Kabupaten Aceh Besar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JassenMarang17 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 52:
 
== Sejarah ==
Pada waktu Aceh masih sebagai sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh atau [[Kerajaan Aceh]] adalah wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang telah menjadi bagian dari [[Kabupaten Pidie]]. Selain itu, juga termasuk [[Pulau Weh]] (sekarang telah menjadi pemerintah [[kota Sabang]]), sebagian wilayah pemerintah [[kota Banda Aceh]], dan beberapa kenegerian/daerah dari wilayah [[Kabupaten Aceh Barat]]. Aceh Besar dalam istilah [[Bahasa Aceh|Aceh]] disebut ''Aceh Rayeuk''. Penyebutan Aceh Rayeuk sebagai Aceh yang sebenarnya karena daerah inilah yang pada mulanya menjadi inti Kerajaan Aceh dan juga karena di situlah terletak ibu kota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau Bandar Aceh Darussalam. Untuk nama Aceh Rayeuk ada juga yang menamakan dengan sebutan '''Aceh Lhee Sagoe''' (''Aceh Tiga Sagi'').<ref name="sekilas">[{{Cite web |url=http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=286&Itemid=96 |title=Sekilas tentang Aceh Besar di situs NAD] |access-date=2007-06-14 |archive-date=2007-09-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070928121414/http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=286&Itemid=96 |dead-url=yes }}</ref>
 
Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, Kabupaten Aceh Besar merupakan daerah yang terdiri dari tiga [[kawedanan]], yaitu Kawedanan Seulimum, Kawedanan Lhoknga dan Kawedanan Sabang. Akhirnya dengan perjuangan yang panjang Kabupaten Aceh besar disahkan menjadi daerah otonom melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 dengan ibu kotanya pada waktu itu adalah Banda Aceh dan juga merupakan wilayah hukum Kotamadya [[Banda Aceh]].
Baris 91:
[[Berkas:Meuseujid Indra Puri.JPG|jmpl|250px|Masjid Tua Indrapuri]]
 
* '''Rumah Cut Nyak Dhien'''. Pada mulanya merupakan tempat tinggal [[Cut Nyak Dhien]]. Di dalamnya berisi koleksi sejarah Aceh yang dikelola dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya fondasi yang asli dari bangunan ini, sedangkan yang berdiri sekarang ini adalah hasil renovasi bangunan yang sebelumnya telah dibakar oleh Belanda.<ref name="budaya">[{{Cite web |url=http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=2630&Itemid=401 |title=Wisata Budaya Aceh Besar di situs NAD] |access-date=2007-06-14 |archive-date=2007-09-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070928121312/http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=2630&Itemid=401 |dead-url=yes }}</ref>
* '''[[Masjid Tua Indrapuri]]'''. Mesjid ini terletak sekitar 25&nbsp;km ke selatan arah ke Medan dan dapat ditempuh dengan transportasi apapun. Wilayah [[Indrapuri, Aceh Besar|Indrapuri]] dulunya merupakan Kerajaan [[Hindu]] dan merupakan tempat pemujaan sebelum Islam masuk. Kemudian, [[Sultan Iskandar Muda]] memperkenalkan Islam kepada masyarakat. Dan setelah seluruh masyarakat memeluk Islam, tempat yang sebelumnya kuil diubah menjadi sebuah masjid. Bangunan masjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 m², terletak di ketinggian 4,8 meter di atas permukaan laut dan berada sekitar 150 meter dari tepi Sungai Krueng Aceh.<ref name="budaya"/>
* '''[[Kuta Indra Patra]]'''. Benteng ini terletak ± 19&nbsp;km dari Banda Aceh arah ke Krueng Raya, dekat Pantai Ujong Batee. Menurut riwayat dibangun pada masa pra Islam di Aceh yaitu pada masa Kerajaan Hindu, Indra Patra. Namun ada sumber yang menyebutkan bahwa benteng ini dibangun pada masa [[Kesultanan Aceh Darussalam]] dalam upaya menahan serangan [[Portugis]]. Benteng ini sangat besar fungsinya pada zaman [[Sultan Iskandar Muda]] yang angkatan lautnya terkenal kuat di Asia Tenggara.<ref name="budaya"/>