Johannes Latuharhary: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan Raon Miru (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Hartono W
Tag: Pengembalian
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up
Baris 48:
Jepang mulai menjanjikan kemerdekaan Indonesia pada awal 1945 dan Latuharhary ditunjuk menjadi anggota [[Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia|Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan]] (BPUPKI) untuk mewakili Maluku.{{sfn|Nanulaitta|1982|p=75}} Dalam kapasitas ini, pemerintah Jepang melalui Johannes meminta perantauan Ambon untuk berhenti bergerilya atau berseteru dengan Jepang, dan berfokus untuk meraih kemerdekaan.{{sfn|Chauvel|2008|p=196}} Dalam rapat-rapat BPUPKI, Johannes mengajukan bentuk negara serikat, tetapi karena hanya 2 dari 19 anggota panitia UUD yang setuju, bentuk negara diputuskan sebagai [[negara kesatuan]].{{sfn|He|Galligan|Inoguchi|2009|p=149}} Gagasan Johannes mengenai negara Indonesia, diterbitkan surat kabar ''[[Asia Raya]]'' edisi 9 Mei 1945, mendasarkan Indonesia atas: Persatuan Rakyat Indonesia, Rumah Tangga Desa, Perguruan, dan Agama.{{sfn|Manus et al.|1993|p=13}}
 
Johannes juga tidak menyetujui [[Piagam Jakarta]] (tepatnya tujuh kata ''dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya''), yang dianggapnya diskriminatif dan berdampak untuk masyarakat non-Muslim dan agama/hukum tradisional.{{sfn|Elson|2009|p=115}} Ia juga menolak keras usulan [[Wahid Hasyim|K.H. Wahid Hasyim]] yang mengusulkan bahwa hanya pemeluk Islam yang diperbolehkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden, karena wilayah-wilayah bermayoritas Kristen di Indonesia tidak akan mau menjadi bagian negara Islam.{{sfn|Nanulaitta|1982|pp=77–78}} Usulan Hasyim ini juga ditolak oleh sejumlah pejuang beragama Islam seperti [[Wongsonegoro]] dan [[Husein Jayadiningrat]].{{sfn|Intan|2006|pp=41–42}} Setelah dibujuk Soekarno, ia beserta [[Alexander Andries Maramis|A.A. Maramis]] (anggota BPUPKI Kristen lainnya) setuju atas Piagam Jakarta apa adanya.{{sfn|Nanulaitta|1982|p=79}} Johannes ditunjuk kembali sebagai perwakilan Maluku dalam [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]].{{sfn|Nanulaitta|1982|p=85}} Ia turut serta dalam upacara [[proklamasi kemerdekaan Indonesia]],{{sfn|Manus et al.|1993|p=14}} dengan setelan jas putih dan berdiri tepat di belakang [[Soekarno]] dan [[Muhammad Hatta]].{{sfn|Nanulaitta|1982|p=87}}
 
Ketujuh kata terkait syariat Islam dalam Piagam Jakarta beserta sejumlah pasal-pasal terkait lainnya belakangan dikeluarkan dari UUD 1945 dan [[Pancasila]]. Hal ini disebabkan kunjungan malam seorang perwira angkatan laut Jepang (''Kaigun'') ke [[Muhammad Hatta]] pada tanggal 17 Agustus, dan ia memesankan ke Hatta bahwa perwakilan beragama Kristen dari Indonesia Timur{{efn|Menurut sejarawan Robert Elson, perwakilan-perwakilan ini berasal dari 5 anggota BPUPKI dari luar Jawa dan Sumatra (Johannes, A.A. Maramis, [[Sam Ratulangi]], [[Andi Pangerang Pettarani]], atau [[I Gusti Ketut Pudja]]) yang tidak setuju saat penulisan.{{sfn|Elson|2009|pp=120–121}} Johannes, Ratulangi, dan Ketut Pudja memang sudah menyampaikan keresahan mereka ke perwira ''Kaigun'' tersebut.{{sfn|Nanulaitta|1982|p=85}}}} dapat saja memutuskan untuk memisahkan diri dari Indonesia apabila ketujuh kata tersebut tidak dicabut. Hatta menyiapkan suatu pertemuan darurat, dan para pemimpin Islam setuju untuk mencabut kata-kata tersebut, beserta sejumlah istilah dan pasal-pasal{{efn|Misalkan kata "Mukadimah" yang digantikan dengan "Pembukaan".{{sfn|Elson|2009|pp=120–121}}}} yang dianggap terlalu condong ke Islam.{{sfn|Elson|2009|pp=120–121}} Johannes menolak juga adanya [[Kementerian Agama]] dan mengusulkan urusan Kemenag sebagai suatu dirjen dibawah [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan]]. Awalnya, memang tidak ada Kemenag dalam pemerintah Indonesia, sampai bulan Januari 1946.{{sfn|Elson|2009|pp=120–121}}<ref>{{cite web |title=Sekilas Tentang Kementerian Agama |url=https://kemenag.go.id/home/artikel/42956/sejarah |publisher=[[Kementerian Agama Republik Indonesia]] |accessdate=12 September 2020 |language=id |archive-url=https://web.archive.org/web/20190905183631/https://kemenag.go.id/home/artikel/42956/sejarah |archive-date=5 September 2019 |url-status=live }}</ref>
Baris 99:
*{{cite book |last1=Intan |first1=Benyamin Fleming |title="Public Religion" and the Pancasila-based State of Indonesia: An Ethical and Sociological Analysis |date=2006 |publisher=Peter Lang |isbn=9780820476032 |url=https://books.google.com/books?id=OXmRwiYEy1IC&pg=PA41 |language=en|ref=harv}}
*{{cite book|last1=Manus|first1=MPB|last2=Ghazali|first2=Zulfikar|last3=Zuhdi|first3=Susanto|last4=Sumardi|last5=Kuswiah|first5=Wiwi|title=Tokoh-Tokoh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/12970/1/Tokoh%20tokoh%20badan%20penyelidik%20usaha%20usaha%20persiapan%20kemerdekaan%20indonesia.pdf|volume=2|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|location=Jakarta|year=1993|ref={{harvid|Manus et al.|1993}}}}
*{{cite book |last1=Nanulaitta |first1=I. O. |title=Mr. Johanes Latuharhary: Hasil Karya dan Pengabdiannya |date=1982 |publisher=[[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan]] |location=Jakarta |url=http://repositori.kemdikbud.go.id/10871/1/mr%20johannes%20latuharhary%20hasil%20karya%20pengabdiannya.pdf |accessdate=11 August 2019 |language=id|ref=harv}}
 
{{S-start}}