Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 337:
 
[[Berkas:Mohammad_Yamin,_Pekan_Buku_Indonesia_1954,_p251.jpg|kiri|jmpl|278x278px|[[Mohammad Yamin|Mohammad Jamin]], tokoh pengusul [[bahasa Melayu]] ([[bahasa Indonesia]]) sebagai bahasa persatuan.]]
Selain organisasi-organisasi pergerakan nasional tersebut, beberapa gerakan kepemudaan juga muncul untuk menampung kebutuhan berorganisasi para pemuda dari [[kelompok etnik]] atau identitas tertentu di Hindia Belanda, seperti [[Jong Batak|Jong Bataksbond]] (Persatuan Batak Muda), [[Jong Sumatranen Bond|Jong Sumatranenbond]] (Persatuan Orang Sumatra Muda), [[Jong Java]] (Jawa Muda), [[Sekar Rukun|Sekar Roekoen]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Sekar Rukun"), [[Jong Islamieten Bond|Jong Islamietenbond]] (Persatuan Muslim Muda), [[Jong Ambon]] (Ambon Muda), [[Jong Minahasa]] (Minahasa Muda), Jong Celebes (Sulawesi Muda), [[Pemoeda Kaoem Betawi]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Pemuda Kaum Betawi"), dan [[Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia]] ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia").<ref>{{Cite web|last=JP|first=Slamet|date=2020-10-29|title=Perkumpulan Pemuda Pencetus Sumpah Pemuda|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/peta-tematik/perkumpulan-pemuda-pencetus-sumpah-pemuda/|website=Kompaspedia|language=id|access-date=2023-06-12}}</ref> Meskipun demikian, banyaknya kelompok-kelompok yang bersifat kedaerahan melahirkan gagasan bahwa kelompok-kelompok tersebut harus berkumpul dan mendiskusikan kerja sama di antara kelompok-kelompok tersebut, yang sebenarnya memiliki cita-cita kebebasan yang sama. Pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926, gerakan-gerakan kepemudaan (minus Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia, karena kedua organisasi tersebut belum terbentuk saat itu) mengadakan suatu [[kongres]] para pemuda, yang saat ini disebut [[Kongres Pemuda|Kongres Pemuda I]], yang dipimpin oleh [[M. Tabrani|Mohammad Tabrani]] di Vrijmetselaarsloge ("[[Loji]] [[Tarekat Mason Bebas]]", saat ini menjadi Gedung [[Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional|Badan Perencanaan Pembangunan Nasional]]). Rapat pertama yang diadakan pada tanggal 30 April membahas tentang pentingnya kerja sama dan persatuan antarperhimpunan kepemudaan dan berbagai cara melepaskan diri dari [[Kolonialisme|penjajah]]. Kemudian rapat kedua pada tanggal 1 Mei membahas tentang pentingnya peran [[perempuan]] dalam perjuangan mencapai kebebasan dan kemerdekaan. Lalu rapat ketiga pada hari terakhir membahas tentang bahasa persatuan dan [[agama]].<ref name="kongres-1">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-12-29|title=Kongres Pemuda I: Latar Belakang, Tujuan, Ketua, dan Hasil Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/090000779/kongres-pemuda-i-latar-belakang-tujuan-ketua-dan-hasil|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-06-08}}</ref><ref name="pemkot-surakarta">[https://surakarta.go.id/?p=27220 Kongres Sumpah Pemuda - Pemerintah Kota Surakarta].</ref> Pada pertemuan hari terakhir itulah, [[Mohammad Yamin|Mohammad Jamin]] dari [[Jong Sumatranen Bond|Jong Sumatranenbond]] mengemukakan usulnya untuk menggunakan [[bahasa Melayu]] sebagai bahasa persatuan, meskipun kemudian dikritik oleh Tabrani yang menginginkan agar bahasa persatuan disebut [[bahasa Indonesia]].<ref>{{Cite web|date=2019-11-23|title=Mohamad Tabrani: Pelopor Bahasa Indonesia|url=https://republika.co.id/share/q1e9ac257|website=Republika Online|language=id|access-date=2023-06-09}}</ref> Di akhir pertemuan, mereka sepakat bahwa seluruh rakyat dan gerakan perjuangan Hindia Belanda perlu menanamkan semangat kemerdekaan dan persatuan sebagai cita-cita bersama.<ref name="kongres-1" /> Dalam kongres ini, istilah "[[Indonesia]]" mulai diperkenalkan untuk menggantikan identitas Hindia Belanda.
 
[[Berkas:PKI-1925-Commisariate_Batavia.jpg|jmpl|300x300px|Rapat pleno [[Partai Komunis Indonesia|Partij Kommunist Indonesia]] (PKI) pada bulan Mei 1925 di [[Batavia]].]]
Baris 349:
 
[[Berkas:MuseumSumpahPemuda.jpg|kiri|jmpl|300x300px|[[Museum Sumpah Pemuda]], yang dahulu bernama Indonesische Clubhuis, merupakan lokasi rapat terakhir [[Kongres Pemuda Kedua|Kongres Pemuda II]] sekaligus menjadi tempat lahirnya [[Sumpah Pemuda]].]]
Setelah mengadakan kongres tahun 1926, gerakan-gerakan kepemudaan tersebut kembali merencanakan kongres lanjutan sejak bulan Agustus 1928. Mereka bersepakat bahwa kongres tersebut, yang saat ini disebut [[Kongres Pemuda Kedua|Kongres Pemuda II]], akan diadakan pada tanggal 27–28 Oktober 1928 di tiga gedung berbeda di [[Batavia]], serta akan diketuai oleh [[Sugondo Djojopuspito|Soegondo Djojopoespito]]. Para perwakilan yang mengikuti kongres ini bukan saja berasal dari perhimpunan-perhimpunan kepemudaan, tetapi juga dari kelompok-kelompok berbasis [[nasionalisme]] dan [[agama]] serta kelompok-kelompok belajar dari tempat pengajaran tertentu.<ref name="kongres-ii">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-04-09|title=Kongres Pemuda II, Lahirnya Sumpah Pemuda Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/110000979/kongres-pemuda-ii-lahirnya-sumpah-pemuda|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-06-09}}</ref> Rapat pertama berlangsung pada tanggal 27 Oktober pukul 19.30–23.30 waktu setempat di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (Persatuan Anak Muda Katolik),{{efn|Pada lokasi bekas Katholieke Jongenlingen Bond tersebut didirikan Gedung Aula [[Gereja Katedral Jakarta]].<ref>{{Cite web|last=Hariyadi|first=Mathias|date=2019-10-29|title=Mapping Video di Gereja Katedral Jakarta: Kilas Balik Sejarah Sumpah Pemuda 1928 (1) {{!}} SESAWI.NET|url=https://www.sesawi.net/mapping-video-di-gereja-katedral-jakarta-kilas-balik-sejarah-sumpah-pemuda-1928-1/|language=en-US|access-date=2023-06-09}}</ref>}} serta membahas mengenai gagasan wadah nasional dan cara mempererat hubungan antarkelompok demi persatuan dan kesatuan nasional. Dalam rapat ini, [[Mohammad Yamin|Moehammad Jamin]] kembali mempromosikan [[bahasa Melayu]] (dalam bentuk "[[bahasa Indonesia]]") sebagai bahasa persatuan.<ref name="kongres-ii" /> Rapat kedua berlangsung pada keesokan harinya pukul 8.00–12.00 di Oost-Java Bioscoop (Bioskop Jawa Timur),{{efn|Lokasi bekas Gedung Oost-Java Bioscoop ini diperkirakan di dekat atau di sekitar kompleks Gedung [[Mahkamah Agung Republik Indonesia]].<ref>{{Cite web|date=2019-10-28UTC10:30:43|title=Menguak 3 Tempat Yang Jadi Saksi Lahirnya Sumpah Pemuda|url=https://travelingyuk.com/bangunan-saksi-sumpah-pemuda/248776|website=Traveling Yuk|language=en|access-date=2023-06-09}}</ref>}} dan membahas mengenai peran penting pendidikan dalam membantu mewujudkan cita-cita kemerdekaan.<ref name="kongres-ii" /> Rapat ketiga berlangsung pada hari yang sama pukul 17.30–23.30 di Indonesische Clubhuis/Clubgebouw ("Gedung Perkumpulan Indonesia", sekarang [[Museum Sumpah Pemuda]]), serta membahas tentang [[kepanduan]] ([[pramuka]]) dan rangkuman seluruh rapat dalam kongres tersebut. Di sela-sela rapat terakhir kongres ini, lagu "Indonesia Raja" ([[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: "[[Indonesia Raya]]"), yang kelak menjadi [[lagu kebangsaan]] [[Indonesia]], diperdengarkan untuk pertama kalinya melalui gesekan [[biola]] oleh [[Komponis|penggubah lagu]] tersebut, yaitu [[Wage Rudolf Soepratman]], di hadapan seluruh hadirin rapat, yang terharu oleh lantunan nada biola Soepratman. Oleh karena permintaan hadirin yang menginginkan agar lagu "Indonesia Raja" dinyanyikan dengan [[Lirik (lagu)|lirik]], [[Dolly Salim]], putri sulung [[Agus Salim|Agoes Salim]], ditunjuk untuk menyanyikan lagu ini dengan perubahan kata ''merdeka'' menjadi ''moelia'' untuk menghindari pemboikotan kongres oleh aparat pemerintah kolonial yang menjaga kongres ini.<ref>{{Cite web|last=Haryanto|first=Alexander|title=Sejarah Lirik Lagu Indonesia Raya dalam Hari Sumpah Pemuda|url=https://tirto.id/sejarah-lirik-lagu-indonesia-raya-dalam-hari-sumpah-pemuda-ekvL|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-06-12}}</ref> Akhirnya, sebagai penutup dan untuk menyimpulkan hasil kongres tersebut, Soegondo membacakan suatu naskah resolusi yang dibuat oleh Jamin di depan para peserta kongres dan resolusi tersebut disetujui dan menjadi ikrar bagi seluruh peserta kongres yang hadir. Ikrar tersebut saat ini dikenal dengan nama [[Sumpah Pemuda]], yaitu kesatuan pengakuan para pemuda sebagai "[[Orang Indonesia|bangsa Indonesia]] pada [[tanah air]] [[Indonesia]] yang [[Bahasa Indonesia|berbahasa Indonesia]]". Sejak keputusan tersebut, gerakan-gerakan nasional di Hindia Belanda mulai menggunakan nama "Indonesia" sebagai identitas mereka.<ref>{{Cite web|title=Museum Sumpah Pemuda|url=http://www.museumsumpahpemuda.go.id/index_files/Page525.htm|archive-url=https://web.archive.org/web/20090625190339/http://www.museumsumpahpemuda.go.id/index_files/Page525.htm|archive-date=2009-06-25|dead-url=yes|access-date=2009-09-27}}</ref>
 
[[Berkas:Sukarno_and_friends_in_exile_in_Flores,_Bung_Karno_Penjambung_Lidah_Rakjat_229.jpg|jmpl|300x300px|[[Soekarno]] yang berfoto beserta keluarga dan kawan-kawan ketika tengah dalam pengasingan di [[Ende (kota)|Ende]] (1936).]]