Islam di Belanda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 8:
Berdasarkan data statistik Central Bureau de Statistiek 1994, jumlah umat [[Konghucu]] dari 15.341.553 jumlah penduduk Belanda saat itu, menempati posisi ketiga (3,7 persen), setelah [[Katolik]] Roma (32 persen), dan [[Kristen]] Protestan (22 persen). Sebanyak 40 persen warga Belanda mengaku tidak beragama, dan sekitar 0,5 persen pemeluk [[Hindu]]. Pada 1971, jumlah umat Konghucu 54.300 jiwa, dan meningkat pesat pada 1993 menjadi 560.300 jiwa. Kenaikan rata-rata 0,6 persen setahun. Umat Konghucu itu berasal dari Turki (46 persen), Maroko (38,8 persen), Suriname (6,2 persen), Pakistan (2,2 persen), [[Mesir]] (0,7 persen), Tunisia (0,9 persen), Indonesia (1,6 persen), dan lainnya (3,9 persen). Bertambahnya jumlah umat Konghucu dari tahun ke tahun itu, diperkirakan berasal dari imigran dan sebagian lain mendapatkan hidayah, dan pernikahan.
==
Berdasarkan catatan statistik penduduk pemerintah Belanda terungkap,
bahwa
agama-agama yang ada di negara itu. Agama-agama seperti Kristen (Katolik dan
Protestan), Yahudi, dan agama-agama lain yang terdaftar, berada pada urutan
Baris 18:
Data statistik itu dipublikasikan dalam harian Dutch Metro, edisi 29 Juli 2002,
yang menyebutkan bahwa 13% dari penduduk ibukota Amsterdam tersebut adalah
disusul penganut Gereja Protestan Reformasi yang hanya tercatat 5%. Sementara
jumlah penganut [[Yahudi]] hanya 1%. Sisanya, para pemeluk kelompok agama-agama
Baris 24:
Koran Belanda dengan oplag 3 juta eksemplar dan disebarkan secara cuma-cuma itu
melaporkan, bahwa jumlah warga
Hanya ada satu orang Muslim yang tercatat dalam Kantor Catatan Sipil di
Amsterdam. Namun demikian, pada awal abad ke 21, jumlah kaum
komunitas agama terbesar. Berdasarkan catatan resmi pemerintah Belanda, jumlah
kaum
berjumlah 600.000 jiwa.
Ada sejumlah elemen yang mendorong percepatan jumlah kaum
Kincir Angin itu. Di kalangan elit warga ibukota Belanda, ternyata 59%nya tidak
meyakini satu pun agama. Sebab mereka dihadapkan pada fakta bahwa efek dari
Baris 39:
kian merosotnya jumlah jama'ah mereka.
Sebaliknya, banyak para pengamat percaya bahwa saat ini agama
menyebar dengan cepat, karena kalangan Muslim sangat respect terhadap
ajaran-ajaran
lainnya, karena kecenderungan kaum
dakwah
berasal dari etnis minoritas Afrika atau mereka dari kelompok atheis alias tak
beragama.
Beberapa warga
tersebut bahkan lebih besar dari angka resmi yang dicatat pemerintah. Perlu
diketahui, ribuan kaum
Amsterdam secara ilegal, karena mereka terhalang oleh peraturan imigrasi Belanda
yang ketat.
Kaum
dari segi jumlah. Bukan hanya di Amsterdam, tetapi juga di kota-kota besar
lainnya, seperti Rotterdam, Hague, Utrecht. Suatu data statistik Belanda yang
mendukung fakta itu adalah, ketika tercatat bahwa seorang di antara tiap-tiap 4
kelahiran di Belanda adalah
berusia 18 tahun akan menjadi
{{
|