanan juga berdiri di wilayah Aceh pada masa-masa awal penyebaran Islam di Nusantara, yang di antaranya adalah [[Kesultanan Peureulak|Peureulak]], [[Kerajaan Lamuri|Lamuri]], dan [[Kerajaan Linge|Linge]].<ref name=":2aceh-rep">{{Cite web|date=2016-08-29|title=3 Kerajaan Islam Berpengaruh di Aceh|url=https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/16/08/29/ocnqms313-3-kerajaan-islam-berpengaruh-di-aceh|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-06-12|archive-date=2020-06-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20200612085026/https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/16/08/29/ocnqms313-3-kerajaan-islam-berpengaruh-di-aceh|dead-url=no}}</ref> Pada awal-awal [[milenium ke-2]], Islam mulai menyebar ke banyak daerah di [[Sumatra|Pulau Sumatra]], terutama setelah Sriwijaya runtuh pada abad ke-11. Beberapa kerajaan Hindu-Buddha di Sumatra bahkan kemudian beralih menjadi kesultanan-kesultanan Islam. Kesultanan-kesultanan yang pernah muncul dan berdiri di wilayah Sumatra setelah itu adalah [[Kesultanan Samudera Pasai|Samudera Pasai]], [[Kerajaan Siguntur|Siguntur]], [[Kesultanan Aceh|Aceh]], [[Kesultanan Melaka|Melaka]], [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]], [[Kesultanan Jambi|Jambi]], [[Kerajaan Inderapura|Inderapura]], [[Kesultanan Siak Sri Inderapura|Siak Sri Inderapura]], [[Kerajaan Pedir|Pedir]], [[Kerajaan Daya|Daya]], [[Kerajaan Sungai Pagu|Sungai Pagu]], [[Kerajaan Bungo Satangkai|Bungo Satangkai]], [[Kesultanan Asahan|Asahan]], [[Kesultanan Serdang|Serdang]], [[Kesultanan Deli|Deli]], [[Kesultanan Langkat|Langkat]], [[Kesultanan Palembang|Palembang]], [[Kesultanan Lingga|Lingga]], [[Kesultanan Kota Pinang|Kota Pinang]], [[Kesultanan Pelalawan|Pelalawan]], [[Kerajaan Aru|Aru]], [[Kesultanan Barus|Barus]], [[Kerajaan Padang|Padang]], [[Kerajaan Tamiang|Tamiang]], dan [[Kepaksian Sekala Brak|Sekala Brak]].
 
Islam belum menyebar secara signifikan ke wilayah Nusantara lainnya hingga abad ke-15, ketika Islam mulai diperkenalkan dan menyebar secara luas.<ref>{{cite journal|author=Peter Lewis|year=1982|title=The next great empire|journal=Futures|volume=14|issue=1|pages=47–61|doi=10.1016/0016-3287(82)90071-4}}</ref> Sejak masa itu, Islam mulai memengaruhi seluruh wilayah Nusantara pada masa-masa selanjutnya.
Baris 161:
 
[[Berkas:Peta-wilayah-uli-lima-dan-uli-siwa.jpg|jmpl|Peta kekuasaan [[Kesultanan Ternate|Ternate]] dan [[Kesultanan Tidore|Tidore]] pada masa kejayaannya.|250x250px]]
Di [[Kepulauan Maluku]], terdapat beberapa kesultanan, tetapi dua kesultanan besardengan yangpengaruh terkenal,besar yaituadalah [[Kesultanan Ternate|Ternate]] dan [[Kesultanan Tidore|Tidore]] yang berpusat di wilayah yang saat ini termasuk dalam wilayah [[Maluku Utara]].<ref>M. Adnan Amal, ''"Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 - 1800 Jilid I dan II"'', Universitas Khairun Ternate 2002.</ref> Wilayah Ternate pada masa kejayaannya, yaitu pada abad ke-16, mencakup Pulau Ternate, sebagian kecil [[Pulau Halmahera]], Kepulauan Maluku bagian tengah, Pulau Sulawesi bagian utara dan timur, hingga ke [[Nusa Tenggara Timur]]. Sementara itu, Tidore pada masa kejayaannya yang juga pada abad ke-16 meliputi [[Kota Tidore Kepulauan|Pulau Tidore]], sebagian besar [[Pulau Halmahera]], hingga ke [[Papua Barat]].<ref>Willard A. Hanna & Des Alwi, ''"Ternate dan Tidore, Masa Lalu Penuh Gejolak"'', Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996.</ref> Beberapa kesultanan yang juga pernah berdiri di Kepulauan Maluku, yaitu [[Kesultanan Jailolo|Jailolo]], [[Kesultanan Bacan|Bacan]], [[Kerajaan Tanah Hitu|Tanah Hitu]], [[Kerajaan Iha|Iha]], dan [[Kerajaan Huamual|Huamual]].
 
KesultananBeberapa kesultanan-kesultanan yang pernahjuga berdiri di [[Kepulauan Nusa Tenggara]], yaitucontohnya seperti [[Kesultanan Bima|Bima]], [[Kesultanan Sumbawa|Sumbawa]], [[Kerajaan Adonara|Adonara]], [[Kerajaan Dompu|Dompu]], [[Kerajaan Selaparang|Selaparang]], [[Kerajaan Sanggar|Sanggar]], dan [[Lamakera]]. Sementara kesultanankerajaan-kesultanankerajaan (Petuanan) yang pernah berdiri di Papua adalahbanyak terdapat di wilayah [[Semenanjung Bomberai]], khususnya [[Semenanjung Onin]] di [[Kabupaten Fakfak]] dan wilayah Koiwai di [[Kabupaten Kaimana]] hingga [[Kabupaten Mimika]], selain itu terdapat juga di [[Kepulauan Raja Ampat]], contohnya seperti [[Kerajaan Sekar|Sekar]], [[Kerajaan Patipi|Patipi]], [[Kerajaan Fatagar|Fatagar]], dan [[Kerajaan Kaimana|Kaimana]].
 
Kejayaan kesultanan-kesultanan Islam mulai memudar setelah bangsa-bangsa asing masuk dan menerapkan [[kolonialisme]] di [[Nusantara]]. Sebagian di antaranya dibubarkan oleh pemerintah kolonial setelah mengalami kekalahan [[perang]], dan sebagian lainnya menjadi [[Swapraja|daerah swapraja]] (''zelfbestuur'') di bawah kekuasaan pemerintahan kolonial.<ref name="KohPh.D.2009">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=MWlFCQAAQBAJ&pg=PA10|title=Culture and Customs of Singapore and Malaysia|author1=Jaime Koh|first=|author2=Stephanie Ho Ph.D.|date=22 Juni 2009|publisher=ABC-CLIO|isbn=978-0-313-35116-7|location=|page=9|pages=|url-status=live}}</ref>
Baris 170:
{{Utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Kristen}}
 
[[Kekristenan]] dibawa oleh para [[misionaris]] dari [[Dunia Barat]]. [[Gereja Katolik Roma|Kristen Katolik]] umumnya dibawa ke Indonesia oleh [[bangsa Portugis]], sementara [[Protestanisme|Kristen Protestan]] umumnya dibawa oleh [[bangsa Belanda]]. Selama kolonialisme Barat, beberapa kerajaan bercorak Kristen muncul sebagai akibat penyebaran dan pembaptisan oleh para misionaris pada rakyat dan keluarga bangsawan di kerajaan-kerajaan tersebut.<ref>{{Cite web|last=Hari|first=Agustinus|date=2019-10-13|title=Mengenal Siau, Kerajaan Kristen di Sulawesi Utara Abad 16|url=https://barta1.com/v2/2019/10/13/mengenal-siau-kerajaan-kristen-di-sulawesi-utara-abad-16/|website=Barta1.com|language=id|access-date=2023-05-03|archive-date=2023-05-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20230503110824/https://barta1.com/v2/2019/10/13/mengenal-siau-kerajaan-kristen-di-sulawesi-utara-abad-16/|dead-url=no}}</ref>
 
Masuknya Agama Kristen di Sulawesi dan Maluku, khususnya wilayah yang saat ini dalam Provinsi [[Sulawesi Utara]], diawali dengan kedatangan [[bangsa Portugis]] yang membawa Katolik pada abad ke-16, tetapi kemudian digantikan oleh Protestan yang dibawa oleh misionaris Belanda, setelah orang-orang Portugis diusir oleh pasukan Belanda pada abad ke-17. Kerajaan-kerajaan Kristen yang terbentuk di Pulau Sulawesi adalah [[Kerajaan Bolaang Mongondow|Bolaang Mongondow]], [[Kerajaan Manganitu|Manganitu]], [[Kerajaan Manado|Manado]], [[Kerajaan Moro|Moro]], [[Kerajaan Siau|Siau]], [[Kerajaan Soya|Soya]], dan [[Kerajaan Tagulandang|Tagulandang]].<ref>{{Cite journal|last=Ahmad|first=I.|date=2014|title=Agama Sebagai Perubahan Sosial: Kristenisasi di Tobelo 1866-1942|url=https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/download/23785/15663|journal=Lembaran Sejarah|volume=11|issue=1|pages=83-98|doi=|issn=2620-5882|ref={{sfnref|Ahmad|2014}}|access-date=2023-05-03|archive-date=2023-02-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20230207141740/https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/download/23785/15663|dead-url=no}}</ref>
 
Di wilayah [[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]], khususnya di wilayah Provinsi [[Nusa Tenggara Timur]], [[Katolik|Kristen Katolik]] dibawa oleh [[bangsa Portugis]] yang terusir ke wilayah [[Pulau Flores]] dan [[Pulau Timor]] setelah wilayah [[Kepulauan Maluku]] dikuasai oleh [[bangsa Belanda]] pada awal abad ke-17. Para misionaris Portugis yang juga ikut terusir kemudian melakukan [[Misi (Kristen)|misi]] di negara-negara di wilayah tersebut. Beberapa negara yang menjadi kerajaan Katolik adalah [[Kerajaan Amanatun|Amanatun]], [[Kerajaan Larantuka|Larantuka]], dan [[Kerajaan Sikka|Sikka]].<ref>Karel Steenbrink, ''Catholics in Indonesia, 1808-1942: a documented history''. Leiden:KITLV Press ISBN 90-6718-141-2</ref>
Baris 183:
Sejak terputusnya jalur perdagangan [[Laut Tengah]] karena jatuhnya [[Konstantinopel]] ke tangan bangsa [[Turki Utsmani]] pada tahun 1453, bangsa-bangsa [[Eropa]] sejak saat itu berusaha mencari jalur alternatif lain untuk memperoleh komoditas [[rempah-rempah]] yang dibutuhkan. Berkembangnya teknologi [[pelayaran]] pada abad ke-16 membuat bangsa-bangsa Eropa melakukan [[ekspedisi]] jalur laut besar-besaran untuk mencari dan [[kolonialisme|menguasai]] wilayah-wilayah yang kaya akan [[rempah-rempah]].<ref>{{Cite book|last=Pradjoko|first=Didik|date=2008|title=Modul I Sejarah Indonesia|location=Depok|publisher=Universitas Indonesia Press|pages=5}}</ref>
 
Sebagai salah satu bangsa yang merintis gelombang ekspedisi dan kolonialisme di [[Dunia Timur]], armada [[Bangsa Portugis|Portugis]] di bawah kepemimpinan [[Afonso de Albuquerque]], yang telah menguasai [[Goa, India|Goa]] pada saat itu, melanjutkan ekspedisinya ke timur hingga sampai di [[Nusantara|Kepulauan Nusantara]].<ref name="tirto-portugis" /> Pada tahun 1511, armada Portugis yang sampai di [[Kesultanan Melaka|Melaka]] kemudian menyerang dan menduduki negara tersebut. Penyerangan ini menjadi titik awal dimulainya [[kolonialisme]] di [[Nusantara]].<ref name="Winstedt">{{cite book|last= Winstedt|first= Richard|title= A History of Malaya|url= https://archive.org/details/historyofmalaya0000wins|publisher= Marican|year= 1962 }}</ref> Negara-negara sekitar yang merasa terancam kemudian mengecam penyerangan tersebut. Setahun setelah peristiwa tersebut, [[Kesultanan Demak|Demak]] mengirimkan armada laut ke Melaka untuk menyerang balik armada Portugis, tetapi usaha tersebut gagal.<ref name="tirto-portugis">{{Cite web|last=Suntama|first=Permadi|date=2022-08-29|title=Sejarah Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia: Proses & Rute|url=https://tirto.id/sejarah-kedatangan-bangsa-portugis-ke-indonesia-proses-rute-gjCF|website=Tirto|language=id|access-date=2022-09-23|archive-date=2023-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230325005606/https://tirto.id/sejarah-kedatangan-bangsa-portugis-ke-indonesia-proses-rute-gjCF|dead-url=no}}</ref>
 
Pada tahun 1512, Albuquerque mengirimkan armada yang dipimpin oleh [[António de Abreu]] dan [[Francisco Serrão]] menuju [[Kepulauan Maluku]] demi memonopoli perdagangan [[cengkih]] dan [[pala]].<ref name="detik-portugis">{{Cite web|date=2021-08-18|last=Kristina|title=Sejarah Mendaratnya Portugis di Indonesia, Pendatang Pertama dari Eropa|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5684923/sejarah-mendaratnya-portugis-di-indonesia-pendatang-pertama-dari-eropa|website=DetikEdu|language=id-ID|access-date=2022-09-22|archive-date=2023-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230325005609/https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5684923/sejarah-mendaratnya-portugis-di-indonesia-pendatang-pertama-dari-eropa|dead-url=no}}</ref> Pasukan tersebut disambut baik oleh Sultan [[Kesultanan Ternate|Ternate]] saat itu, yakni [[Bayanullah dari Ternate|Bayanullah]]. Ia mengizinkan armada Portugis untuk membangun benteng dan mendapat hak monopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate, dengan imbalan bantuan kekuatan militer untuk Ternate, karena pada saat itu Ternate sedang bermusuhan dengan [[Kesultanan Tidore|Tidore]].<ref name="tirto-portugis" /> Benteng tersebut kini menjadi situs reruntuhan bernama [[Benteng Kastela]].
 
Pada tahun 1521, armada Spanyol yang melakukan ekspedisi ke barat, alih-alih ke timur seperti yang dilakukan oleh armada Portugis, sampai di [[Kepulauan Filipina]]. Namun, konflik yang pecah antara pasukan Spanyol dan penduduk setempat yang hingga menyebabkan tewasnya pemimpin ekspedisi, [[Fernando de Magelhaens]], tersebut membuat armada yang tersisa di bawah kepemimpinan [[Juan Sebastián Elcano]] melanjutkan perjalanan hingga sampai di Kepulauan Maluku pada tanggal 8 November 1521. Kedatangan mereka ditentang oleh orang-orang Portugis yang terlebih dahulu singgah di Maluku dan bekerja sama dengan pemerintahan Ternate, serta menuding bahwa mereka melanggar [[Perjanjian Tordesillas]]. Demi mendapat kesempatan dalam menguasai rempah di Maluku, bangsa Spanyol kemudian mendekati musuh Ternate, yaitu [[Kesultanan Tidore|Tidore]], dan membantu mereka melawan Ternate dan Portugal.<ref>{{Cite web|last=Efendi|first=Ahmad|title=Tujuan Kedatangan Bangsa Spanyol ke Indonesia dan Latar Belakangnya|url=https://tirto.id/tujuan-kedatangan-bangsa-spanyol-ke-indonesia-dan-latar-belakangnya-gjoD|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-03-03|archive-date=2023-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230325005606/https://tirto.id/tujuan-kedatangan-bangsa-spanyol-ke-indonesia-dan-latar-belakangnya-gjoD|dead-url=no}}</ref>
 
[[Berkas:AtlasMiller BNF Insulindia Malucos.jpg|250px|jmpl|Peta buatan tahun 1519 yang menunjukkan pulau-pulau di [[Maluku Utara]], yang dipasangkan dengan bendera Portugal saat itu.]]
Armada Portugis yang ada di Nusantara meneruskan ambisi memperbesar wilayah koloni dengan rencana menguasai [[Selat Sunda]]. Pada tahun 1522, mereka membuat perjanjian kerja sama dengan raja Sunda saat itu, [[Surawisesa|Prabu Surawisesa]], yang berisi izin untuk mendirikan bentang bagi armada Portugis di [[Kota Cilegon|Banten]] dan [[Sunda Kelapa]] dengan imbalan bantuan militer Portugis kepada Sunda dalam menghadapi Demak dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]]. Namun, kerja sama tersebut tidak pernah dapat dilaksanakan. Armada yang dipimpin oleh Francisco de Sá, yang ditunjuk untuk melaksanakan perjanjian tersebut, mengalami bencana [[topan]] di [[Teluk Benggala]]. Beberapa dari mereka yang mendarat dengan selamat di Sunda Kelapa kemudian diserang oleh pasukan [[Fatahillah]] yang sedang merebut daerah Banten dan Sunda Kelapa. Karena melihat hal tersebut, armada Portugis akhirnya angkat kaki dari Selat Sunda.<ref name="detik-portugis" />
 
Persaingan antara kubu Ternate–[[Imperium Portugal|Portugal]] melawan kubu Tidore–[[Imperium Spanyol|Spanyol]] di Kepulauan Maluku yang semakin memanas akhirnya membuat [[perang]] meletus. Selama peperangan yang terjadi cukup lama di antara kedua kubu tersebut, kekuatan kubu Ternate–Portugal menjadi semakin unggul. Peperangan tersebut berakhir dengan kekalahan kubu Tidore–Spanyol dan penandatanganan [[Perjanjian Zaragoza]] pada tanggal [[22 April]] [[1529]], yang menyebabkan armada Spanyol harus angkat kaki dari Maluku dan kembali ke Kepulauan Filipina.<ref name=":0ternate-tidore">{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|title=Keruwetan Perang Ternate-Portugis vs Tidore-Spanyol|url=https://tirto.id/keruwetan-perang-ternate-portugis-vs-tidore-spanyol-czsX|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-03-03|archive-date=2023-08-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20230814132141/https://tirto.id/keruwetan-perang-ternate-portugis-vs-tidore-spanyol-czsX|dead-url=no}}</ref>
 
Setelah kepergian Spanyol, hubungan antara Portugal dan Ternate mulai meregang. Bangsa Portugis mulai mencoba untuk memperbesar pengaruh mereka, sementara pemerintah Ternate mulai menyadari bahwa orang-orang Portugis sudah terlalu banyak ikut campur dengan urusan internal negara, terutama mengenai suksesi takhta. Perseteruan yang memuncak pada terbunuhnya Sultan [[Khairun Jamil dari Ternate|Khairun Jamil]] dari Ternate di tangan pasukan Portugis akhirnya memantik kemarahan rakyat Ternate, sehingga pasukan Ternate dan sekutunya yang dipimpin oleh Sultan [[Baabullah]] dari Ternate menyerang pasukan-pasukan Portugis dan memicu [[Perang Ternate–Portugal]]. Diperparah dengan pasukan tambahan dari pihak bangsa Portugis yang tidak dapat dikirim karena penyerangan [[Kesultanan Aceh|Aceh]] untuk merebut [[Melaka Portugis]] yang terjadi di saat yang bersamaan, Ternate dan sekutunya akhirnya berhasil mengusir sebagian besar pasukan Portugis yang tercerai-berai. Pengaruh bangsa Portugis di Kepulauan Maluku benar-benar tamat setelah bangsa Belanda masuk dan menduduki Maluku.<ref name=":0ternate-tidore" />
 
==== Awal kolonisasi Belanda dan monopoli VOC ====
{{utama|Perusahaan Hindia Timur Belanda di Nusantara}}
[[Berkas:Cornelis de Houtman.jpg|jmpl|ki|175px|[[Cornelis de Houtman]], pelopor [[bangsa Belanda]] masuk ke Kepulauan Nusantara.]]
Didorong oleh fakta bahwa Portugal mendominasi perdagangan [[rempah-rempah]] di [[Eropa|Benua Eropa]], dan ditambah dengan kesepakatan antara Portugal dan [[Spanyol]], yang saat itu sedang melawan Belanda dalam [[Perang Delapan Puluh Tahun]], untuk bersatu dan dan membentuk [[Uni Iberia]], [[bangsa Belanda]] mulai berusaha untuk mencari dan memperoleh sendiri rempah-rempah untuk diperdagangkan.<ref>{{cite book|last=Masselman|first=George|year=1963|url=https://archive.org/details/cradleofcolonial0000mass|title=The Cradle of Colonialism|location=New Haven & London|publisher=Yale University Press}}</ref> Berbekal rute pelayaran armada Portugis sebelumnya, armada kapal dari [[Republik Belanda]] di bawah kepemimpinan [[Cornelis de Houtman]] memulai [[Ekspedisi Pertama Belanda ke Hindia Timur|ekspedisi pertama Belanda]] ke [[Dunia Timur]] pada tahun 1595, hingga akhirnya sampai di perairan [[Banten]] pada tanggal 27 Juni 1596. Armada tersebut kemudian menyusuri sepanjang pantai utara [[Jawa|Pulau Jawa]] hingga Bali, tetapi persinggahan-persinggahan mereka di sepanjang penyusuran sering kali menimbulkan penolakan dan bahkan perseteruan dari penduduk setempat karena tabiat Houtman dan anak buahnya yang buruk. Setelah setahun kemudian, pertempuran dengan penduduk-penduduk lokal telah membuat mereka kehilangan separuh dari awak armada mereka, sehingga Houtman memutuskan untuk kembali ke Belanda. Namun dari ekspedisi tersebut, mereka berhasil membawa serta peti-peti berisi rempah-rempah dalam jumlah yang banyak, sehingga ekspedisi tersebut dianggap sukses.<ref name=":0tirto-belanda">{{Cite web|last=Yahya|first=Rizal Amril|title=Sejarah Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia & Latar Belakang|url=https://tirto.id/sejarah-kedatangan-bangsa-belanda-ke-indonesia-latar-belakang-gjtz|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-03-05|archive-date=2023-03-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230305165221/https://tirto.id/sejarah-kedatangan-bangsa-belanda-ke-indonesia-latar-belakang-gjtz|dead-url=no}}</ref>
 
Melihat keberhasilan rombongan Houtman, mulai tahun 1598 hingga beberapa tahun setelahnya, berbagai kapal yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan berbeda berbondong-bondong menuju Nusantara demi mencari rempah-rempah. Salah satu di antaranya yang paling terkenal adalah [[Ekspedisi Kedua Belanda ke Nusantara|rombongan ekspedisi]] yang dipimpin [[Jacob Corneliszoon van Neck]]. Belajar dari kesalahan yang dilakukan oleh armada-armada Portugis dan rombongan Houtman, mereka umumnya berhati-hati dalam bersikap kepada penduduk lokal dan bahkan mencoba untuk merangkul penguasa-penguasa lokal. Oleh karena itu, pedagang-pedagang Belanda berhasil dalam memonopoli perdagangan rempah saat itu.<ref name=":0tirto-belanda" />
 
[[Berkas:VOC.svg|jmpl|Lambang VOC, suatu [[serikat dagang]] Belanda yang memonopoli perdagangan rempah di Nusantara.]]
Karena besarnya persaingan perdagangan [[rempah-rempah]] di antara pedagang-pedagang Belanda dan di seluruh [[Eropa]], [[perusahaan]] dagang tunggal yang mengayomi pedagang-pedagang Belanda tersebut dibentuk oleh [[Dewan Negara Belanda]] pada tanggal [[20 Maret]] [[1602]], dan diberi nama [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] (VOC). Dengan pendirian badan usaha tersebut, diharapkan bahwa persaingan antara sesama pedagang Belanda menjadi berkurang, dan pada saat yang sama dapat menyaingi perusahaan-perusahaan dan [[Serikat dagang|serikat-serikat dagang]] di luar Belanda. Oleh Dewan Negara Belanda, VOC diberikan hak khusus dalam piagam yang disebut "oktroi" (''octrooi''), yang pada dasarnya memperbolehkan VOC untuk memiliki angkatan perang sendiri, mencetak mata uang sendiri, serta memonopoli perdagangan dan menekan penguasa-penguasa lokal di kawasan Nusantara.<ref name=":1tirto-voc">{{Cite web|last=Prinada|first=Yuda|title=Apa itu Pengertian VOC, Sejarah Kapan Didirikan, dan Tujuannya?|url=https://tirto.id/apa-itu-pengertian-voc-sejarah-kapan-didirikan-dan-tujuannya-gaaG|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-03-11|archive-date=2023-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230325005617/https://tirto.id/apa-itu-pengertian-voc-sejarah-kapan-didirikan-dan-tujuannya-gaaG|dead-url=no}}</ref>
 
Mulai pada tahun 1603, VOC membangun pos-pos perdagangan di [[Banten]], [[Ambon]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jayakarta]], dan lain-lain. Namun pada tahun 1604, VOC bersikukuh dengan armada [[Perusahaan Hindia Timur Britania]] (EIC) yang sampai di Maluku demi tujuan yang sama dengan VOC. Hal ini memicu persaingan ketat antara VOC dan EIC untuk memperoleh rempah-rempah sebanyak-banyaknya di Nusantara.<ref name="RICKLEFSp29">{{cite book |last=Ricklefs |first=M.C. |title=A History of Modern Indonesia Since c.1300, 2nd Edition |publisher=MacMillan |year=1991 |location=London |page=29 |isbn=0-333-57689-6 }}</ref>
 
Pada tahun 1610, posisi [[gubernur jenderal]] dipersiapkan untuk mempermudah administrasi dan kendali atas pos-pos perdagangan di Nusantara. [[Pieter Both]] ditunjuk sebagai [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|gubernur jenderal pertama]] pada tanggal 19 Desember 1610. Dalam salah satu kebijakannya, Both menetapkan [[Kota Ambon|Ambon]] sebagai pusat pemerintahan.<ref name=":1tirto-voc" /> Pada tanggal 30 Mei 1619, gubernur jenderal yang baru menjabat saat itu, [[Jan Pieterszoon Coen]], memerintahkan armada kapal VOC untuk menyerang Jayapura, mengusir pasukan kerajaan dari [[Kesultanan Banten|Banten]], dan mendirikan [[Batavia]].
 
Sementara itu, EIC berhasil membuka banyak pos perdagangan selama tahun 1611–1617, yang di antaranya ialah di [[Sukadana, Kayong Utara|Sukadana]], [[Kota Makassar|Makassar]], Jayakarta, [[Kabupaten Jepara|Jepara]], [[Aceh]], [[Kota Pariaman|Pariaman]], dan [[Jambi]]. Hal ini sangat mengancam keberadaan VOC dan akhirnya memperburuk perseteruan antara EIC dan VOC. Pada tahun 1620, [[Republik Belanda|Belanda]] dan [[Inggris]] membuat perjanjian diplomatik untuk melakukan kerja sama dalam perdagangan rempah-rempah, tetapi berakhir tiga tahun kemudian dengan terjadinya [[Pembantaian Amboina]] terhadap beberapa [[Bangsa Inggris|orang Inggris]] yang membuat hubungan diplomatik Belanda–Inggris terputus dan armada Inggris berangsur-angsur meninggalkan wilayah Nusantara.<ref name="MILLER_XVI">{{cite book |editor-last=Miller |editor-first=George |title=To The Spice Islands and Beyond: Travels in Eastern Indonesia |publisher=Oxford University Press |year=1996 |location=New York|pages=xvi |isbn=967-65-3099-9 |no-pp=true }}</ref> Setelah kepastian itu, nama [[Hindia Belanda]] ({{lang-nl|Nederlandsch-Indië}} <small>(''ejaan lama'')</small>, ''Nederlands-Indië'' <small>(ejaan baru)</small>) mulai digunakan secara resmi di dalam dokumen-dokumen VOC sejak awal tahun 1620-an.<ref>{{cite book|volume=VOC|title=Dagh-register gehouden int Casteel Batavia vant passerende daer ter plaetse als over geheel Nederlandts-India anno 1624–1629. |trans-title=The official register at Castle Batavia, of the census of the Dutch East Indies |year=1624}}</ref>
Baris 214:
Selama satu abad setelahnya, VOC berkembang sangat pesat dan menjadi [[badan usaha]] yang sangat sukses pada masanya, serta berhasil menguasai sebagian besar [[Jawa|Pulau Jawa]], [[Painan, IV Jurai, Pesisir Selatan|Painan]] di [[Sumatra]], [[Kota Makassar|Makassar]], [[Kota Manado|Manado]], serta [[Pulau Seram]], [[Pulau Buru]], dan pulau-pulau sekitarnya. VOC yang lihai dalam memainkan politik di beberapa negara kecil di Nusantara memaksa penguasa-penguasa lokal dari wilayah tersebut menandatangani beberapa [[Traktat|perjanjian]] damai yang terkenal. Beberapa di antaranya adalah [[Perjanjian Bungaya]] dan [[Perjanjian Painan]].<ref>{{Cite web |date=31 July 1982 |title=170 tahun kepahlawanan minangkabau |url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1982/07/31/BK/mbm.19820731.BK47129.id.html |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20120314193208/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1982/07/31/BK/mbm.19820731.BK47129.id.html |archive-date=14 March 2012 |access-date=11 March 2012 |website=Majalah Tempo Online |language=indonesian}}</ref> Pada tahun 1669, VOC menjadi perusahaan swasta terkaya yang ada di dunia pada saat itu, dengan [[aset|aset-aset]] yang terdiri atas sekitar 150 kapal dagang, 40 kapal perang, 50.000 karyawan, 10.000 tentara swasta, dan pembayaran [[dividen]] sebesar 40% dari investasi awal.
 
Meskipun demikian, perebutan wilayah oleh VOC tetap mendapat perlawanan dari penduduk setempat. Setelah [[Diplomasi|hubungan diplomatik]] dengan VOC putus, pasukan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] merencanakan [[penyerbuan ke Batavia]] sebanyak dua kali, yakni pada tahun 1628 dan 1629, meskipun kedua penyerbuan tersebut akhirnya gagal karena kekurangan perbekalan.<ref>Romain Bertrand, ''L‘Histoire à parts égales. Récits d'une rencontre Orient-Occident (XVIe-XVIIe siècles)'', Paris, Seuil, 2011, bab 15, hlm. 420-436.</ref> Beberapa dekade setelahnya di [[Sulawesi|Pulau Sulawesi]], VOC melancarkan penyerangan terhadap [[Kesultanan Gowa|Gowa]] pada tahun 1666–1669. Dalam peperangan inilah, [[Sultan Hasanuddin|Hasanuddin]], Sultan Gowa pada saat itu, dipaksa untuk menandatangani [[Perjanjian Bungaya]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-06-18|title=Perang Makassar, Pertempuran Sultan Hasanuddin Melawan VOC Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/18/130000379/perang-makassar-pertempuran-sultan-hasanuddin-melawan-voc|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-05|archive-date=2023-05-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230506171725/https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/18/130000379/perang-makassar-pertempuran-sultan-hasanuddin-melawan-voc|dead-url=no}}</ref>
 
[[Berkas:Jawa Setelah Perjanjian Giyanti.png|jmpl|350px|ki|Pembagian Mataram setelah [[Perjanjian Giyanti]] (1755) dan [[Perjanjian Salatiga|Salatiga]] (1757).]]
Pada tahun 1704–1708, VOC mencampuri urusan rumah tangga kerajaan di Mataram dengan [[Perang Takhta Jawa Pertama|memerangi]] pasukan [[Amangkurat III]], yang berakhir dengan kemenangan VOC dan diangkatnya [[Pakubuwana I]] sebagai raja Mataram. Kemudian pada tahun 1719–1723, VOC diminta oleh [[Amangkurat IV]] untuk membantu dalam [[Perang Takhta Jawa Kedua|perang melawan keluarga kerajaan yang memberontak]].<ref>[[M. C. Ricklefs|Ricklefs, M. C.]], ''A History of Modern Indonesia since c. 1200'', Palgrave MacMillan, New York, 2008 (terbitan ke-4), ISBN 978-0-230-54686-8</ref> Pada tahun 1940, terjadi peristiwa [[Geger Pacinan]], yaitu pembantaian orang-orang [[Tionghoa]] yang tinggal di Batavia pada saat itu. Pembantaian tersebut memicu pecahnya [[Perang Jawa (1741–1743)|Perang Jawa]] (1741–1743) dan Perang Kuning (1750) antara pasukan gabungan [[Suku Jawa|orang Jawa]] dan [[Tionghoa|orang Tionghoa]] melawan pasukan Belanda.<ref>{{cite thesis|last=Dharmowijono|first=W.W.|url=http://dare.uva.nl/document/147345|year=2009|ref=harv|language=Belanda|accessdate=1 December 2011|publisher=Universiteit van Amsterdaam|title=Van koelies, klontongs en kapiteins: het beeld van de Chinezen in Indisch-Nederlands literair proza 1880–1950|degree=Doctorate in Humanities|trans_title=Of Coolies, Klontong, and Captains: The Image of the Chinese in Indonesian-Dutch Literary Prose 1880–1950|archivedate=2012-04-26|archiveurl=https://web.archive.org/web/20120426011624/http://dare.uva.nl/document/147345|deadurl=no}}</ref> Pada saat yang relatif bersamaan, rangkaian [[Perang Takhta Jawa Ketiga|konflik antaranggota keluarga kerajaan Mataram]] yang berlangsung dari tahun 1749–1757 juga beberapa kali diintervensi oleh VOC. Pada konflik inilah negara Mataram bubar dan terpecah menjadi beberapa negara baru, yaitu [[Kadipatèn Mangkunagaran|Mangkunagaran]], [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]], dan [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Surakarta]], berdasarkan [[Perjanjian Giyanti]] (13 Februari 1755) dan [[Perjanjian Salatiga]] (17 Maret 1757).<ref>{{harvnb|Frederick|Worden|1993|loc=''[http://countrystudies.us/indonesia/8.htm The Dutch on Java, 1619–1755]'': "Perang berlangsung hingga tahun 1755, ketika Perjanjian Giyanti disahkan, mengakui Pakubuwana III (memerintah 1749–55) sebagai penguasa Surakarta dan Mangkubumi (yang mengambil gelar sultan dan nama Hamengkubuwana) sebagai penguasa Yogyakarta."}}</ref> Pada tahun 1771–1772, [[Perang Bayu|Perang Puputan Bayu]], yang pecah akibat masyarakat [[Semenanjung Blambangan|Blambangan]] yang tidak terima wilayahnya diserahkan ke dalam kekuasaan Belanda, berhasil diredam oleh pasukan Belanda, tetapi dengan bayaran korban jiwa yang sangat besar dari kedua kubu.<ref name="baydejonge">J.K.J. de Jonge, De Opkomst Van Het Nederlansch Gesag Over Java-XI, ML van Deventer, 1883</ref>
 
[[Berkas:Indonesia by Ibrahim Muteferrika (1674-1745).png|jmpl|300px|ka|Peta [[Asia Tenggara]] yang dibuat sekitar tahun 1674–1745 oleh [[Kâtip Çelebi]], seorang [[ahli geografi]] [[Turki Utsmani]].]]
Baris 227:
Wilayah [[bangsa Belanda]] yang telah berada di bawah kendali [[bangsa Prancis]] secara praktis sejak kejatuhan negara [[Republik Belanda]] menjadi semakin kehilangan kedaulatannya semenjak [[Napoleon Bonaparte]] naik sebagai pemimpin [[Republik Prancis Pertama|Republik Prancis]] sejak tanggal 12 Desember 1799. Pada bulan Maret 1806, Napoleon yang telah mengubah [[Kekaisaran Prancis Pertama|bentuk negara Prancis menjadi kekaisaran]] sebelumnya membubarkan [[Republik Batavia|Persemakmuran Batavia]] dari bangsa Belanda dan membentuk [[negara boneka]] bernama [[Kerajaan Hollandia]], lalu menunjuk [[Louis Bonaparte]], adik Napoleon, sebagai [[Daftar penguasa Belanda|raja]] atasnya. Hal ini secara tidak langsung membuat koloni di bawah Belanda menjadi milik Prancis.<ref>Jonathan Israel, ''The Dutch Republic: Its Rise, Greatness, and Fall 1477-1806''. Oxford: Oxford University Press 1995, 1128.</ref>
 
Pada tahun yang sama setelah penunjukannya, Louis mengirimkan salah satu jenderalnya yang berkebangsaan [[Belanda]], yaitu [[Herman Willem Daendels]], untuk menjadi [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]]. Daendels tiba pada tanggal 5 Januari 1808 di [[Batavia]] dan langsung melakukan tugas-tugasnya seperti membentuk pasukan baru, membangun jalan-jalan baru di [[Jawa]], dan memperbaiki administrasi internal di Jawa.<ref name="Britannica">{{cite web | title=The French and the British in Java, 1806–15| publisher=Britannica | author = Asvi Warman Adam | url=http://www.britannica.com/EBchecked/topic/286480/Indonesia/22812/The-French-and-the-British-in-Java-1806-15| access-date=2023-03-13| archive-date=2015-04-30| archive-url=https://web.archive.org/web/20150430090936/http://www.britannica.com/EBchecked/topic/286480/Indonesia/22812/The-French-and-the-British-in-Java-1806-15| dead-url=no}}</ref><ref>{{cite book |author1=H. L. Wesseling |title=The European Colonial Empires 1815-1919 |date=23 October 2015 |publisher=Taylor & Francis |isbn=9781317895077 |pages=104 |url=https://www.google.co.id/books/edition/The_European_Colonial_Empires/PdHMCgAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=herman+willem+daendels+appointed&pg=PA104&printsec=frontcover |access-date=2 September 2022 |language=English}}</ref>
 
[[Berkas:Java Great Post Road.svg|jmpl|ka|350px|Peta jalur [[Jalan Raya Pos]] [[Anyar, Serang|Anyar]]–[[Panarukan, Situbondo|Panarukan]] yang dibuat oleh [[Herman Willem Daendels|Daendels]].]]
Daendels dikenal dengan aturannya yang sangat keras dan kebijakannya yang bertangan besi, meskipin hal tersebut dimaksudkan sebagai persiapan dalam menghadapi ancaman [[Persatuan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia|Britania Raya]]. Daendels membangun banyak fasilitas-fasilitas dan benteng-benteng pertahanan, salah satu contohnyacontoh yang terkenal adalah [[Jalan Raya Pos]] [[Anyar, Serang|Anyar]]–[[Panarukan, Situbondo|Panarukan]] yang memakan banyak korban [[Kerja paksa|pekerja paksa]] ''[[Heerendiensten]]'',<ref>Pramoedya sheds light on dark side of Daendels' highway. ''The Jakarta Post'' 8 January 2006.</ref> [[Benteng Lodewijk]] di [[Kota Surabaya|Surabaya]], dan ''Paleis van Daendels'' (sekarang [[Gedung AA Maramis]]) di Batavia. Daendels juga terkenal keras terhadap penguasa-penguasa lokal dan keluarganya, serta menjadi penyebab jatuhnya negara [[Kesultanan Banten|Banten]].<ref>{{cite book |title = Ekspedisi Anjer-Panaroekan, Laporan Jurnalistik Kompas |publisher= Penerbit Buku Kompas, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta Indonesia | date= November 2008|pages= 1–2|isbn= 978-979-709-391-4}}</ref>
 
Gaya kepemimpinan Daendels yang bertangan besi tersebut tentu saja menimbulkan rasa tidak suka dari penduduk setempat. Pemberontakan di [[Jawa|Pulau Jawa]] yang dipimpin oleh [[Ronggo Prawirodirjo III]] pecah dari tanggal 20 November hingga 17 Desember 1810. Pemberontakan ini cepat diredam oleh pasukan dari pemerintah Hindia Belanda dan keraton [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]], sementara pemimpinnya gugur dalam peperangan.<ref name="anon">{{cite web|last=|authors=anonim|first=|date=16 Januari 2012|year=2012|title=Mengenal Sejarah Tanah Perdikan Madiun|url=http://informasimadiun.blogspot.co.id/2012/01/mengenal-sejarah-tanah-perdikan-madiun.html|publisher=Madiun Info|location=|isbn=|issn=|accessdate=19 September 2015|archive-date=2018-05-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20180520153642/http://informasimadiun.blogspot.co.id/2012/01/mengenal-sejarah-tanah-perdikan-madiun.html|dead-url=no}}</ref>
 
Pada tahun 1810, [[Jan Willem Janssens]] ditunjuk untuk menggantikan Daendels. Janssens tiba di Jawa pada tanggal 15 Mei 1811 dan langsung melaksanakan tugasnya, tetapi akhirnya terhenti ketika [[Penyerbuan Jawa (1811)|Britania Raya menyerbu dan mengambil alih Jawa]] pada bulan Agustus 1811.<ref>{{cite web|last=Van Uythoven|first=Geert|year=2013|title=Lieutenant General Jan Willem Janssens|url=http://www.napoleon-series.org/research/biographies/Holland/Generals/c_Janssens.html|publisher=The Napoleon Series|access-date=30 July 2016|archive-date=2016-03-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20160304055302/http://www.napoleon-series.org/research/biographies/Holland/Generals/c_Janssens.html|dead-url=no}}</ref>
 
==== Kolonisasi singkat Britania Raya ====
{{utama|Jeda kekuasaan Prancis dan Britania di Hindia Belanda#Kekuasaan Britania (1811–1816)}}
Sebagai akibat dari [[peperangan era Napoleon]], [[bangsa Inggris]] yang membentuk [[Persatuan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia]] berusaha untuk merebut koloni-koloni milik bangsa Prancis di seluruh dunia, termasuk koloni [[Hindia Belanda]] yang dikuasai oleh [[Kekaisaran Prancis Pertama|Kekaisaran Prancis]] setelah kedaulatan Belanda jatuh ke tangan [[bangsa Prancis]]. Pada tahun 1809, armada [[Orang Britania|Britania]] di [[anak benua India]], yang berafiliasi dengan [[Perusahaan Hindia Timur Britania]] (EIC), berangkat menuju Hindia Belanda dengan maksud untuk merebut wilayah tersebut dari tangan Prancis dan Belanda. Setahun setelahnya, armada Britania telah menguasai wilayah [[Kepulauan Maluku]] dengan kerugian yang minimal.<ref>{{cite book|last=Fregosi|first=Paul|year=1989|title=Dreams of Empire: Napoleon and the First World War 1792-1815|url=https://archive.org/details/dreamsofempirena0000freg|publisher=Hutchinson|isbn=0-09-173926-8|author-link=Paul Fregosi}}</ref> Kemudian pada bulan Agustus 1811, [[Penyerbuan Jawa (1811)|armada Britania mulai menyerbu Pulau Jawa]] dan menduduki satu per satu pos milik pasukan Prancis dan Belanda di Jawa. Setelah perlawanan dari pasukan Belanda dan Prancis tidak membuahkan hasil, akhirnya pada tanggal 16 September, [[Jan Willem Janssens]], [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] yang lari dari Batavia karena penyerbuan tersebut, akhirnya menyerahkan diri di [[Kota Salatiga|Salatiga]]. Lalu pada tanggal 18 September, pasukan Belanda melakukan [[Kapitulasi Tuntang|penyerahan kekuasaan secara resmi atas Pulau Jawa]] kepada armada Britania di [[Tuntang, Semarang|Tuntang]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-08-16|title=Kapitulasi Tuntang: Latar Belakang, Isi Perjanjian, dan Dampaknya Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/16/140000379/kapitulasi-tuntang-latar-belakang-isi-perjanjian-dan-dampaknya|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-02|archive-date=2023-05-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230505101916/https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/16/140000379/kapitulasi-tuntang-latar-belakang-isi-perjanjian-dan-dampaknya|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|title=Menyimak Kisah Sejarah Penjajahan Inggris di Indonesia|url=https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/menyimak-kisah-sejarah-penjajahan-inggris-di-indonesia-20H8JQI0aCC|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2023-05-02|archive-date=2023-05-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230505160142/https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/menyimak-kisah-sejarah-penjajahan-inggris-di-indonesia-20H8JQI0aCC|dead-url=no}}</ref> Setelah itu, [[Gilbert Elliot-Murray-Kynynmound, 1st Earl of Minto|Gilbert Elliot-Murray-Kynynmound dari Minto]], yang menjabat sebagai [[Gubernur Jenderal India]] pada saat itu, menunjuk [[Thomas Stamford Raffles]] sebagai [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Letnan Gubernur Jawa]].<ref>{{cite book |author1=Sir [[Thomas Stamford Raffles]] |title=The History of Java |date=1830 |publisher=J. Murray |pages=xxiii |url=https://books.google.com/books?id=oA8PAAAAYAAJ&q=history+of+java |access-date=12 August 2022 |archive-date=2023-05-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230502054202/https://books.google.com/books?id=oA8PAAAAYAAJ&q=history+of+java |dead-url=no }}</ref>
 
[[Berkas:George Francis Joseph - Sir Thomas Stamford Bingley Raffles.jpg|ki|jmpl|[[Thomas Stamford Raffles|Sir Thomas Stamford Bingley Raffles]], tokoh sentral dalam kolonialisme di Nusantara oleh Britania Raya.]]
Selama menjabat, Raffles merombak beberapa aturan Belanda yang memberatkan rakyat setempat, seperti ''[[Heerendiensten]]'', kebijakan penyerahan hasil bumi paksa dan tanam paksa, sistem perbudakan, serta kebijakan penanaman paksa atas komoditas tertentu. Namun sebagai gantinya, Raffles menerapkan sistem ''land tenure'' (sewa tanah), yaitu penduduk membayar pajak sewa tanah kepada Pemerintah yang dipandang sebagai "pemilik sah" atas seluruh tanah jajahan, menaikkan pajak perorangan, dan memperluas kegiatan perdagangan. Di bidang pemerintahan, Raffles membentuk pemerintahan yang lebih terpusat, dengan mengurangi hak-hak penguasa setempat, tetapi juga membentuk [[Keresidenan|keresidenan-keresidenan]] yang menjadi perpanjangan tangan Pemerintah Pusat. Dia tinggal dan menjalankan tugas pemerintahan di [[Istana Bogor|''Buitenzorg'']] (sekarang Istana Bogor), dengan menunjuk beberapa [[orang Britania]] sebagai petinggi, sembari tetap mempertahankan [[Pegawai negeri sipil|pegawai-pegawai negeri]] asal Belanda di tubuh pemerintahan. Sementara di bidang politik, Raffles berusaha untuk bernegosiasi dengan penguasa lokal demi mencapai [[perdamaian]], tetapi tetap melancarkan [[operasi militer]] kepada penguasa-penguasa lokal yang membangkang, seperti pada peristiwa [[Geger Sepehi]] di [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-02-09|title=Masa Penjajahan Inggris di Indonesia Halaman all|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/140000669/masa-penjajahan-inggris-di-indonesia|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-02|archive-date=2023-05-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230502172155/https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/140000669/masa-penjajahan-inggris-di-indonesia|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|last=Indonesia|first=C. N. N.|title=Inggris Pernah Menjajah Indonesia, Bagaimana Sejarahnya? - Halaman 2|url=https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220915132302-106-848230/inggris-pernah-menjajah-indonesia-bagaimana-sejarahnya|website=internasional|language=id-ID|access-date=2023-05-02|archive-date=2023-05-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230506174333/https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220915132302-106-848230/inggris-pernah-menjajah-indonesia-bagaimana-sejarahnya|dead-url=no}}</ref> Selain karena kebijakannya tersebut, Raffles juga dikenal sebagai seorang peminat [[Sejarah Jawa|sejarah]], [[Budaya Jawa|budaya]], dan [[Suku Jawa|masyarakat Jawa]]. Di bawah pengawasannya, banyak situs-situs [[Monumen|monumen kuno]] yang ditemukan dan digali setelah sekian lama terkubur dan dilupakan penduduk setempat saat itu. Contohnya ialah [[Candi Prambanan]] di [[Kabupaten Sleman|Sleman]] dan [[Kabupaten Klaten|Klaten]], [[Borobudur|Candi Borobudur]] di [[Kabupaten Magelang|Magelang]], dan [[Situs Trowulan|struktur-struktur kota kuno di Trowulan]].<ref>{{Cite book|last=Miksic|first=John|date=1990|title=Borobudur: Golden Tales of the Buddhas|author1-link=John N. Miksic}}</ref><ref>Carey, Peter, The Power of Prophecy: Prince Dipanagara and the End of an Old Order in Java, 1785-1855, 2008</ref> Ia juga menuliskan buku tentang sejarah dan keadaan sosiokultural di Pulau Jawa, yang berjudul ''[[The History of Java]]'' dan diterbitkan pada tahun 1817.
 
Setelah Belanda terbebas dari kekuasaan Prancis pada tahun 1813, [[Bangsa Belanda|pihak Belanda]] dan [[Bangsa Inggris|pihak Inggris]] merundingkan dan menandatangani [[Perjanjian Inggris-Belanda 1814|perjanjian pada tahun 1814]], yang secara garis besar menyebutkan bahwa Britania Raya mengembalikan koloni Belanda seperti pada tanggal 1 Januari 1803. Setelah peperangan era Napoleon berakhir pada tahun 1815, Britania Raya menyerahkan kembali Pulau Jawa ke Belanda, yang berhasil memegang kendali penuh atas Pulau Jawa dan bagian-bagian koloni lain di Hindia Belanda setahun setelahnya. Pada tahun-tahun berikutnya, Belanda mengirimkan armada militernya untuk menaklukkan negara-negara lainnya di [[Nusantara]].<ref>{{cite web|author1=Campbell, Donald Maclaine, 1869-1913; Wheeler, G. C|title=Java: past & present, a description of the most beautiful country in the world, its ancient history, people, antiquities, and products|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=711740|publisher=London : W. Heinemann|page=404|archive-url=https://web.archive.org/detailsweb/javapastpresentd01camp20210824162608/pagehttps:/404/modeopac.perpusnas.go.id/2upDetailOpac.aspx?id=711740|archive-date=19 December 20082021-08-24|access-date=24 August 2021|dead-url=unfit}}</ref>
 
[[Berkas:Caldera Mt Tambora Sumbawa Indonesia.jpg|300px|jmpl|Ketampakan kaldera [[Gunung Tambora]], yang menjadi bukti letusan dahsyat gunung ini pada tahun 1815.]]
Sementara proses serah terima Hindia Belanda antara pihak Britania dan pihak Belanda sedang terjadi, [[Gunung Tambora]] di [[Pulau Sumbawa]] meletus dengan dahsyat. Gunung ini sebenarnya telah mengeluarkan gemuruh dan asap hitam sejak tahun 1812,<ref name="Stothers1984a">{{cite journal|last=Stothers|first=R. B.|date=1984|title=The Great Tambora Eruption in 1815 and Its Aftermath|journal=[[Science]]|volume=224|issue=4654|pages=1191–1198|doi=10.1126/science.224.4654.1191}}</ref> tetapi pada tanggal 5 April 1815, gunung ini mulai mengeluarkan letusan dan gemuruh yang hebat, yang suaranya terdengar hingga ke [[Sumatra|Pulau Sumatra]] dan [[Maluku|Kepulauan Maluku]]. Lalu pada tanggal 10–11 April, Gunung Tambora akhirnya mengeluarkan letusan terdahsyatnya kala itu,<ref name="Stothers1984a" /> bahkan letusannya diperkirakan memiliki skala [[Volcanic Explosivity Index|VEI]] sebesar 7, sehingga [[abu vulkanik]] yang dikeluarkan mencapai volume sekitar 100 &nbsp;km<sup>3</sup>, yaitu empat kali lebih besar dari letusan [[Krakatau|Gunung Krakatau]] pada tahun 1883.<ref name="Briffa1998">{{cite journal|last=Briffa|first=K.R.|title=Influence of volcanic eruptions on Northern Hemisphere summer temperature over 600 years|url=http://dx.doi.org/10.1038/30943|journal=[[Nature]]|volume=393|pages=450–455|coauthors=Jones, P.D., Schweingruber, F.H. and Osborn T.J.|access-date=2023-05-17|archive-date=2023-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20230810201818/https://www.nature.com/articles/30943|dead-url=no}}</ref> Abu tersebut bahkan mencapai [[Kalimantan|Pulau Kalimantan]] dan [[Sulawesi]] dengan ketebalan 1 &nbsp;cm<sup>3</sup>. Setelah letusan dahsyat tersebut, aktivitas vulkanik gunung ini berangsur-angsur mereda hingga pada tanggal 17 April.<ref name="Stothers1984a" /> Akibat letusan ini, sebanyak 71 ribu jiwa menjadi korban jiwa dari erupsi gunung ini, dengan 11–12 ribu jiwa diperkirakan menjadi korban langsung saat letusan.<ref name="Stothers1984a" /> Sementara itu, letusan ini juga kemungkinan besar menjadi penyebab terjadinya [[tahun tanpa musim panas]] setahun setelah letusan (1816), yang memakan korban belasan ribu jiwa.<ref name="EvansRobert">Evans, Robert [httphttps://web.archive.org/web/20210110072743/https://www.smithsonianmag.com/history/blast-from-the-past-65102374/ Blast from the Past], ''Smithsonian Magazine''. July 2002, p. 2</ref> Kaldera yang besar juga terbentuk akibat runtuhnya puncak Gunung Tambora setelah [[dapur magma]] menjadi kosong karena letusan, padahal gunung ini diperkirakan merupakan salah satu gunung tertinggi di [[Nusantara]] pada saat itu.<ref name="Stothers1984a" />
 
Oleh karena wilayah yang dikembalikan merupakan koloni Belanda sebelum tahun 1803, wilayah kolonial di Nusantara yang diklaim oleh Britania Raya dan bukan milik Belanda pada tahun itu secara otomatis masih menjadi milik Britania Raya, termasuk wilayah [[Bengkulu|Bencoolen]] (sekarang Bengkulu). Raffles dikirim kembali ke Nusantara, tetapi kali ini sebagai Letnan Gubernur Bengkulu, kemudian melakukan ekspedisi ke berbagai tempat, seperti Padang, Achin (Aceh), Rhio (Riau), Melaka, dan Singapura, meskipun ia dan pasukannya beberapa kali berseteru dengan pasukan Belanda yang juga menginginkan wilayah yang sama.<ref>{{Cite journal|last=Borschberg|first=Peter|date=2019|title=Dutch objections to British Singapore, 1819–1824: law, politics, commerce and a diplomatic misstep|journal=[[Journal of Southeast Asian Studies]]|volume=50|issue=4|pages=540–561|doi=10.1017/S0022463420000053|s2cid=226792993}}</ref>
Baris 252:
==== Perluasan wilayah kolonial Hindia Belanda ====
{{utama|Hindia Belanda}}
Setelah [[Perjanjian Inggris-Belanda 1814|Perjanjian Inggris-Belanda pada tanggal 13 Agustus 1814]] di [[London]] dan berakhirnya [[Peperangan era Napoleon|peperangan Napoleon]], [[Kerajaan Belanda|Belanda]] secara perlahan-lahan mengambil kembali koloninya satu per satu. Pada tanggal 28 Agustus, Belanda membentuk angkatan militer untuk [[Hindia Belanda]] yang bernama [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda]] (KNIL).<ref>{{Cite web|last=|first=|date=2 Juni 2016|title=Staatsblad 2016 No. 258|url=https://zoek.officielebekendmakingen.nl/stb-2016-258.pdf|website=Overheid.nl|access-date=2020-12-05|archive-date=2022-04-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20220424070820/https://zoek.officielebekendmakingen.nl/stb-2016-258.pdf|dead-url=no}}</ref> Pada tahun 19161816, Belanda berhasil mengambil alih seluruh koloni milik Belanda seperti sebelum peperangan Napoleon pecah. Setelah itu, Komisaris Jenderal Hindia Belanda, yaitu badan yang mengatur pengambilalihan wilayah Hindia Belanda, merestrukturisasi pemerintahan di Hindia Belanda dan membentuk ''Regeringsreglement'' (Peraturan Pemerintah) yang kemudian mengatur struktur pemerintahan Hindia Belanda selama beberapa dekade ke depan.<ref name=":2wright-ad">H.R.C. Wright, "The Anglo-Dutch Dispute in the East, 1814-1824." ''Economic History Review'' 3.2 (1950): 229-239 [https://web.archive.org/web/20200625203303/https://www.jstor.org/stable/2590770 online].</ref> Peraturan ini menyiratkan pandangan politik yang disebut ''[[Pax Nederlandica]]'', yaitu upaya Belanda untuk menguasai dan menduduki wilayah Nusantara dengan praktik kolonisasi yang lebih keras dan pembagian masyarakat ke dalam [[Kasta|sistem kasta]].<ref>{{Cite web|title=Pax Nederlandica: Kuasa Politik Apartheid Zaman Hindia Belanda - Semua Halaman - National Geographic|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/132507373/pax-nederlandica-kuasa-politik-apartheid-zaman-hindia-belanda|website=nationalgeographic.grid.id|language=id|access-date=2023-05-05|archive-date=2023-05-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230506153901/https://nationalgeographic.grid.id/read/132507373/pax-nederlandica-kuasa-politik-apartheid-zaman-hindia-belanda|dead-url=no}}</ref> Sesuai pandangan tersebut, Belanda mulai mengerahkan KNIL ke wilayah-wilayah lain di Nusantara untuk memperluas wilayah [[Hindia Belanda]].
 
[[Berkas:Mahmud Badaruddin II.jpg|jmpl|175px|Ilustrasi Sultan [[Mahmud Badaruddin II dari Palembang|Mahmud Badaruddin II]].|kiri]]
Ekspansi koloni ke luar [[Jawa|Pulau Jawa]] yang dilakukan oleh Belanda tentu saja mendapat perlawanan penduduk setempat yang diserang oleh armada Belanda.<ref name=":0riclefs-id">{{cite book|last1=Ricklefs|first1=M C|date=1991|title=A History of Modern Indonesian since c.1300|location=Houndmills, Baingstoke, Hampshire and London|publisher=The Macmillan Press Limited|isbn=0-333-57690-X|edition=Second|pages=271, 297}}</ref> Misalnya, pemberontakan yang dilancarkan oleh rakyat Maluku di bawah kepemimpinan [[Pattimura]] mulai pada bulan Mei 1817 terhadap pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] yang sewenang-wenang dan menyengsarakan rakyat kecil. Pemberontakan tersebut berakhir dengan ditangkapnya Pattimura dan beberapa tokoh pejuang lainnya, yang kemudian [[Hukuman gantung|dihukum gantung]] di depan [[Benteng Victoria]] di [[Kota Ambon|Ambon]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-07-20|title=Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-06|archive-date=2023-03-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20230330062752/https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|dead-url=no}}</ref> Lalu pada tahun 1819, Belanda melakukan ekspedisi untuk menguasai negara [[Kesultanan Palembang|Palembang]], yang disebut [[Perang Menteng]], tetapi dikalahkan oleh pasukan Palembang yang dipimpin oleh [[Mahmud Badaruddin II dari Palembang|Mahmud Badaruddin II]], Sultan Palembang saat itu. Kemudian dua tahun setelahnya, Belanda kembali melakukan [[Ekspedisi Palembang II|penyerangan ke Palembang]], tetapi kali ini dengan taktik serangan tiba-tiba. Taktik tersebut berhasil mengecoh pasukan Palembang, sehingga Palembang akhirnya berhasil dilumpuhkan oleh pasukan KNIL. Badaruddin dan keluarganya ditangkap lalu diasingkan ke [[Kota Ternate|Ternate]], sementara negara Palembang resmi dihapuskan.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-06-12|title=Perang Menteng: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampak Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/12/080000879/perang-menteng--latar-belakang-kronologi-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-06|archive-date=2023-05-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230506155257/https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/12/080000879/perang-menteng--latar-belakang-kronologi-dan-dampak|dead-url=no}}</ref>
 
Konflik di negeri [[Orang Minangkabau|suku Minangkabau]], khususnya di negara [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]], antara [[kaum Padri]] (pendukung penegakan [[syariat Islam]] dalam [[Orang Minangkabau|tatanan adat Minangkabau]]) dan [[kaum Adat]] (pendukung [[Budaya Minangkabau|adat dan tradisi murni Minangkabau]]) akhirnya memicu pecahnya [[Perang Padri]] yang pecah pada tahun 1803. Setelah Pagaruyung direbut oleh kaum Padri pada tahun 1815, kaum Adat yang terdesak kemudian meminta bantuan kepada [[Hindia Belanda|pemerintah kolonial Hindia Belanda]], yang saat itu baru selesai menstabilkan pemerintahan kolonial di Hindia Belanda, dan akhirnya membuat suatu kesepakatan dengan pihak Belanda. Belanda mulai ikut ambil bagian dalam pertempuran sejak tahun 1821. Perlawanan kaum Adat bersama pasukan KNIL itu sempat mengalami kekalahan akhirnya melakukan gencatan senjata dengan pihak [[kaum Padri]] pada tahun 1825, setelah Belanda yang terpecah karena meletusnya [[Perang Diponegoro]].<ref name=":1riclefs-id" /><ref name="imam-bonjol">Sjafnir Aboe Nain, 2004, ''Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB), transl., Padang: PPIM.''</ref><ref name=":0" />
 
[[Berkas:Partition of the Johor Empire.png|200px|jmpl|Pembagian [[Kesultanan Johor|Kesultanan Johor-Lingga]] menjadi koloni Britania ([[Johor]], [[Kerajaan Pahang|Pahang]], [[Singapura]]) dan Belanda ([[Kesultanan Lingga|Riau-Lingga]], [[Kerajaan Indragiri|Indragiri]])]]
Sementara itu, ekspansi yang dilakukan oleh Belanda juga mendapat perlawanan dari sesama [[Eropa|bangsa Eropa]], yaitu armada pasukan dari [[bangsa Inggris]] yang juga telah mengklaim beberapa wilayah di Nusantara. Perselisihan tersebut diawali dengan pembentukan [[Singapura]] sebagai tempat bermarkasnya pasukan Britania, yang ditentang oleh [[Belanda]] pada tahun 1819. Oleh karena didesak oleh para [[pedagang]] yang menginginkan kejelasan batas wilayah kolonial di [[Timur Jauh]], pihak Belanda dan pihak Britania akhirnya mulai melakukan perundingan pada tanggal 20 Juli 1820. Meskipun begitu, perundingan kemudian ditunda pada tanggal 5 Agustus 1820. Perundingan dilanjutkan pada tanggal 15 Desember 1823, hingga akhirnya perundingan tersebut menghasilkan [[Perjanjian Inggris-Belanda 1824|perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 Maret 1824]], juga di [[London]]. Secara garis besar, perjanjian ini menyebutkan bahwa Belanda akan melepaskan seluruh wilayah jajahannya di [[Semenanjung Malaka]], [[Singapura]], dan [[Anak benua India|Anak Benua India]] kepada Britania Raya, tetapi sebaliknya, Britania Raya akan melepaskan seluruh wilayah jajahannya di [[Sumatra|Pulau Sumatra]], [[Kesultanan Lingga|Riau-Lingga]] (sekarang [[Kepulauan Riau]]), dan Banka-Biliton (sekarang [[Kepulauan Bangka Belitung]]) kepada Belanda.<ref name=":2wright-ad" /> Perjanjian tersebut secara tegas membagi wilayah kolonial di Nusantara menjadi [[Malaya Britania]] (diteruskan oleh [[Malaysia]] dan [[Singapura]]) dan [[Hindia Belanda]] (diteruskan oleh [[Indonesia]]). Perjanjian tersebut [[Ratifikasi|diratifikasi]] oleh Britania Raya pada tanggal 30 April 1824 dan oleh Belanda pada 2 Juni 1824. Kedua belah pihak kemudian bertemu kembali di London pada tanggal 8 Juni 1824 untuk saling menukarkan dokumen hasil ratifikasi.<ref name=":2wright-ad" />
 
Selama perundingan tersebut, Belanda tetap melakukan misi [[kolonialisme]] dan [[imperialisme]] di Nusantara. Pada tahun 1823, [[Pemberontakan di Kalimantan Barat (1823)|pemberontakan di Pulau Kalimantan bagian barat]] oleh [[Tionghoa|orang-orang Tionghoa]], karena berselisih paham dengan pemerintah kolonial, berhasil diredam oleh KNIL.<ref>Kepper G. 1900. ''Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger''; 1816-1900. [[Den Haag]]: M.M. Cuvee.</ref> Pada tahun 1824, pasukan KNIL yang dipimpin oleh [[Godert Alexander Gerard Philip baron van der Capellen]] [[Perang Bone I|melawat]] ke negara [[Kesultanan Bone|Bone]], yang sebelumnya melakukan hubungan kerja saja dengan Belanda setelah [[Perjanjian Bungaya]], untuk merundingkan pembaruan pengakuan perjajian tersebut dengan pihak Bone. Namun, Bone ternyata ingin tidak ingin lagi melakukan kerja sama dengan pihak Belanda. Belanda yang tidak terima kemudian mengerahkan pasukan KNIL untuk menduduki Sulawesi, tetapi mereka mengalami kekalahan karena kekurangan pasukan, dan bahkan beberapa pos Belanda direbut oleh pasukan Bone. Pada tahun 1925, Pemerintah Hindia Belanda [[Perang Bone II|mengirimkan sejumlah besar pasukan]] beserta beberapa [[artileri]] untuk menangkap keluarga kerajaan Bone. Namun, sultan Bone dan pembesar-pembesarnya ternyata telah meninggalkan istana dan mengungsi ke pedalaman. Akibat peperangan yang pecah di Jawa dan Sumatra, pasukan pengejar dari KNIL terpaksa ditarik untuk menyelesaikan pertempuran.<ref>M. C. Ricklefs, ''A History of Modern Indonesia: c.1300 to the Present'' (Macmillan, 1981), p. 129.</ref> Pasukan KNIL kembali dikerahkan setelah Perang Padri selesai pada tahun 1838, dan pada tahun yang sama, pihak Bone akhirnya menyerah dan bersedia mengakui kembali Perjanjian Bungaya.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-06-29|title=Perang Bone: Latar Belakang dan Kronologi Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/29/130000979/perang-bone-latar-belakang-dan-kronologi|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-08|archive-date=2023-05-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20230509135004/https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/29/130000979/perang-bone-latar-belakang-dan-kronologi|dead-url=no}}</ref>
 
[[Berkas:Raden Saleh - Diponegoro arrest.jpg|300px|jmpl|Lukisan ''[[Penangkapan Pangeran Diponegoro]]'', oleh [[Raden Saleh]].|kiri]]
Di [[Jawa]], pemerintah kolonial Belanda merencanakan pembangunan jalan di sekitar [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]] pada bulan Mei 1825, dengan memasang patok-patok di setiap tanah yang akan dibangun jalan tersebut. Namun, jalan tersebut ternyata melewati lahan makam leluhur [[Diponegoro]] di [[Tegalrejo, Magelang|Tegalrejo]]. Diponegoro yang marah karena keputusan sepihak Belanda, ditambah faktor-foktor lain seperti penindasan sewenang-wenang Belanda terhadap rakyat Jawa dan ikut campur Belanda dalam keluarga [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|keraton]], membuatnya mengerahkan pasukan dari rakyat jelata dan beberapa bangsawan yang simpatik untuk memberontak melawan Belanda dan Yogyakarta.<ref name="carey">Peter Carey. 2014. ''Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855)''. Penerjemah: Bambang Murtianto. Editor: Mulyawan Karim. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-799-8.</ref> Awalnya, mereka menggunakan strategi [[gerilya]] yang berhasil mengecoh tentara KNIL. Sayangnya, pemerintah Belanda yang mulai menganggap serius perlawanan pasukan Diponegoro kemudian mengerahkan pasukan [[infanteri]], [[kavaleri]], dan [[artileri]] yang berhasil melumpuhkan dan memukul mundur pasukan Diponegoro.<ref>{{Cite web|last=Tim|title=Sejarah Perang Diponegoro, Pertempuran Besar di Tanah Jawa|url=https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20210702174417-574-662437/sejarah-perang-diponegoro-pertempuran-besar-di-tanah-jawa|website=edukasi|language=id-ID|access-date=2023-05-04|archive-date=2023-05-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20230507160413/https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20210702174417-574-662437/sejarah-perang-diponegoro-pertempuran-besar-di-tanah-jawa|dead-url=no}}</ref> Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, pasukan KNIL di bawah komando [[Hendrik Merkus de Kock]] berhasil menjepit Diponegoro dan membuatnya menyerah. Hampir seluruh penguasa lokal di Jawa tunduk menyerah pada Belanda, sementara Diponegoro yang ditangkap kemudian diasingkan ke [[Kota Manado|Manado]], lalu dipindahkan ke [[Kota Makassar|Makassar]].<ref name="carey" />
 
[[Berkas:Naar-beide-zijden-front.jpg|300px|jmpl|Lukisan pertempuran Perang Padri.]]
Setelah Belanda menyelesaikan perang di Jawa tersebut, Belanda kembali melanjutkan [[Perang Padri]] di tanah Minangkabau pada tahun 19311831, dengan memulai [[operasi militer]] melawan kaum Padri. Semua berjalan sesuai rencana, hingga kaum Adat, yang tanpa disadari oleh pihak Belanda, mulai bersekongkol dengan pihak kaum Padri dan berkhianat kepada Belanda pada tahun 19331833, dengan menyerang beberapa kubu pertahanan dan [[garnisun]] Belanda.<ref>Abdullah, Taufik (1966). ''Adat dan Islam: an Examination of Conflict in Minangkabau''. Indonesia. No. 2, 1-24.</ref> Melihat hal ini, Belanda mulai menyadari bahwa mereka bukan hanya harus menghadapi kaum Padri, tetapi menghadapi [[orang Minangkabau]] secara keseluruhan. Sejak saat itu, Belanda mulai berusaha untuk menarik hati penduduk-penduduk sekitar sembari tetap menyerang pos-pos milik kaum Padri.<ref name=":1riclefs-id" /><ref name=":0imam-bonjol" /> Setelah pertempuran demi pertempuran yang berkepanjangan, Perang Padri akhirnya berakhir pada tanggal 28 Desember 1838,<ref>''Sejarah Untuk SMP dan MTs''. Grasindo. ISBN 978-979-025-198-4.</ref> setelah seluruh [[benteng]] milik kaum Padri jatuh ke tangan Belanda dan negara Pagaruyung runtuh. Wilayah bekas kerajaan tersebut diserap ke dalam wilayah kolonial Hindia Belanda.<ref>H.R.C. Wright, name="The Anglowright-Dutch Dispute in the East, 1814-1824.ad" ''Economic History Review'' 3.2 (1950): 229-239 [https://www.jstor.org/stable/2590770 online].</ref>
 
[[Berkas:Raden Sarief Bastaman Saleh - Johannes Graaf van den Bosch.jpg|jmpl|200px|[[Johannes van den Bosch]], pencetus ''[[Cultuurstelsel]]''. Lukisan oleh [[Raden Saleh]].|kiri]]
Setelah peperangan dan ekspedisi yang dilakukan oleh KNIL, Hindia Belanda telah mencakup sebagian besar [[Jawa|Pulau Jawa]], [[Pesisir Barat Sumatra|pantai barat Sumatra]], [[Sumatra|Pulau Sumatra]] bagian selatan, [[Pulau Bangka]] dan [[Pulau Belitung]], [[Kota Makassar|Makassar]] dan sekitarnya, bagian ujung utara [[Sulawesi|Pulau Sulawesi]], [[Maluku]] bagian tengah, dan [[Kota Kupang|Kupang]]. Namun akibatnya, keuangan Belanda semakin menjadi carut-marut dan nyaris di ambang [[kebangkrutan]]. [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] yang menjabat pada saat itu, yaitu [[Johannes van den Bosch]], mengeluarkan kebijakan yang disebut ''[[Cultuurstelsel]]'' (Sistem Tanam Paksa) pada tahun 1830, yang pada intinya mengharuskan [[pribumi]] (''inlander'') memberikan 20% tanah pertanian untuk ditanami tanaman [[komoditas]] [[ekspor]] Belanda, atau memaksa petani untuk bekerja di tanah pertanian milik pemerintah selama 60 hari per tahun.<ref name=":02">{{Cite web|last=Ningsih|first=Widya Lestari|date=2022-07-27|title=Johannes van den Bosch, Penggagas Sistem Tanam Paksa|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/27/140000179/johannes-van-den-bosch-penggagas-sistem-tanam-paksa|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-15|archive-date=2023-07-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20230718181126/https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/27/140000179/johannes-van-den-bosch-penggagas-sistem-tanam-paksa|dead-url=no}}</ref> Kebijakan tersebut terbukti berhasil menstabilkan kas pemerintah kolonial Belanda dan memajukan jumlah ekspor Hindia Belanda ke tingkat yang lebih tinggi dibandingkan ekspor masa VOC, sehingga Belanda terlepas dari jeratan kebangkrutan dan bahkan mampu membayar lunas [[Utang|utang-utang]] yang tersisa setelah VOC bangkrut. Walaupun demikian, kebijakan tersebut justru membuat keadaan penduduk lokal di Hindia Belanda semakin lama semakin terpuruk, hingga bencana [[kelaparan]] hebat dan [[wabah]] penyakit bermunculan pada tahun 1840-an.<ref>{{Cite book|last1=Schendel|first1=Willem van|date=17 June 2016|url=https://books.google.com/books?id=Ug9qDAAAQBAJ&pg=PA31&lpg=PA31&dq=cultivation+system+java+famine#q=cultivation%20system%20java%20famine|title=Embedding Agricultural Commodities: Using Historical Evidence, 1840s–1940s, edited by Willem van Schendel, from google (cultivation system java famine) result 10|isbn=9781317144977}}</ref> Perlawanan dari rakyat kecil dan bahkan dari para pedagang yang menginginkan sistem [[pasar bebas]] akhirnya menghilangkan kebijakan ini pada tahun 1870-an.
 
Sementara kebijakan ''Cultuurstelsel'' diberlakukan, Belanda juga masih tetap melakukan ekspedisi dan penyerangan ke wilayah-wilayah luar Jawa untuk memperluas cakupan wilayah [[Hindia Belanda]]. Pada tahun 1831, Belanda mulai mengirimkan pasukan KNIL untuk [[Invasi Belanda ke Pantai Barat Sumatra (1831)|menyerang wilayah pesisir bagian barat di Sumatra]], sebagai respons dari kenekatan orang-orang [[Kesultanan Aceh|Aceh]] yang menduduki pos-pos milik Belanda di [[Pesisir Barat Sumatra|wilayah tersebut]].<ref>Terwogt WA. [[1900]]. ''Het land van Jan Pieterszoon Coen: Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië''. [[Hoorn]]: P. Geerts.</ref> Setahun kemudian, [[Amerika Serikat]] (AS) juga mengirimkan pasukan ke Aceh, terutama daerah [[Kuala Batee, Aceh Barat Daya|Kuala Batee]], untuk membantu pasukan KNIL, karena merasa dirugikan setelah penduduk Kuala Batee merompak kapal ''[[Friendship (1830-an)|Friendship]]'' milik AS dan membantai [[Pelaut|anak buah kapal]] tersebut.<ref>{{cite book|last=Warriner|first=Francis|year=1835|url=http://books.google.com/books?id=1ckCAAAAYAAJ&pg=PA111&lpg=PA111&dq=quallah+battoo&source=web&ots=1rS4K4l2SS&sig=T5cVh6oqOwNiHnWHy7G72CVwuWU&hl=en|title=Cruise of the United States frigate Potomac round the world: during the years 1831-34|location=New York|publisher=Leavitt, Lord & Co.|isbn=|pages=|doi=|id=|authorlink=Francis Warriner|coauthors=}}</ref> Pertempuran berhenti setelah orang-orang Aceh menyerah.
 
Akibat kebijakan ''Cultuurstelsel'', rakyat [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]] yang dihasut oleh oleh [[Tuan Gadang|Datuk Pamuncak]] kemudian melakukan [[Pemberontakan di Pantai Barat Sumatra (1841)|pemberontakan terhadap Belanda]], yang dimulai pada tanggal 22 Februari 1841. Pemberontakan tersebut menyulut pemberontakan lain di seputar daerah [[Orang Minangkabau|suku Minangkabau]], hingga ke kawasan [[Kota Bukittinggi|Fort de Kock]] (sekarang di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]]) dan [[Benteng Van der Capellen|Fort Van der Capellen]] (sekarang di [[Batusangkar (kota)|Batusangkar]]). Dalam pemberontakan tersebut, beberapa tentara KNIL dari kalangan Belanda dan [[Pribumi-Nusantara|pribumi]] tewas.<ref>Zulqaiyyim, (1997), ''Peristiwa Batipuh tahun 1841: suatu studi kasus tentang gerakan sosial di SumatraSumatera Barat: laporan penelitian'', Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Lembaga Penelitian, Universitas Andalas</ref> Pemberontakan berhasil diredam seminggu setelahnya oleh [[Andreas Victor Michiels]]. Setelah pemberontakan tersebut, penduduk [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]] dihukum [[kerja paksa]].<ref>{{Cite web|last=Yuandha|first=Ade|date=2021-11-09|title=Sejarah Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh di Kabupaten Tanah Datar|url=https://halonusa.com/sejarah-cagar-budaya-tapak-rumah-gadang-tuan-gadang-batipuh-di-kabupaten-tanah-datar/|website=Halonusa.com|language=id|access-date=2023-05-07|archive-date=2023-05-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20230508145020/https://halonusa.com/sejarah-cagar-budaya-tapak-rumah-gadang-tuan-gadang-batipuh-di-kabupaten-tanah-datar/|dead-url=no}}</ref>
 
[[Berkas:Aanval der Baliers bij Kasoemba.jpg|jmpl|300px|Pasukan [[Bali]] melawan pasukan KNIL di [[Kusamba, Dawan, Klungkung|Kusamba]]. Ilustrasi dari ''Wapenfeiten van het Nederlandsch-Indisch Leger'' oleh G. L. Kepper (1902).]]
Pada tahun 1846, [[Perang Bali I|Hindia Belanda mengerahkan pasukan KNIL]] ke negara [[Kerajaan Buleleng|Buleleng]] di [[Bali]] utara untuk menguasai daerah tersebut, dengan dalih bahwa pihak Buleleng tidak mengindahkan kerja sama dengan pihak Belanda dan bahwa pihak Belanda menentang hak [[Tawan Karang|tawan karang]] milik raja-raja Bali, yaitu hak merampas kapal yang karam di wilayah Bali beserta muatannya, yang dianggap melanggar [[hukum internasional]]. Belanda mulai menguasai wilayah Buleleng dan [[Kerajaan Karangasem|Karangasem]] dengan kekuatan militer, hingga akhirnya tentara KNIL menduduki [[Singaraja]], ibu kota Buleleng pada awal tahun 1848. Orang Bali utara bersedia untuk menandatangani perjanjian dan membiarkan Belanda mendirikan markas di Buleleng.<ref name="Pringle">[https://books.google.com/books?id=5TOBKsLvjjkC&pg=PA97 ''A short history of Bali: Indonesia's Hindu realm'' by Robert Pringle[https://books.google.com/books?id=5TOBKsLvjjkC&pg=PA97]</ref> Namun, setelah KNIL kembali ke Jawa, orang Bali melanggar perjanjian tersebut dan bahkan melakukan penyerangan di bawah komando [[I Gusti Ketut Jelantik]], seorang [[patih]] Buleleng. [[Perang Bali II|Pasukan KNIL kembali dikerahkan untuk menumpas pemberontakan]] pada pertengahan tahun 1848, tetapi pasukan Buleleng, yang berpindah markas ke [[Jagaraga, Sawan, Buleleng|Jagaraga]] setelah pasukan KNIL berlabuh di Bali, kali ini berhasil mengalahkan dan mengusir tentara KNIL.<ref name="Pringle" /> Belanda yang tidak terima kemudian [[Perang Bali III|mengirimkan armada dengan jumlah pasukan yang jauh lebih besar]] di bawah komando [[Andreas Victor Michiels]]. Kali ini, mereka memilih menyerang melalui gabungan jalur laut dan darat. Buleleng yang dengan cepat dikuasai oleh tentara KNIL membuat sejumlah orang Buleleng melakukan [[ritual]] [[bunuh diri massal]] (''[[puputan|]]''puputan'']]), yang saat ini dikenal dengan peristiwa [[Perang Bali III|Puputan Jagaraga]].<ref name="Pringle" /> Sisa pasukan Buleleng kemudian melarikan diri ke negara-negara lain, salah satunya [[Karangasem, Karangasem|Karangasem]]. Namun, wilayah Karangasem akhirnya juga dikuasai dengan mudah berkat bantuan dari pasukan dari orang-orang dari [[Pulau Lombok]], yang bermusuhan dengan Karangasem. Dalam penyerangan ke Karangasem, Jelantik beserta I Gusti Ngurah Made Karangasem, raja Buleleng saat itu, gugur dalam pertempuran, sementara I Gusti Ngurah Gede Karangasem, raja Karangasem saat itu dan saudara sepupu dari Made Karangasem, melakukan ''puputan''.<ref name="Ring3">''International Dictionary of Historic Places: Asia and Oceania'' by Trudy Ring p.69 [https://books.google.com/books?id=vWLRxJEU49EC&pg=PA69]</ref> Pasukan KNIL kembali mengejar pasukan Bali yang melarikan diri ke [[Kerajaan Jembrana|Jembrana]] dan [[Kerajaan Klungkung|Klungkung]]. Namun, pengejaran ini terbukti tidaklah mudah bagi KNIL yang dihadang oleh pasukan Bali dari negara-negara selatan, yang kemudian diperparah dengan terbunuhnya Michiels dalam serangan mendadak di [[Kusamba, Dawan, Klungkung|Kusamba]], Klungkung.<ref name="Pringle2">''A short history of Bali: Indonesia's Hindu realm'' Robert Pringle p.98''ff'' [https://books.google.com/books?id=5TOBKsLvjjkC&pg=PA98]</ref> Pihak Belanda dan pihak negara-negara Bali yang tidak menginginkan adanya pertumpahan darah lebih lanjut akhirnya menyetujui [[Perjanjian Kuta]] pada tahun 1850, yang membuat Hindia Belanda berhak memonopoli perdagangan di [[Kerajaan Bali|kerajaan-kerajaan Bali]], sementara Buleleng dan Jembrana jatuh ke tangan Belanda, serta Karangasem menjadi [[negara vasal]] Belanda yang dikuasai oleh orang-orang Lombok, terutama oleh [[Suku Bali|orang Bali-Mataram]].<ref name="RingRing3">''International Dictionary of Historic Places: Asia and Oceania'' by Trudy Ring p.69 [https://books.google.com/books?id=vWLRxJEU49EC&pg=PA69]</ref>
 
[[Berkas:Luitenant L. de Paauw op de versterking van Boni.jpg|kiri|jmpl|300x300px|Pasukan KNIL dalam menumpas pemberontakan di Bone (1859–1860). Ilustrasi diambil dari ''Wapenfeiten van het Nederlandsch-Indisch Leger'' oleh G. L. Kepper (1902).]]
Dalam beberapa tahun ke depannya, Belanda lebih gencar lagi melakukan penaklukan di beberapa wilayah Nusantara. Pada tahun 1850–1854, Belanda melakukan [[Pemberontakan di Kalimantan Barat (1854-1855)|penyerangan terhadap orang-orang Tionghoa]] di [[Kalimantan|Pulau Kalimantan]] bagian barat yang menolak membayar pajak dan melawan pemerintah kolonial.<ref name=":3terwogt">Terwogt WA. [[1900]]. ''Het land van Jan Pieterszoon Coen: Geschiedenis van de Nederlanders in Oost-Indië''. [[Hoorn]]: P. Geerts.</ref> Pada tahun 1851–1859, Hindia Belanda mengirimkan tentara KNIL untuk menaklukkan sisa-sisa pengikut negara Palembang yang telah runtuh.<ref name=":3terwogt" /> Antara tahun 1855–1864, Belanda [[Ekspedisi Nias|melancarkan beberapa penyerbuan]] ke [[Pulau Nias]] untuk menaklukkan daerah tersebut.<ref name=":3terwogt" /> Pada tahun 1858, [[Belanda]] [[Intervensi Belanda di Bali (1858)|memadamkan pemberontakan di Bali]] yang dikepalai oleh I Gusti Nyoman Ide Gempol. Pasukan pemberontak tersebut ditangkap dan Gempol diasingkan.<ref name="Hanna">{{cite book|last=Hanna|first=Willard A.|year=2004|title=Bali Chronicles: Fascinating People and Events in Balinese History|location=Singapore|publisher=Periplus}}</ref> Kemudian pada tahun 1859, [[Kesultanan Bone|Bone]] kembali memberontak dan [[Perang Bone (1859-1860)|berperang melawan pemerintah kolonial]]. Pasukan KNIL yang dikerahkan untuk melakukan [[Aksi Polisionil|agresi militer]] awalnya gagal menaklukkan Bone karena banyaknya prajurit KNIL yang tewas dan pasukan ditarik untuk sementara waktu, tetapi setahun setelahnya, [[Perang Bone II|pasukan KNIL yang lebih besar dikerahkan]] dan Bone berhasil ditundukkan. Sebagian wilayah Bone direbut oleh Belanda dan menjadi wilayah Hindia Belanda.<ref name=":3terwogt" />
[[Berkas:Pangeran Antasari Museum Lambung Mangkurat.JPG|200px|jmpl|Lukisan [[Pangeran Antasari|Antasari]] yang disimpan di [[Museum Lambung Mangkurat]].]]
Perebutan [[takhta]] [[Kesultanan Banjar|Banjar]] di antara [[Tamjidillah II]] (ditunjuk menjadi sultan Banjar oleh Belanda) dan [[Hidayatullah II dari Banjar|Hidayatullah II]] (diangkat sebagai [[mangkubumi]] pada saat itu) membuat rakyat Banjar terpecah. Pada awal 1859, [[Perang Banjar]] di antara kedua kubu pendukung masing-masing tokoh tersebut meletus, dengan KNIL memposisikan diri di pihak Tamjidillah. Tetapi tidak lama kemudian, Tamjidillah [[turun takhta]] pada bulan Juni 1859, dan karena Belanda melihat bahwa tidak ada penerus yang dapat menggantikan posisinya, maka Belanda secara sepihak membubarkan negara [[Kesultanan Banjar|Banjar]]. Namun, rakyat Banjar mengangkat Hidayatullah sebagai sultan Baru, lalu ia memimpin rakyat dari [[suku Banjar]] dan [[Suku Dayak|Dayak]] untuk memberontak terhadap pemerintahan kolonial. Setelah beberapa tahun bertempur melawan Belanda, pada bulan Maret 1862, Hidayatullah menyerah kepada pasukan KNIL dan kemudian diasingkan ke [[Cianjur, Cianjur|Cianjur]]. [[Pangeran Antasari|Antasari]] diangkat pemimpin pemerintahan tertinggi Banjar dan melanjutkan kepemimpinan pasukan pemberontakan. Namun setelah beberapa bulan, ia meninggal karena penyakit cacar pada tanggal 11 Oktober 1862. Pada tahun 1863, Belanda menetapkan bahwa perang telah berakhir, tetapi beberapa pemberontakan sporadis yang dipimpin oleh [[Muhammad Seman]] masih terjadi hingga kematiannya pada tahun 1905.<ref>{{cite book|last=Kielstra|first=Egbert Broer|date=1917|url=https://www.dbnl.org/tekst/_onz001191701_01/_onz001191701_01_0061.php|title=Onze Eeuw|location=Haarlem|publisher=Erven F. Bohn|volume=17|pages=12-30|language=nl|trans-title=Our Century|chapter=Het sultanaat van Bandjermasin|trans-chapter=The Sultanate of Bandjermasin|author-link=Egbert Broer Kielstra|access-date=2023-05-24|archive-date=2023-05-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20230509111134/https://www.dbnl.org/tekst/_onz001191701_01/_onz001191701_01_0061.php|dead-url=no}}</ref>
 
Pada tahun 1864–1868, pemerintah Hindia Belanda mengirimkan pasukan KNIL untuk menaklukkan [[suku Basemah]] yang meneror Palembang dan Benkoelen (Bengkulu).<ref>1900. W.A. Terwogt. ''Het land van Jan Pieterszoon Coen. Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië.'' P. Geerts. Hoorn</ref> Kemudian pada tahun 1868, pihak Belanda dan pihak Britania Raya kembali berembuk untuk menentukan wilayah-wilayah kolonial tambahan yang belum disepakati dalam perjanjian tahun 1824. Pada tanggal 8 September 1870, dua perjanjian Inggris-Belanda ditandatangani,<ref name=":4adhin">{{cite journal|last=Adhin|first=J. H.|year=1961|title=De immigratie van Hindostanen en de afstand van de Goudkust|url=http://www.kitlv-journals.nl/index.php/nwig/article/viewFile/5188/5955|journal=Nieuwe West-Indische Gids|volume=41|issue=1|pages=4–13|doi=10.1163/22134360-90002334|doi-access=free|access-date=2023-05-24|archive-date=2016-03-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20160305082759/http://www.kitlv-journals.nl/index.php/nwig/article/viewFile/5188/5955|dead-url=no}}</ref> salah satunya merupakan [[Perjanjian Sumatra|Perjanjian Siak]] yang berisi persetujuan pengintegrasian wilayah [[Kesultanan Siak Sri Inderapura|Siak Sri Inderapura]] ke dalam wilayah Hindia Belanda.<ref name="FCO12">Foreign and Commonwealth Office - [https://web.archive.org/web/20120927180810/http://www.fco.gov.uk/en/treaties/treaties-landing/records/08400/08422 Convention between Great Britain and the Netherlands relative to the treatment of British Subjects in the Kingdom of Siak Sree Indrapoora, in the Island of Sumatra] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120927180810/http://www.fco.gov.uk/en/treaties/treaties-landing/records/08400/08422|date=27 September 2012}}</ref> Sebenarnya pihak Belanda juga ingin memasukkan wilayah [[Kesultanan Aceh|Aceh]] ke dalam [[klausa]] perjanjian, tetapi niat tersebut dihalangi oleh pihak Britania yang menginginkan wilayah [[Pantai Emas Belanda]] di [[Afrika|Benua Afrika]], yang saat itu dikuasai oleh Belanda, sebagai gantinya.<ref name=":4adhin" /> [[Tweede Kamer|Dewan Perwakilan Belanda]] menolak meratifikasi Perjanjian Siak, sehingga pihak Belanda dan pihak Britania kemudian melakukan perembukan ulang. Pada tanggal 2 November 1871, kedua pihak menandatangani [[Perjanjian Sumatra]], yang juga menambahkan klausa penggabungan Aceh dan seluruh [[Sumatra|Pulau Sumatra]] ke dalam wilayah Hindia Belanda, selain klausa-klausa yang telah disepakati dalam Perjanjian Siak.<ref name="adhin" /><ref name="FCO4">Foreign and Commonwealth Office - [https://web.archive.org/web/20120928081529/http://www.fco.gov.uk/en/treaties/treaties-landing/records/08400/08427 Convention between Great Britain and the Netherlands, for the Settlement of their Mutual Relations in the Island of Sumatra] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120928081529/http://www.fco.gov.uk/en/treaties/treaties-landing/records/08400/08427|date=28 September 2012}}</ref><ref name=":4" />
 
[[Berkas:Generaal Kohler sneuvelt in de Mesigit.jpg|275px|jmpl|Ilustrasi [[Jenderal]] [[Johan Harmen Rudolf Köhler|J. H. Köhler]] yang terbunuh di dekat ''meuseugit'' (sekarang [[Masjid Baiturrahman Banda Aceh]]).|kiri]]
Setelah perundingan tersebut, Belanda mengerahkan pasukan untuk menyerang dan menguasai Aceh pada tahun 1873. Di bawah pimpinan [[Johan Harmen Rudolf Köhler]] dan [[Eeldert Christiaan van Daalen]], pasukan KNIL [[Perang Aceh I|berlabuh di Aceh dan mulai menyerang]] wilayah tersebut pada bulan Maret, tetapi sebulan kemudian, Belanda terpaksa menarik pasukan tersebut karena kurangnya persiapan.<ref>1874. ''Bijlage: Een slechte verdediging. Nog iets over Atjeh door generaal De Stuers in de Gids 1875, nr. 4''. C.A. Jeekel. ''[[Het Vaderland]]'' Jumat 23 april 1875.</ref> Pada akhir tahun yang sama, Belanda kembali menyerang, kali ini, dengan jumlah pasukan yang sangat besar. Pada bulan Januari 1874, pengikut setia, keluarga kerajaan Aceh, dan Sultan Aceh saat itu, [[Sultan Mahmud Syah|Mahmud Syah]], yang tidak sanggup membendung pasukan KNIL akhirnya melarikan diri dari [[Kota Banda Aceh|Kutaraja]] (sekarang [[Kota Banda Aceh|Banda Aceh]]), ibu kota negara Aceh, dan bersembunyi di pedalaman. KNIL yang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini langsung menduduki Banda Aceh dan mengumumkan secara sepihak pembubaran negara Aceh dan pengintegrasian wilayah Aceh ke dalam [[Hindia Belanda]]. Setelah [[Sultan Mahmud Syah|Mahmud Syah]] meninggal karena [[Kolera|penyakit kolera]] tidak lama setelah ia melarikan diri, [[Muhammad Daud Syah dari Aceh|Muhammad Daud Syah]] diangkat sebagai sultan dan pemimpin pejuang Aceh. Pasukan Aceh yang bersembunyi masih melancarkan beberapa perlawanan kecil terhadap pasukan Belanda yang menguasai Kutaraja.<ref name=":0riclefs-id" /> Pada dekade 1880-an, para [[ulama]] yang juga ikut dalam pasukan Aceh melawan Belanda, khususnya tokoh [[Teungku Chik di Tiro]], mulai [[Propaganda|mempropagandakan]] [[Perang Aceh]] sebagai [[Perang agama|perang jihad]] melawan pasukan Belanda yang dipandang sebagai "para penjajah [[kafir]]", sehingga peperangan ini mulai dipandang sebagai simbol perlawanan [[Muslim|umat Muslim]] terhadap [[Imperialisme|imperialisme Barat]].<ref name="Ibrahim133Ibrahim1332">Ibrahim, Alfian. "Aceh and the Perang Sabil." ''Indonesian Heritage: Early Modern History''. Vol. 3, ed. [[Anthony Reid (academic)|Anthony Reid]], Sian Jay and T. Durairajoo. Singapore: Editions Didier Millet, 2001. p. 132–133</ref>
 
Kedatangan Belanda ke negeri [[Suku Batak Toba#Kerajaan Batak|suku Batak]] dengan maksud untuk menguasai wilayah tersebut sekaligus melakukan [[Misi Kristen untuk orang Batak|misi Kristen]] di tanah Batak membuat rakyat setempat, khususnya [[Sisingamangaraja XII]], merasa terancam dengan kehadiran mereka. Pada tanggal 16 Februari 1878, [[Perang Batak]] antara pasukan Batak di bawah komando Sisingamangaraja dengan pasukan KNIL meletus. Pasukan Sisingamangaraja menyerang pasukan KNIL di pos-pos pertahanan milik Belanda. Pada bulan Desember, pasukan Sisingamangaraja membentuk aliansi dengan para pejuang dari Aceh yang juga sedang berperang dengan Belanda kala itu dan mereka bersama-sama melakukan taktik [[gerilya]] untuk menyulitkan Belanda. Selama satu dekade setelahnya, pertemputan antara pasukan Sisingamangaraja dan pasukan KNIL berjalan seimbang. Pasukan Sisingamangaraja berhasil merebut beberapa pos pertahanan milik Belanda, sementara Belanda menangkap dan menyiksa prajurit dari pasukan Sisingamangaraja. Pada tahun 1889, Belanda yang mulai melihat jalan buntu dalam peperangan tersebut akhirnya mengirimkan pasukan dengan jumlah yang lebih banyak lagi. Sejak saat itu, pasukan Sisingamangaraja mulai mengalami kekalahan dan jumlah prajurit semakin berkurang, hingga pada tanggal 17 Juni 1907, [[Korps Marechaussee te Voet]] (Marsose) dari KNIL berhasil mengepungnya dan sisa pasukannya di suatu desa bernama [[Parlilitan, Humbang Hasundutan|Sionom Hudon]]. Sisingamangaraja bersama kedua putranya gugur dalam pertempuran tersebut.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2020-10-26|title=Perang Batak (1878-1907) Halaman all|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/26/110937169/perang-batak-1878-1907|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-12|archive-date=2023-05-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20230513101121/https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/26/110937169/perang-batak-1878-1907|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-06-02|title=Sisingamangaraja XII: Kehidupan, Perjuangan, dan Perlawanan Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/02/142206479/sisingamangaraja-xii-kehidupan-perjuangan-dan-perlawanan|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-12|archive-date=2023-05-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20230513101116/https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/02/142206479/sisingamangaraja-xii-kehidupan-perjuangan-dan-perlawanan|dead-url=no}}</ref>
 
[[Berkas:Krakatoa evolution map-en.gif|jmpl|250px|Perkembangan [[Kepulauan Krakatau]] sebelum dan sesudah [[Krakatau|Gunung Krakatau]] meletus, hingga terbentuknya [[Anak Krakatau|Gunung Anak Krakatau]].]]
Selagi Belanda memperluas wilayah kolonial Hindia Belanda, bencana berupa letusan dahsyat [[Krakatau|Gunung Krakatau]] terjadi pada tahun 1883. Sebenarnya, aktivitas seismik yang intens telah tercatat mulai dari beberapa tahun sebelumnya. Mulai pada tanggal 20 Mei 1883, [[Gunung Perbuwatan|Perbuwatan]], yang merupakan puncak utara Gunung Krakatau, mengeluarkan asap dan uap yang kuat, yang terbawa hingga ke [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]). Mulai pada tanggal 16 Juni, erupsi yang lebih kuat dengan [[awan]] dan [[Asbut|kabut asap]] berwarna hitam tebal keluar dari Krakatau, dan pada tanggal 24 Juni, kawah baru, yang terbentuk di antara Perbuwatan dan [[Gunung Danan|Danan]] karena erupsi kuat tersebut, juga mulai mengeluarkan erupsi, sehingga kedua erupsi membentuk seperti dua pilar awan hitam yang besar. Pada awal bulan Agustus, pilar ketiga terbentuk dari erupsi Danan, sementara beberapa kawah kecil di sekitanya, yang mengeluarkan asap dan uap dalam jumlah banyak, terbentuk beberapa hari setelahnya, sehingga [[vegetasi]] di sekitar Gunung Krakatau mulai rusak dan hancur.<ref name="thornton">{{cite book|last1=Thornton|first1=Ian W. B.|date=1997|url=https://books.google.com/books?id=IhvoZAQnc1UC&pg=PA10|title=Krakatau: The Destruction and Reassembly of an Island Ecosystem|publisher=Harvard University Press|isbn=978-0-674-50572-8|pages=9–11|language=en}}</ref> Pada tanggal 25–26 Agustus, erupsi semakin intens dan dahsyat, hingga menimbulkan [[tsunami]] kecil. Akhirnya, empat letusan sangat dahsyat yang menandakan puncak erupsi [[gunung berapi]] ini terjadi pada tanggal 27 Agustus. Letusan ketiga, yang menjadi letusan terkuat di antara keempatnya, menghasilkan suara dengan intensitas hingga 180 [[Desibel|dB]]<ref name="KSCVAB">{{cite document|last1=Oliveira|first1=Justin M.|last2=Vedo|first2=Sabrina|last3=Campbell|first3=Michael D.|last4=Atkinson|first4=Joseph P.|year=2010|title=KSC VAB Aeroacoustic Hazard Assessment|url=https://ntrs.nasa.gov/archive/nasa/casi.ntrs.nasa.gov/20110002902.pdf|publisher=[[Kennedy Space Center|KSC]] Engineering, [[NASA]]|pages=43|access-date=15 November 2016|archive-date=2023-04-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230406174524/https://ntrs.nasa.gov/archive/nasa/casi.ntrs.nasa.gov/20110002902.pdf|dead-url=no}}</ref> Sedemikian lantangnya suara tersebut sehingga [[gendang telinga]] sebagian besar [[Pelaut|awak kapal]] RMS ''Norham Castle'' milik Britania Raya, yang kebetulan sedang berlayar di perairan [[Sumatra]] dekat [[Krakatau|Kepulauan Krakatau]], pecah karena gelombang suara yang hebat, dan bahkan suara mirip tembakan [[meriam]] masih dapat terdengar dari [[Perth, Australia Barat|Perth]] di [[Australia]] dan [[Rodrigues|Pulau Rodrigues]] dekat [[Mauritius]].<ref name="the eruption">{{cite web|author=Monique R. Morgan|date=January 2013|title=The Eruption of Krakatoa (also known as Krakatau) in 1883|url=http://www.branchcollective.org/?ps_articles=monique-morgan-the-eruption-of-krakatoa-also-known-as-krakatau-in-1883|publisher=BRANCH: Britain, Representation and Nineteenth-Century History|access-date=5 February 2019|archive-date=2023-07-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20230713011509/http://www.branchcollective.org/?ps_articles=monique-morgan-the-eruption-of-krakatoa-also-known-as-krakatau-in-1883|dead-url=no}}</ref> Tiap letusan menghasilkan [[tsunami]] yang mencapai tinggi hingga 30 m, yang menyebar hingga sampai ke [[Afrika|Benua Afrika]] dalam bentuk gelombang yang relatif besar dan [[Selat Inggris]] dalam bentuk gelombang kecil.<ref name="thornton" /><ref name="tsunamis">{{Cite news|last=Pararas-Carayannis|first=George|year=2003|title=Near and far-field effects of tsunamis generated by the paroxysmal eruptions, explosions, caldera collapses and massive slope failures of the Krakatau volcano in Indonesia on August 26–27, 1883|url=http://library.lanl.gov/tsunami/ts214.pdf|publisher=The Tsunami Society|volume=21|issue=4|pages=191–201|issn=8755-6839|access-date=29 December 2007|periodical=Science of Tsunami Hazards|archive-date=2023-07-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20230713011617/http://library.lanl.gov/tsunami/ts214.pdf|dead-url=no}}</ref> Seluruh vegetasi di sekitar [[Selat Sunda]] rata dengan tanah akibat [[awan panas]] dan gelombang tsunami,<ref name="winchester2">{{Cite book|last=Winchester|first=Simon|year=2003|title=Krakatoa: The Day the World Exploded, August 27, 1883|title-link=Krakatoa: The Day the World Exploded|publisher=Penguin/Viking|isbn=978-0-670-91430-2|author-link=Simon Winchester}}</ref> sementara korban manusia yang berjatuhan akibat [[letusan gunung]] dan [[tsunami]] berjumlah sekitar 36 ribu jiwa.<ref name="Explosive2">{{Cite journal|last=Bradley|first=Raymond S.|date=June 1988|title=The explosive volcanic eruption signal in northern hemisphere continental temperature records|url=http://www.geo.umass.edu/faculty/bradley/bradley1988.pdf|journal=Climatic Change|language=en|volume=12|issue=3|pages=221–243|bibcode=1988ClCh...12..221B|doi=10.1007/bf00139431|issn=0165-0009|archive-url=https://web.archive.org/web/20201103113755/http://www.geo.umass.edu/faculty/bradley/bradley1988.pdf|archive-date=3 November 2020|access-date=29 November 2019|s2cid=153757349|via=Springer|url-status=live}}</ref> Setelah letusan dahsyat keempat tersebut, dua pertiga bagian utara [[Pulau Rakata]] runtuh ke [[dasar laut]], serta menyisakan sepertiga bagian selatan pulau dan tebing curam yang merupakan sisa kaki [[Gunung Rakata|Puncak Rakata]] yang tidak runtuh.<ref name="thornton" /> Setelah letusan dahsyat tersebut, erupsi berkurang secara drastis hingga dinyatakan selesai pada bulan Oktober 1883, meskipun aktivitas seismik masih terasa di sekitar daerah tersebut hingga bulan Februari 1884. Letusan ini diperkirakan berkontribusi pada [[Musim dingin vulkanik|musim dingin vulkanis]] yang terjadi selama empat tahun setelah letusan terjadi dan pemandangan-pemandangan langit spektakuler yang diakibatkan oleh [[abu vulkanik]].<ref>{{Cite web|author=University of Minnesota|title=With a Bang: Not a Whimper|url=http://climate.umn.edu/pdf/mn_winter_1887-1888.pdf|archive-url=https://web.archive.org/web/20100622105435/http://climate.umn.edu/pdf/mn_winter_1887-1888.pdf|archive-date=22 June 2010|url-status=dead}}</ref>
 
[[Berkas:Teuku Umar.jpg|jmpl|273x273px|Potret foto Teuku Umar, salah satu [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional Indonesia]].|kiri]]
Belanda tetap memperluas wilayah tundukan mereka di wilayah Aceh sedikit demi sedikit, termasuk di antaranya adalah daerah [[Meulaboh]] pada tahun 1883. [[Teuku Umar]], sebagai penguasa lokal di Meulaboh, tunduk dan berdamai dengan pihak Belanda, sehingga ia dipercaya sebagai pemimpin pasukan yang membantu KNIL dalam perang melawan pasukan Aceh. Namun, penyerahan diri tersebut ternyata merupakan siasat Umar untuk mengelabui Belanda. Ketika Belanda kembali menyatakan perang terbuka dengan para pejuang gerilya Aceh pada tahun 1884, Umar dan pengikutnya merampok kapal dan senjata yang dipercayakan Belanda kepadanya dan membagikannya kepada para pejuang Aceh, sementara seluruh tentara dan awak kapal Belanda mereka habisi. Sejak saat itu, Teuku Umar ikut berperang bersama pejuang kesultanan melawan pasukan KNIL. Belanda menjadikan Umar sebagai [[buron]] dengan uang imbalan yang besar.<ref name="acehprov">{{citeweb|title=T. Umar.pdf|url=http://acehprov.go.id/images/stories/file/Pejuang/T%20Umar.pdf|work=[[Pemerintahan Aceh|Pemerintah Provinsi Aceh]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20131008051522/http://www.acehprov.go.id/images/stories/file/Pejuang/T%20Umar.pdf|archive-date=2013-10-08|dead-url=yes|access-date=2011-11-30}}</ref> Setelah berperang melawan Belanda selama kurang lebih satu dekade, pada bulan September 1893, Umar yang melihat bahwa perang yang berkepanjangan tersebut membuat rakyat kesulitan akhirnya berusaha sekali lagi mengelabui Belanda dengan menyerahkan dirinya dan beberapa anak buahnya kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan bahkan bersandiwara seakan-akan ia sangat setia kepada [[Belanda]]. Hal ini bahkan mengelabui istri sekaligus teman seperjuangannya, [[Cut Nyak Dhien]]. Umar bergabung ke dalam dinas militer Belanda, dan dalam kurun waktu tiga tahun Umar mempelajari taktik dan siasat perang Belanda, mengumpulkan pasukan dan persenjataan, berhubungan dengan pejuang-pejuang Aceh lainnya secara diam-diam, serta mengirimkan uang dan gaji yang diterimanya kepada pasukan Aceh. Pada tanggal 30 Maret 1896, Umar menyatakan diri keluar dari dinas militer dan berbalik mendukung pejuang Aceh, setelah ia membawa lari 800 pucuk senjata, 25.000 butir [[peluru]], 500 &nbsp;kg [[amunisi]], dan uang dalam jumlah besar.<ref>{{Cite web|last=Kusuma|first=Putri Tiah Hadi|title=Mengenal Teuku Umar, Pahlawan Nasional dari Aceh|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6485231/mengenal-teuku-umar-pahlawan-nasional-dari-aceh|website=detikedu|language=id-ID|access-date=2023-05-14|archive-date=2023-03-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230320135313/https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6485231/mengenal-teuku-umar-pahlawan-nasional-dari-aceh|dead-url=no}}</ref> Hal ini membuat pemerintah kolonial pusat sangat marah, sehingga Belanda melancarkan operasi militer besar-besaran untuk menangkap Teuku Umar, tetapi para pejuang Aceh yang kini telah dilengkapi persenjataan yang didapat dari Belanda sendiri membuat pasukan KNIL kewalahan menangani mereka. Teuku Umar muncul sebagai kepala armada yang menyatukan pasukan-pasukan Aceh yang terpecah-pecah dan berhasil memukul mundur pasukan Belanda. [[Joannes Benedictus van Heutsz]], komandan pasukan KNIL yang melawan Aceh saat itu, akhirnya menggunakan [[Spionase|mata-mata]] untuk melacak lokasi dan stategi perang Umar. Setelah mendapat kabar bahwa Umar akan menuju ke Meulaboh, Heutsz menyusun strategi serangan tiba-tiba untuk menangkap pasukan Umar. Akhirnya pada tanggal 11 Februari 1899, Belanda berhasil menangkap pasukan Umar, sementara Teuku Umar sendiri gugur dalam penyerangan tersebut. Cut Nyak Dhien kemudian melanjutkan kepemimpinan Umar dalam melawan pasukan Belanda.<ref name="acehprov" />
 
Sementara berperang melawan pasukan Aceh dan Batak, Belanda tetap melakukan ekspedisi ke wilayah-wilayah Nusantara lainnya demi perluasan wilayah kolonial Hindia Belanda. Pada tahun 1970-an, Belanda berhasil menguasai [[Jawa]], hampir seluruh [[Sumatra|Pulau Sumatra]], [[Kota Kupang|Kupang]], pesisir selatan [[Kalimantan|Pulau Kalimantan]], [[Kota Makassar|Makassar]] dan sekitarnya, [[Kota Manado|Manado]] dan sekitarnya, serta sebagian besar [[Kepulauan Maluku]]. Penaklukan tersebut tentu saja menimbulkan gejolak perlawanan dan pemberontakan. Pada tahun 1885, penduduk [[Jambi]] melakukan pemberontakan terhadap Belanda dengan membunuh beberapa [[pejabat]] dan tentara Belanda, serta menyerang kapal-kapal Belanda yang berlabuh di pesisir Jambi. Pemberontakan dapat diredam setelah pemerintah kolonial mengirimkan beberapa armada kapal untuk menundukkan para pemberontak.<ref>{{cite book|last=Coenen|first=F.|year=1886|title=Iets over Djambi in 1885|location=Eigen Haard|pages=306–311|language=Dutch}}</ref> Kemudian pada tahun 1888, para petani Banten, khususnya petani yang mendiami [[Kota Cilegon|Cilegon]] dan sekitarnya yang mengalami kesengsaraan akibat bencana dan wabah penyakit, melakukan pemberontakan terhadap Belanda dengan melakukan [[kerusuhan]] di kediaman para pejabat Belanda, tetapi pemberontakan tersebut dengan cepat diredam oleh pasukan KNIL dalam waktu beberapa hari.<ref>{{Cite web|title=Mengenang Kembali "Pemberontakan Petani Banten 1888"|url=https://www.kompas.tv/article/147008/mengenang-kembali-pemberontakan-petani-banten-1888|website=KOMPAS.tv|language=id|access-date=2023-05-14|archive-date=2023-05-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20230514182259/https://www.kompas.tv/article/147008/mengenang-kembali-pemberontakan-petani-banten-1888|dead-url=no}}</ref>
 
[[Berkas:Lombok 1894 J. Hoynck van Papendrecht 1858 1933.jpg|jmpl|300x300px|Lukisan pertempuran pasukan Belanda melawan oang Bali-Mataram, oleh J. Hoynk van Papendrecht (1910).]]
Pada tahun 1891, rakyat [[suku Sasak]] yang mayoritas beragama [[Islam]] melakukan pemberontakan terhadap kelompok [[Kota Mataram|Bali-Mataram]] (orang-orang [[suku Bali]] yang mendiami [[Pulau Lombok]]) beragama [[Hinduisme Bali|Hindu Bali]] yang telah menguasai seluruh Pulau Lombok sejak tahun 1839.<ref name="Ooi">{{Cite book|year=2004|url=http://www.ebook3000.com/dictionary/Southeast-Asia--A-Historical-Encyclopedia--From-Angkor-Wat-to-East-Timor--3-Volume-Set-_132751.html|title=Southeast Asia: a historical encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor (3 vols)|location=Santa Barbara|publisher=[[ABC-CLIO]]|isbn=978-1576077702|editor1-last=Ooi|editor1-first=Keat Gin|pages=790 ff|oclc=646857823|access-date=2023-05-24|archive-date=2016-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20160808051416/http://www.ebook3000.com/dictionary/Southeast-Asia--A-Historical-Encyclopedia--From-Angkor-Wat-to-East-Timor--3-Volume-Set-_132751.html|dead-url=yes}}</ref> Pemberontakan tersebut dapat diredam oleh pasukan Bali-Mataram yang memiliki persenjataan yang lebih modern. Melihat bahwa pemberontakan yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil, pada bulan Februari 1894, pihak Sasak mengirimkan utusan untuk meminta bantuan kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda. Belanda yang melihat konflik ini sebagai kesempatan untuk memperluas pengaruh di [[Bali]] dan Lombok akhirnya membantu pihak Sasak dengan melakukan blokade perdagangan dan memberi perintah agar orang-orang Bali-Mataram menyerah.<ref name="Keurs">{{cite book|last=Keurs|first=Pieter ter|year=2007|url=https://books.google.com/books?id=pOgsuCFVmOgC&pg=PA190|title=Colonial Collections Revisited|work=CNWS publications|publisher=Amsterdam University Press|isbn=9789057891526|volume=152|page=190 ff}}</ref> Namun, kelompok tersebut tidak mengindahkan ancaman tersebut, sehingga Belanda akhirnya turun tangan dengan mengirimkan pasukan ke [[Pulau Lombok]] pada bulan Juli 1894. Pada bulan Agustus, pasukan Bali-Mataram menentang kehadiran Belanda dengan menyerang pasukan KNIL secara tiba-tiba, hingga akhirnya pasukan tersebut harus menarik diri karena kehilangan banyak prajurit.<ref name="Capaldi">[http://books.google.com/books?id=KSH8hxNmW3gC&pg=PA300 ''Bali handbook with Lombok and the Eastern Isles: the travel guide'' by Liz Capaldi, Joshua Eliot p.300]</ref> Pada bulan November, Belanda kembali mengirimkan pasukan KNIL dengan jumlah yang lebih besar ke Lombok. Pasukan tersebut dengan cepat berhasil menundukkan seluruh perlawanan dari orang-orang Bali-Mataram, sebagian terbunuh dalam pertempuran, sebagian memilih melakukan ritual [[puputan]], dan sebagian menyerahkan diri.<ref name="Ooi" /> Akhirnya, Karangasem dan Pulau Lombok menjadi wilayah kolonial Hindia Belanda, dan seluruh kekayaan kerajaan direbut oleh Belanda.<ref name="Keurs" /> Belanda kembali melanjutkan usaha penaklukannya di Bali, sehingga tidak lama kemudian, negara [[Kerajaan Bangli|Bangli]] and [[Kerajaan Gianyar|Gianyar]] menyerah kepada Belanda, sementara negara-negara di Bali selatan masih tetap bertahan.<ref name="Lansing">[https://books.google.com/books?id=3zfVsO28NsYC&pg=PA20 ''Priests and programmers''] by [[John Stephen Lansing]] p.20</ref>
 
[[Berkas:Johannes Benedictus van Heutsz (1851-1924). Gouverneur-generaal (1904-09) Rijksmuseum SK-A-3814.jpeg|kiri|jmpl|286x286px|Potret [[Joannes Benedictus van Heutsz]], tokoh penting dalam operasi militer Belanda di tanah Aceh.]]
Antara tahun 1891–1892, [[Christiaan Snouck Hurgronje]], seorang peneliti [[Dunia Barat]] melakukan penelitian atas budaya dan penduduk di tanah Aceh. Hurgronje menyimpulkan bahwa Belanda sebaiknya mengurangi operasi militer melawan orang Aceh dan membuang fokus mereka terhadap sultan, serta sebaliknya harus menaruh perhatian mereka untuk membentuk praktik [[spionase]] yang terorganisasi dan juga menarik hati para ''[[ulèëbalang]]'', yaitu pemegang kekuasaan lokal di Aceh. Namun, ia juga memperingatkan bahwa beberapa kaum [[ulama]] tidak dapat diajak kerja sama dan hanya dapat ditundukkan dengan kekerasan.<ref>Van Koningsveld, P.S. ''Snouck Hurgronje alias Abdoel Ghaffar: enige historisch-kritische kanttekeningen'', (Leiden, 1982)</ref> [[Joannes Benedictus van Heutsz]], gubernur militer atas pasukan [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda|KNIL]] yang menyerang Aceh, mulai mengimplementasikan saran Hurgronje tersebut dalam kebijakan-kebijakannya, yaitu dengan menawarkan suatu kemudahan perdagangan dan jaminan jabatan tetap sebagai penguasa wilayah kepada para ''ulèëbalang'' yang tunduk kepada Belanda. Kebijakan tersebut terbukti berhasil dengan mulusnya kegiatan [[Ekspedisi Pedir|ekspedisi pasukan Belanda]] ke [[Kerajaan Pedir|Pedir]] (sekarang [[Kabupaten Pidie|Pidie]]) pada tahun 1897–1898,<ref>1898. Bintang Djaoeh. ''Pedir en de aanstaande expeditie (met een overzichtskaart van Atjeh).'' Eigen Haard. Bladzijde 362-365.</ref> serta [[Ekspedisi Pedir|ekspedisi Belanda]] ke daerah [[Idi Rayeuk, Aceh Timur|Idi]] pada bulan Juli 1898.<ref>1891. ''[http://nda.courant.nu/index.php?page=1&mod=krantresultaat&q=edi+expeditie&datering=&qt=paragraaf&pagina=&sort=score+desc&paragraaf=1&doc=0&p=296&paragraaf=2&y=110 De Edi-expeditie van 1890]{{Pranala mati|date=Maret 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}.'' Indisch Militair Tijdschrift II. Bladzijde 285-403.</ref> Beberapa ''ulèëbalang'' yang menyerahkan diri kemudian menjadi mata-mata bagi Belanda untuk melacak para pejuang Aceh.<ref name=":5vickers-id">{{Cite book|last=Vickers|first=Adrian|year=2005|url=https://archive.org/details/historyofmoderni00adri/page/10|title=A History of Modern Indonesia|location=New York|publisher=Cambridge University Press|isbn=0-521-54262-6|pages=[https://archive.org/details/historyofmoderni00adri/page/10 10–13]}}</ref> Kegiatan [[spionase]] mereka memberi andil terhadap keberhasilan pasukan KNIL dalam mengepung dan menggugurkan [[Teuku Umar]] pada tahun 1899, serta menangkap tokoh-tokoh Aceh yang penting, seperti [[Muhammad Daud Syah dari Aceh|Muhammad Daud Syah]], [[Panglima Polem IX|Panglima Polem]], Tuanku Raja Keumala, dan Tuanku Mahmud pada tahun 1903. Dengan tertangkapnya tokoh-tokoh penting tersebut, Belanda menyatakan bahwa [[Perang Aceh]] telah selesai.<ref name="Ibrahim1332">Ibrahim, Alfian. "Aceh and the Perang Sabil." ''Indonesian Heritage: Early Modern History''. Vol. 3, ed. [[Anthony Reid (academic)|Anthony Reid]], Sian Jay and T. Durairajoo. Singapore: Editions Didier Millet, 2001. p. 132–133</ref> Pada tahun 1904, Belanda melakukan operasi militer besar-besaran ke [[Ekspedisi Tanah Gayo, Alas, dan Batak|tanah Gayo, Alas, dan Batak]], serta ke daerah-daerah lainnya yang masih melakukan perlawanan. Sekitar tiga ribu jiwa penduduk Aceh tewas dalam operasi ini.<ref name="daalen">{{cite web|author=H.L. Zwitzer|year=1989|title=DAALEN, Gotfried Coenraad Ernst van (1863–1930)|url=http://resources.huygens.knaw.nl/bwn1880-2000/lemmata/bwn3/daalen|website=[[Huygens Institute for the History of the Netherlands]]|language=nl|access-date=26 January 2022|archive-date=2023-05-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20230522090017/https://resources.huygens.knaw.nl/bwn1880-2000/lemmata/bwn3/daalen|dead-url=no}}</ref> Berkat keberhasilannya dalam "membawa kedamaian" di tanah Aceh, Heutsz dianggap sebagai [[pahlawan]] di negeri [[Belanda]] dengan gelar "Pembawa Perdamaian Aceh", serta diangkat sebagai [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] oleh Pemerintah Belanda pada tahun yang sama, yaitu tahun 1904.<ref name=":5vickers-id" /> Sementara itu, [[Cut Nyak Dhien]], yang juga melakukan perlawanan terpisah, ditangkap oleh Belanda pada tanggal 4 November 1905.<ref>{{Cite web|title=Kisah Cut Nyak Dhien Ditangkap Belanda: Cabut Rencong Hendak Tikam Panglima (9)|url=https://kumparan.com/acehkini/kisah-cut-nyak-dhien-ditangkap-belanda-cabut-rencong-hendak-tikam-panglima-9-1wocSHLulCG|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2023-05-22|archive-date=2023-05-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20230522090016/https://kumparan.com/acehkini/kisah-cut-nyak-dhien-ditangkap-belanda-cabut-rencong-hendak-tikam-panglima-9-1wocSHLulCG|dead-url=no}}</ref> Meskipun Belanda telah menyatakan bahwa perang telah usai, beberapa tokoh ulama Aceh masih tetap melakukan perlawanan, dengan [[Suku Gayo|tanah Gayo]] sebagai pusat perlawanan, hingga mereda sekitar tahun 1913–1914.<ref>{{cite book|last=Reid|first=Anthony|year=2005|title=An Indonesian Frontier: Acehnese & Other Histories of Sumatra|location=[[Singapore]]|publisher=Singapore University Press|isbn=9971-69-298-8}}</ref>
 
Keberhasilan Belanda dalam menyelesaikan [[Perang Aceh]] yang telah berlangsung selama lebih dari tiga [[Dasawarsa|dekade]] tersebut juga mendorong semangat pemerintah kolonial Belanda untuk menundukkan negara-negara merdeka lainnya yang masih tersisa di [[Nusantara]].<ref name=":5vickers-id" /> Belanda berhasil melakukan ekspedisi untuk [[Ekspedisi Kerinci|menguasai wilayah di daerah Kerinci]] (September 1903) serta [[Ekspedisi Sulawesi Selatan|menduduki wilayah Sulawesi bagian selatan]] dan membubarkan negara [[Kesultanan Gowa|Gowa]] dan [[Kesultanan Bone|Bone]] (1905).<ref>Michielsen, A. W. A. ''De expeditie naar Zuid-Celebes in 1905–1906''. Indisch militair tijdschrift, vols. 35, 36, 37. Batavia [Jakarta]: Kolff, 1915–16.</ref> Pada tanggal 15 Juni 1908, pemberontakan yang dilakukan oleh penduduk [[Kamang Magek, Agam|Kamang]] melawan Pemerintah Hindia Belanda pecah dan menyebar ke daerah-daerah lain di [[Pesisir Barat Sumatra|Keresidenan Pesisir Barat Sumatra]], seperti [[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam|Manggopoh]] dan [[Lintau Buo, Tanah Datar|Lintau Buo]]. Pemberontakan tersebut terjadi akibat penerapan [[pajak]] (''belasting'') yang memberatkan masyarakat, sehingga pemberontakan ini disebut juga [[Perang Belasting]]. Pemerintah meresponsnya dengan mengirimkan [[Korps Marechaussee te Voet|korps marsose]] [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda|KNIL]] yang mampu menundukkan semua gelombang pemberontakan tersebut dalam waktu sehari.<ref>Amran, R., (1988), ''Pemberontakan pajak 1908, SumatraSumatera Barat. Bag. ke. 1: Perang Kamang'', Gita Karya</ref>
 
[[Berkas:Dutch troops landing at Sanur 1906.jpg|jmpl|300x300px|Pasukan Belanda yang mendarat di [[Pantai Sanur]] (1906). Sumber dari [[Museum Bali]].]]
Belanda yang telah berhasil menaklukkan Bali bagian utara mulai melakukan penyerangan ke negara-negara selatan yang masih bertahan melawan pengaruh Belanda. Pada tanggal 27 Mei 1904, kapal [[sekunar]] asing bernama ''Sri Kumala'' terdampar di perairan [[Pantai Sanur|Sanur]] dan dijarah oleh orang-orang Bali menurut adat [[Tawan Karang|tawan karang]] Bali. Belanda menggunakan alasan ini untuk mengultimatum [[Kerajaan Badung|Badung]], Tabanan, dan [[Kerajaan Klungkung|Klungkung]] agar menyerah.<ref name=":6bali">{{cite book|author=Willard A. Hanna|year=2004|title=Bali Chronicles|url=https://archive.org/details/balichroniclesli0000hann|publisher=Periplus, Singapore|isbn=0-7946-0272-X|author-link=Willard A. Hanna}}</ref> Akhirnya pada bulan September 1908, Belanda [[Intervensi Belanda di Bali (1906)|mengirimkan armada dan pasukan KNIL]] untuk menyerang kerajaan-kerajaan tersebut, Ketika pasukan tiba di negara [[Kerajaan Badung|Badung]], Rakyat Badung yang tidak gentar melihat musuk kemudian menyerang pasukan mereka bersama [[I Gusti Ngurah Made Agung]], raja mereka saat itu. Beberapa penduduk lokal juga melakukan ritual [[Puputan|''[[puputan'']]'' atau melempari pasukan dengan [[perhiasan]] dan [[Uang logam|koin]] untuk mengolok-olok mereka. Kisah heroik raja dan rakyat Badung tersebut saat ini dikenal dengan peristiwa [[Intervensi Belanda di Bali (1906)|Puputan Badung]].<ref name=":6bali" /> Setelah negara Badung berhasil ditundukkan, pasukan KNIL melanjutkan penyerangannya ke Tabanan, tetapi raja dan pengikutnya pun melakukan ritual ''puputan'' di dalam kurungan.<ref>{{cite book|author=Andy Barski, Albert Beaucort and Bruce Carpenter, Barski|year=2007|url=https://archive.org/details/balilombok0000unse_r8y2|title=Bali and Lombok|publisher=Dorling Kindersley, London|isbn=978-0-7566-2878-9}}</ref> Setelah itu, pasukan Belanda pergi ke Klungkung dan mempertimbangkan untuk menyerang [[Dewa Agung]] Jambe II, penguasa Klungkung dan penguasa nominal seluruh Bali saat itu, tetapi mengurungkan niat mereka setelah Dewa Agung menyerah dan setuju untuk menandatangani perjanjian dengan Belanda.<ref name=":6bali" /> Belanda akhirnya mampu menguasai seluruh Pulau Bali. Namun, monopoli yang dilakukan oleh Belanda di tanah Bali akhirnya menimbulkan pemberontakan dari Dewa Agung, sebagai penguasa nominal Bali, dan pengikut-pengikutya pada bulan April 1908. Pemberontakan ini berakhir dengan kemenangan pihak Belanda, sementara Dewa Agung terbunuh dan pengikut-pengikutnya melakukan ''puputan'', yang saat ini dikenal dengan peristiwa [[Intervensi Belanda di Bali (1908)|Puputan Klungkung]].<ref>''Insight Guide: Bali'' 2002 Brian Bell, Apa Publications GmbH&Co {{ISBN|1-58573-288-5}}.</ref>
 
[[Berkas:Dutch East Indies Expansion.gif|jmpl|425x425px|Perkembangan wilayah kolonial [[Hindia Belanda]].|kiri]]
Pada tahun 1920-an, wilayah [[Hindia Belanda]] telah mencakup seluruh wilayah modern yang menjadi [[negara berdaulat]] Indonesia.
Berkat peperangan demi peperangan yang telah dimenangkan oleh pasukan Belanda serta keberhasilan penundukan daerah-daerah yang memberontak kepada pemerintah kolonial, sebagian besar wilayah di [[Nusantara]] dapat dianeksasi ke dalam wilayah kolonial [[Hindia Belanda]]. Akibatnya, beberapa penguasa negara berdaulat (pada saat itu) yang takut akan kekuatan militer [[Belanda]], seperti penguasa-penguasa di negara [[Kesultanan Tidore|Tidore]] di [[Kepulauan Maluku|Maluku]], [[Kesultanan Pontianak|Pontianak]] di [[Kalimantan]], dan [[Kesultanan Palembang|Palembang]] di [[Sumatra]], menyerah kepada [[Kerajaan Belanda]] demi menghindari penaklukan atas wilayahnya oleh pasukan Belanda dan agar mereka mampu merundingkan perjanjian damai yang lebih baik di bawah kekuasaan kolonial. Pada tahun 1920-an, wilayah barat [[Pulau Papua]] dimasukkan ke dalam kelola administrasi kolonial Belanda, sehingga sejak masa ini [[Hindia Belanda]] telah mencakup seluruh wilayah yang kelak menjadi [[negara berdaulat|negara]] Republik Indonesia modern.<ref name="vickers-id" />
 
==== KebangkitanPergerakan nasional bangsa Indonesia ====
{{utama|Kebangkitan Nasional Indonesia}}
[[Berkas:1916_Dutch_East_Indies_-_Art.jpg|jmpl|318x318px|Lukisan [[Imperium Belanda|Belanda]] yang menggambarkan [[Hindia Belanda]] sebagai "permata Belanda yang paling berharga". (1916)]]
{{Kembangkan bagian|referensi lebih banyak}}
Dipelopori oleh [[Conrad Theodore van Deventer]], seorang ahli hukum Belanda yang menuliskan [[esai]] pada tahun 1899 mengenai utang budi Belanda kepada penduduk [[pribumi]] [[Hindia Belanda]], dan [[Pieter Brooshooft]], seorang [[Wartawan|jurnalis]] yang menuliskan tentang ketidakadilan yang terjadi di tanah Hindia Belanda, maka pada tanggal 17 September 1901, [[Wilhelmina dari Belanda|Wilhelmina]], Ratu Belanda pada saat itu, mengumumkan kebijakan politik yang sangat kontras dengan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Belanda sebelumnya, yaitu [[Politik Etis]].<ref name="etis">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-07-24|title=Politik Etis: Tokoh, Pengertian, Latar Belakang, dan Dampak Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2022/07/24/120555078/politik-etis-tokoh-pengertian-latar-belakang-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-26|archive-date=2023-05-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20230526052337/https://regional.kompas.com/read/2022/07/24/120555078/politik-etis-tokoh-pengertian-latar-belakang-dan-dampak|dead-url=no}}</ref> Kebijakan ini pada dasarnya membayar utang budi kepada para pribumi di Hindia Belanda dengan menjalankan program ''Trias van Deventer'', yang sejalan dengan ide-ide yang dikemukakan oleh Deventer, yaitu perbaikan dan pengembangan sistem [[irigasi]], pelaksanaan program [[transmigrasi]] dari [[Jawa|Pulau Jawa]] yang semakin padat, serta pembukaan sekolah-sekolah demi meningkatkan taraf [[pendidikan]] para pribumi.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-06-04|title=Trias van Deventer, Politik Balas Budi Belanda Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/04/143709979/trias-van-deventer-politik-balas-budi-belanda|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-26|archive-date=2023-05-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20230526052334/https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/04/143709979/trias-van-deventer-politik-balas-budi-belanda|dead-url=no}}</ref> Sementara program transmigrasi dan irigasi akhirnya terbukti tidak berjalan secara optimal, meskipun program [[Pendidikan|edukasi]] (pendidikan) tersebut hanya menguntungkan kaum [[priayi]] ([[elite]] pribumi),<ref name="etis" /> kebijakan tersebut telah memberikan sumbangsih terhadap kemunculan gerakan-gerakan nasionalis di tanah Hindia Belanda.
 
Pada tahun 1907, [[Wahidin Soedirohoesodo]], seorang [[alumnus]] dari [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen]] (STOVIA) di [[Batavia]], mengunjungi almamaternya itu dan menggagaskan kepada para pelajar di sana suatu organisasi yang mampu mendukung biaya [[pendidikan kedokteran]] bagi orang-orang pribumi yang berprestasi tetapi tidak mampu secara finansial. Usul ini menarik perhatian beberapa pelajar di sana, sehingga [[Soetomo]] dan Soeradji Tirtonegoro mengumpulkan Mohammad Soelaiman, Gondo Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, [[Angka Prodjosoedirdjo|Raden Angka Prodjosoedirdjo]], [[Mohammad Saleh]], [[Goembrek|Raden Mas Goembrek]], dan Soewarno untuk mewujudkan organisasi usulan Wahidin tersebut. Organisasi yang mereka namakan [[Budi Utomo|Boedi Oetomo]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Budi Utomo") ini terbentuk pada tanggal 20 Mei 1908, yang saat ini dirayakan sebagai [[Kebangkitan Nasional Indonesia|Hari Kebangkitan Nasional Indonesia]]. Dalam waktu 5 bulan, organisasi ini berhasil menerima 1.200 anggota, dan mereka berfokus pada masalah sosial, pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan seputar masyarakat [[Jawa|Pulau Jawa]], [[Pulau Madura|Madura]], dan [[Bali]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-09-13|title=Latar Belakang Berdirinya Budi Utomo beserta Tujuannya Halaman all|url=https://www.kompas.com/skola/read/2022/09/13/100000569/latar-belakang-berdirinya-budi-utomo-beserta-tujuannya|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-26|archive-date=2023-06-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20230604040413/https://www.kompas.com/skola/read/2022/09/13/100000569/latar-belakang-berdirinya-budi-utomo-beserta-tujuannya|dead-url=no}}</ref> Dalam perjalanan waktu, organisasi ini mengalami berbagai kesulitan karena pencapaian organisasi yang dinilai lamban dan jangkauan organisasi yang tidak terlalu luas. Organisasi ini juga berusaha untuk tidak menyentuh ranah politik, meskipun dalam perkembangannya, organisasi ini diikuti oleh cukup banyak tokoh-tokoh politik.<ref>{{cite book|last=Sudiyo|first=Peter|last2=Santano|first2=Dalimun|last3=Nugroho|first3=Agus|last4=Suwardi|first4=Edy|date=1997|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/12972/1/Sejarah%20pergerakan%20nasional%20indonesia%20dari%20budi%20utomo%20sampai%20dengan%20pengakuan%20kedaulatan.pdf|title=Sejarah pergerakan nasional Indonesia dari Budi Utomo sampai dengan pengakuan kedaulatan|location=Jakarta|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|pages=|ref={{sfnRef|Sudiyo|Santano|Nugroho|Suwardi|1997}}|url-status=live|access-date=2023-06-16|archive-date=2023-04-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230420005117/https://repositori.kemdikbud.go.id/12972/1/Sejarah%20pergerakan%20nasional%20indonesia%20dari%20budi%20utomo%20sampai%20dengan%20pengakuan%20kedaulatan.pdf|dead-url=no}}</ref> Pada akhirnya, Boedi Oetomo bergabung dengan beberapa kelompok-kelompok kedaerahan lain dan membentuk [[Partai Indonesia Raya|Partij Indonesia Raja]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Partai Indonesia Raya").<ref>{{Cite news|last=Parinduri|first=Alhidayath|date=23 Februari 2021|title=Sejarah Boedi Oetomo: Didirikan Oleh Siapa Saja dan Latar Belakang|url=https://tirto.id/kapan-boedi-oetomo-didirikan-latar-belakang-sejarah-tujuannya-gap1|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=24 November 2021|archive-date=2022-04-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20220422091932/https://tirto.id/kapan-boedi-oetomo-didirikan-latar-belakang-sejarah-tujuannya-gap1|dead-url=no}}</ref>
 
[[Sarekat Dagang Islam]] berdiri pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh [[Samanhudi]],<ref>{{Cite web|last=Matanasi|first=Petrik|date=13 Oktober 2020|title=Kiprah Haji Samanhudi, Pedagang Batik dan Perintis Sarekat Islam|url=https://tirto.id/kiprah-haji-samanhudi-pedagang-batik-dan-perintis-sarekat-islam-f5EM|website=tirto.id|language=id|access-date=26 November 2021|archive-date=2023-05-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20230529181547/https://tirto.id/kiprah-haji-samanhudi-pedagang-batik-dan-perintis-sarekat-islam-f5EM|dead-url=no}}</ref> atau menurut versi lain oleh [[Tirto Adhi Soerjo]] pada tanggal 27 Maret 1909.<ref name="si-tirto">{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|date=8 Desember 2018|title=Peran Besar Tirto Adhi Soerjo dalam Sejarah Pergerakan Nasional|url=https://tirto.id/peran-besar-tirto-adhi-soerjo-dalam-sejarah-pergerakan-nasional-dbnq|website=tirto.id|language=id|access-date=26 November 2021|archive-date=2023-05-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20230529181544/https://tirto.id/peran-besar-tirto-adhi-soerjo-dalam-sejarah-pergerakan-nasional-dbnq|dead-url=no}}</ref> Meskipun tanggal pendirian sarekat ini tidak begitu jelas, organisasi tersebut diketahui telah beroperasi secara penuh sejak kantor cabang [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) dan [[Kota Bogor|Buitenzorg]] (sekarang [[Kota Bogor|Bogor]]) mulai terbentuk sejak tanggal 5 April 1909.<ref name="si-tirto" /> Awalnya, serikat ini didirikan sebagai wadah bagi pedagang-pedagang [[Muslim]] agar dapat bersaing dengan para pedagang [[Tionghoa]], yang pada saat itu memiliki [[status sosial]] dan [[Hak istimewa sosial|privilese]] yang lebih tinggi.<ref>{{Cite web|date=2021-10-13|title=Mengenal Tujuan Sarekat Islam, Lengkap beserta Sejarahnya|url=https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-tujuan-sarekat-islam-lengkap-beserta-sejarahnya-kln.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2023-05-29|archive-date=2023-05-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20230529181547/https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-tujuan-sarekat-islam-lengkap-beserta-sejarahnya-kln.html|dead-url=no}}</ref> [[Oemar Said Tjokroaminoto]], seorang nasionalis yang bergabung dengan serikat ini dan kemudian ditunjuk menjadi ketua, mengubah nama serikat ini menjadi [[Sarekat Islam]] pada tahun 1912, dengan tujuan agar organisasi ini tidak hanya berkecimpung di ranah [[perdagangan]] tetapi juga di ranah-ranah lain, seperti [[Agama|keagamaan]].
 
[[Berkas:Douwes_Dekker,_Tjipto_Mangunkusumo,_and_Suryadi_Suryaningrat_(Ki_Hadjar_Dewantoro),_20_Mei_Pelopor_17_Agustus,_p11.jpg|kiri|jmpl|293x293px|Potret [[Tiga Serangkai]] ketika di pengasingan (1914): [[Ernest Douwes Dekker]] (duduk), [[Tjipto Mangoenkoesoemo]] (berdiri, kanan), dan [[Soewardi Soerjaningrat]] (berdiri, kiri).]]
Sementara itu, [[Ernest Douwes Dekker]], seorang [[Orang Indo|Indo]] yang vokal dalam mengkritik pemerintah kolonial, mencanangkan pembentukan suatu organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan dan hak-hak kaum [[Orang Indo|Indo]] dan [[pribumi]] melalui jalur politik. Ia kemudian mengajak tokoh [[Tjipto Mangoenkoesoemo]] dan [[Ki Hadjar Dewantara|Soewardi Soerjaningrat]], yang tertarik dengan visi dan pandangan Dekker, untuk bersama-sama mewujudkan idenya tersebut. Dalam rapat-rapat umum (''vergadering'') yang dimulai sejak tanggal 15 September 1912 sebagai persiapan pembentukan partai, pidato Dekker untuk menarik massa tersebut berhasil menarik perhatian ribuan orang dari berbagai kalangan dan daerah. Sebagian besar dari mereka merupakan orang-orang yang tidak memenuhi syarat keanggotaan serta tidak cocok dengan visi dan misi dari organisasi lain seperti Boedi Oetomo dan Sarekat Islam.<ref name="kebangkitan">{{Cite book|date=1977-01-01|url=https://books.google.co.id/books?id=y2yCCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=sejarah+partai+hindia&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=sejarah%20partai%20hindia&f=false.|title=Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Timur|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|language=id}}</ref> Akhirnya pada tanggal 25 Desember 1912, partai tersebut didirikan oleh Dekker, Tjipto, dan Soewardi, yang saat ini dikenal sebagai [[Tiga Serangkai]], beserta tokoh-tokoh pribumi dan Indo lainnya, dengan nama [[Indische Partij]] (Partai Hindia). Belum sempat partai ini berkembang, keabsahan dan status [[badan hukum]] atas partai ini ditolak sepenuhnya oleh pemerintah [[Hindia Belanda]], meskipun para pengurus partai telah beberapa kali mengajukan peninjauan ulang atas penolakan tersebut kepada pemerintah. Oleh karena itu, partai ini secara otomatis menjadi organisasi ilegal, sehingga pimpinan partai dengan berat hati membubarkan partai ini pada tanggal 31 Maret 1913.<ref name="dekker">{{cite web|title=PERJUANGAN ERNEST FRANCOIS EUGENE DOUWES DEKKER DARI POLITIK MENUJU PENDIDIKAN 1913-1941|url=https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/1102/31613&ved=2ahUKEwj---rwjKn2AhUt8HMBHZcYD1AQFnoECCwQAQ&usg=AOvVaw3cgIVD0hFhALEfZdMKH8t2|publisher=''AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah''|format=Pdf|accessdate=3 Maret 2022}}{{Pranala mati|date=November 2022|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}</ref>
 
Setelah Indische Partij bubar pun, beberapa tokoh pejuang, seperti Tiga Serangkai, masih terus menyuarakan kritik terhadap pemerintah secara vokal melalui media cetak seperti ''[[De Expres]]''. Pada tanggal 12 Juli 1913, ''[[De Expres]]'' memuat rancangan pembentukan [[Boemi Poetera|Comite Boemi Poetera]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Komite Bumiputra") yang menyuarakan pencabutan ''Regeringsreglement'' 1854 Pasal 111 tentang pembatasan hak berorganisasi bagi pribumi, yang menjadi penyebab organisasi Indische Partij ditolak.<ref name="sejarah">Slamet Muljana (2007) [https://books.google.co.id/books?id=bsmp_WYip4gC&printsec=frontcover&dq=indische+partij&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=indische%20partij&f=false. ''Sejarah''.] Sumatera Barat: Yudhistira Ghalia Indonesia. Hal 37-38. ISBN 9790191391</ref> Keesokan harinya, [[koran]] yang sama memuat sebuah tulisan Ki Hadjar Dewantara yang berjudul ''Als Ik een Nederlander was'' ("Seandainya aku seorang Belanda"). Tulisan ini tentu saja menggemparkan para pejabat Belanda yang mulai khawatir akan gerak-gerik Tiga Serangkai yang dinilai mampu menciptakan pemberontakan. Tidak cukup sampai situ, Tjipto kemudian menulis artikel berjudul ''Kracht en Vrees'' ("Kekuatan dan Ketakutan") yang diterbitkan pada tanggal 27 Juli, sementara Soewardi menuliskan artikel baru yang kali ini berjudul ''Een voor allen en allen voor een'' ("Satu untuk semua dan semua untuk satu") dan diterbitkan dua hari setelah artikel Tjipto tersebut. Kedua artikel tersebut pada intinya mengkritik dan mengolok-olok pemerintah kolonial yang menyengsarakan penduduk setempat. Akibat tulisan tersebut, Tjipto dan Soewardi ditangkap dengan [[dakwaan]] mengganggu [[keamanan]] dan ketertiban umum di Hindia Belanda.<ref name="Kenji">{{Cite book|last=Tsuchiya|first=Kenji|date=1992|url=https://www.worldcat.org/oclc/221655803|title=Demokrasi dan kepemimpinan : kebangkitan gerakan Taman Siswa|location=Jakarta|publisher=Balai Pustaka|isbn=979-407-419-5|edition=Cet. 1|others=H. B. Yassin|oclc=221655803}}</ref> Penangkapan tersebut membuat Dekker, yang merupakan rekan seperjuangan mereka, menuliskan kritik terhadap penangkapan kedua tokoh tersebut dan dukungan atas mereka dalam artikel berjudul ''Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat'' ("Pahlawan Kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat") yang diterbitkan pada 5 Agustus. Akibat artikel tersebut dan fakta bahwa ia adalah rekan seperjuangan mereka, Dekker juga ikut ditangkap oleh pasukan Belanda.<ref>{{Cite web|last=developer|first=mediaindonesia com|title=Mengenal Tokoh Tiga Serangkai, Peranannya dalam Indische Partij|url=https://mediaindonesia.com/humaniora/515196/mengenal-tokoh-tiga-serangkai-peranannya-dalam-indische-partij|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2023-06-05|archive-date=2023-06-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230605164012/https://mediaindonesia.com/humaniora/515196/mengenal-tokoh-tiga-serangkai-peranannya-dalam-indische-partij|dead-url=no}}</ref> Pada tanggal 18 Agustus, pemerintah kolonial mengeluarkan putusan bahwa Tiga Serangkai akan diasingkan ke negara [[Belanda]].<ref>{{Cite web|title=Als Ik Eens Nederlander Was|url=https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/cerita/als-ik-eens-nederlander-was/|website=GURU BERBAGI|language=en|access-date=2023-06-05|archive-date=2023-06-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230605164013/https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/cerita/als-ik-eens-nederlander-was/|dead-url=no}}</ref>
 
Pada tanggal 23 Mei 1914, [[Henk Sneevliet]], seorang [[Komunisme|komunis]], membentuk suatu [[serikat pekerja]] yang bernama [[Indische Sociaal-Democratische Vereeniging|Indische Sociaal Democratische Vereeniging]] (ISDV; [[Terjemahan harfiah|harfiah]]: "Perhimpunan Demokrat Sosial Hindia"), yang didukung oleh [[Partai Buruh Demokrat Sosial (Belanda)|Partai Buruh Demokrat Sosial Belanda]] (SDAP), dengan tujuan menyebarkan paham-paham [[komunisme]], khususnya [[marxisme]], untuk membangkitkan semangat menentang pemerintah kolonial.<ref>{{Cite web |url=http://www.marxist.com/Asia/earlyPKI.html |title=marxist.com |access-date=2023-06-16 |archive-date=2009-03-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090317064751/http://www.marxist.com/Asia/earlyPKI.html |dead-url=no }}</ref> Tetapi pada tahun 1917, ISDV memisahkan diri dari SDAP. Tidak lama kemudian, ISDV yang awalnya didominasi oleh [[Bangsa Belanda|orang-orang Belanda]] mulai haluan, sehingga kelompok ini didominasi oleh kaum [[pribumi]]. Pada bulan Mei 1920, ISDV berganti nama menjadi [[Partai Komunis Indonesia|Persarekatan Kommunist India]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Perserikatan Komunis Hindia") dan semakin melebarkan sayap mereka.<ref name="sinaga">{{Cite thesis|last=Sinaga|first=Edward Djanner|title=Communism and the Communist Party in Indonesia|type=MA Thesis|chapter=|url=|author=|year=1960|publisher=George Washington University School of Government|accessdate=|docket=|oclc=}}</ref> Organisasi ini mengganti namanya kembali pada tahun 1924, kali ini menjadi [[Partai Komunis Indonesia|Partij Kommunist Indonesia]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Partai Komunis Indonesia"; PKI).<ref name="sinaga" />
 
[[Berkas:HOS_Tjokroaminoto,_20_Mei_Pelopor_17_Agustus,_p43.jpg|jmpl|258x258px|Potret [[Raden Mas|R. M.]] [[Haji (gelar)|H.]] [[Oemar Said Tjokroaminoto]], tokoh sentral pada awal-awal pendirian [[Sarekat Islam]].]]
Lama-kelamaan, [[Sarekat Islam]] akhirnya tetap melebarkan sayapnya hingga masuk ke ranah politik. Di saat yang sama, paham-paham [[komunisme]] mulai masuk melalui tokoh-tokoh muda mereka, yaitu melalui anggota-anggota yang tertarik dengan visi dan pandangan Sneevliet dari ISDV, seperti [[Semaoen]], [[Darsono (politikus)|Darsono]], [[Tan Malaka]], dan [[Alimin]]. Organisasi ini kemudian terpecah menjadi dua kubu, yaitu "SI Merah" yang berhaluan komunisme ([[Politik sayap kiri|sayap kiri]]) dan "SI Putih" yang menentang paham tersebut ([[Politik sayap kanan|sayap kanan]]).<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-04-06|title=Sarekat Islam: Latar Belakang, Perkembangan, dan Perpecahan Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/06/151727679/sarekat-islam-latar-belakang-perkembangan-dan-perpecahan|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-31|archive-date=2023-05-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20230531073937/https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/06/151727679/sarekat-islam-latar-belakang-perkembangan-dan-perpecahan|dead-url=no}}</ref> Pada bulan Oktober 1921, para petinggi Sarekat Islam menyatakan bahwa anggota SI tidak boleh memiliki keanggotaan rangkap dengan organisasi lain, sehingga anggota-anggota dari [[Partai Komunis Indonesia|Partij Kommunist Indonesia]], [[Muhammadiyah|Mohammadijah]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Muhammadiyah"), [[Persatuan Islam|Persatoean Islam]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Persatuan Islam"), dan organisasi-organisasi lainnya dikeluarkan dari Sarekat Islam karena menolak melepaskan keanggotaan rangkap tersebut. Tokoh-tokoh PKH (turunan ISDV), seperti [[Semaun|Semaoen]] dan [[Darsono (politikus)|Darsono]] terpaksa angkat kaki dari Sarekat Islam.<ref>Jarvis, Helen (1991). Notes and appendices for Tan Malaka, From Jail to Jail. Athens, Ohio: Ohio University Center for International Studies.</ref> Pada tahun 1923, nama organisasi ini diubah menjadi Partai Sarekat Islam, mengukuhkan posisi organisasi ini sebagai [[partai politik]]. Pada tahun 1929, namanya diubah kembali menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia untuk memperjelas tujuan memperjuangkan kemerdekaan nasional sebagai tujuan partai.<ref>[[Nugroho Notosusanto]], ''Sejarah Nasional Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas'', 1992.</ref>
 
Awalnya dibentuk pada tahun 1908 dengan nama [[Perhimpunan Indonesia|Indische Vereeniging]] (Perhimpunan Hindia) oleh [[Soetan Kasajangan Soripada]] dan [[Noto Soeroto]] sebagai wadah pemersatu para pelajar Hindia di perantauan [[Belanda]], sejak tokoh [[Tjipto Mangoenkoesoemo]] dan [[Soewardi Soerjaningrat]] dari [[Tiga Serangkai]] masuk menjadi anggota perkumpulan ini pada tahun 1913, Indische Vereeniging juga mulai digunakan sebagai forum untuk bertukar pendapat dalam ranah politik.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2020-02-12|title=Perhimpunan Indonesia: Organisasi Pertama yang Pakai Istilah Indonesia Halaman all|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/12/200000869/perhimpunan-indonesia-organisasi-pertama-yang-pakai-istilah-indonesia|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-06-08|archive-date=2023-06-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20230614092143/https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/12/200000869/perhimpunan-indonesia-organisasi-pertama-yang-pakai-istilah-indonesia|dead-url=no}}</ref> Pada bulan September 1922, perkumpulan ini secara resmi mengganti namanya menjadi [[Indonesische Vereeniging]], menjadikan perkumpulan ini sebagai organisasi pertama yang resmi menggunakan nama "[[Sejarah nama Indonesia|Indonesia]]". Indonesische Vereeniging secara resmi berkecimpung dalam ranah politik dengan tujuan mempropagandakan kemerdekaan [[Hindia Belanda]]. Pada tahun 1925, perkumpulan ini berganti nama menjadi [[Perhimpunan Indonesia|Perhimpoenan Indonesia]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Perhimpunan Indonesia"), yaitu menggunakan terjemahan [[bahasa Melayu]] [[Ejaan Van Ophuijsen|ejaan van Ophuijsen]] dari nama sebelumnya sebagai nama resmi organisasi tersebut.<ref>[http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0510/28/opini/2156298.htm Revitalisasi Keindonesiaan], Kompas 28 Oktober 2005</ref>
 
[[Berkas:Mohammad_Yamin,_Pekan_Buku_Indonesia_1954,_p251.jpg|kiri|jmpl|278x278px|[[Mohammad Yamin|Mohammad Jamin]], tokoh pengusul [[bahasa Melayu]] ([[bahasa Indonesia]]) sebagai bahasa persatuan.]]
Selain organisasi-organisasi pergerakan nasional tersebut, beberapa gerakan kepemudaan juga muncul untuk menampung kebutuhan berorganisasi para pemuda dari [[kelompok etnik]] atau identitas tertentu di Hindia Belanda, seperti [[Jong Batak]]sbond (Persatuan Batak Muda), [[Jong Sumatranen Bond|Jong Sumatranenbond]] (Persatuan Orang Sumatra Muda), [[Jong Java]] (Jawa Muda), [[Sekar Rukun|Sekar Roekoen]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Sekar Rukun"), [[Jong Islamieten Bond|Jong Islamietenbond]] (Persatuan Muslim Muda), [[Jong Ambon]] (Ambon Muda), [[Jong Minahasa]] (Minahasa Muda), Jong Celebes (Sulawesi Muda), [[Pemoeda Kaoem Betawi]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Pemuda Kaum Betawi"), dan [[Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia").<ref>{{Cite web|last=JP|first=Slamet|date=2020-10-29|title=Perkumpulan Pemuda Pencetus Sumpah Pemuda|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/peta-tematik/perkumpulan-pemuda-pencetus-sumpah-pemuda/|website=Kompaspedia|language=id|access-date=2023-06-12|archive-date=2023-06-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20230612173130/https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/peta-tematik/perkumpulan-pemuda-pencetus-sumpah-pemuda|dead-url=no}}</ref> Meskipun demikian, banyaknya kelompok-kelompok yang bersifat kedaerahan melahirkan gagasan bahwa kelompok-kelompok tersebut harus berkumpul dan mendiskusikan kerja sama di antara kelompok-kelompok tersebut, yang sebenarnya memiliki cita-cita kebebasan yang sama. Pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926, gerakan-gerakan kepemudaan (minus Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia, karena kedua organisasi tersebut belum terbentuk saat itu) mengadakan suatu [[kongres]] para pemuda, yang saat ini disebut [[Kongres Pemuda|Kongres Pemuda I]], yang dipimpin oleh [[M. Tabrani|Mohammad Tabrani]] di Vrijmetselaarsloge ("[[Loji]] [[Tarekat Mason Bebas]]", saat ini menjadi Gedung [[Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional|Badan Perencanaan Pembangunan Nasional]]). Rapat pertama yang diadakan pada tanggal 30 April membahas tentang pentingnya kerja sama dan persatuan antarperhimpunan kepemudaan dan berbagai cara melepaskan diri dari [[Kolonialisme|penjajah]]. Kemudian rapat kedua pada tanggal 1 Mei membahas tentang pentingnya peran [[perempuan]] dalam perjuangan mencapai kebebasan dan kemerdekaan. Lalu rapat ketiga pada hari terakhir membahas tentang bahasa persatuan dan [[agama]].<ref name="kongres-1">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-12-29|title=Kongres Pemuda I: Latar Belakang, Tujuan, Ketua, dan Hasil Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/090000779/kongres-pemuda-i-latar-belakang-tujuan-ketua-dan-hasil|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-06-08|archive-date=2023-06-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20230608183851/https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/090000779/kongres-pemuda-i-latar-belakang-tujuan-ketua-dan-hasil|dead-url=no}}</ref><ref name="pemkot-surakarta">[https://web.archive.org/web/20230608223042/https://surakarta.go.id/?p=27220 Kongres Sumpah Pemuda - Pemerintah Kota Surakarta].</ref> Pada pertemuan hari terakhir itulah, [[Mohammad Yamin|Mohammad Jamin]] dari [[Jong Sumatranen Bond|Jong Sumatranenbond]] mengemukakan usulnya untuk menggunakan [[bahasa Melayu]] sebagai bahasa persatuan, meskipun kemudian dikritik oleh Tabrani yang menginginkan agar bahasa persatuan disebut [[bahasa Indonesia]].<ref>{{Cite web|date=2019-11-23|title=Mohamad Tabrani: Pelopor Bahasa Indonesia|url=https://republika.co.id/share/q1e9ac257|website=Republika Online|language=id|access-date=2023-06-09|archive-date=2023-06-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20230618124757/https://republika.co.id/share/q1e9ac257|dead-url=no}}</ref> Di akhir pertemuan, mereka sepakat bahwa seluruh rakyat dan gerakan perjuangan Hindia Belanda perlu menanamkan semangat kemerdekaan dan persatuan sebagai cita-cita bersama.<ref name="kongres-1" /> Dalam kongres ini, istilah "Indonesia" mulai diperkenalkan untuk menggantikan identitas Hindia Belanda.
 
[[Berkas:PKI-1925-Commisariate_Batavia.jpg|jmpl|300x300px|Rapat pleno [[Partai Komunis Indonesia|Partij Kommunist Indonesia]] (PKI) pada bulan Mei 1925 di [[Batavia]].]]
Partij Kommunist Indonesia (PKI) mengadakan rapat pleno pada bulan Mei 1925 untuk merundingkan rencana pemberontakan demi menggulingkan pemerintahan kolonial.<ref name="sinaga" /> Dibuka dengan [[mogok kerja]] yang dilakukan oleh [[Tenaga kerja|pekerja]] [[kereta api]], pemberontakan tersebut dimulai pada tanggal 12 November 1926 di [[Labuan, Pandeglang|Labuan]] dengan menyerang para pegawai pemerintah di kediaman masing-masing. Penyerangan tokoh-tokoh pejabat tersebut kemudian meluas ke wilayah-wilayah [[Keresidenan Banten]], [[Batavia]], [[Keresidenan Priangan|Priangan]], [[Keresidenan Kediri|Kediri]], [[Keresidenan Banyumas|Banyumas]], [[Keresidenan Pekalongan|Pekalongan]], dan [[Keresidenan Kedu|Kedu]]. Mulai keesokan hari hingga tanggal 8 Desember, pasukan militer [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda|KNIL]] mulai diturunkan untuk menangkap para pemberontak yang beraksi di [[Jawa]], terutama di daerah Banten yang menjadi tempat pecahnya pemberontakan yang paling sengit.<ref name="pki-1926">{{Cite web|title=Sejarah Pemberontakan Berdarah Pertama PKI pada 1926-1927|url=https://nasional.sindonews.com/read/881243/15/sejarah-pemberontakan-berdarah-pertama-pki-pada-1926-1927-1662761384|website=SINDOnews.com|language=id-ID|access-date=2023-06-07|archive-date=2023-06-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20230608122120/https://nasional.sindonews.com/read/881243/15/sejarah-pemberontakan-berdarah-pertama-pki-pada-1926-1927-1662761384|dead-url=no}}</ref> Sementara di [[Sumatra|Pulau Sumatra]], pemberontakan dilakukan oleh para anggota PKI mulai pada malam hari tanggal 31 Desember 1926 di [[Silungkang, Sawahlunto|Silungkang]], kemudian menyebar ke wilayah-wilayah [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] lainnya di Keresidenan [[Pesisir Barat Sumatra]]. Pada [[Hari Tahun Baru]] keesokan harinya, pasukan militer mulai dikerahkan untuk menangkap pemberontak PKI di Minangkabau. Pemberontakan PKI di Jawa dan Sumatra akhirnya benar-benar dapat dipadamkan pada tanggal 28 Februari 1927.<ref name="pki-1926" /><ref>{{Cite web|last=Prinada|first=Yuda|title=Sejarah Pemberontakan PKI 1926-1927 di Sumatera Terhadap Belanda|url=https://tirto.id/sejarah-pemberontakan-pki-1926-1927-di-sumatera-terhadap-belanda-gbx4|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-06-07|archive-date=2023-06-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20230607132029/https://tirto.id/sejarah-pemberontakan-pki-1926-1927-di-sumatera-terhadap-belanda-gbx4|dead-url=no}}</ref> Akibat pemberontakan tersebut, PKI ditetapkan sebagai organisasi terlarang di [[Hindia Belanda]] oleh pemerintah kolonial, sehingga kegiatan operasional PKI harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh para anggotanya.
 
[[Berkas:VP_Hatta.jpg|kiri|jmpl|247x247px|[[Mohammad Hatta]], tokoh pemimpin [[Perhimpunan Indonesia]], yang kelak menjadi [[Wakil Presiden Indonesia]] pertama.]]
Kembali ke [[Kerajaan Belanda]], pada tahun 1926, [[Mohammad Hatta]] diangkat sebagai Ketua Perhimpoenan Indonesia dan sejak dalam kepemimpinannya, organisasi ini semakin gencar menyuarakan dukungan terhadap pergerakan nasional dan mengutuk penindasan pihak pemerintah kolonial di Hindia Belanda.<ref>Majalah Tempo, Edisi Khusus 80 Tahun Sumpah Pemuda, 27 Oktober 2008</ref> Pada Desember 1926, [[Semaoen]] menemui Hatta untuk menawarkan kerja sama pergerakan nasional. Namun, Hatta tidak dapat menyetujui paham komunisme, sehingga kerja sama batal, meskipun pembatalan tersebut mendapat pertentangan dari anggota-anggota yang telah terpapar paham [[komunisme]] dalam Perhimpoenan Indonesia.<ref name="Noer 2012">{{cite book|last=Noer|first=Deliar|year=2012|title=Mohammad Hatta:Hati Nurani Bangsa|location=[[Jakarta]]|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=978-979-709-633-5|editor=Jaap Erkelens|ref={{sfnRef|Noer|2012}}|authorlink=Deliar Noer}}</ref> Pada tanggal 23 September 1927, Hatta beserta tiga anggota organisasi lainnya ditangkap dan diadili karena diduga terlibat dalam pemberontakan PKI yang terjadi di Jawa dan Sumatra. Selama di dalam sel tahanan, Hatta menyusun suatu pidato pembelaan diri yang kemudian ia bacakan di depan hakim sidang pledoi pada tanggal 9 Maret 1928. Pidato tersebut kemudian menjadi terkenal dan diberi nama ''Indonesië Vrij'' ("Indonesia Merdeka").<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-12-03|title=“Indonesia Merdeka,” Pidato Pembelaan Hatta Saat Ditahan di Belanda Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/03/070000379/-indonesia-merdeka-pidato-pembelaan-hatta-saat-ditahan-di-belanda|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-06-14|archive-date=2023-06-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20230614064155/https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/03/070000379/-indonesia-merdeka-pidato-pembelaan-hatta-saat-ditahan-di-belanda|dead-url=no}}</ref> Setelah ditahan selama beberapa bulan, Hatta dan ketiga orang lainnya yang ditangkap tersebut akhirnya dibebaskan dari tuduhan pada tanggal 22 Maret karena kurangnya bukti.<ref name="hardjosoediro">{{cite book|last=Soejitno|first=Hardjosoediro|year=1984|title=Kronologi Pergerakan Kemerdekaan Indonesia|location=[[Jakarta]]|publisher=Pradnya Parmita|ref={{sfnRef|Hardjosoediro|1984}}}}</ref> Pada tahun 1931, Hatta mundur dari jabatan sebagai ketua agar di dapat lebih berfokus pada pendidikannya, tetapi Hatta tetap berkomitmen akan membantu urusan internal organisasi. Namun, keputusan tersebut membuka kesempatan bagi para komunis yang menjadi anggota organisasi untuk menguasai Perhimpoenan Indonesia. Tidak lama kemudian, Hatta bersama beberapa tokoh berpaham [[nasionalisme]] lainnya dikeluarkan dari organisasi dan Perhimpoenan Indonesia akhirnya menjadi sebuah "organisasi boneka" di bawah Partai Komunis Belanda.<ref name="hardjosoediro" />
 
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Technische_Hogeschool_aan_het_IJzermanpark_te_Bandung_Java_TMnr_10002359.jpg|jmpl|300x300px|[[Technische Hoogeschool te Bandoeng]], tempat [[Soekarno]] mengenyam [[Perguruan tinggi|pendidikan tinggi]] jurusan [[teknik sipil]] pada tahun 1921–1926. [[Sekolah tinggi]] ini menjadi lokasi berdirinya [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB) modern.]]
Terinspirasi oleh Indonesische Studieclub (Kelompok Studi Indonesia) yang dibentuk oleh [[Soetomo]] sewaktu menjadi pengajar di [[Nederlandsch-Indische Artsen School]] ("Sekolah Dokter Hindia Belanda", sekarang Fakultas Kedokteran [[Universitas Airlangga]]) di [[Kota Surabaya|Surabaya]] pada tahun 1924,<ref>{{Cite web|last=Maulana|first=Doni|date=2018-04-18|title=Indonesische Studieclub (lSC)|url=https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/encyclopedia/blog/2018/04/Indonesische-Studieclub-lSC|website=Data dan Informasi|language=en-US|access-date=2023-06-13|archive-date=2023-06-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20230613053758/https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/encyclopedia/blog/2018/04/Indonesische-Studieclub-lSC|dead-url=no}}</ref> [[Soekarno]], yang pada saat itu tengah mengenyam [[pendidikan tinggi]] di [[Technische Hoogeschool te Bandoeng]] ("Sekolah Tinggi Teknik di Bandung", sekarang [[Institut Teknologi Bandung]]), mendirikan suatu kelompok yang terdiri dari [[mahasiswa]] sekolah teknik tersebut pada bulan November 1925, yang diberi nama [[Algemeene Studieclub]] (Kelompok Studi Umum). Pada tanggal 4 Juli 1927, Soekarno bersama [[Tjipto Mangoenkoesoemo]], [[Sartono (politikus)|Sartono]], dan [[Iskak Tjokroadisurjo|Iskaq Tjokrohadisoerjo]], mendirikan [[Partai Nasional Indonesia|Persarekatan National Indonesia]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Perserikatan Nasional Indonesia"), sementara Algemeene Studieclub dilebur oleh Soekarno ke dalam organisasi ini. Pada bulan Mei 1928, organisasi ini mengganti namanya menjadi [[Partai Nasional Indonesia|Partij National Indonesia]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Partai Nasional Indonesia"; PNI) sekaligus memaklumkan tujuan partai, yaitu memperjuangkan kebebasan ekonomi dan kemerdekaan politik atas wilayah [[Hindia Belanda]] tidak melalui kerja sama dengan rezim kolonial Belanda.<ref>{{Cite web|date=2016-07-15|title=Riwayat Berdirinya PNI|url=https://historia.id/politik/articles/riwayat-berdirinya-pni-PGj0V|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2021-07-27|archive-date=2023-06-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20230614025110/https://historia.id/politik/articles/riwayat-berdirinya-pni-PGj0V|dead-url=no}}</ref> Pertumbuhan anggota PNI yang signifikan membuat pemerintah kolonial merasa terancam, sehingga pada bulan Desember 1929, Soekarno dan beberapa petinggi partai ditangkap dan diadili dengan tuduhan mengganggu ketertiban umum dan persekongkolan untuk [[Kudeta|menggulingkan pemerintah kolonial]]. Dalam suatu sidang pledoi pada tanggal 18 Agustus 1930 di [[Landraad]] [[Kota Bandung|Bandung]] (sekarang [[Gedung Indonesia Menggugat]]), Soekarno memberikan pembelaan dirinya di hadapan hadirin sidang dalam bentuk sebuah pidato, yang saat ini dikenal dengan nama ''[[Indonesia Menggugat]]''.<ref name="academia">{{cite web|author=Yance Arizona|title=Indonesia Menggugat|url=http://www.academia.edu/4648293/Indonesia_Menggugat_|accessdate=29 Mei 2014|archive-date=2023-06-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20230613164027/https://www.academia.edu/4648293/Indonesia_Menggugat_|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-08-08|title=Isi Pidato Indonesia Menggugat Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/08/193919879/isi-pidato-indonesia-menggugat|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-06-13|archive-date=2023-06-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20230613164031/https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/08/193919879/isi-pidato-indonesia-menggugat|dead-url=no}}</ref>
 
[[Berkas:MuseumSumpahPemuda.jpg|kiri|jmpl|300x300px|[[Museum Sumpah Pemuda]], yang dahulu bernama Indonesische Clubhuis, merupakan lokasi rapat terakhir [[Kongres Pemuda Kedua|Kongres Pemuda II]] sekaligus menjadi tempat lahirnya [[Sumpah Pemuda]].]]
Setelah mengadakan kongres tahun 1926, gerakan-gerakan kepemudaan tersebut kembali merencanakan kongres lanjutan sejak bulan Agustus 1928. Mereka bersepakat bahwa kongres tersebut, yang saat ini disebut [[Kongres Pemuda Kedua|Kongres Pemuda II]], akan diadakan pada tanggal 27–28 Oktober 1928 di tiga gedung berbeda di [[Batavia]], serta akan diketuai oleh [[Sugondo Djojopuspito|Soegondo Djojopoespito]]. Para perwakilan yang mengikuti kongres ini bukan saja berasal dari perhimpunan-perhimpunan kepemudaan, tetapi juga dari kelompok-kelompok berbasis [[nasionalisme]] dan [[agama]] serta kelompok-kelompok belajar dari tempat pengajaran tertentu.<ref name="kongres-ii">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-04-09|title=Kongres Pemuda II, Lahirnya Sumpah Pemuda Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/110000979/kongres-pemuda-ii-lahirnya-sumpah-pemuda|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-06-09|archive-date=2023-06-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20230609122934/https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/110000979/kongres-pemuda-ii-lahirnya-sumpah-pemuda|dead-url=no}}</ref> Rapat pertama berlangsung pada tanggal 27 Oktober pukul 19.30–23.30 waktu setempat di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (Persatuan Anak Muda Katolik),{{efn|Pada lokasi bekas Katholieke Jongenlingen Bond tersebut didirikan Gedung Aula [[Gereja Katedral Jakarta]].<ref>{{Cite web|last=Hariyadi|first=Mathias|date=2019-10-29|title=Mapping Video di Gereja Katedral Jakarta: Kilas Balik Sejarah Sumpah Pemuda 1928 (1) {{!}} SESAWI.NET|url=https://www.sesawi.net/mapping-video-di-gereja-katedral-jakarta-kilas-balik-sejarah-sumpah-pemuda-1928-1/|language=en-US|access-date=2023-06-09|archive-date=2023-06-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20230609190748/https://www.sesawi.net/mapping-video-di-gereja-katedral-jakarta-kilas-balik-sejarah-sumpah-pemuda-1928-1/|dead-url=no}}</ref>}} serta membahas mengenai gagasan wadah nasional dan cara mempererat hubungan antarkelompok demi persatuan dan kesatuan nasional. Dalam rapat ini, [[Mohammad Yamin|Moehammad Jamin]] kembali mempromosikan [[bahasa Melayu]] (dalam bentuk "[[bahasa Indonesia]]") sebagai bahasa persatuan.<ref name="kongres-ii" /> Rapat kedua berlangsung pada keesokan harinya pukul 8.00–12.00 di Oost-Java Bioscoop (Bioskop Jawa Timur),{{efn|Lokasi bekas Gedung Oost-Java Bioscoop ini diperkirakan di dekat atau di sekitar kompleks Gedung [[Mahkamah Agung Republik Indonesia]].<ref>{{Cite web|date=2019-10-28UTC10:30:43|title=Menguak 3 Tempat Yang Jadi Saksi Lahirnya Sumpah Pemuda|url=https://travelingyuk.com/bangunan-saksi-sumpah-pemuda/248776|website=Traveling Yuk|language=en|access-date=2023-06-09|archive-date=2023-06-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20230609233552/https://travelingyuk.com/bangunan-saksi-sumpah-pemuda/248776/|dead-url=no}}</ref>}} dan membahas mengenai peran penting pendidikan dalam membantu mewujudkan cita-cita kemerdekaan.<ref name="kongres-ii" /> Rapat ketiga berlangsung pada hari yang sama pukul 17.30–23.30 di Indonesische Clubhuis/Clubgebouw ("Gedung Perkumpulan Indonesia", sekarang [[Museum Sumpah Pemuda]]), serta membahas tentang [[kepanduan]] ([[pramuka]]) dan rangkuman seluruh rapat dalam kongres tersebut. Di sela-sela rapat terakhir kongres ini, lagu "Indonesia Raja" ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "[[Indonesia Raya]]"), yang kelak menjadi [[lagu kebangsaan]] Indonesia, diperdengarkan untuk pertama kalinya melalui gesekan [[biola]] oleh [[Komponis|penggubah lagu]] tersebut, yaitu [[Wage Rudolf Soepratman]], di hadapan seluruh hadirin rapat, yang terharu oleh lantunan nada biola Soepratman. Oleh karena permintaan hadirin yang menginginkan agar lagu "Indonesia Raja" dinyanyikan dengan [[Lirik (lagu)|lirik]], [[Dolly Salim]], putri sulung [[Agus Salim|Agoes Salim]], ditunjuk untuk menyanyikan lagu ini dengan perubahan kata ''merdeka'' menjadi ''moelia'' untuk menghindari pemboikotan kongres oleh aparat pemerintah kolonial yang menjaga kongres ini.<ref>{{Cite web|last=Haryanto|first=Alexander|title=Sejarah Lirik Lagu Indonesia Raya dalam Hari Sumpah Pemuda|url=https://tirto.id/sejarah-lirik-lagu-indonesia-raya-dalam-hari-sumpah-pemuda-ekvL|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-06-12|archive-date=2023-06-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20230612170125/https://tirto.id/sejarah-lirik-lagu-indonesia-raya-dalam-hari-sumpah-pemuda-ekvL|dead-url=no}}</ref> Akhirnya, sebagai penutup dan untuk menyimpulkan hasil kongres tersebut, Soegondo membacakan suatu naskah resolusi yang dibuat oleh Jamin di depan para peserta kongres dan resolusi tersebut disetujui dan menjadi ikrar bagi seluruh peserta kongres yang hadir. Ikrar tersebut saat ini dikenal dengan nama [[Sumpah Pemuda]], yaitu kesatuan pengakuan para pemuda sebagai "[[Orang Indonesia|bangsa Indonesia]] pada [[tanah air]] Indonesia yang [[Bahasa Indonesia|berbahasa Indonesia]]". Sejak keputusan tersebut, gerakan-gerakan nasional di Hindia Belanda mulai menggunakan nama "Indonesia" sebagai identitas mereka.<ref>{{Cite web|title=Museum Sumpah Pemuda|url=http://www.museumsumpahpemuda.go.id/index_files/Page525.htm|archive-url=https://web.archive.org/web/20090625190339/http://www.museumsumpahpemuda.go.id/index_files/Page525.htm|archive-date=2009-06-25|dead-url=yes|access-date=2009-09-27}}</ref>
 
[[Berkas:Sukarno_and_friends_in_exile_in_Flores,_Bung_Karno_Penjambung_Lidah_Rakjat_229.jpg|jmpl|300x300px|[[Soekarno]] yang berfoto beserta keluarga dan kawan-kawan ketika tengah dalam pengasingan di [[Ende (kota)|Ende]] (1936).]]
Sejak pimpinan PNI ditangkap, aktivitas partai menjadi lumpuh. Sementara Soekarno dan tokoh-tokoh petinggi PNI lainnya mendapat [[Putusan pengadilan|putusan]] hukuman penjara pada sidang vonis tanggal 22 Desember 1930,<ref>{{Cite web|last=Liputan6.com|date=2020-12-22|title=22 Desember 1930: Indonesia Menggugat dan Vonis 4 Tahun Penjara Bung Karno|url=https://www.liputan6.com/news/read/4438675/22-desember-1930-indonesia-menggugat-dan-vonis-4-tahun-penjara-bung-karno|website=liputan6.com|language=id|access-date=2023-06-13|archive-date=2023-06-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20230613164027/https://www.liputan6.com/news/read/4438675/22-desember-1930-indonesia-menggugat-dan-vonis-4-tahun-penjara-bung-karno|dead-url=no}}</ref> pada bulan yang sama, beberapa anggota PNI memisahkan diri dan bersama [[Sutan Sjahrir|Soetan Sjahrir]] dan [[Mohammad Hatta]] membentuk organisasi baru yang bernama Pendidikan National Indonesia ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: Pendidikan Nasional Indonesia), yang disebut "PNI Baru". Berbeda dengan cita-cita PNI "lama", organisasi ini bertujuan untuk membina [[Kader|kader-kader]] yang diharapkan akan menjadi pemimpin politik di masa depan. Sjahrir ditunjuk sebagai ketua sementara sembari menunggu Hatta menyelesaikan studinya di Belanda.<ref>{{cite book|last1=Cribb|first1=Robert|last2=Kahin|first2=Audrey|year=2004|title=Historical Dictionary of Indonesia|url=https://archive.org/details/historicaldictio0000crib_v4i7|publisher=Scarecrow Press Inc|isbn=978-0-8108-4935-8}}</ref> Pada 25 April 1931, [[Sartono (politikus)|Sartono]], sebagai ketua PNI saat itu, memutuskan untuk membubarkan PNI demi menghindari stigma buruk yang ditimbulkan oleh vonis Soekarno, dan kemudian mendirikan [[Partai Indonesia|Partij Indonesia]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: Partai Indonesia; disingkat Partindo). Pada tanggal 31 Desember 1931, Soekarno dibebaskan lebih awal setelah pemerintah kolonial mendapat tekanan dari pihak luar dan dalam. Ia mengalami dilema setelah melihat PNI yang tepecah dua tersebut. Awalnya Soekarno berusaha untuk menyatukan kedua organisasi tersebut, tetapi setelah melihat bahwa usahanya itu sia-sia, ia memilih masuk menjadi anggota Partindo dan kemudian menjadi ketua organisasi tersebut pada tanggal 28 Juli 1932.<ref name="Adams 1965">{{cite book|last1=Sukarno|last2=Adams|first2=Cindy|year=1965|title=Sukarno, An Autobiography|publisher=The Bobbs-Merrill Company Inc|pages=79–80}}</ref> Pada bulan yang sama, Hatta etelah menyelesaikan studinya dan kembali ke Hindia Belanda, lalu menjadi anggota PNI Baru dan diangkat sebagai ketuanya pada bulan Agustus 1932.<ref name="Noer 2012"/> Selain mengelola partai, Soekarno juga membuka usaha biro [[arsitektur]] "Soekarno & Roosseno" bersama [[Roosseno Soerjohadikoesoemo]], sembari mengunjungi beberapa tokoh nasionalis lainnya di [[Jawa|Pulau Jawa]] dan menulis artikel mengenai kemerdekaan pada [[koran]] ''Fikiran Ra'jat'' ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Pikiran Rakyat"),<ref>{{Cite web|last=Liberti|first=Pasti|title=Persahabatan Sukarno-Roosseno dan Masjid Istiqlal|url=https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20190225/Persahabatan-Sukarno-Roosseno-dan-Masjid-Istiqlal/|website=detikx|access-date=2023-06-14|archive-date=2023-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616192319/https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20190225/Persahabatan-Sukarno-Roosseno-dan-Masjid-Istiqlal/|dead-url=no}}</ref> sementara Mohammad Hatta menulis artikel yang bertujuan membangkitkan semangat kader politik masa depan di koran ''Daulat Ra'yat'' ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Daulat Rakyat"). Akibat tulisan-tulisan yang Soekarno buat di koran tersebut pada pertengahan tahun 1933, yang pada saat ini dikumpulkan sebagai sebuah risalah bernama ''Mentjapai Indonesia Merdeka'' ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Mencapai Indonesia Merdeka"), ia sekali lagi ditangkap dan dijebloskan ke dalam tahanan oleh polisi pada tanggal 1 Agustus 1933.<ref>{{Cite web|title=SUKARNO; Dibawah Bendera Revolusi Jilid I. Mentjapai Indonesia Merdeka: hlm. 257-324.|url=https://perpusbungkarno.perpusnas.go.id/index.php/koleksi-pbk/26-koleksi-langka/190-sukarno-dibawah-bendera-revolusi-jilid-i-mentjapai-indonesia-merdeka-hlm-257-324|website=perpusbungkarno.perpusnas.go.id|access-date=2023-06-14|archive-date=2023-06-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20230618124754/https://perpusbungkarno.perpusnas.go.id/index.php/koleksi-pbk/26-koleksi-langka/190-sukarno-dibawah-bendera-revolusi-jilid-i-mentjapai-indonesia-merdeka-hlm-257-324|dead-url=no}}</ref> Ia beserta keluarga lalu [[Pengasingan|diasingkan]] ke [[Ende (kota)|Endeh]] (sekarang [[Ende (kota)|Ende]]) pada tahun 1934,<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-08-19|title=4 Tahun Bung Karno Diasingkan di Ende hingga Merenungkan Pancasila Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2021/08/19/085420678/4-tahun-bung-karno-diasingkan-di-ende-hingga-merenungkan-pancasila|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-06-14|archive-date=2023-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616192328/https://regional.kompas.com/read/2021/08/19/085420678/4-tahun-bung-karno-diasingkan-di-ende-hingga-merenungkan-pancasila|dead-url=no}}</ref> dan kemudian dipindahkan ke [[Bengkulu|Bencoolen]] (sekarang [[Bengkulu]]) pada tahun 1938.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-08-04|title=Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu, Saksi Bisu Perjuangan Halaman all|url=https://travel.kompas.com/read/2022/08/04/121610527/rumah-pengasingan-bung-karno-di-bengkulu-saksi-bisu-perjuangan|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-06-14|archive-date=2023-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616192321/https://travel.kompas.com/read/2022/08/04/121610527/rumah-pengasingan-bung-karno-di-bengkulu-saksi-bisu-perjuangan|dead-url=no}}</ref> Sementara pada awal tahun 1934, giliran Hatta dan Sjahrir yang ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Keduanya diasingkan ke [[Kabupaten Boven Digoel|Boven Digoel]] pada tahun 1935,<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-12-04|title=Mengapa Mohammad Hatta Dibuang ke Boven Digoel? Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/04/070000579/mengapa-mohammad-hatta-dibuang-ke-boven-digoel-|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-06-14|archive-date=2023-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616192322/https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/04/070000579/mengapa-mohammad-hatta-dibuang-ke-boven-digoel-|dead-url=no}}</ref> lalu dipindahkan ke [[Banda Neira]] setahun setelahnya,<ref>{{Cite web|last=Indonesia|first=C. N. N.|title=Spirit Juang dari Rumah Bung Hatta dan Sjahrir di Banda Neira|url=https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220922112447-269-851178/spirit-juang-dari-rumah-bung-hatta-dan-sjahrir-di-banda-neira|website=gaya hidup|language=id-ID|access-date=2023-06-14|archive-date=2023-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616192330/https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220922112447-269-851178/spirit-juang-dari-rumah-bung-hatta-dan-sjahrir-di-banda-neira|dead-url=no}}</ref> dan akhirnya dipindahkan lagi ke [[Kota Sukabumi|Sukabumi]] pada tahun 1941.<ref>{{Cite web|last=Fatimah|first=Siti|title=Cerita Bung Hatta dan Sjahrir Usai Keluar dari Rumah Tahanan di Sukabumi|url=https://www.detik.com/jabar/wisata/d-6480253/cerita-bung-hatta-dan-sjahrir-usai-keluar-dari-rumah-tahanan-di-sukabumi|website=detikjabar|language=id-ID|access-date=2023-06-14|archive-date=2023-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616192328/https://www.detik.com/jabar/wisata/d-6480253/cerita-bung-hatta-dan-sjahrir-usai-keluar-dari-rumah-tahanan-di-sukabumi|dead-url=no}}</ref>
 
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Onderwijzend_personeel_van_het_Nationaal_Onderwijs_Instituut_Taman_Siswo_te_Yogyakarta_Java_TMnr_10002264.jpg|jmpl|300x300px|Staf pengajar dari sekolah Taman Siswa di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] (1920). Lukisan bersumber dari koleksi ''Nationaal Museum van Wereldculturen'' di [[Belanda]].]]
Selain gerakan-gerakan politik pada tingkat nasional dan kedaerahan, beberapa tokoh pejuang juga mendirikan berbagai [[sekolah]] dan perguruan untuk mencerdaskan anak bangsa, dengan harapan bahwa kelak mereka menjadi penyokong untuk negara merdeka kelak. [[Habis Gelap Terbitlah Terang|Surat-surat]] dari [[Kartini]], seorang wanita keturunan [[priayi]] [[Suku Jawa|Jawa]], semasa hidupnya (1879–1904) kepada [[Sahabat pena|sahabat-sahabat pena]] di [[Eropa]], yang membahas tentang masalah sosial, ketimpangan gender, dan harapan akan [[emansipasi]] bagi wanita, membuat [[Conrad Theodor van Deventer]], seorang anggota [[Dewan Negara Belanda|parlemen Belanda]] dan pemerhati [[Hindia Belanda]], tergerak untuk lebih memperhatikan kondisi perempuan-perempuan pribumi di Belanda, sehingga ia beserta istrinya mendirikan Yayasan Kartini pada tahun 1912 sebagai wadah penggalangan dana, lalu membangun tempat-tempat pengajaran khusus perempuan yang diberi nama "[[Sekolah Kartini]]", dimulai pada tahun 1912 di [[Kota Semarang|Semarang]].<ref>{{Cite web|last=Anjani|first=Anatasia|title=Mengenal Sekolah yang Didirikan Kartini, Berawal dari Surat-suratnya|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6043754/mengenal-sekolah-yang-didirikan-kartini-berawal-dari-surat-suratnya|website=detikedu|language=id-ID|access-date=2023-06-16|archive-date=2023-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616160900/https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6043754/mengenal-sekolah-yang-didirikan-kartini-berawal-dari-surat-suratnya|dead-url=no}}</ref> Kemudian di [[Kota Bandung|Bandung]], seorang wanita priayi [[Suku Sunda|Sunda]] bernama [[Dewi Sartika]] mendirikan suatu tempat pendidikan bagi perempuan bernama "Sakola Istri" pada tanggal 16 Januari 1904 di [[Pendopo]] [[Kota Bandung|Kabupaten Bandung]], lalu diubah menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Sekolah Keutamaan Istri") pada tahun 1910 dan menyebar ke seluruh wilayah Jawa bagian barat.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-05-20|title=Raden Dewi Sartika: Kehidupan, Gagasan, dan Kiprahnya Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/20/173614179/raden-dewi-sartika-kehidupan-gagasan-dan-kiprahnya|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-06-16|archive-date=2023-02-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230202190320/https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/20/173614179/raden-dewi-sartika-kehidupan-gagasan-dan-kiprahnya|dead-url=no}}</ref> Selanjutnya, [[Soewardi Soerjaningrat]], yang kemudian mengganti namanya menjadi [[Ki Hadjar Dewantara]] pada tanggal 28 Februari 1928,<ref>{{Cite web|last=Wulandari|first=Trisna|title=Hari Pendidikan Nasional: Nama Asli Ki Hajar Dewantara dan Alasan Perubahannya|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6699540/hari-pendidikan-nasional-nama-asli-ki-hajar-dewantara-dan-alasan-perubahannya|website=detikedu|language=id-ID|access-date=2023-06-16|archive-date=2023-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616050859/https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6699540/hari-pendidikan-nasional-nama-asli-ki-hajar-dewantara-dan-alasan-perubahannya|dead-url=no}}</ref> mendirikan lembaga pengajaran berbasis pendidikan [[Humanisme|humanis]], [[kerakyatan]], dan [[kebangsaan]], yang bernama National Onderwijs Institut (Lembaga Pendidikan Nasional) "[[Sekolah Taman Siswa|Taman Siswa]]" pada tanggal 3 Juli 1922 di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], yang kemudian menyebar ke seluruh [[Jawa]] dan bahkan ke luar pulau.<ref>{{Cite web|last=Zulfikar|first=Fahri|title=Sekolah Taman Siswa Ki Hajar: Konsep Pendidikan Tanpa 'Perintah dan Sanksi'|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6712276/sekolah-taman-siswa-ki-hajar-konsep-pendidikan-tanpa-perintah-dan-sanksi|website=detikedu|language=id-ID|access-date=2023-06-16|archive-date=2023-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616103507/https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6712276/sekolah-taman-siswa-ki-hajar-konsep-pendidikan-tanpa-perintah-dan-sanksi|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|last=SMP|first=Admin|date=2022-05-06|title=Yuk Mengenal Sekolah Taman Siswa Milik Ki Hajar Dewantara|url=https://ditsmp.kemdikbud.go.id/yuk-mengenal-sekolah-taman-siswa-milik-ki-hajar-dewantara/|website=Direktorat SMP|language=id-ID|access-date=2023-06-16|archive-date=2023-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230616103736/https://ditsmp.kemdikbud.go.id/yuk-mengenal-sekolah-taman-siswa-milik-ki-hajar-dewantara/|dead-url=no}}</ref> Selain itu, organisasi-organisasi yang mengajarkan tentang [[kepanduan]] ([[Gerakan Pramuka Indonesia|pramuka]]) juga berdiri sebagai sarana menyalurkan semangat untuk meraih kebebasan dan kemerdekaan, yaitu Nederlandsch Indische Padvinders Vereeniging (Perhimpunan Pandu Hindia Belanda; NIPV), Nationale Padvinderij (Pandu Nasional), dan Persaoedaraan Antar Pandoe Indonesia ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: Persaudaraaan Antarpandu Indonesia), Kepandoean Bangsa Indonesia ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: Kepanduan Bangsa Indonesia), dan lain sebagainya.<ref>{{Cite web|last=Kwartir Nasional Gerakan Pramuka|date=2022-01-07|title=Kepanduan Indonesia|url=https://pramuka.or.id/kepanduan-indonesia|website=Gerakan Pramuka Indonesia|language=|access-date=2023-06-16|archive-date=2023-08-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230806072216/https://pramuka.or.id/kepanduan-indonesia/|dead-url=no}}</ref>
 
Menyadari ancaman dari organisasi-organisasi berbasis [[nasionalisme]] yang menuntut kebebasan dari cengkeraman [[kolonialisme]] [[Belanda]], maka pada dekade 1930-an, pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] mulai melakukan pelarangan dan penutupan terhadap organisasi-organisasi tersebut, serta memenjarakan sejumlah pemimpin politik nasional. Meskipun Belanda tidak dapat sepenuhnya membungkam suara-suara lokal yang menuntut perubahan, mereka berhasil mencegah pergolakan secara luas. Walaupun sentimen nasionalisme tetap tinggi selama tahun-tahun tersebut, gerakan-gerakan nyata untuk memperjuangkan kemerdekaan tetap mampu dibatasi oleh pemerintah kolonial.<ref>{{Cite book|last=Ricklefs|first=M.C.|year=1991|title=A Modern History of Indonesia, 2nd edition|publisher=MacMillan|isbn=0-333-57690-X|pages=chapters 14–15|ref=harv|no-pp=true}}</ref> Namun, pecahnya [[Perang Dunia II]] sejak tanggal 1 September 1939 menimbulkan berbagai perubahan dramatis pada kekuatan politik dunia, termasuk [[Kerajaan Belanda]] yang melemah akibat terlibat dalam perang besar tersebut, terutama karena posisi Belanda kali ini adalah pihak utama yang terlibat dalam pertempuran, bukan seperti pada waktu [[Perang Dunia I]], yaitu ketika Belanda hanya berposisi sebagai pihak pembantu. Melemahnya kekuatan Belanda tersebut diperparah dengan [[Pertempuran Belanda|jatuhnya Belanda]] ke tangan militer [[Jerman Nazi]] pada tanggal 14 Mei 1940.<ref>{{citation|editor1-first=Herman|editor1-last=Amersfoort|editor2-first=Piet|editor2-last=Kamphuis|year=2005|title=Mei 1940 — De Strijd op Nederlands grondgebied|language=nl|location=Den Haag|publisher=Sdu Uitgevers|isbn=90-12-08959-X}}</ref> Kekacauan tersebut berpengaruh hingga ke [[Hindia Belanda]], terutama ketika pasukan [[Jepang]] masuk ke Hindia Belanda untuk mengusir pasukan Belanda dan menduduki wilayah ini. Pertempuran ini membuka kesempatan bagi para nasionalis untuk kembali menajamkan taringnya dan menyuarakan kemerdekaan.<ref>{{Cite journal|last=Benda|first=Harry S.|date=1956|title=The Beginnings of the Japanese Occupation of Java|journal=The Far Eastern Quarterly|volume=14|issue=4|pages=541–560|doi=10.2307/2941923|jstor=2941923|s2cid=155352132}}</ref>
 
=== Periode pendudukan ===
Baris 346 ⟶ 388:
 
[[Berkas:Soevereiniteitsoverdracht Indonesie-2000px Foto Jan Zweerts.jpg|thumb|Piagam Penyerahan Kedaulatan Indonesia oleh Belanda]]
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis [[Gerakan Non-Blok|gerakan non-blok]] pada awalnya, kemudian menjadi lebih dekat dengan blok [[sosialisme|sosialis]], misalnya [[Tiongkok|Republik Rakyat Tiongkok]] dan [[Yugoslavia]]. Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara tetangga, [[Malaysia]] ("''[[Konfrontasi Indonesia–Malaysia|Konfrontasi]]''"),<ref>van der Bijl, Nick. ''Confrontation, The War with Indonesia 1962–1966'', (London, 2007) ISBN 978-1-84415-595-8</ref> dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya pada tahun 1965 meletus kejadianperistiwa [[G30S]] yang menyebabkan kematian 6 orang [[jenderal]] dan sejumlah [[perwira]] menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya [[Orde Baru]] yang segera menuduh [[Partai Komunis Indonesia]] sebagai otak di belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti ideologi nasional menjadi berdasarkan paham [[sosialisme|sosialis]]-[[komunisme|komunis]]. Tuduhan ini sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden [[Soekarno]].
[[Berkas:President Suharto, 1993.jpg|jmpl|Potret resmi [[Soeharto]], [[Presiden Indonesia]] ke-2, pada tahun 1993.|kiri|224x224px]]
Jenderal [[Soeharto]] menjadi Pejabat Presiden pada tahun 1967 dengan alasan untuk mengamankan negara dari ancaman [[komunisme]]. Sementara itu kondisi fisik Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke tanah air, dan akhirnya dicabut [[kewarganegaraan]]nya. Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan [[Orde Baru]], sementara masa pemerintahan Soekarno disebut [[Orde Lama]].
 
Soeharto menerapkan ekonomi [[neoliberalisme|neoliberal]] dan berhasil mendatangkan [[investasi]] luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal [[rezim]] Orde Baru kebijakan ekonomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi [[Universitas California, Berkeley]], yang dipanggil "[[Mafia Berkeley]]".<ref>Wibowo, Sigit, Sjarifuddin. ''[http://www.sinarharapan.co.id/berita/0606/05/sh02.html Ekonomi Indonesia Gagal karena Mafia Berkeley] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080616191928/http://www.sinarharapan.co.id/berita/0606/05/sh02.html |date=2008-06-16Ekonomi Indonesia Gagal }}karena Mafia Berkeley]'', Harian Umum Sore Sinar Harapan. Copyright © Sinar Harapan 2003. Diakses: Selasa, 6 Agustus 2008.</ref> Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik [[korupsi]], [[kolusi]], dan [[nepotisme]] yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi [[demonstrasi]] besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun 1998.
 
Masa Peralihan ''Orde Reformasi'' atau [[Sejarah Indonesia (1998–sekarang)|Era Reformasi]] berlangsung dari tahun 1998 hingga 2001, ketika terdapat tiga masa [[Daftar presiden Indonesia|presiden]]: [[B. J. Habibie|Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie]], [[Abdurrahman Wahid]] dan [[Megawati Soekarnoputri|Megawati Sukarnoputri]]. Pada tahun 2004, diselenggarakan [[pemiluPemilihan umum Indonesia 2004|Pemilihan]] Umum satu hari terbesar di dunia<ref>{{cite press release
|publisher = Laporan dari [[:en:Carter Center|Carter Center]]
|pages = 30
|year = 2004
|title = The Carter Center 2004 Indonesia Election Report
|url = http://www.cartercenter.org/documents/2161.pdf
|format = PDF
|accessdate = [[29 Juli]] [[2008]]
| = http://www.cartercenter.org/documents/2161.pdf
|archive-date = 2007-06-14
}} {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070614025148/http://www.cartercenter.org/documents/2161.pdf |date=2007-06-14 }}</ref> yang dimenangkan oleh [[Susilo Bambang Yudhoyono]], sebagai presiden terpilih secara langsung oleh rakyat, yang menjabat selama dua periode. Pada tahun 2014, [[Joko Widodo]], yang lebih akrab disapa Jokowi, terpilih sebagai presiden ke-7.
|archive-url = https://web.archive.org/web/20070614025148/http://www.cartercenter.org/documents/2161.pdf
|dead-url = no
}} {{Cite web |url=http://www.cartercenter.org/documents/2161.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2008-07-29 |archive-date=2007-06-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070614025148/http://www.cartercenter.org/documents/2161.pdf |dead-url=unfit }}</ref> yang dimenangkan oleh [[Susilo Bambang Yudhoyono]], sebagai presiden terpilih secara langsung oleh rakyat, yang menjabat selama dua periode. Pada tahun 2014, [[Joko Widodo]], yang lebih akrab disapa Jokowi, terpilih sebagai presiden ke-7.
 
Indonesia kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan [[konflik|pertikaian]] bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk melepaskan diri dari naungan NKRI, terutama [[Papua]].{{fact}} [[Timor Timur]] secara resmi memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]] menjadi negara [[Timor Leste]].
Baris 372 ⟶ 417:
 
[[Berkas:Gunung Palung Jungle.jpg|jmpl|Hutan hujan di [[Taman Nasional Gunung Palung]], [[Kalimantan Barat]].|250x250px]]
Indonesia merupakan [[negara kepulauan]] terbesar di dunia yang berada di [[Asia Tenggara]],<ref>{{Cite book|last=Morgan|first=Sally|date=2007|url=https://www.google.co.id/books/edition/Indonesia/EReyAAAACAAJ|title=Indonesia|location=London|publisher=Wayland|isbn=978-0-7502-4747-4|oclc=123798216|url-status=live}}</ref> dan terletak di antara benua [[Asia]] dan benua [[Australia]]/[[Oseania]], serta di antara [[Samudra Hindia]] dan [[Samudra Pasifik]]. Negara ini memiliki 17.504 pulau yang menyebar di sekitar [[khatulistiwa]]; sebanyak 16.056 [[pulau]] telah dibakukan namanya,<ref>{{Cite web|last=|first=|date=19 Agustus 2017|title=PBB Verifikasi 16.056 Nama Pulau Indonesia|url=https://maritim.go.id/pbb-verifikasi-16-056-nama-pulau-indonesia/|website=Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi|language=|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810110125/https://maritim.go.id/pbb-verifikasi-16-056-nama-pulau-indonesia/|archive-date=10 Agustus 2021|access-date=10 Agustus 2021}}</ref> dan sekitar 6.000 pulau tidak berpenghuni.<ref name="Indonesia Regions">{{cite press release|publisher=International Monetary Fund|url=http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2006/01/data/dbcoutm.cfm?SD=2005&ED=2005&R1=1&R2=1&CS=3&SS=2&OS=C&DD=0&OUT=1&C=536&S=PPPWGT-PPPPC&RequestTimeout=120&CMP=0&x=45&y=5 Estimate|accessdate=5 Oktober 2006|title=World Economic Outlook Database|date=April 2006|archive-url=https://web.archive.org/web/20180501013111/http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2006/01/data/dbcoutm.cfm?SD=2005|archive-date=1 Mei 2018}} {{WebarchiveCite web |url=http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2006/01/data/dbcoutm.cfm?SD=2005 |title=Salinan arsip |access-date=2008-07-29 |archive-date=2018-05-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180501013111/http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2006/01/data/dbcoutm.cfm?SD=2005 |datedead-url=2018-05-01unfit }}</ref><ref>{{cite web|first=Hendriawan|title=Indonesia Regions|publisher= Indonesia Business Directory|url= http://www.indonext.com/Regions/|accessdate= 24 April 2007|archive-date= 28 Desember 2005|archive-url= https://web.archive.org/web/20051228011848/http://www.indonext.com/Regions/|dead-url= no}}</ref> Pulau-pulau besar di Indonesia yaitu [[Sumatra]], [[Jawa]], [[Kalimantan]] (berbagi dengan Malaysia dan Brunei Darussalam), [[Sulawesi]], dan [[Pulau Papua|Papua]] (berbagi dengan [[Papua Nugini]]).
 
Indonesia berada pada koordinat antara antara 6° 04' 30" LU dan 11° 00' 36" LS serta antar 94° 58' 21" dan 141° 01' 10" BT,{{sfn|BPS|2021|p=5}} yang membentang sepanjang 5.120 kilometer (3.181 mil) dari timur ke barat serta 1.760 kilometer (1.094 mil) dari utara ke selatan.<ref>{{Cite book|last1=Frederick|first1=William H.|last2=Worden|first2=Robert L.|date=1993|url=https://books.google.com/books?id=6dgmXWMgWcwC&pg=PA98|title=Indonesia: A Country Study|location=Washington, D.C.|publisher=Federal Research Division, Library of Congress|isbn=9780844407906|series=Area Handbook Series|volume=550|page=98|language=en|access-date=2021-08-10|archive-date=2023-01-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230120071717/https://books.google.com/books?id=6dgmXWMgWcwC&pg=PA98|dead-url=no}}</ref> Luas daratan Indonesia adalah 1.916.906,77&nbsp;km²,{{sfn|BPS|2020|p=3}} sementara luas perairannya sekitar 3.110.000&nbsp;km² dengan garis pantai sepanjang 108 ribu km.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=10 Agustus 2018|title=Menko Maritim Luncurkan Data Rujukan Wilayah Kelautan Indonesia|url=https://maritim.go.id/menko-maritim-luncurkan-data-rujukan-wilayah-kelautan-indonesia/|website=Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.|access-date=10 Agustus 2021|archive-date=2021-08-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20210813170824/https://maritim.go.id/menko-maritim-luncurkan-data-rujukan-wilayah-kelautan-indonesia/|dead-url=no}}</ref> Batas wilayah Indonesia diukur dari kepulauan dengan menggunakan teritorial laut 12 [[mil laut]] serta zona ekonomi eksklusif 200 [[mil laut]],<ref>[http://www.un.org/Depts/los/convention_agreements/texts/unclos/part5.htm Article 55] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080316143137/http://www.un.org/Depts/los/convention_agreements/texts/unclos/part5.htm |date=2008-03-16Article }}55], 1982 UN Convention on the Law of The Sea.</ref> searah penjuru mata angin, yaitu:
 
{{batas_USBT
Baris 382 ⟶ 427:
|barat=[[Samudra Hindia]]
}}
Titik tertinggi di Indonesia yaitu [[Puncak Jaya]] (4.884 [[Meter di atas permukaan laut|mdpl]]) di Provinsi [[Papua Tengah]].<ref>{{Cite book|date=1976|url=http://www.papuaweb.org/dlib/bk/hope1976/index.html|title=The Equatorial Glaciers of New Guinea|location=Rotterdam|publisher=A.A. Balkema|editor-last=Hope|editor-first=G.S.|editor-last2=Peterson|editor-first2=J.A.|url-status=live|access-date=2021-08-11|archive-date=2016-03-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20160303180107/http://papuaweb.org/dlib/bk/hope1976/index.html|dead-url=yes}}</ref> [[Danau Toba]] di [[SumatraSumatera Utara]] adalah danau terluas di Indonesia sekaligus danau [[kaldera]] terbesar di dunia,<ref>{{Cite book|last=Foster|first=Nigel|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Heart_of_Toba/1lcnzgEACAAJ|title=Heart of Toba: Batak Life Beside the World's Largest Caldera Lake|publisher=Amazon Digital Services|url-status=live|access-date=2021-08-11|archive-date=2023-01-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230120071717/https://www.google.co.id/books/edition/Heart_of_Toba/1lcnzgEACAAJ|dead-url=no}}</ref> sedangkan sungai terpanjang di Indonesia yaitu [[Sungai Kapuas]] yang berada di [[Kalimantan Barat]].<ref>{{Cite web|title=Geografis|url=https://kalbarprov.go.id/page/geografis|website=Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat|access-date=11 Agustus 2021|archive-date=2021-08-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20210811005747/https://kalbarprov.go.id/page/geografis|dead-url=no}}</ref>
 
=== Iklim ===
{{main|Iklim Indonesia|Perubahan iklim di Indonesia}}
[[Berkas:Koppen-Geiger_Map_IDN_present.svg|jmpl|kiri|Peta [[Klasifikasi iklim Köppen|klasifikasi Iklim Köppen]] Indonesia.|500x500px]]
Secara umum, Indonesia beriklim [[Tropika|tropis]] (kelompok A dalam [[klasifikasi iklim Köppen]]; meskipun ada wilayah dengan tipe iklim yang berbeda).<ref>{{Cite journal|last=Beck|first=Hylke E.|last2=Zimmermann|first2=Niklaus E.|last3=McVicar|first3=Tim R.|last4=Vergopolan|first4=Noemi|last5=Berg|first5=Alexis|last6=Wood|first6=Eric F.|date=2018|title=Present and future Köppen-Geiger climate classification maps at 1-km resolution|url=http://www.nature.com/articles/sdata2018214|journal=Scientific Data|volume=5|issue=1|pages=180214|doi=10.1038/sdata.2018.214|issn=2052-4463|pmc=PMC6207062|pmid=30375988|access-date=2021-08-10|archive-date=2021-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810234153/https://www.nature.com/articles/sdata2018214|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Beck|first=Hylke E.|last2=Zimmermann|first2=Niklaus E.|last3=McVicar|first3=Tim R.|last4=Vergopolan|first4=Noemi|last5=Berg|first5=Alexis|last6=Wood|first6=Eric F.|date=2020|title=Publisher Correction: Present and future Köppen-Geiger climate classification maps at 1-km resolution|url=http://www.nature.com/articles/s41597-020-00616-w|journal=Scientific Data|volume=7|issue=1|pages=274|doi=10.1038/s41597-020-00616-w|issn=2052-4463|pmc=PMC7431407|pmid=32807783|access-date=2021-08-10|archive-date=2021-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810234152/https://www.nature.com/articles/s41597-020-00616-w|dead-url=no}}</ref> Perairan yang hangat di wilayah Indonesia sangat berperan dalam menjaga suhu di darat tetap konstan, dengan rerata suhu di wilayah pesisir sebesar 28&nbsp;°C, di wilayah pedalaman dan dataran tinggi sebesar 26&nbsp;°C , serta di wilayah pegunungan sebesar 23&nbsp;°C. Kelembapan berkisar antara 70 hingga 90%.<ref name=":3weather-online">{{Cite web|title=Climate of the World: Indonesia|url=https://www.weatheronline.co.uk/reports/climate/Indonesia.htm|website=Weather Online|language=|access-date=10 Agustus 2021|archive-date=2021-08-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20210812211900/https://www.weatheronline.co.uk/reports/climate/Indonesia.htm|dead-url=no}}</ref>
 
Faktor utama yang memengaruhi iklim Indonesia bukanlah suhu udara ataupun tekanan udara, melainkan [[Presipitasi (meteorologi)|curah hujan]]. Variasi musim di Indonesia, yaitu [[musim hujan]] dan [[musim kemarau]], berkaitan dengan pergerakan angin [[muson]]. Angin muson barat yang bertiup dari Asia ke Australia melalui Indonesia pada bulan Oktober hingga Februari mengakibatkan curah hujan yang tinggi, terutama di Indonesia bagian barat. Sementara itu, angin muson timur yang bergerak ke arah sebaliknya pada bulan April hingga Agustus tidak banyak membawa uap air dan menurunkan hujan. Selain itu, ada pula musim peralihan ketika matahari melintasi khatulistiwa yang mengakibatkan angin bertiup lemah dan bergerak tak menentu.<ref>{{Cite journal|last=Yananto|first=Ardila|last2=Sibarani|first2=Rini Mariana|date=2016|title=Analisis Kejadian El Nino dan Pengaruhnya terhadap Intensitas Curah Hujan di Wilayah Jabodetabek (Studi Kasus: Periode Puncak Musim Hujan Tahun 2015/2016)|url=http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JSTMC/article/view/541|journal=Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca|volume=17|issue=2|pages=65|doi=10.29122/jstmc.v17i2.541|issn=2549-1121|access-date=2021-08-10|archive-date=2021-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810143509/https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JSTMC/article/view/541|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite book|last=Wyrtki|first=Klaus|date=1961|url=https://escholarship.org/content/qt49n9x3t4/qt49n9x3t4.pdf|title=Physical oceanography of the Southeast Asian waters|location=La Jolla, Calif.|publisher=Scripps Institution of Oceanography|oclc=5116526|url-status=live|access-date=2021-08-10|archive-date=2021-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810145548/https://escholarship.org/content/qt49n9x3t4/qt49n9x3t4.pdf|dead-url=no}}</ref> Meskipun demikian, tidak semua wilayah Indonesia memiliki pola curah hujan yang sama. Selain daerah musonal, ada pula daerah ekuatorial yang dipengaruhi [[Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis|daerah pertemuan angin antartropis]], serta daerah lokal yang polanya berkebalikan dengan pola musonal.<ref>{{Cite book|last=Aldrian|first=E.|last2=Karmini|first2=M.|last3=Budiman|date=2011|url=https://www.researchgate.net/profile/Edvin-Aldrian/publication/309721670_Adaptasi_dan_Mitigasi_Perubahan_Iklim_di_Indonesia/links/581ec39c08aea429b295db6b/Adaptasi-dan-Mitigasi-Perubahan-Iklim-di-Indonesia.pdf|title=Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia|location=Jakarta|publisher=Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika|pages=19-21|url-status=live|access-date=2021-08-11|archive-date=2021-08-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20210811000710/https://www.researchgate.net/profile/Edvin-Aldrian/publication/309721670_Adaptasi_dan_Mitigasi_Perubahan_Iklim_di_Indonesia/links/581ec39c08aea429b295db6b/Adaptasi-dan-Mitigasi-Perubahan-Iklim-di-Indonesia.pdf|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Aldrian|first=Edvin|last2=Dwi Susanto|first2=R.|date=2003|title=Identification of three dominant rainfall regions within Indonesia and their relationship to sea surface temperature|url=https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/joc.950|journal=International Journal of Climatology|volume=23|issue=12|pages=1435–1452|doi=10.1002/joc.950|issn=0899-8418}}</ref>
 
Beberapa penelitian memproyeksikan Indonesia [[Perubahan iklim di Indonesia|terdampak perubahan iklim]].<ref>{{Cite book|last=Overland|first=Indra|date=2017|url=https://www.researchgate.net/publication/320622312_Impact_of_Climate_Change_on_ASEAN_International_Affairs_Risk_and_Opportunity_Multiplier|title=Impact of Climate Change on ASEAN International Affairs: Risk and Opportunity Multiplier|publisher=Norwegian Institute of International Affairs (NUPI) dan Myanmar Institute of International and Strategic Studies (MISIS)|url-status=live|access-date=2021-08-10|archive-date=2020-07-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20200728065717/https://www.researchgate.net/publication/320622312_Impact_of_Climate_Change_on_ASEAN_International_Affairs_Risk_and_Opportunity_Multiplier|dead-url=no}}</ref> Dampak buruk yang ditimbulkan di antaranya kenaikan suhu rata-rata sekitar 1&nbsp;°C pada pertengahan abad ini akibat emisi yang tidak berkurang,<ref>{{Cite web|title=Climate Impact Map|url=https://www.impactlab.org/map/#usmeas=absolute&usyear=1981-2010&gmeas=change-from-hist&gyear=2080-2099&tab=global&gvar=tasmax-over-95F&gprob=0.5&grcp=rcp85|publisher=Climate Impact Lab|access-date=18 November 2018|archive-date=2021-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20210810205627/https://impactlab.org/map/#usmeas=absolute&usyear=1981-2010&gmeas=change-from-hist&gyear=2080-2099&tab=global&gvar=tasmax-over-95F&gprob=0.5&grcp=rcp85|dead-url=no}}</ref><ref name=":4climate-id">{{cite web|last=Case|first=M.|last2=Ardiansyah|first2=F.|date=14 November 2007|title=Climate Change in Indonesia: Implications for Humans and Nature|url=http://awsassets.panda.org/downloads/inodesian_climate_change_impacts_report_14nov07.pdf|publisher=World Wide Fund for Nature|archive-url=https://web.archive.org/web/20180219103237/http://awsassets.panda.org/downloads/inodesian_climate_change_impacts_report_14nov07.pdf|archive-date=19 Februari 2018|access-date=18 November 2018|last3=Spector|first3=E.|url-status=live}}</ref> peningkatan frekuensi kekeringan dan kekurangan pangan (akibat perubahan curah hujan dan pola musim yang memengaruhi pertanian), serta berbagai penyakit dan kebakaran hutan.<ref name=":4climate-id" /> [[Kenaikan permukaan laut|Naiknya permukaan air laut]] juga mengancam sebagian besar penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir.<ref name=":4climate-id" /><ref>{{Cite web|date=29 Oktober 2019|title=Report: Flooded Future: Global vulnerability to sea level rise worse than previously understood|url=https://climatecentral.org/news/report-flooded-future-global-vulnerability-to-sea-level-rise-worse-than-previously-understood|publisher=Climate Central|archive-url=https://web.archive.org/web/20191102025006/https://climatecentral.org/news/report-flooded-future-global-vulnerability-to-sea-level-rise-worse-than-previously-understood|archive-date=2 November 2019|access-date=5 November 2019|url-status=live}}</ref><ref>{{cite web|last1=Lin|first1=Mayuri Mei|last2=Hidayat|first2=Rafki|date=13 Agustus 2018|title=Jakarta, the fastest-sinking city in the world|url=https://www.bbc.com/news/world-asia-44636934|publisher=BBC|archive-url=https://web.archive.org/web/20181018234203/https://www.bbc.com/news/world-asia-44636934|archive-date=18 Oktober 2018|access-date=19 November 2018|url-status=live}}</ref> Penduduk prasejahtera mungkin merupakan kelompok yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim.<ref>{{cite web|date=April 2011|title=Indonesia: Climate Risk and Adaptation Country Profile|url=http://sdwebx.worldbank.org/climateportal/countryprofile/doc/GFDRRCountryProfiles/wb_gfdrr_climate_change_country_profile_for_IDN.pdf|publisher=World Bank|archive-url=https://web.archive.org/web/20171206014747/http://sdwebx.worldbank.org/climateportal/countryprofile/doc/GFDRRCountryProfiles/wb_gfdrr_climate_change_country_profile_for_IDN.pdf|archive-date=6 Desember 2017|access-date=18 November 2018|url-status=live}}</ref>
 
=== Geologi ===
{{main|Geologi Indonesia}}
{{main|Daftar gempa bumi di Indonesia}}
[[Berkas:Map indonesia volcanoes.gif|jmpl|Gunung-gunung berapi utama di Indonesia, yang merupakanberada bagiandi dariantara [[Cincin Api Pasifik]] dan [[Sabuk alpida]].|400x400px]]
Secara [[Tektonika lempeng|tektonik]], sebagian besar wilayah Indonesia sangat tidak stabil karena lokasinya menjadi pertemuan dari beberapa lempeng tektonik, seperti [[lempeng Indo-Australia]], [[Lempeng Pasifik]], dan [[Lempeng Eurasia]]. Negara ini terletak di antara [[Cincin Api Pasifik]] dan [[Sabuk alpida]] sehingga memiliki banyak [[Daftar gunung berapi di Indonesia|gunung berapi]] dan sering mengalami [[Daftar gempa bumi di Indonesia|gempa bumi]].<ref name=":5bbc-volcanoid">{{cite web|date=5 November 2015|title=Indonesia: Volcano nation|url=https://www.bbc.com/news/world-asia-26167897|publisher=BBC|archive-url=https://web.archive.org/web/20171128105714/http://www.bbc.com/news/world-asia-26167897|archive-date=28 November 2017|access-date=28 November 2017|url-status=live}}</ref> [[Busur vulkanik]] berjajar mulai dari Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, dan kemudian ke [[Kepulauan Banda]] di Maluku hingga ke timur laut Sulawesi.{{sfn|Witton|2003|p=38}} Dari sekitar 400 gunung berapi, kurang lebih 130 di antaranya masih aktif.<ref name=":5bbc-volcanoid" />
 
Sebuah letusan [[supervulkan]] pada sekitar 77.000 SM yang [[Teori bencana Toba|membentuk Danau Toba]] dipercaya mengakibatkan musim dingin vulkanik dan penurunan suhu dunia selama bertahun-tahun.<ref>{{cite magazine|url=https://www.forbes.com/sites/davidbressan/2017/08/11/early-humans-may-have-lived-through-a-supervolcano-eruption/|title=Early Humans May Have Lived Through A Supervolcano Eruption|last=Bressan|first=David|magazine=Forbes|date=11 Agustus 2017|access-date=11 Oktober 2017|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20170811205248/https://www.forbes.com/sites/davidbressan/2017/08/11/early-humans-may-have-lived-through-a-supervolcano-eruption/|archive-date=11 Agustus 2017}}</ref> [[Letusan Tambora 1815|Letusan Tambora]] pada tahun 1815 dan [[Letusan Krakatau 1883|letusan Krakatau]] pada 1883 juga termasuk letusan gunung terbesar yang tercatat sepanjang sejarah.<ref>{{cite web|date=29 Mei 2016|title=Tambora|url=https://www.volcanodiscovery.com/tambora.html|publisher=Volcano Discovery|archive-url=https://web.archive.org/web/20161220181832/https://www.volcanodiscovery.com/tambora.html|archive-date=20 Desember 2016|access-date=20 December 2016|url-status=live}}</ref><ref>{{cite magazine|url=https://www.forbes.com/sites/davidbressan/2016/08/31/the-eruption-of-krakatoa-was-the-first-global-catastrophe/|title=The Eruption of Krakatoa Was the First Global Catastrophe|last=Bressan|first=David|magazine=Forbes|date=31 Agustus 2016|access-date=2 September 2017|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20160902143003/https://www.forbes.com/sites/davidbressan/2016/08/31/the-eruption-of-krakatoa-was-the-first-global-catastrophe/|archive-date=2 September 2016}}</ref> [[Gempa bumi berdorongan besar]] yang berdampak ke Indonesia dan terjadi belum lama ini adalah [[gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004]].<ref>{{cite web|date=19 Mei 2005|title=Analysis of the Sumatra-Andaman Earthquake Reveals Longest Fault Rupture Ever|url=https://www.nsf.gov/news/news_summ.jsp?cntn_id=104179|publisher=National Science Foundation|access-date=15 Desember 2016|archive-date=2021-08-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20210812205404/https://www.nsf.gov/news/news_summ.jsp?cntn_id=104179|dead-url=no}}</ref>
Baris 414 ⟶ 460:
 
Indonesia memiliki sekitar 10% dari seluruh spesies [[tumbuhan berbunga]] di Bumi (sebanyak 25.000 spesies, 55% di antaranya endemik di Indonesia). Negara ini juga memiliki sekitar 12% spesies [[mamalia]] di Bumi (515 spesies) sehingga menempati peringkat kedua pada keanekaragaman mamalia setelah Brasil. Indonesia menempati peringkat keempat pada keanekaragaman spesies [[reptil]] (781 spesies) dan [[primata]] (35 spesies), peringkat kelima pada keanekaragaman spesies [[burung]] (1.592 spesies), serta peringkat keenam pada keanekaragaman spesies [[amfibi]] (270 spesies).<ref>{{Cite web|last=|first=|title=Indonesia: Main Details|url=https://www.cbd.int/countries/profile/?country=id|website=Convention on Biological Diversity|access-date=19 Agustus 2021|archive-date=2012-05-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20120512012753/http://www.cbd.int/countries/profile.shtml?country=id|dead-url=no}}</ref>
[[Berkas:Kabut_Jam_Gadang_2019.jpg|jmpl|Visibilitas yang rendah di langit [[Kota Bukittinggi]], [[SumatraSumatera Barat]], yang disebabkan oleh [[Asbut|kabut asap]].|kiri]]
Meskipun demikian, populasi penduduk Indonesia yang besar dan terus meningkat serta industrialisasi yang pesat memunculkan [[masalah lingkungan hidup di Indonesia|masalah lingkungan hidup]] yang serius, di antaranya perusakan lahan [[gambut]], [[Deforestasi di Indonesia|deforestasi ilegal]] berskala besar (yang mengakibatkan [[Polusi asap Asia Tenggara|kabut asap di beberapa bagian Asia Tenggara]]), eksploitasi sumber daya laut yang berlebihan, polusi udara, pengelolaan sampah, hingga [[Penyediaan air dan sanitasi di Indonesia|penyediaan air dan sanitasi]] yang memadai.<ref>{{cite web |last=Miller|first=Jason R. |date=14 Agustus 2007 |url=http://www.american.edu/TED/ORANG.HTM|title=Deforestation in Indonesia and the Orangutan Population |publisher=TED Case Studies |access-date=11 Agustus 2007|url-status=live |archive-url= https://web.archive.org/web/20070811041439/http://www.american.edu/TED/ORANG.HTM |archive-date=11 Agustus 2007}}</ref> Isu-isu tersebut berkontribusi pada rendahnya peringkat Indonesia (nomor 116 dari 180 negara) dalam [[Indeks Kinerja Lingkungan]] 2020. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa kinerja Indonesia secara umum di bawah rata-rata, baik dalam konteks regional maupun global.<ref>{{cite web|date=2020|title=2020 Environmental Performance Index|url=https://epi.yale.edu/sites/default/files/files/IDN_EPI2020_CP.pdf|publisher=Yale University|archive-url=https://web.archive.org/web/20200609071235/https://epi.yale.edu/sites/default/files/files/IDN_EPI2020_CP.pdf|archive-date=9 Juni 2020|access-date=9 Juni 2020|url-status=live}}</ref>
 
Pada tahun 2018, sekitar 49,7% dari luas daratan Indonesia ditutupi oleh hutan,<ref>{{cite web|url=https://data.worldbank.org/indicator/AG.LND.FRST.ZS?locations=ID|title=Forest area (% of land area)–Indoneisa|publisher=World Bank|access-date=14 Juni 2021|archive-date=2021-08-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20210813152001/https://data.worldbank.org/indicator/AG.LND.FRST.ZS?locations=ID|dead-url=no}}</ref> turun dari angka 87% yang dihitung pada tahun 1950.<ref name=":6deforest-id">{{Cite journal|last=Tsujino|first=Riyou|last2=Yumoto|first2=Takakazu|last3=Kitamura|first3=Shumpei|last4=Djamaluddin|first4=Ibrahim|last5=Darnaedi|first5=Dedy|date=2016|title=History of forest loss and degradation in Indonesia|url=https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0264837716305348|journal=Land Use Policy|volume=57|pages=335–347|doi=10.1016/j.landusepol.2016.05.034|access-date=2021-08-19|archive-date=2022-01-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20220112124440/https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0264837716305348|dead-url=no}}</ref> Sejak dasawarsa 1970-an hingga saat ini, produksi kayu bulat serta berbagai tanaman perkebunan dan pertanian bertanggung jawab atas sebagian besar deforestasi di Indonesia.<ref name=":6deforest-id" /> Belakangan ini, deforestasi didorong oleh industri [[kelapa sawit]]. Meskipun dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, industri ini dapat merusak ekosistem dan menimbulkan masalah sosial.<ref>{{cite web|last1=Colchester|first1=Marcus|last2=Jiwan|first2=Normal|date=26 Maret 2012|title=Palm Oil and Land Acquisition in Indonesia: Implications for Local Communities and Indigenous People|url=http://mekongdmp.net/data/Resourcespapers/filepdf/PromisedLand.pdf|archive-url=https://web.archive.org/web/20120531005507/http://mekongdmp.net/data/Resourcespapers/filepdf/PromisedLand.pdf|archive-date=31 Mei 2012|access-date=31 Mei 2012|last3=Andiko|first3=Martua Sirait|last4=Firdaus|first4=Asup Y.|last5=Surambo|first5=A.|last6=Pane|first6=Herbert|url-status=dead}}</ref> Situasi ini menjadikan Indonesia sebagai penghasil emisi [[gas rumah kaca]] berbasis hutan terbesar di dunia,<ref>{{cite web|last1=Chrysolite|first1=Hanny|last2=Juliane|first2=Reidinar|date=4 Oktober 2017|title=Evaluating Indonesia's Progress on its Climate Commitments|url=http://www.wri.org/blog/2017/10/evaluating-indonesias-progress-its-climate-commitments|publisher=World Resources Institute|archive-url=https://web.archive.org/web/20171005000659/http://www.wri.org/blog/2017/10/evaluating-indonesias-progress-its-climate-commitments|archive-date=5 Oktober 2017|access-date=26 Agustus 2018|last3=Chitra|first3=Josefhine|last4=Ge|first4=Mengpin|url-status=live}}</ref> serta mengancam kelangsungan hidup spesies asli dan endemik. [[Uni Internasional untuk Konservasi Alam]] (IUCN) mengidentifikasi sejumlah spesies yang [[terancam kritis]], termasuk [[jalak bali]],<ref>{{Cite journal|last=BirdLife International|date=2018|title=Leucopsar rothschildi|url=https://www.iucnredlist.org/species/22710912/129874226|journal=The IUCN Red List of Threatened Species 2018|volume=e.T22710912A129874226|doi=10.2305/iucn.uk.2018-2.rlts.t22710912a129874226.en|access-date=2021-08-19|archive-date=2021-09-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20210921194306/https://www.iucnredlist.org/species/22710912/129874226|dead-url=no}}</ref> [[orang utan sumatra]],<ref>{{Cite journal|last=Singleton|first=I|last2=Wich|first2=S.A.|last3=Nowak|first3=M.|last4=Usher|first4=G.|last5=Utami-Atmoko|first5=S.S.|date=2017|title=Pongo abelii|url=http://www.iucnredlist.org/details/121097935/0|journal=The IUCN Red List of Threatened Species 2017|volume=e.T121097935A123797627|doi=10.2305/iucn.uk.2017-3.rlts.t121097935a115575085.en|access-date=2021-08-19|archive-date=2018-09-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20180919115420/http://www.iucnredlist.org/details/121097935/0|dead-url=no}}</ref> dan [[badak jawa]].<ref>{{Cite journal|last=Elis|first=S.|last2=Talukdar|first2=B.|date=2020|title=Rhinoceros sondaicus|url=https://www.iucnredlist.org/species/19495/18493900|journal=The IUCN Red List of Threatened Species 2020|language=|volume=e.T19495A18493900|doi=10.2305/iucn.uk.2020-2.rlts.t19495a18493900.en|access-date=2021-08-19|archive-date=2018-07-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20180722160807/http://www.iucnredlist.org/details/19495/0|dead-url=no}}</ref>
 
== Politik dan pemerintahan ==
Baris 505 ⟶ 551:
|deadurl = yes
| = http://www.usembassyjakarta.org/news/trv_warning02.html
}} {{WebarchiveCite web |url=http://www.usembassyjakarta.org/news/trv_warning02.html |title=Salinan arsip |access-date=2015-02-14 |archive-date=2006-11-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20061111230327/http://www.usembassyjakarta.org/news/trv_warning02.html |date=2006dead-11-11url=unfit }}</ref> Tetapi beruntung ekonomi Indonesia secara keseluruhan tidak terlalu dipengaruhi oleh hal-hal tersebut di atas, karena Indonesia adalah negara yang ekonomi domestiknya cukup kuat dan dominan.{{butuh rujukan}}
 
=== Militer ===
{{utama|Tentara Nasional Indonesia}}
[[Berkas:Indonesia army soldiers.jpg|jmpl|300x300px|Parade para prajurit [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]].]]
[[Tentara Nasional Indonesia]] terdiri dari [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI–AD]], [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut|TNI-AL]] (termasuk Marinir) dan [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|TNI-AU]].<ref>{{cite news
|last = Chew
|first = Amy
Baris 521 ⟶ 567:
|archive-url = https://web.archive.org/web/20171114104010/http://edition.cnn.com/2002/WORLD/asiapcf/southeast/07/05/indonesia.sutarto/index.html
|dead-url = no
}}</ref> Berkekuatan 400.000 prajurit aktif, memiliki anggaran 4% dari [[Produk domestik bruto|GDP]] pada tahun 2006, tetapi terdapat kontroversi bahwa ada sumber-sumber dana dari kepentingan-kepentingan komersial dan yayasan-yayasan yang dilindungi oleh militer.<ref>{{cite news
|last = Witular
|first = Rendi A.
Baris 532 ⟶ 578:
|archive-url = https://web.archive.org/web/20171114103917/http://www.etan.org/et2005/may/22/19susilo.htm
|dead-url = no
}}</ref> Satu hal baik dari reformasi sejalan dengan mundurnya Suharto adalah mundurnya TNI dari parlemen setelah bubarnya [[Dwifungsi ABRI|Dwi Fungsi ABRI]], walaupun pengaruh militer dalam bernegara masih tetap kuat.<ref>[[#Friend|Friend (2003)]], pp. 473–475, 484</ref> Gerakan separatis di sebagian daerah Aceh dan Papua telah menimbulkan konflik bersenjata, dan terjadi pelanggaran HAM serta kebrutalan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.<ref>[[#Friend|Friend (2003)]], pp. 270–273, 477–480</ref><ref>{{cite news
|title = Indonesia flashpoints: Aceh
|work = BBC News
Baris 574 ⟶ 620:
|archivedate = 18 September 2006
|deadurl = yes
}}; {{cite journal
|last = International Crisis Group
|title = Papua: Answer to Frequently Asked Questions
|journal = Update Briefing
|issue = 53
|page = 1
|publisher = International Crisis Group
|date = 5 September 2006
|url = http://www.crisisgroup.org/library/documents/asia/indonesia/b53_papua_answers_to_frequently_asked_questions.pdf
|format = PDF
|accessdate = 17 September 2006
|archiveurl = https://web.archive.org/web/20060918233640/http://www.crisisgroup.org/library/documents/asia/indonesia/b53_papua_answers_to_frequently_asked_questions.pdf
|archivedate = 18 September 2006
|deadurl = yes
}}</ref>
 
=== Pembagian administratif ===
Baris 596 ⟶ 642:
Di antara provinsi-provinsi tersebut, sembilan di antaranya memiliki status [[Daerah khusus dan daerah istimewa|kekhususan dan/atau keistimewaan]]. Daerah-daerah tersebut ialah [[Aceh]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], [[Papua Barat]], [[Papua Barat Daya]], [[Papua]], [[Papua Tengah]], [[Papua Pegunungan]], dan [[Papua Selatan]].
 
Tiap provinsi memiliki [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi|DPRD Provinsi]] dan [[gubernur]], tiap [[kabupaten]] memiliki [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten|DPRD Kabupaten]] dan [[bupati]], sementara tiap [[kota]] memiliki [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota|DPRD Kota]] dan [[wali kota]]; semuanya dipilih langsung oleh rakyat melalui [[pemilihan umum]]. Hal tersebut tidak berlaku pada [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]] yang terbagi atas [[kabupaten administrasi]] atau [[kota administrasi]] yang bukanlah [[daerah otonom]], sehingga DPR Kabupaten atau Kota tidak ada di dalam daerah-daerah tersebut, serta bupati dan wali kotanya adalah [[Pegawai negeri sipil|pegawai negeri]] yang ditunjuk oleh [[Daftar Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Gubernur DKI Jakarta]].
 
Indonesia memperbolehkan penamaan lokal/khusus untuk digunakan pada daerah-daerah administratif di bawah tingkat kabupaten/kota, sesuai dengan Undang-Undang tentang [[Pemerintahan daerah di Indonesia|Pemerintahan Daerah]]. Beberapa contoh di antaranya ialah [[kalurahan]], [[Kapanewon dan kemantren|kapanewon]], [[Kapanewon dan kemantren|kemantren]], [[gampong]], [[kampung]], [[nagari]], [[pekon]], dan [[Distrik (Indonesia)|distrik]].
Baris 604 ⟶ 650:
;[[Sumatra]]
* {{flagdeco|Aceh}} [[Aceh]] — [[Kota Banda Aceh|Banda Aceh]]
* {{flagdeco|SumatraSumatera Utara}} [[SumatraSumatera Utara]] (Sumut) — [[Kota Medan|Medan]]
* {{flagdeco|SumatraSumatera Barat}} [[SumatraSumatera Barat]] (Sumbar) — [[Kota Padang|Padang]]
* {{flagdeco|Riau}} [[Riau]] — [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]]
* {{flagdeco|Jambi}} [[Jambi]] — [[Kota Jambi|Jambi]]
* {{flagdeco|SumatraSumatera Selatan}} [[SumatraSumatera Selatan]] (Sumsel) — [[Kota Palembang|Palembang]]
* {{flagdeco|Bengkulu}} [[Bengkulu]] — [[Kota Bengkulu|Bengkulu]]
* {{flagdeco|Lampung}} [[Lampung]] — [[Kota Bandar Lampung|Bandar Lampung]]
Baris 644 ⟶ 690:
* {{flagdeco|Papua}} [[Papua]] — [[Kota Jayapura|Jayapura]]
* {{flagdeco|Papua Barat}} [[Papua Barat]] (Pabar) — [[Kabupaten Manokwari|Manokwari]]
* <!--{{flagdeco|Papua Selatan}} -->[[Papua Selatan]] (Pasel) — [[Kabupaten Merauke|Merauke]]
* <!--{{flagdeco|Papua Tengah}} -->[[Papua Tengah]] (Papteng) — [[Kabupaten Nabire|Nabire]]
* <!--{{flagdeco|Papua Pegunungan}} -->[[Papua Pegunungan]] (Papeg) — [[Kota Wamena|Wamena]]
* <!--{{flagdeco|Papua Barat Daya}} -->[[Papua Barat Daya]] (PBD) — [[Sorong (kota)|Sorong]]
{{col-end}}
 
Baris 658 ⟶ 704:
{{Location map~|Indonesia|lat_deg=0.8500|lon_deg =116.7000| lat_dir =S| lon_dir = E|label=[[Ibu Kota Nusantara|Nusantara]]}}
}}
Hingga saat ini, [[Ibu kota Indonesia|ibu kota negara]] Republik Indonesia berkedudukan di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]].<ref>{{Cite act|title=Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia|url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39922/uu-no-29-tahun-2007|type=Undang-Undang|index=29|year=2007}} {{WebarchiveCite web |url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39922/uu-no-29-tahun-2007 |title=Salinan arsip |access-date=2022-08-21 |archive-date=2022-09-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220910094246/https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39922/uu-no-29-tahun-2007 |datedead-url=2022-09-10unfit }}</ref> Namun sejak tahun 2019, [[Pemerintah Indonesia]] melaksanakan proses [[Pemindahan Ibu kota Indonesia|pemindahan ibu kota Indonesia]] ke [[Nusantara (kota terencana)|Ibu Kota Nusantara]], yang direncanakan akan diresmikan pada tahun 2024.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=2022-01-18|title=Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Ibu Kota Negara|url=http://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/PANSUS-RJ-20211214-125732-5084.pdf|website=www.dpr.go.id|work=[[Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia]]|publisher=[[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia]]|language=id|access-date=2022-01-18|archive-date=2022-01-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20220118053636/https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/PANSUS-RJ-20211214-125732-5084.pdf|dead-url=no}}</ref>
 
Semenjak [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Indonesia]] pada tanggal 17 Agustus 1945, ibu kota negara Indonesia secara ''de facto'' berkedudukan di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Ibu kota negara sempat dipindahkan ke [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] pada tanggal 4 Januari 1946 ketika pasukan [[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda]] (NICA) menduduki Jakarta,<ref>Wiharyanto, A.K. 2009. Sejarah Indonesia Baru II. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma</ref> kemudian ke [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]] pada tanggal 19 Desember 1948 ketika pemerintah pusat lumpuh karena ditawannya [[Soekarno|Presiden Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta|Wakil Presiden Hatta]] oleh pasukan militer [[Belanda]] dan tampuk pemerintahan dipegang sementara oleh [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI),<ref>[https://www.infounix.my.id/2023/01/mengenal-presiden-pemerintahan-darurat.html''Presiden Pemerintah Darurat Republik Indonesia''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150703050605/http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/3799-presiden-pemerintah-darurat-republik-indonesia|date=2015-07-03}}''Presiden Pemerintah Darurat Republik Indonesia''] Tokohindonesia.com. Diakses 8 September 2013.</ref> lalu kembali lagi ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949 setelah kembalinya Soekarno-Hatta dari penawanan. Pada masa [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS), ibu kota [[Republik Indonesia (1949–1950)|Negara Bagian Republik Indonesia]] berkedudukan di Yogyakarta sementara ibu kota federal RIS berada di Jakarta. Setelah kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, ibu kota negara kembali berkedudukan di Jakarta. Pada tanggal 28 Agustus 1961, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 1961 yang mengukuhkan status Jakarta sebagai ibu kota negara.<ref>{{Cite act|title=Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya|url=https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt530c1132af33e/node/656/penetapan-presiden-nomor-2-tahun-1961|type=Penetapan Presiden|index=2|year=1961}} {{WebarchiveCite web |url=https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt530c1132af33e/node/656/penetapan-presiden-nomor-2-tahun-1961 |title=Salinan arsip |access-date=2022-08-21 |archive-date=2022-07-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220706025303/https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt530c1132af33e/node/656/penetapan-presiden-nomor-2-tahun-1961 |datedead-url=2022-07-06unfit }}</ref>
 
Pada tahun 2019, [[Joko Widodo|Presiden Joko Widodo]] melalui Pemerintah Pusat membuat kajian rancangan,<ref>{{Cite web|last=Post|first=The Jakarta|title=Indonesia studies new sites for capital city|url=https://www.thejakartapost.com/news/2017/04/10/indonesia-studies-new-sites-for-capital-city.html|website=The Jakarta Post|access-date=2022-08-21|archive-date=2022-05-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20220531013835/https://www.thejakartapost.com/news/2017/04/10/indonesia-studies-new-sites-for-capital-city.html|dead-url=no}}</ref> melakukan pencanangan,<ref>{{Cite news|date=16 Agustus 2019|editor-last=Persada|editor-first=Syailendra|title=Pidato Kenegaraan, Jokowi Sebut Pindahkan Ibu Kota ke Kalimantan|url=https://nasional.tempo.co/read/1236663/pidato-kenegaraan-jokowi-sebut-pindahkan-ibu-kota-ke-kalimantan|work=[[Tempo.co]]|language=id|access-date=19 Januari 2022|last=Nurita|first=Dewi|archive-date=2022-09-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20220912141453/https://nasional.tempo.co/read/1236663/pidato-kenegaraan-jokowi-sebut-pindahkan-ibu-kota-ke-kalimantan|dead-url=no}}</ref> dan menentukan letak wilayah dari ibu kota baru, yaitu sebagian dari wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan [[Kabupaten Kutai Kartanegara|Kutai Kartanegara]].<ref>{{Cite news|author=Ihsanuddin|date=26 Agustus 2019|editor-last=Galih|editor-first=Bayu|title=Jokowi: Ibu Kota Baru di Sebagian Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kaltim|url=https://www.kompas.com/nasional/read/2019/08/26/13351161/jokowi-ibu-kota-baru-di-sebagian-penajam-paser-utara-dan-kutai-kartanegara|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=19 Januari 2022|last=Ihsanuddin|archive-date=2022-12-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20221210041248/https://www.kompas.com/nasional/read/2019/08/26/13351161/jokowi-ibu-kota-baru-di-sebagian-penajam-paser-utara-dan-kutai-kartanegara|dead-url=no}}</ref> Pemerintah bahkan sempat membentuk tim-tim pelaksana pemindahan ibu kota pada bulan Januari 2020,<ref>{{Cite news|author=Andhika Prasetyo|date=13 Januari 2020|title=Putra Mahkota Abu Dhabi Jadi Dewan Pengarah Ibu Kota Baru|url=https://m.mediaindonesia.com/ekonomi/283012/putra-mahkota-abu-dhabi-jadi-dewan-pengarah-ibu-kota-baru|work=[[Media Indonesia]]|language=id|archive-url=https://web.archive.org/web/20230107143503/https://m.mediaindonesia.com/ekonomi/283012/putra-mahkota-abu-dhabi-jadi-dewan-pengarah-ibu-kota-baru|archive-date=7 Januari 2023|access-date=19 Januari 2022}}</ref><ref>{{Cite news|last=Hamdani|first=Trio|date=7 Februari 2020|title=Pemerintah Bentuk Tim Khusus Kebut Pemindahan Ibu Kota|url=https://finance.detik.com/properti/d-4890112/pemerintah-bentuk-tim-khusus-kebut-pemindahan-ibu-kota|work=[[Detik.com|detikcom]]|language=id|publisher=Detik Finance|archive-url=https://web.archive.org/web/20230107143048/https://finance.detik.com/properti/d-4890112/pemerintah-bentuk-tim-khusus-kebut-pemindahan-ibu-kota|archive-date=7 Januari 2023|access-date=20 Januari 2022}}</ref> yang akan melaksanakan pembangunan pada pertengahan tahun 2020, tetapi harus ditunda akibat [[pandemi Covid-19]].<ref>{{Cite news|date=9 September 2020|title=Covid-19, Pemerintah Tunda Pembangunan Ibu Kota Baru|url=https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200909061259-532-544254/covid-19-pemerintah-tunda-pembangunan-ibu-kota-baru|work=[[CNN Indonesia]]|language=id|access-date=19 Januari 2022|archive-date=2022-09-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20220912140643/https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200909061259-532-544254/covid-19-pemerintah-tunda-pembangunan-ibu-kota-baru|dead-url=no}}</ref> Pada tanggal 18 Januari 2022, [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|Dewan Perwakilan Rakyat]] mengesahkan Undang-Undang Ibu Kota Negara, yang berisi pembentukan dan garis besar rencana pembangunan ibu kota baru, yang diberi nama [[Ibu Kota Nusantara]], yang kemudian diundangkan pada tanggal 15 Februari 2022.<ref>{{Cite act|title=Ibu Kota Negara|url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/198400/uu-no-3-tahun-2022|type=Undang-Undang|index=3|year=2022}} {{WebarchiveCite web |url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/198400/uu-no-3-tahun-2022 |title=Salinan arsip |access-date=2022-08-21 |archive-date=2022-08-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220828145129/https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/198400/uu-no-3-tahun-2022 |datedead-url=2022-08-28unfit }}</ref> Upacara simbolis penyatuan tanah [[Provinsi di Indonesia|ketiga puluh empat provinsi di Indonesia]] saat itu dilakukan oleh Presiden Jokowi bersama [[Daftar gubernur dan wakil gubernur petahana di Indonesia|para gubernur dan wakil gubernur se-Indonesia]] pada tanggal 14 Maret 2022 di [[Titik Nol Ibu Kota Nusantara]].<ref>{{cite news|date=14 Maret 2022|title=Tiba di Titik Nol Kilometer IKN, Presiden Satukan Tanah dan Air Nusantara|url=https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/tiba-di-titik-nol-kilometer-ikn-presiden-satukan-tanah-dan-air-nusantara/|language=id|publisher=[[Presiden Republik Indonesia]]|access-date=15 Maret 2022|archive-date=2022-09-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20220912140121/https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/tiba-di-titik-nol-kilometer-ikn-presiden-satukan-tanah-dan-air-nusantara/|dead-url=no}}</ref>
 
== Ekonomi ==
Baris 685 ⟶ 731:
Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.<ref name="SCHWARZ">Schwarz, A. (1994). ''A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s''. Westview Press. ISBN 1-86373-635-2, pp. 52–57.</ref>
 
Pemerintahan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan menekan angka [[inflasi]], menstabilkan mata uang, penjadwalan ulang [[utang luar negeri]], dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing.<ref name="SCHWARZ" /> Pada era tahun 1970-an harga [[minyak bumi]] yang meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981.<ref name="SCHWARZ" /> Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah yang terkendali,<ref name="SCHWARZ" /> selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997<ref>{{cite web
|title = Indonesia: Country Brief
|work = Indonesia:Key Development Data & Statistics
Baris 728 ⟶ 774:
|accessdate = 2008-03-18
| = http://www.bps.go.id/leaflet/leaflet-desember-07-ind.pdf
}} {{WebarchiveCite web |url=http://www.bps.go.id/leaflet/leaflet-desember-07-ind.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2008-08-07 |archive-date=2008-04-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080401200753/http://www.bps.go.id/leaflet/leaflet-desember-07-ind.pdf |datedead-url=2008-04-01unfit }}</ref><ref>{{cite news
|author = Ridwan Max Sijabat
|title = Unemployment still blighting the Indonesian landscape
Baris 746 ⟶ 792:
|format = PDF
| = http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-1152870963030/2753486-1165385030085/Overview_standalone_en.pdf
}} {{WebarchiveCite web |url=http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-1152870963030/2753486-1165385030085/Overview_standalone_en.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2008-08-07 |archive-date=2008-08-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080817013648/http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-1152870963030/2753486-1165385030085/Overview_standalone_en.pdf |datedead-url=2008-08-17unfit }}</ref>
[[Berkas:Bumbu dan Rempah - rempah.jpg|jmpl|[[Bumbu]] dan [[rempah-rempah]] yang umum dijumpai di Indonesia.]]
Indonesia mempunyai [[sumber daya alam]] yang besar di luar [[Jawa]], termasuk [[minyak mentah]], [[gas alam]], [[timah]], [[tembaga]], dan [[emas]]. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kelima<ref>{{Cite web | url = http://www.iea.org/media/statistics/surveys/gas/natgas.pdf | title = Salinan arsip |access-date = 1 Maret 2016 | archive-date = 22 April 2016 | archive-url = https://web.archive.org/web/20160422094522/http://www.iea.org/media/statistics/surveys/gas/natgas.pdf | dead-url = no}}</ref> di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih [[minyak mentah]]. Hasil pertanian yang utama termasuk [[beras]], [[teh]], [[kopi]], [[rempah-rempah]], dan [[karet]].<ref>{{Cite web | title = Indonesia (IDN) Exports, Imports, and Trade Partners {{!}} OEC | url = https://oec.world/en/profile/country/idn | website = OEC - The Observatory of Economic Complexity | language = en | access-date = 19 Januari 2022 | archive-date = 2022-01-19 | archive-url = https://web.archive.org/web/20220119012002/https://oec.world/en/profile/country/idn | dead-url = no }}</ref> [[Zulkifli Hasan]], [[Menteri Perdagangan (Indonesia)|Menteri Perdagangan]], menyebutkan bahwa Peraturan Presiden №125/2022 berisi tentang cadangan pangan pemerintah yang menjadi prioritas dalam perekonomian negara.<ref name = "PR-31-OKT-">{{cite news | last1 = Astuti | first1 = Kismi Dwi | title = Kedelai Dunia Turun: Pemda Harus Bantu Subsidi | date = 31 Oktober 2022 | publisher = [[Pikiran Rakyat]] | pp = 5}}</ref>
Baris 912 ⟶ 958:
[[Bahasa resmi]] negara ini adalah [[bahasa Indonesia]], yang merupakan salah satu dari banyak [[Varietas bahasa|varietas]] [[bahasa Melayu]].<ref>{{cite book|last=Kridalaksana|first=H.|date=1991|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/2263/1/Masa%20Lampau%20Bahasa%20Indonesia.%20Sebuah%20bunga%20Rampai%20%281991%29.pdf|title=Masa Lampau bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai|location=Yogyakarta|publisher=Kanisius|isbn=979-413-476-7|editor-last=Kridalaksana|editor-first=H.|chapter=Pengantar tentang Pendekatan Historis dalam Kajian Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808081200/http://repositori.kemdikbud.go.id/2263/1/Masa%20Lampau%20Bahasa%20Indonesia.%20Sebuah%20bunga%20Rampai%20(1991).pdf|dead-url=no}}</ref> Bahasa Indonesia diajukan sebagai bahasa persatuan sejak masa pergerakan kemerdekaan Indonesia melalui [[Sumpah Pemuda]] dan ditetapkan oleh [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|konstitusi]] pada 1945.{{sfn|UUD 1945|loc=Pasal 36}} Campur tangan negara terhadap bahasa nasional diselenggarakan melalui [[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]] di bawah [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia]].<ref>{{Cite web|title=Tugas dan Fungsi|url=http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/tugas_dan_fungsi|website=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|archive-url=https://web.archive.org/web/20200731200511/http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/tugas_dan_fungsi|archive-date=31 Juli 2020|dead-url=no|access-date=9 Agustus 2021}}</ref>
 
Beberapa [[bahasa asing]] diajarkan dalam pendidikan formal. [[Bahasa Inggris]] sebagai bahasa internasional telah diperkenalkan kepada para pelajar mulai jenjang pendidikan dasar.<ref>{{Cite journal|last=Jazuly|first=Ahmad|date=2016|title=Peran Bahasa Inggris pada Anak Usia Dini|url=http://jurnal.makmalpendidikan.net/index.php/JPD/article/view/89|journal=Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa|volume=6|issue=1|pages=33–40|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808205755/http://jurnal.makmalpendidikan.net/index.php/JPD/article/view/89|dead-url=no}}</ref> Bahasa asing lainnya, seperti [[bahasa Jerman]], [[Bahasa Prancis|Prancis]], dan [[Bahasa Jepang|Jepang]], diajarkan di sejumlah sekolah sebagai pelengkap pada jenjang sekolah menengah atas.<ref>{{Cite journal|last=Santoso|first=Iman|date=1 April 2014|title=Pembelajaran Bahasa Asing di Indonesia: Antara Globalisasi dan Hegemoni|url=http://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/view/696|journal=Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra|volume=14|issue=1|pages=1|doi=10.17509/bs_jpbsp.v14i1.696|issn=2527-8312|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808212928/https://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/view/696|dead-url=no}}</ref> Bagi penganut agama Islam yang menjadi kaum mayoritas di Indonesia,<ref name=":0data-agama-id">{{Cite web|date=2018|title=Data Umat Berdasar Jumlah Pemeluk Agama Menurut Agama|url=https://data.kemenag.go.id/agamadashboard/statistik/umat|website=Kementerian Agama|archive-url=https://web.archive.org/web/20200903221250/https://data.kemenag.go.id/agamadashboard/statistik/umat|archive-date=3 September 2020|access-date=9 Agustus 2021}}</ref> [[bahasa Arab]] adalah bahasa asing yang memiliki kedudukan khusus karena harus dipraktikkan dalam ibadah harian tertentu, misalnya [[salat]],<ref>{{Cite book|last=Eid|first=Haya Muhammad|date=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=xu-ODwAAQBAJ|title=Learning My Salah: The Second Pillar|publisher=Ahlan Foundation|pages=66|url-status=live}}</ref> dan diajarkan di [[madrasah ibtidaiah]] dan jenjang selanjutnya.<ref>{{Cite journal|last=Muradi|first=Ahmad|date=2013|title=Tujuan Pembelajaran Bahasa Asing (Arab) di Indonesia|url=http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/maqoyis/article/view/182|journal=Al-Maqayis|volume=1|issue=1|pages=128-137|doi=|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808205755/http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/maqoyis/article/view/182|dead-url=no}}</ref> Meskipun demikian, bahasa Arab tidak menjadi bahasa pergaulan umum sejak periode awal keberadaannya di Indonesia.<ref>{{Cite web|last=Chaqoqo|first=S.G.N.|date=1 Juni 2012|title=Pembelajaran Bahasa Arab Sepanjang Sejarah|url=http://stainsalatiga.ac.id/pembelajaran-bahasa-arab-sepanjang-sejarah/|website=STAIN Salatiga|archive-url=https://web.archive.org/web/20130303000211/http://stainsalatiga.ac.id/pembelajaran-bahasa-arab-sepanjang-sejarah/|archive-date=3 Maret 2013|access-date=2 Januari 2013}}</ref>
 
=== Agama ===
{{utama|Agama di Indonesia}}
[[Berkas:Masjid Istiqlal - Panoramio.jpg|jmpl|300x300px|[[Masjid Istiqlal]] di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], yang merupakan masjid nasional terbesar di Indonesia.]]
Meskipun menjamin kebebasan beragama dalam konstitusi,{{sfn|UUD 1945|loc=Pasal 29 ayat (2)}} pemerintah hanya mengakui enam agama resmiyaitu: [[Islam]], [[Protestanisme|Protestan]], [[Katolik Roma|Katolik]], [[Agama Hindu|Hindu]], [[Agama Buddha|Buddha]], dan [[Agama Konghucu|Konghucu]]: sementara itu, penganut [[Agama asli Nusantara|agama tradisional ataupun agama-agama lainnya]] hanya mendapatkan pengakuan terbatas sebagai "penghayat kepercayaan".<ref>{{Cite journal|last=Marshall|first=Paul|date=2018|title=The Ambiguities of Religious Freedom in Indonesia|url=https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/15570274.2018.1433588|journal=The Review of Faith & International Affairs|volume=16|issue=1|pages=85–96|doi=10.1080/15570274.2018.1433588|issn=1557-0274|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808221412/https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/15570274.2018.1433588|dead-url=no}}</ref><ref>{{cite conference|surname=Siregar|given=Rospita Adelina|editor1=Dr. Lamhot Naibaho|editor2=Demsy Jura|title=Kebijakan Publik bila Mencantumkan Aliran Kepercayaan dalam Admininistrasi Kependudukan sebagai Bentuk Revitalisasi Pancasila|book-title=Seminar Nasional "Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila", diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya—Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018|place=Jakarta|publisher=[[Universitas Kristen Indonesia|UKI Press]]|date=2018|pages=173–177|url=http://repository.uki.ac.id/842/1/Rospita.pdf|isbn=978-979-8148-96-5|ref=harv|access-date=2021-08-08|archive-date=2021-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210808221414/http://repository.uki.ac.id/842/1/Rospita.pdf|dead-url=no}}</ref> Dengan 231 juta penganut pada tahun 2018, Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia. Sebanyak sekitar hampir 30 juta penduduk Indonesia atau lebih tepatnya 28,6 juta jiwa menganut agama [[Kristen]], di mana 20,2 juta penduduk merupakan penganut aliran Kristen Protestan sedangkan 8,3 juta penganut [[Gereja Katolik Roma|Kristen Katolik]], 4,7 juta penganut Hindu, 2 juta penganut Buddha, 81 ribu penganut Konghucu, dan 108 ribu penganut aliran kepercayaan lainnya (''terutama agama tradisional/lokal'').<ref name=":0data-agama-id" /> Agama Islam dipeluk oleh hampir seluruh warga Indonesia (sekitar 86,70%), Agama Kristen (Protestan & Katolik) kebanyakkan dipeluk oleh beberapa suku, yakni: [[Suku Batak|Batak]], [[Suku Toraja|Toraja]], [[Suku Dayak|Dayak]], [[Suku Nias|Nias]], [[Suku Minahasa|Minahasa]], [[Suku Ambon|Ambon]], dan lainnya. Kebanyakan pemeluk Hindu adalah [[Suku Bali]] dan [[India-Indonesia|Orang keturunan India di Indonesia]]<ref>{{Cite book|last=Oey|first=Eric|date=1995|url=https://www.worldcat.org/oclc/60286689|title=Bali|publisher=Periplus|isbn=962-593-028-0|oclc=60286689|url-status=live}}</ref> serta kebanyakan pemeluk Buddha dan Konghucu adalah orang [[Tionghoa-Indonesia]].<ref>{{Cite book|last=|date=2008|url=https://www.worldcat.org/oclc/469069147|title=Ethnic Chinese in Contemporary Indonesia|location=Singapore|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=9789812308351|editor-last=Suryadinata|editor-first=Leo|oclc=469069147|url-status=live}}</ref>
[[Berkas:Besakih Bali Indonesia Pura-Besakih-02.jpg|kiri|jmpl|300x300px|[[Pura Besakih]] di [[Kabupaten Karangasem|Karangasem]], [[Bali]], yang merupakan [[pura]] terbesar di Indonesia.]]
Penduduk asli Indonesia pada awalnya mempraktikkan [[animisme]], [[paganisme]] dan [[dinamisme]] lokal, yang merupakan kepercayaan umum bangsa Austronesia. Mereka menyembah roh leluhur dan percaya bahwa roh gaib ([[hyang]]) mungkin menghuni tempat-tempat tertentu, seperti pohon besar, batu, hutan, gunung, atau tempat keramat.<ref name="Ooi">{{cite book|date=2004|url=https://www.google.co.id/books/edition/Southeast_Asia/QKgraWbb7yoC|title=Southeast Asia: A historical encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor (3 volume set)|location=Santa Barbara, Calif.|publisher=ABC-CLIO|isbn=978-1-57607-770-2|editor=Gin|editor-first=Ooi Keat|page=177|oclc=54528945|url-status=live|access-date=2021-08-09|archive-date=2023-01-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230120071719/https://www.google.co.id/books/edition/Southeast_Asia/QKgraWbb7yoC|dead-url=no}}</ref> Contoh kepercayaan asli Indonesia di antaranya [[Sunda Wiwitan]], [[Kaharingan]], dan [[Kejawen]]. Mereka memberikan dampak yang signifikan pada penerapan agama-agama lain, seperti [[abangan]] Jawa, [[Agama Hindu Bali|Hindu Bali]], dan Kristen Dayak, yang dipraktikkan sebagai bentuk agama yang kurang [[Ortodoksi|ortodoks]] dan [[Sinkretisme|sinkretis]].<ref>{{Cite book|last=Magnis-Suseno|first=Franz|date=1997|url=https://www.worldcat.org/oclc/38466385|title=Javanese Ethics and World-View: The Javanese Idea of the Good Life|location=Jakarta|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=979-605-406-X|oclc=38466385|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite web|date=2003|title=2003 International Religious Freedom Report: Indonesia|url=https://2009-2017.state.gov/j/drl/rls/irf/2003/23829.htm|website=U.S. Department of State|access-date=13 Januari 2012.|archive-date=2021-08-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20210809081448/https://2009-2017.state.gov/j/drl/rls/irf/2003/23829.htm|dead-url=no}}</ref>
 
Pengaruh [[Hindu di Indonesia|agama Hindu]] mencapai Nusantara pada awal abad pertama Masehi.<ref>{{Cite book|last=Gonda|first=Jan|date=1975|url=https://books.google.co.id/books?id=X7YfAAAAIAAJ|title=Handbook of Oriental Studies. Section 3 Southeast Asia, Religions|publisher=Brill|chapter=The Indian Religions in Pre-Islamic Indonesia and their survival in Bali|url-status=live}}</ref> [[Kerajaan Salakanagara]] di Jawa Barat sekitar tahun 130 merupakan kerajaan terkait [[India Raya]] pertama yang tercatat dalam sejarah Nusantara.<ref>Darsa, Undang A. 2004. "Kropak 406; Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan", Makalah disampaikan dalam Kegiatan Bedah Naskah Kuna yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga. Bandung-Jatinangor: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran: hlm. 1–23.</ref> [[Buddhisme di Indonesia|Agama Buddha]] tiba sekitar abad ke-6,<ref>{{cite web|year=2005|title=Buddhism in Indonesia|url=http://www.buddhanet.net/e-learning/buddhistworld/indo-txt.htm|work=Buddha Dharma Education Association|publisher=|archive-url=https://web.archive.org/web/20190510074118/http://www.buddhanet.net/e-learning/buddhistworld/indo-txt.htm|archive-date=10 Mei 2019|access-date=3 Oktober 2006}}</ref> dan sejarahnya di Indonesia berhubungan erat dengan agama Hindu karena kedua agama ini dianut oleh beberapa kerajaan pada periode yang sama. Nusantara mengalami kebangkitan dan kejatuhan kerajaan Hindu dan Buddha yang kuat dan berpengaruh, seperti [[Majapahit]], [[Wangsa Sailendra|Sailendra]], [[Sriwijaya]], dan [[Medang]]. Meski tidak lagi menjadi mayoritas, agama Hindu dan Buddha tetap memiliki pengaruh besar pada budaya Indonesia.<ref>{{Cite journal|last=Rahman|first=Taufiq|date=2013|title='Indianization' of Indonesia in an Historical Sketch|url=http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ijni/article/view/26|journal=International Journal of Nusantara Islam|volume=1|issue=2|pages=56–64|doi=10.15575/ijni.v1i2.26|issn=2355-651X|access-date=2021-08-09|archive-date=2021-08-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20210809133309/https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ijni/article/view/26|dead-url=no}}</ref><ref>{{cite web|author=Sedyawati|first=Edi|date=19 Desember 2014|title=Influence of Hinduism and Buddhism on Indonesian culture|url=https://www.sanskritimagazine.com/india/global-influence-of-hinduism/influence-hinduism-buddhism-indonesian-culture/|publisher=Sanskriti Magazine|archive-url=https://web.archive.org/web/20170415194440/https://www.sanskritimagazine.com/india/global-influence-of-hinduism/influence-hinduism-buddhism-indonesian-culture/|archive-date=15 April 2017|access-date=6 Desember 2020|url-status=live}}</ref>
 
[[Islam di Indonesia|Agama Islam]] diperkenalkan oleh para pedagang [[Suni]] dari [[mazhab Syafi'i]] serta para pedagang [[Sufisme|Sufi]] dari [[Asia Selatan|anak benua India]] dan [[Arab Selatan]] pada awal abad ke-8 M.<ref>{{Cite book|last=Martin|first=Richard C.|date=2004|url=https://www.worldcat.org/oclc/52178942|title=Encyclopedia of Islam and the Muslim World. Vol. 2: M–Z|location=New York|publisher=Macmillan Reference USA|isbn=0-02-865603-2|oclc=52178942|url-status=live|access-date=2021-08-09|archive-date=2010-01-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20100112034346/http://www.worldcat.org/oclc/52178942|dead-url=no}}</ref><ref name=":1princeton-islam">{{Cite book|last=Böwering|first=Gerhard|last2=Crone|first2=Patricia|last3=Mirza|first3=Mahan|date=2013|url=https://www.worldcat.org/oclc/820631887|title=The Princeton Encyclopedia of Islamic Political Thought|location=Princeton, N.J.|publisher=Princeton University Press|isbn=1-4008-3855-X|oclc=820631887|url-status=live}}</ref> Pada sebagian besar perkembangannya, Islam mengalami pencampuran dan saling memengaruhi budaya yang ada sehingga menghasilkan bentuk Islam dengan ciri tersendiri, seperti adanya [[pesantren]].{{sfn|Ricklefs|1991|pp=12–14}}<ref>{{cite web|title=Indonesia–Bhineka Tunggal Ika|url=http://cui.unige.ch/~luthi/download/indo.html|publisher=Centre Universitaire d'Informatique|archive-url=https://web.archive.org/web/20060914023845/http://cui.unige.ch/~luthi/download/indo.html|archive-date=14 September 2006|access-date=20 Oktober 2006}}</ref> Perdagangan dan aktivitas dakwah seperti yang dilakukan oleh [[Wali Songo]] dan penjelajah Tiongkok [[Cheng Ho]], serta kampanye militer oleh beberapa kesultanan membantu mempercepat penyebaran Islam.<ref name=":1princeton-islam" /><ref>{{Cite book|last=Tanasaldy|first=Taufiq|date=2012|url=https://www.worldcat.org/oclc/804847859|title=Regime Change and Ethnic Politics in Indonesia: Dayak Politics of West Kalimantan|location=Leiden|publisher=KITLV Press|isbn=978-90-04-25348-3|oclc=804847859|url-status=live|access-date=2021-08-09|archive-date=2023-01-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230120071725/https://www.worldcat.org/title/804847859|dead-url=no}}</ref>
[[Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-10.jpg|jmpl|[[Gereja Katedral Jakarta]], yang menjadi salah satu gereja tertua di Indonesia.]]
[[Gereja Katolik di Indonesia|Agama Katolik]] dibawa oleh para pedagang dan misionaris Portugis seperti [[Yesuit]] [[Fransiskus Xaverius]], yang mengunjungi dan membaptis beberapa ribu penduduk setempat.{{sfn|Ricklefs|1991|pp=25, 26, 28}}<ref>{{cite web|title=About St Francis Xavier|url=https://www.sydneycatholic.org/events/pilgrimageofgrace/about.shtml|publisher=Catholic Archdiocese of Sydney|archive-url=https://web.archive.org/web/20121116164225/https://www.sydneycatholic.org/events/pilgrimageofgrace/about.shtml|archive-date=16 November 2012|access-date=5 Juli 2018|url-status=live}}</ref> Penyebarannya menghadapi kesulitan karena kebijakan [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Perusahaan Hindia Timur Belanda]] yang melarang agama dan permusuhan oleh Belanda sebagai akibat dari [[Perang Delapan Puluh Tahun]] melawan pemerintahan Katolik Spanyol. [[Protestanisme di Indonesia|Protestantisme]], sebagian besar, merupakan hasil dari upaya misionaris [[Calvinisme|Calvinis]] dan [[Gereja Lutheran|Lutheran]] selama era kolonial Belanda.{{sfn|Ricklefs|1991|pp=28, 62}}{{sfn|Vickers|2005|p=22}}<ref>{{cite book|author=Goh|first=Robbie B.H.|year=2005|url=https://www.google.co.id/books/edition/Christianity_in_Southeast_Asia/Yh3cAAYsi2UC|title=Christianity in Southeast Asia|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=978-981-230-297-7|page=80|url-status=live}}</ref> Meskipun keduanya merupakan cabang [[Kekristenan]] yang paling umum, ada banyak denominasi lain di negara ini.<ref>{{cite web|title=Indonesia|url=http://reformiert-online.net/weltweit/64_eng.php|website=Reformed Online|publisher=|archive-url=https://web.archive.org/web/20061205042413/http://reformiert-online.net/weltweit/64_eng.php|archive-date=5 Desember 2006|access-date=5 Desember 2006|url-status=live}}</ref>
Baris 934 ⟶ 980:
{{utama|Pendidikan di Indonesia|Kesehatan di Indonesia}}
[[Berkas:Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada 2.jpg|jmpl|Gedung Pusat [[Universitas Gadjah Mada]] di [[Yogyakarta]].|250x250px]]
Sesuai dengan konstitusi yang berlaku,{{sfn|UUD 1945|loc=Pasal 31 ayat (4)}} serta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari [[Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia|APBN]] dan [[Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah|APBD]] di luar gaji pendidik dan biaya kedinasan. Semua penduduk wajib mengikuti program [[wajib belajar]] sembilan tahun, yang meliputi enam tahun di [[sekolah dasar]] dan tiga tahun di [[sekolah menengah pertama]].<ref>{{cite web|last1=Al-Samarrai|first1=Samer|last2=Cerdan-Infantes|first2=Pedro|date=9 Maret 2013|title=Awakening Indonesia's Golden Generation: Extending Compulsory Education from 9 to 12 Years|url=http://blogs.worldbank.org/education/awakening-indonesia-s-golden-generation-extending-compulsory-education-9-12-years|publisher=The World Bank Blog|archive-url=https://web.archive.org/web/20171010151231/http://blogs.worldbank.org/education/awakening-indonesia-s-golden-generation-extending-compulsory-education-9-12-years|archive-date=10 Oktober 2017|access-date=10 Oktober 2017|url-status=live}}</ref> Pada 2018, tingkat partisipasi penduduk sebesar 93% untuk pendidikan dasar, 79% untuk pendidikan menengah, dan 36% untuk pendidikan tinggi, sementara tingkat melek huruf adalah 96%.<ref name=":2unesco-id">{{cite web|date=27 November 2016|title=Indonesia|url=http://uis.unesco.org/en/country/id|publisher=UNESCO Institute for Statistics|access-date=5 September 2020}}</ref> Pemerintah menghabiskan sekitar 3,6% dari PDB atau 20,5% dari anggaran negara (2015) untuk pendidikan.<ref name=":2unesco-id" /> Pada tahun 2018, terdapat lebih dari 4.500 perguruan tinggi di Indonesia,<ref>{{cite web|date=29 Mei 2018|title=Is Indonesia Ready for International Branch Campuses?|url=https://www.insidehighered.com/blogs/world-view/indonesia-ready-international-branch-campuses|website=Inside Higher Ed|archive-url=https://web.archive.org/web/20180530035730/https://www.insidehighered.com/blogs/world-view/indonesia-ready-international-branch-campuses|archive-date=30 Mei 2018|access-date=18 November 2018|url-status=live}}</ref> dengan universitas terkemuka (seperti [[Universitas Indonesia]], [[Institut Teknologi Bandung]], [[Universitas Gadjah Mada]], dan lainnya) berlokasi di Pulau Jawa.<ref>{{cite web|date=4 Mei 2018|title=Indonesia's Unequal Higher Education|url=https://www.asiasentinel.com/p/indonesia-unequal-higher-education|website=Asia Sentinel|archive-url=https://web.archive.org/web/20200924060508/https://www.asiasentinel.com/p/indonesia-unequal-higher-education|archive-date=24 September 2020|access-date=3 Desember 2020|url-status=live}}</ref>
 
Anggaran pemerintah untuk sektor kesehatan adalah sekitar 3,3% dari PDB pada tahun 2016.<ref>{{cite web|date=Juli 2018|title=2018 Health SDG Profile: Indonesia|url=http://www.searo.who.int/entity/health_situation_trends/cp_ino.pdf?ua=1|publisher=Organisasi Kesehatan Dunia|archive-url=https://web.archive.org/web/20181206041612/http://www.searo.who.int/entity/health_situation_trends/cp_ino.pdf?ua=1|archive-date=6 Desember 2018|access-date=10 Desember 2018|url-status=live}}</ref> Sebagai bagian dari upaya mencapai [[cakupan kesehatan semesta]], pemerintah meluncurkan [[Badan Penyelenggara Jaminan Sosial|Jaminan Kesehatan Nasional]] (JKN) pada tahun 2014.<ref>{{cite news|last=Thabrany|first=Hasbullah|date=2 Januari 2014|title=Birth of Indonesia's 'Medicare': Fasten your seatbelts|url=http://www.thejakartapost.com/news/2014/01/02/birth-indonesia-s-medicare-fasten-your-seatbelts.html|newspaper=The Jakarta Post|archive-url=https://web.archive.org/web/20140110053307/http://www.thejakartapost.com/news/2014/01/02/birth-indonesia-s-medicare-fasten-your-seatbelts.html|archive-date=10 Januari 2014|access-date=26 Agustus 2018|url-status=live}}</ref> Meskipun ada peningkatan yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir seperti meningkatnya angka harapan hidup (dari 62,3 tahun pada tahun 1990 menjadi 71,7 tahun pada tahun 2019)<ref>{{Cite web|title=Life expectancy|url=https://ourworldindata.org/grapher/life-expectancy|website=Our World in Data|access-date=6 September 2020|archive-date=2020-08-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20200813180308/https://ourworldindata.org/grapher/life-expectancy|dead-url=no}}</ref> dan penurunan kematian anak (dari 84 kematian per 1.000 kelahiran pada tahun 1990 menjadi 25,4 kematian pada tahun 2017),<ref>{{Cite web|title=Child mortality rate|url=https://ourworldindata.org/grapher/child-mortality-igme|website=Our World in Data|access-date=5 September 2020|archive-date=2022-01-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20220127024732/https://ourworldindata.org/grapher/child-mortality-igme|dead-url=no}}</ref> Indonesia terus-menerus menghadapi berbagai tantangan, seperti kesehatan ibu dan anak, kualitas udara yang rendah, kurang gizi, tingginya tingkat merokok, dan penyakit menular.<ref>{{Cite journal|last=Mboi|first=Nafsiah|last2=Surbakti|first2=Indra Murty|last3=Trihandini|first3=Indang|last4=Elyazar|first4=Iqbal|last5=Smith|first5=Karen Houston|last6=Bahjuri Ali|first6=Pungkas|last7=Kosen|first7=Soewarta|last8=Flemons|first8=Kristin|last9=Ray|first9=Sarah E.|date=2018|title=On the road to universal health care in Indonesia, 1990–2016: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2016|url=https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0140673618305956|journal=The Lancet|language=en|volume=392|issue=10147|pages=581–591|doi=10.1016/S0140-6736(18)30595-6|pmc=PMC6099123|pmid=29961639|access-date=2021-08-09|archive-date=2021-11-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20211110142255/https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0140673618305956|dead-url=no}}</ref>
Baris 941 ⟶ 987:
{{utama|Indeks Pembangunan Manusia Indonesia}}
 
Menurut [[Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa|UNDP]], [[Indeks Pembangunan Manusia]] (IPM) Indonesia mencapai angka 0,707<ref name="profil-hdr-id" /> pada [[Laporan Pembangunan Manusia 2019]] untuk perkiraan IPM tahun 2018 dan menempati status tinggi, sedangkan menurut [[Badan Pusat Statistik]] (BPS), IPM Indonesia tahun 20202022 telah mencapai angka 7172,9491 (0,719729)<ref name="IPM"/><ref name=bpsIPM2020>{{cite journal |author=[[Badan Pusat Statistik]] |date=15 Desember 2020 |title=Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2020 |journal=Berita Resmi Statistik |issue=No.97/12/Th.XXIII |url=https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/12/15/1758/indeks-pembangunan-manusia--ipm--indonesia-pada-tahun-2020-mencapai-71-94.html |access-date=2021-01-22 |archive-date=2021-01-29 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210129085353/https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/12/15/1758/indeks-pembangunan-manusia--ipm--indonesia-pada-tahun-2020-mencapai-71-94.html |dead-url=no }}</ref> dan menempati status tinggi pada tahun 2016.
 
Perbedaan IPM yang dilaporkan UNDP melalui [[Laporan Pembangunan Manusia|''Human Development Report'']] (HDR) dengan BPS terletak pada besarnya angka IPM dan perincian. Selama ini, memang perbedaan angka IPM sudah dianggap lazim. Namun, sejak sekitar tahun 2011, perbedaan angka IPM UNDP dan BPS meningkat secara signifikan. Dalam perihal perincian, karena UNDP melaporkan dalam tingkat internasional, laporan IPM Indonesia tidak dilaporkan hingga tingkat yang lebih rendah. Sebaliknya, karena BPS hanya melaporkan di tingkat nasional, BPS lebih memerinci, bahkan hingga IPM di tingkat kota/kabupaten dalam laporan beberapa tahun (laporan IPM hingga tingkat kota/kabupaten jarang). Namun, yang selalu dilaporkan di bawah tingkat nasional tentunya adalah laporan IPM di tingkat provinsi/daerah.
 
Berikut ini adalah daftar provinsi Indonesia menurut IPM tahun 20202022 dibandingkan tahun 20192021 menurut BPS.<ref name="IPM">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/indicator/26/494/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html|title=Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi 2020-2022|website=www.bps.go.id|accessdate=10 November 2023}}</ref><ref name=bpsIPM2020 />
 
{|class=wikitable
!Peringkat
Baris 956 ⟶ 1.003:
|1 {{steady}}
|{{flag|Daerah Khusus Ibukota Jakarta}}
|8081,7765 (0,808816)
|{{increase}} 0,0154 (0,01%)
|-
! colspan=4 | {{fontcolor|green|Pembangunan Manusia Tinggi}}
|-
|2 {{steady}}
|{{flag|Daerah Istimewa Yogyakarta}}
|7980,9765 (0,800806)
|{{decreaseincrease}} -0,0242 (-0,03%)
|-
! colspan=4 | {{fontcolor|green|Pembangunan Manusia Tinggi}}
|-
|3 {{steady}}
|{{flag|Kalimantan Timur}}
|7677,2444 (0,762774)
|{{decreaseincrease}} -0,3756 (-0,48%)
|-
|4 {{steady}}
|{{flag|Kepulauan Riau}}
|7576,5946 (0,756766)
|{{increase}} 0,1167 (0,15%)
|-
|5 {{steady}}
|{{flag|Bali}}
|7576,544 (0,755764)
|{{increase}} 0,1275 (0,16%)
|-
|6 {{increasesteady}} (1)
|{{flag|Sulawesi Utara}}
|7273,9381 (0,729738)
|{{decreaseincrease}} -0,0651 (-0,08%)
|-
|7 {{decreasesteady}} (1)
|{{flag|Riau}}
|7273,7152 (0,727)
|{{decreaseincrease}} -0,2958 (-0,40%)
|-
|8 {{steady}}
|{{flag|Banten}}
|7273,4532 (0,725733)
|{{increase}} 0,0160 (0,01%)
|-
|9 {{steady}}
|{{flag|Sumatera Barat}}
|7273,3826 (0,724733)
|{{decreaseincrease}} -0,0161 (-0,01%)
|-
|10 {{steady}}
|{{flag|Jawa Barat}}
|7273,0912 (0,721)
|{{increase}} 0,0667 (0,08%)
|-
|11 {{steady}}
|{{flag|Aceh}}
|71,99 (0,720)
|{{increase}} 0,09 (0,13%)
|- style="background-color: #ccf;"
|
|'''{{flag|Indonesia}}'''
|7172,9491 (0,719729)
|{{increase}} 0,0262 (0,03%)
|-
|1211 {{increase}} (21)
|{{flag|Sulawesi Selatan}}
|7172,9381 (0,719728)
|{{increase}} 0,2758 (0,38%)
|-
|12 {{decrease}} (1)
|{{flag|Aceh}}
|72,80 (0,728)
|{{increase}} 0,62 (0,13%)
|-
|13 {{steady}}
|{{flag|Jawa Tengah}}
|7172,8779 (0,719728)
|{{increase}} 0,1463 (0,20%)
|-
|14 {{decreaseincrease}} (21)
|{{flag|Sumatera Utara}}
|71,77 (0,718)
|{{increase}} 0,03 (0,04%)
|-
|15 {{steady}}
|{{flag|Jawa Timur}}
|7172,7175 (0,717)
|{{increase}} 0,2161 (0,29%)
|-
|15 {{decrease}} (1)
|{{flag|Sumatera Utara}}
|72,71 (0,727)
|{{increase}} 0,71 (0,04%)
|-
|16 {{steady}}
|{{flag|Kepulauan Bangka Belitung}}
|7172,4724 (0,715722)
|{{increase}} 0,1755 (0,24%)
|-
|17 {{increasesteady}} (2)
|{{flag|Sulawesi Tenggara}}
|7172,4523 (0,715722)
|{{increase}} 0,2557 (0,35%)
|-
|18 {{steady}}
|{{flag|Bengkulu}}
|7172,416 (0,714722)
|{{increase}} 0,1952 (0,27%)
|-
|19 {{decreasesteady}} (2)
|{{flag|Jambi}}
|7172,2914 (0,713721)
|{{increase}} 0,0351 (0,04%)
|-
|20 {{increase}} (1)
|{{flag|Kalimantan Tengah}}
|71,05 (0,711)
|{{increase}} 0,14 (0,20%)
|-
|21 {{increase}} (1)
|{{flag|Kalimantan Selatan}}
|7071,9184 (0,709)
|{{increase}} 0,1956 (0,27%)
|-
|2221 {{decreaseincrease}} (2)
|{{flag|Kalimantan Utara}}
|7071,6383 (0,706718)
|{{decreaseincrease}} -0,5264 (-0,73%)
|-
|22 {{decrease}} (2)
|{{flag|Kalimantan Tengah}}
|71,63 (0,716)
|{{increase}} 0,38 (0,20%)
|-
|23 {{steady}}
|{{flag|Sumatera Selatan}}
|70,0190 (0,700709)
|{{decreaseincrease}} -0,0166 (-0,01%)
|-
! colspan=4 | {{fontcolor|#f90|Pembangunan Manusia Sedang}}
|-
|24 {{steady}}
|{{flag|Lampung}}
|6970,6945 (0,697704)
|{{increase}} 0,1255 (0,17%)
|-
|25 {{steady}}
|{{flag|Sulawesi Tengah}}
|6970,5525 (0,696702)
|{{increase}} 0,0549 (0,07%)
|-
|26 {{steady}}
|{{flag|Maluku}}
|6970,4922 (0,695702)
|{{increase}} 0,0451 (0,06%)
|-
! colspan=4 | {{fontcolor|#f90|Pembangunan Manusia Sedang}}
|27 {{increase}} (1)
|-
|27 {{steady}}
|{{flag|Gorontalo}}
|6869,6881 (0,687698)
|{{increase}} 0,1981 (0,28%)
|-
|28 {{decreasesteady}} (1)
|{{flag|Maluku Utara}}
|6869,4947 (0,685)
|{{decreaseincrease}} -0,2171 (-0,31%)
|-
|29 {{steady}}
|{{flag|Nusa Tenggara Barat}}
|6869,2545 (0,683694)
|{{increase}} 0,1180 (0,16%)
|-
|30 {{steady}}
|{{flag|Kalimantan Barat}}
|6768,6663 (0,677686)
|{{increase}} 0,0173 (0,01%)
|-
|31 {{steady}}
|{{flag|Sulawesi Barat}}
|66,1192 (0,661669)
|{{increase}} 0,3856 (0,58%)
|-
|32 {{steady}}
|{{flag|Nusa Tenggara Timur}}
|65,1990 (0,652650)
|{{decreaseincrease}} -0,0462 (-0,06%)
|-
|33 {{steady}}
|{{flag|Papua Barat}}
|65,0989 (0,651659)
|{{increase}} 0,3963 (0,60%)
|-
|34 {{steady}}
|{{flag|Papua}}
|6061,4439 (0,604614)
|{{decreaseincrease}} -0,4077 (-0,66%)
|}
 
Baris 1.146 ⟶ 1.193:
{{utama|Daftar busana daerah Indonesia}}
[[Berkas:Aesan Gede Songket Palembang.jpg|jmpl|150px|Seorang gadis [[Palembang]] yang tengah mengenakan [[songket]], salah satu busana tradisional Indonesia.]]
Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan [[Batik]]. Beberapa daerah yang terkenal akan industri Batik meliputi [[Yogyakarta]], [[Kota Surakarta|Surakarta]], [[Cirebon]], [[Pandeglang]], [[Garut]], [[Kabupaten Tasikmalaya|Tasikmalaya,]] [[Kota Probolinggo|Probolinggo,]] dan juga [[Kabupaten Pekalongan|Pekalongan]]. Kerajinan Batik ini pun diklaim oleh negara lain dengan industri Batiknya.<ref>{{cite news
|url = http://majalah.depkumham.go.id/node/125
|title = PENGERAJIN BATIK TAK PERLU RESAH
Baris 1.155 ⟶ 1.202:
|archive-url = https://web.archive.org/web/20080926071726/http://majalah.depkumham.go.id/node/125
|dead-url = no
}}</ref> Busana asli Indonesia dari [[Sabang]] sampai [[Merauke]] lainnya dapat dikenali dari ciri-cirinya yang dikenakan di setiap daerah antara lain [[baju Kurung]] dengan [[Songket]]nya dari [[SumatraSumatera Barat]] ([[Minangkabau]]), kain [[Ulos]] dari [[SumatraSumatera Utara]] ([[Batak]]), busana [[Kebaya]], busana khas [[Suku Dayak|Dayak]] di [[Kalimantan]], [[baju Bodo]] dari [[Sulawesi Selatan]], busana [[Koteka]] dari [[Papua]] dan sebagainya.
 
=== Arsitektur ===
Baris 1.335 ⟶ 1.382:
{{portal|Indonesia|Asia}}
 
* [[Hindia Belanda]]
* [[Nusantara]]
* [[Indonesia Raya (politik)]]
* [[Hubungan Indonesia dengan Palestina|Hubungan Indonesia–Palestina]]
* [[Nusantara]]
* [[Visi Indonesia 2045]]
* [[Hindia Belanda]]
* [[Mafilindo]]
* [[Daftar provinsi Indonesia menurut IPM]]
Baris 1.343 ⟶ 1.392:
== Referensi ==
{{reflist}}
<references group="lower-alpha"/>
 
== Kepustakaan ==
Baris 1.355 ⟶ 1.405:
* {{cite book|surname=Schwarz|given=A.|year=1994|title=A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s|url=https://archive.org/details/nationinwaitingi00schw|publisher=Westview Press|isbn=1-86373-635-2|language=en|ref=harv}}
* {{cite book|surname=Taylor|given=Jean Gelman|title=Indonesia: Peoples and Histories|url=https://archive.org/details/indonesiapeoples0000tayl|publisher=Yale University Press|year=2003|place=New Haven and London|isbn=0-300-10518-5|language=en|ref=harv}}
* {{cite book|surname=Vickers|given=Adrian|title=A History of Modern Indonesia|url=https://archive.org/details/historyofmoderni00adri|publisher=[[Cambridge University Press]]|year=2005|isbn=0-521-54262-6|language=en|ref=harv}}
 
== Pranala luar ==
{{Portal|Indonesia}}
{{Sister project links}}
{{Sister project links}}
{{Commons|Indonesia}}
{{wikiatlas|Indonesia}}
* {{OSM relation|304751}}
{{Wikivoyage|Indonesia}}
* {{id}} [http://www.indonesia.go.id/ Situs web resmi pemerintah Republik Indonesia]{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120203203120/http://indonesia.go.id/ |date=2012-02-03 }}
Baris 1.407 ⟶ 1.458:
[[Kategori:Negara di Asia Tenggara]]
[[Kategori:Negara mayoritas Muslim]]
[[Kategori:Negara di Melanesia]]
[[Kategori:Negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam]]
[[Kategori:Negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa]]
[[Kategori:Negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia TenggaraASEAN]]
[[Kategori:Negara mantan anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi]]
[[Kategori:Negara dan wilayah berpenuturdi mana bahasa Melayu merupakan bahasa resmi]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1945 di Indonesia]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1945 di Asia]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1945 di Asia Tenggara]]
[[Kategori:Negara dan wilayah yang didirikan tahun 1945]]
[[Kategori:Negara anggota Kelompok D-8 Negara Berkembang]]
[[Kategori:Negara E7]]
[[Kategori:Negara G15]]