Intervensi Belanda di Bali (1906): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aldo samulo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Angayubagia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(42 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Warbox
'''Intervensi Belanda di Bali''' pada tahun 1906 adalah intervensi militer [[Belanda]] di [[Bali]], yang menghancurkan kerajaan Bali bagian selatan, [[Badung]] dan [[Tabanan]], dan melemahkan kerajaan [[Klungkung]]. Ini adalah intervensi militer keenam Belanda di Bali.
| conflict = Intervensi Belanda di Bali (1906)
| image = [[Berkas:Dutch troops landing at Sanur 1906.jpg|250px]]<br/>Pasukan Belanda mendarat di [[Sanur]], 1906.<br/>[[Berkas:Dutch cavalry at Sanur 1906.jpg|250px]]<br/>Kavaleri Belanda di Sanur.
| caption =
| date = September–Oktober 1906
| place = [[Bali]], [[Indonesia]]
| result = Menegaskan kemenangan Belanda. Kendali Belanda atas wilayah selatan Bali.
| combatant1 = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|25px]] [[Belanda]]
| combatant2 = [[Berkas:Bendera kerajaan badung.gif|20px]] [[Kerajaan Badung]]<br> [[Kerajaan Tabanan]]<br> [[Berkas:Bendera Kerajaan Klungkung.gif|20px]] [[Kerajaan Klungkung]]
| commander1 = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|25px]] Mayor Jenderal [[Marinus Bernardus Rost van Tonningen|Rost van Tonningen]]
| commander2 =[[Berkas:Bendera kerajaan badung.gif|20px]] Raja [[I Gusti Ngurah Made Agung]]{{KIA}}
| strength1 = 3 batalion infantri<br>1 detasemen kavaleri<br>2 baterai artileri<br>Angkatan laut<ref>Hanna, p.140</ref>
| strength2 =
| casualties1 = minimal
| casualties2 = >1,000 korban terbunuh
}}
{{Intervensi Belanda di Bali}}
{{Ekspedisi kolonial Belanda}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Militairen van het KNIL op verkenning in de omgeving van Sesetan tijdens de militaire expeditie op Bali TMnr 60050657.jpg|jmpl|250px|Foto dibuat selama ekspedisi Bali pada tahun 1906. Tentara KNIL melakukan pengintaian di daerah [[Sesetan, Denpasar Selatan, Denpasar|Sesetan]] selama ekspedisi militer di Bali.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Militairen van het KNIL tijdens de militaire expeditie op Bali TMnr 60050660.jpg|jmpl|250px|Foto diambil selama ekspedisi Bali pada tahun 1906. Prajurit KNIL selama ekspedisi militer di Bali.]]
 
'''Intervensi Belanda di Bali''' pada tahun 1906 (disebut juga '''Puputan Badung''') adalah intervensi militer [[Belanda]] di [[Bali]], menewaskan lebih dari 1.000 orang, yang sebagian besar adalah warga sipil. Ini adalah intervensi militer keenam Belanda di Bali. Intervensi ini adalah salah satu bentuk kampanye pendudukan Belanda untuk Hindia Timur. Kampanye ini membunuh penguasa Bali dari [[Kerajaan Badung]] beserta istri dan anak-anak mereka, menghancurkan kerajaan Badung dan [[Kerajaan Tabanan|Tabanan]] serta melemahkan [[kerajaan Klungkung]].<ref name=h140>Hanna, pp.140–141</ref>
 
== Latar belakang ==
{{utama|Sejarah Bali}}
Belanda telah menaklukkan Bali Utara pada pertengahan abad ke-19 M, mengintegrasikan [[Kerajaan Jembrana]], [[Kerajaan Buleleng]] dan [[Kerajaan Karangasem]] ke dalam pemerintahan Hindia Belanda, tetapi kerajaan selatan seperti [[Kerajaan Tabanan|Tabanan]], [[Kerajaan Badung|Badung]] dan [[Kerajaan Klungkung|Klungkung]] berhasil tetap independen. Berbagai perselisihan terjadi antara Belanda dan kerajaan-kerajaan selatan, dan sudah diperkirakan bahwa Belanda akan melakukan intervensi militer begitu dalih muncul.<ref>Hanna, pp.139–140</ref>
 
Terdapat perselisihan yang berulang antara raja-raja Belanda dan Bali mengenai hak untuk menjarah kapal-kapal yang tenggelam di terumbu karang di sekitar Bali. Menurut tradisi Bali yang disebut [[Tawan Karang|tawan karang]], raja Bali secara tradisional menganggap puing-puing itu sebagai milik mereka, sedangkan Belanda bersikeras tidak demikian. Pada tanggal 27 Mei 1904, sekunar Cina bernama Sri Kumala menghantam karang di dekat Sanur, dan dijarah oleh orang Bali. Atas permintaan kompensasi oleh Belanda, raja-raja Badung menolak untuk membayar apa pun, didukung oleh raja Tabanan dan raja Klungkung.<ref name=h140/> Penguasa Tabanan juga menyebabkan ketidakpuasan Belanda dengan mengizinkan pada tahun 1904 praktik ''suttee'' (ritual pengorbanan kerabat atas kematian seorang penguasa, juga disebut ''wesatia'') meskipun ada permintaan resmi Belanda untuk mengabaikannya.<ref name=h140/> Pada bulan Juni 1906, Belanda memulai blokade di pantai selatan dan mengirim berbagai ultimata.<ref name=h140/>
 
== Intervensi ==
Pada tanggal 14 September 1906, sepasukan tentara dengan kekuatan substansial dari [[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger]], diberi nama ''Sixth Military Expedition'', mendarat di bagian utara [[pantai Sanur]]. Dipimpin Mayor Jenderal [[Marinus Bernardus Rost van Tonningen|M.B. Rost van Tonningen]].<ref name=h140>Hanna, pp.140–141</ref><ref>{{cite book|title=Colonial collections revisited|page=146|year=2007|publisher=CNWS Publication|isbn=90-5789-152-2|author=Pieter ter Keurs|url=https://books.google.com/books?id=pOgsuCFVmOgC&pg=PA146}}</ref> Tentara Badung melakukan beberapa serangan terhadap bivak Belanda di Sanur pada 15 September, dan ada beberapa perlawanan lagi di desa Intaran.<ref>Salah satu catatan di Museum Bali.</ref>
 
=== Kesiman ===
Secara keseluruhan, pasukan Belanda berhasil bergerak ke pedalaman tanpa banyak perlawanan, dan tiba di daerah [[Kesiman, Denpasar Timur, Denpasar|Kesiman]] pada tanggal 20 September 1906. Di sana, raja setempat, pengikut raja [[Badung]], telah terbunuh oleh pendetanya sendiri, karena ia telah menolak untuk memimpin perlawanan bersenjata melawan Belanda, istana terbakar dan kota itu ditinggalkan.<ref name=h140 />
 
=== Denpasar ===
[[Berkas:Body of the Raja Denpasar 1906.jpg|jmpl|250px|Jenazah Raja Denpasar, [[I Gusti Ngurah Made Agung]] yang gugur saat perang Puputan Badung berkecamuk.]]
[[Berkas:1906 Puputan monument in Denpasar.jpg|jmpl|250px|Monumen Puputan 1906 yang terletak di Taman Puputan, Denpasar, Bali.]]
 
Pasukan berbaris ke [[Denpasar]], [[Bali]], seolah-olah sedang berpawai.<ref name=h140 /> Mereka mendekati istana kerajaan, melihat asap mengepul dari ''[[puri (istana)|puri]]'' dan mendengar genderang ditabuh liar yang berasal dari dalam tembok istana.
 
Setelah mereka mencapai istana, prosesi tanpa suara muncul, dipimpin oleh Raja yang disungsung oleh empat pembawa [[tandu]]. Raja itu mengenakan pakaian kremasi putih tradisional, memakai perhiasan yang indah, dan membawa [[keris]] upacara. Orang-orang lain dalam prosesi itu terdiri dari para pejabat, penjaga, pendeta, istri, anak-anak dan pengawal Raja, yang semuanya berpakaian serupa.<ref name=h140 /> Mereka telah menerima ritus kematian, berpakaian putih, dan [[keris]] ritual mereka diberkati.<ref name=b49>Barski, p.49</ref>
 
Ketika prosesi itu mencapai seratus langkah dari pasukan Belanda, mereka berhenti dan Raja turun dari tandu dan memberi isyarat kepada seorang pendeta, yang menusukkan belatinya ke dada Raja. Sisa pengikut prosesi mulai membunuh diri mereka sendiri dan orang lain, dalam sebuah ritual yang dikenal sebagai ''Puputan'' ("berjuang sampai mati").<ref name=h140 /> Para wanita dengan mengejek melemparkan perhiasan dan koin emas ke pasukan Belanda.<ref name=h140 />
 
Sebuah 'tembakan tak terarah' dan 'serangan dengan tombak dan tombak' mendorong Belanda untuk melepaskan tembakan dengan [[senapan]] dan [[artileri]]. Semakin banyak orang yang keluar dari istana, gundukan mayat semakin tinggi.<ref name=h140 /> Seluruh prosesi ini diikuti ratusan orang,<ref name=b49/> dan dikatakan ada lebih dari 1.000 orang secara keseluruhan. Korban bertambah akibat tembakan Belanda.<ref name=haer38>Haer, p.38</ref>
 
Catatan alternatif menggambarkan bahwa Belanda pertama kali menembaki orang Bali yang bergerak keluar dari gerbang istana, hanya dilengkapi dengan keris, tombak dan perisai tradisional, dan bahwa yang selamat bunuh diri, atau dibunuh oleh pengikutnya sesuai dengan perintah ''puputan''.<ref name=haer38 />
 
Para prajurit menelanjangi barang-barang berharga dan menjarah reruntuhan istana yang terbakar. Istana Denpasar rata dengan tanah.<ref name=haer38 />
 
Sore pada hari yang sama, peristiwa serupa terjadi di dekat istana Pemecutan, tempat tinggal wakil penguasa Gusti Gede Ngurah. Belanda membiarkan bangsawan di Pemecutan bunuh diri, dan dilanjutkan dengan penjarahan.
 
Pembantaian ini dikenang secara lokal sebagai "Puputan Badung" dan dimuliakan sebagai contoh perlawanan terhadap agresi asing. Sebuah monumen perunggu besar ditinggikan di alun-alun kota Denpasar, tempat istana kerajaan dulu berdiri, yang mengagungkan perlawanan Bali di Puputan.
 
=== Tabanan ===
Pasukan Belanda melanjutkan perjalanan ke kerajaan [[Tabanan]], di mana raja [[Gusti Ngurah Agung]] dan putranya melarikan diri, kemudian menyerah kepada Belanda, dan berusaha merundingkan penyelesaian untuk menjadi kabupaten Belanda.
 
Belanda hanya menawarkan mereka pengasingan ke [[Pulau Madura|Madura]] atau terdekat, [[Pulau Lombok|Lombok]], dan mereka memilih bunuh diri (puputan) di penjara dua hari kemudian.<ref name = b49 /><ref>Hanna, hlm.143 –144</ref> Istana mereka dijarah dan dihancurkan oleh Belanda.<ref name=h144>Hanna, p.144</ref>
 
=== Klungkung ===
[[Berkas:Dewa Agung arriving in Gianyar to negotiate with the Dutch 1906.jpg|jmpl|250px|[[Dewa Agung]] dari [[Klungkung]], penguasa nominal seluruh Bali, tiba di [[Gianyar]] untuk bernegosiasi dengan Belanda.]]
 
Belanda juga memindahkan pasukan ke [[Klungkung]] dan mempertimbangkan penyerangan terhadap [[Dewa Agung]], penguasa nominal seluruh Bali, tetapi akhirnya Dewa Agung menahan diri dari tindakan militer terhadap Belanda dan setuju untuk menandatangani perjanjian untuk menghancurkan bentengnya, menyerahkan senjata api dan melepaskan pajak impor dan ekspor.<ref name=h144 />
 
Alasan kuat bagi Belanda untuk menyerang Klungkung akan muncul kemudian, dan terwujud dalam [[intervensi Belanda di Bali (1908)|Puputan Klungkung]], yang mengakhiri kerajaan asli yang memerintah di Bali.
 
== Dalam karya fiksi ==
Novel historis tahun 1937 karya [[Vicki Baum]] berjudul ''[[Love and Death in Bali]]'' (''Liebe und Tod auf Bali'') bercerita tentang sebuah keluarga yang terperangkap dalam peristiwa 1906. Buku ini ditulis setelah kunjungan Baum ke Bali tahun 1935, ketika ia berteman dekat dengan [[Walter Spies]], seorang pelukis Jerman yang tinggal di pulau itu selama bertahun-tahun dan yang memberinya banyak informasi tentang peristiwa-peristiwa ini yang pada saat itu masih baik dalam memori hidup banyak orang.
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
=== Daftar Pustaka ===
* {{cite book|author=Willard A. Hanna|title=Bali Chronicles|url=https://archive.org/details/balichroniclesli0000hann|publisher=Periplus, Singapore|year=2004|isbn=0-7946-0272-X}}
* {{cite book|author=Andy Barski, Albert Beaucort and Bruce Carpenter, Barski|title=Bali and Lombok|url=https://archive.org/details/balilombok0000unse_r8y2|year=2007|publisher=Dorling Kindersley, London|isbn=978-0-7566-2878-9}}
* {{cite book|author=Debbie Guthrie Haer, Juliette Morillot and Irene Toh, Haer|title=Bali, a traveller's companion|publisher=Editions Didier Millet|year= 2001|isbn=978-981-4217-35-4}}
 
{{Lembaran hitam Nusantara}}
 
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Perang yang melibatkan Belanda]]
[[Kategori:Perang melibatkan Indonesia]]
[[Kategori:Perang dalam tahun 1906]]
[[Kategori:Sejarah Bali]]
[[Kategori:Hindia Belanda dalam tahun 1906]]