Karl Martell: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun) |
|||
Baris 79:
== Penggabungan kekuasaan ==
Setelah menundukkan seluruh [[Austrasia]], ia berbaris melawan [[Radbad]] dan mendorongnya kembali ke wilayahnya, dan bahkan mendesak konsesi dari [[Frisi Barat]] (kemudian bagian dari provinsi [[Holandia]]). Ia juga mengirim [[Bangsa Sachsen]] kembali ke atas [[Sungai Weser]] yang dengan demikian mengamankan perbatasannya—atas nama raja barunya Clotaire tentu saja.
Di tahun 718, Chilperich menjawab kekuasaan baru Karl dengan menjalin hubungan dengan [[Eudes yang Agung]] (ia kadang dikenal sebagai) [[Daftar Adipati Aquitaine|Adipati Aquitaine]], yang telah mengumumkan kemerdekaannya selama perang sipil
Chilperich melarikan diri dengan sekutu adipatinya ke wilayah selatan [[Loire]] dan Raganfrid melarikan diri ke [[Angers]]. Tak lama kemudian Clotaire IV meninggal dan Eudes menyerahkan Chilperich dan sebagai imbalan untuk mengakui kekuasaannya, menyerahkan raja kepada Karl yang mengakui kepemimpinannya atas seluruh Franka atas imbalan penegasan kerajaan yang sah dari mayornya dan juga atas seluruh kerajaan (718).
Baris 89:
Setelah mempersatukan suku Franka di bawah benderanya, Karl bertekad untuk menghukum Sachsen yang telah menyerang Austrasia. Oleh karena itu, di akhir tahun 718, ia menyerang negara mereka di tepi [[Weser]], [[Lippe]], dan [[Sungai Ruhr|Ruhr]]. Ia mengalahkan mereka di [[Hutan Teuto]]. Di tahun 719, Karl merebut Frisia Barat tanpa perlawanan besar dari pihak [[Bangsa Frisia]], yang telah menjadi pengikut Franka namun telah merebut kendali setelah kematian Pippin. Meskipun Karl tidak mempercayai pagan, pemimpin mereka, Aldegisel II, menerima Kekristenan, dan Karl mengirim [[Willibrord]], [[Keuskupan Agung Katolik Roma Utrecht]], "Rasul Frisia" yang terkenal untuk menukar agama bangsa. Karl juga melakukan banyak hal untuk mendukung Winfrid, yang kemudian Santo [[Bonifasius]], "Rasul Jerman."
Ketika Chilperich II meninggal
Enam tahun berikutnya dikonsentrasikan sepenuhnya untuk meyakinkan otoritas Franka atas suku-suku Jermanik yang mandiri. Di antara tahun 720 dan 723, Karl berperang di Bayern, dimana para adipati [[Agilolfing]] secara bertahap telah berkembang menjadi penguasa mandiri, dan baru berhubungan dengan [[Liutprando]]. Ia mendesak [[Suku Alemanni]] untuk mendampinginya, dan Adipati [[Hukbert dari Bayern|Hukbert]] menyerah kepada kedaulatan Franka. Ia membawa kembali putri Agilolfing, [[Swanahild]], yang menjadi gundiknya.
Di tahun 725 dan 728, ia sekali lagi memasuki Bayern. Di tahun 730, ia berbaris melawan [[Lantfrid]], adipati Alemannia, yang juga telah menyatakan kemerdekaannya dan membunuhnya di medan peperangan. Ia mendesak kapitulasi Alemanni untuk kedaulatan Franka dan tidak menunjuk ahli waris Lantfrid. Dengan demikian, Jerman selatan sekali lagi menjadi bagian dari kerajaan Franka seperti yang dilakukan Jerman utara
Di tahun 731, kerajaan aman dan Karl mulai mempersiapkan secara khusus krisis yang datang dari selatan dan barat.
Baris 111:
=== Meningkatkan pasukan ===
Sejarawan [[Paul K. Davis (sejarawan)|Paul K. Davis]] menulis, "Setelah mengalahkan Eudes, ia berpaling ke Rhine untuk memperkuat wilayah perbatasan timur lautnya—namun
| title = 100 Decisive Battles: From Ancient Times to the Present | publisher = [[Oxford University Press]]
| year = 1999 | chapter = Tours (Poitiers)
Baris 143:
{{quote|Seorang Muslim Perancis? Secara historis hampir terjadi. Namun sebagai akibat dari perlawanan sengit Karl, yang mengkahiri kemajuan Muslim dan mengatur situasi selama berabad-abad peperangan setelahnya, Islam tidak bergerak lebih jauh di Eropa. Pelajar sekolah Eropa mempelajari tentang Pertempuran Tours di banyak cara yang sama bahwa siswa Amerika belajar mengenai Valley Forge dan Gettysburg."<ref>Wakefield, Dexter B. (2006) "An Islamic Europe?," in ''Tomorrow's World,'' (online), '''8'''(3), May–June, see [http://www.lcg.org/cgi-bin/tw/magazine/tw-mag.cgi?category=Magazine42&item=1149293702], accessed 2 August 2015.</ref>}}
Kamp kedua sejarawan kontemporer percaya bahwa kegagalan Karl di Tours dapat menjadi bencana, yang menghancurkan apa yang akan menjadi peradaban Barat setelah [[Abad Renaisans]]. Semua sejarawan setuju bahwa tidak ada kekuatan tetap di Eropa yang mampu menghentikan ekspansi Islam jika Franka gagal: [[William E. Watson]], salah satu sejarawan yang paling dihormati di era ini, yang sangat mendukung Tours sebagai peristiwa makrohistoris, namun menjauhkan dirinya sendiri dari retorika Gibbon dan Drubeck, yang menulis misalnya, pentingnya pertempuran di Franka dan sejarah dunia
{{quote|Jelas ada beberapa pembenaran untuk peringkat Tours-Poitiers di antara peristiwa yang paling jelas di dalam sejarah Franka bila kita menganggap hasil pertempuran menerangkan rekor yang luar biasa dari pembentukan sukses oleh Muslim dari dominasi politik dan budaya Islam di sepanjang timur dan selatan bekas rim Kristen, dunia Romawi. Penaklukan cepat Muslim di Palestina, Suriah, Mesir dan pantai Afrika Utara sampai ke Maroko di abad ke-7 mengakibatkan pengenaan permanen dengan kekuatan budaya Islam ke dasar Kristen sebelumnya dan sebagian besar basis bukan-Arab. Kerajaan Visigoth jatuh ke penaklukan Muslim di dalam satu pertempuran yaitu di [[Pertempuran Guadalete]] di [[Sungai Barbate]] pada tahun 711, dan penduduk Kristen Hispanik memerlukan tujuh abad lamanya untuk mendapatkan kembali kekuasaan dari Semenanjung Iberia. Reconquista itu tentu saja selesai
Kamp yang terakhir sejarawan Barat percaya bahwa pentingnya pertempuran secara dramatis dibesar-besarkan. Pandangan ini ditandai oleh Alessandro Barbero, yang menulis, "Hari ini sejarawan cenderung mengecilkan arti dari pertempuran Poitiers, yang menunjukkan bahwa tujuan pasukan Arab yang dikalahkan oleh Karl Martell bukan untuk menaklukkan kerajaan Franka, namun hanya untuk menjarah biara kaya St. Martin di Tours".<ref>Barbero (2004), p. 10.</ref> Tomaž Mastnak menulis hampir mirip dengannya:
Baris 162:
=== Peperangan tahun 732–737 ===
[[Berkas:Carolus-Martell.jpg|jmpl|250px|Karl Martell yang digambarkan di dalam sebuah buku Perancis yang berjudul ''"Promptuarii Iconum Insigniorum"'' oleh [[Guillaume Rouille]], yang dipublikasikan
[[Berkas:Vasconia wide 740 3 - 80.jpg|jmpl|250px|Kampanye militer Karl Martell di Aquitaine, Septimania dan Provence setelah Perang Tour-Poitiers (734–742)]]
Di antara kemenangannya tahun 732 dan 735, Karl mengatur kembali Kerajaan [[Bourgogne]], dengan menggantikan sejumlah comte dan adipati dengan pendukung setianya, sehingga memperkuat cengkeramannya di atas tampuk kekuasaan. Karl didesak, atas upaya [[Radbod]], [[Daftar Penguasa Frisia|adipati Frisia]] (719–734), putra Adipati Aldegisel yang menerima [[misionaris]] Willibrord dan Bonifasius, untuk menyerang Frisia lagi yang berusaha merdeka
Perubahan dinamis
Serangan A.L. Arab ini dipimpin oleh putra Abdul Rahman yang mendarat di [[Narbonne]] pada tahun 736 dan berpindah sekaligus untuk memperkuat [[Arles]] dan pindah ke pedalaman. Karl untuk sementara mengadakan gencatan sejata dengan Hunald dan turun ke benteng-benteng Umayyah di Provençal. Di tahun 736, ia merebut kembali [[Montfrin]] dan [[Avignon]], Arles dan [[Aix-en-Provence]] dengan bantuan [[Liutprand]]. [[Nîmes]], [[Agde]], dan [[Béziers]], yang dikuasai oleh Islam sejak tahun 725, jatuh ke tangannya dan benteng-benteng mereka dihancurkan.
Baris 177:
Yang penting mengenai kampanye-kampanye ini adalah penggabungan Karl, untuk pertama kalinya, kavaleri berat dengan sanggurdi untuk menambah [[Formasi falangs|falangsnya]]. Kecakapannya untuk mengkoordinasikan veteran-veteran infanteri dan kavaleri itu tiada bandingnya di era tersebut dan memungkinkannya untuk menghadapi sejumlah penjajah unggul, dan mampu mengalahkan mereka terus menerus. Beberapa sejarawan menduga pertempuran melawan pasukan Muslim di Sungai Berre, di dekat Narbonne, terutama sama pentingnya sebuah kemenangan bagi Kristen Eropa seperti Tours.<ref>See Santosuosso (1993), op. cit. Historian and professor emeritus [[Antonio Santosuosso]], [[University of Western Ontario]]—an expert historian in the era in dispute}—puts forth an opinion on Charles, Tours, and the subsequent campaigns against Rahman's son in 736–737. He presents the case that these later defeats of invading Muslim armies were at least as important as Tours in their defence of Western Christendom and the preservation of [[Western monasticism]], the monasteries of which were the centers of learning which ultimately led Europe out of her [[Middle Ages]]. He also makes the argument—referred to as "compelling"—that these later incursions were clearly armies of invasion, sent by the Caliph not just to avenge Tours, for the conquest of Christian Europe, with the aim to bring it into the Caliphate.{{synthesis inline|date=August 2015}}</ref>{{rp|TBD}}
Selanjutnya, tidak seperti ayahandanya di Tours, putra Rahman
Putra Abdul Rahman berencana dari sana pindah dari kota ke kota, dan memperkuatnya saat mereka disana, dan jika Karl berharap untuk menghentikan mereka dari membuat wilayah permanen untuk perluasan Kekhalifahan, ia harus mendatangi mereka dimana tidak seperti ayahandanya, yang akan mendikte tempat pertempuran. Semuanya berlangsung seperti yang diharapkannya, sampai Karl tiba meskipun lebih cepat daripada Moor yang menduga bahwa ia dapat memanggil seluruh pasukannya. Namun malangnya bagi putra Rahman, ia menganggap remeh Karl yang percaya bahwa ia akan mengembangkan kavaleri berat sama seperti milik bangsa Muslim.
Baris 189:
Gibbon mengatakan Karl "cukup senang dengan gelar-gelar Mayor atau Adipati Franka, namun ia pantas untuk menjadi ayahanda dari keturunan raja-raja," yang ia lakukan. Gibbon juga mengatakan bahwa ia, "di dalam bahaya umum, ia terpanggil oleh suara negaranya."<ref>{{cite book |last1=Gibbon |first1=Edward |year=1875 |title=The History of the Decline and Fall of the Roman Empire. Volume V |url=https://books.google.co.uk/books?id=1HUYAAAAYAAJ&pg=PA289&dq=%22in+the+public+danger,+he+was+summoned+by+the+voice+of+his+country.%22&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=%22in%20the%20public%20danger%2C%20he%20was%20summoned%20by%20the%20voice%20of%20his%20country.%22&f=false |location=Philadelphia |publisher=Lippincott |page=289 |access-date=27 September 2016 }}</ref>
Interregnum selama empat tahun terakhir kehidupan Karl, yang lebih damai daripada sebelumnya dan sebagian waktunya dihabiskan untuk rencana administrasi dan pengaturan untuk menciptakan sebuah negara yang lebih efisien. Padahal
Ia mendirikan empat keuskupan di Bayern ([[Keuskupan Agung Salzburg|Salzburg]], [[Keuskupan Regensburg|Regensburg]], [[Keuskupan Freising|Freising]], dan [[Keuskupan Passau|Passau]]) dan memberi mereka Bonifasius sebagai [[Uskup Agung]] dan [[Uskup metropolit|metropolitan]] atas seluruh Jerman timur Rhine, dengan kedudukannya berada di [[Mainz]]. Bonfasius berada di dalam perlindungannya sejak tahun 723 seterusnya; ia menjelaskan kepada sahabat lamanya, Daniel dari Winchester, bahwa tanpanya ia tidak dapat mengurus gerejanya, membela imamnya, maupun mencegah penyembahan berhala. Bonifasiuslah yang jelas-jelas membela Karl atas tindakannya di dalam merebut wilayah gerejawi yang membayar pasukannya ketika memimpin perjalanan ke Tours, sebagai salah satu tindakan yang harus dilakukannya untuk membela Kekristenan.
Baris 199:
Karl Martell meninggal pada tanggal 22 Oktober 741 di [[Quierzy]] di wilayah yang sekarang adalah [[Aisne]] ''[[Daftar departemen di Perancis|département]]'', [[Picardie]], [[Perancis]]. Ia dimakamkan di [[Basilika Saint-Denis]] di [[Paris]].
Wilayah-wilayahnya dibagikan di antara anak-anaknya
Gibbon menyebutnya sebagai "pahlawan zaman" dan menyatakan "Kekristenan... dihantarkan... oleh seseorang yang jenius dan bernasib baik, Karl Martell."
Baris 209:
Meskipun ia tidak pernah peduli dengan gelar, namun tidak begitu dengan putranya, [[Pippin yang Pendek|Pippin]] (Fr.: Pepin), dan akhirnya ia bertanya kepada [[Paus (Katolik Roma)|Paus]] "siapa yang harus menjadi Raja, ia yang memiliki gelar, atau ia yang memiliki kekuasaan?" Paus yang sangat bergantung pada pasukan Franka atas kemerdekaannya dari Lombardia dan kekuasaan ([[Daftar Kaisar Romawi Timur|Kaisar]] [[Daftar Kaisar Romawi Timur|Bizantium]] masih menganggap dirinya sebagai satu-satunya "[[Kaisar Romawi]]" yang sah, dan dengan demikian, merupakan penguasa seluruh provinsi [[Kekaisaran Romawi|Kekaisaran kuno]], diakui atau tidak), menyatakan "ia yang memiliki kekuasaan" dan segera memahkotai Pippin.
Beberapa dekade kemudian,
Sebagian besar [[Kekaisaran Romawi Barat]] telah jatuh di bawah pemerintahan Karoling, Kaisar Bizantium hampir tidak memiliki kekuasaan di Barat sejak abad ke-6, meskipun Charlemagne, seorang politikus yang sempurna, lebih memilih menghindari pelanggaran terbuka dengan Konstantinopel. Sebuah institusi yang unik di dalam sejarah yang sedang dilahirkan: [[Kekaisaran Romawi Suci]]. Meskipun [[Voltaire]] yang sinis mengejek nomenklaturnya, mengatakan bahwa Kekaisaran Romawi Suci adalah "tidak Suci maupun Romawi, dan bukan sebuah Kekaisaran," itu merupakan suatu kekuatan politik yang sangat besar untuk sementara waktu, terutama di bawah kekuasaan wangsa-wangsa [[Wangsa Ottonian|Ottonian]] dan [[Wangsa Salier|Salier]] dan juga yang lebih kecil lagi, wangsa [[Wangsa Hohenstaufen|Staufer]]. Ini berlangsung sampai tahun 1806, dimana waktu tersebut tidak berarti. Meskipun cucunya menjadi kaisar pertamanya, "kekaisaran" seperti itu sebagian besar lahir di masa pemerintahan Karl Martell.
Baris 227:
Professor Santosuosso diduga membuat ringkasan Karl yang terbaik ketika ia membicarakan tentang kedatangan Karl untuk menyelamatkan sekutu-sekutu Kristen di Provence, dan mendorong umat Islam kembali ke Semenanjung Iberia selamanya di pertengahan dan akhir tahun 730-an:
{{quote|Setelah membuat pasukan di Saragossa, bangsa Islam memasuki wilayah Perancis
Terampil sebagai administrator dan penguasa, Karl menyelenggarakan apa yang akan menjadi pemerintah Eropa abad pertengahan : sebuah sistem keadipatian, setia kepada para baron, comte, adipati dan akhirnya raja, atau di dalam kasusnya, hanya ''maior domus'' dan princeps et dux Francorum. ("[[Mayordomo]], [[Daftar Penguasa Franka|Adipati Franka]]") Koordinasi dekatnya gereja dengan negara memulai pola abad pertengahan bagi pemerintah tersebut. Ia menciptakan apa yang akan menjadi tentara Barat yang pertama berdiri sejak jatuhnya Roma dengan mempertahankan jantung para veteran yang setia di sekeliling dimana ia menyelenggarakan pungutan feodal biasa. Pada intinya, ia mengubah Eropa dari gerombolan barbar yang bertengkar satu sama lain untuk sebuah negara yang terorganisir.
Baris 234:
{{Further|Reconquista}}
Meskipun membutuhkan dua dekade bagi Franka untuk mendorong seluruh garnisun Arab keluar dari [[Septimania]] dan menyeberangi [[Pirenia]], penghadangan Karl Martell atas serangan wilayah Perancis menyumbat gelombang kemajuan Islam dan penyatuan kerajaan Franka di bawah pimpinan Karl, putranya [[Pippin yang Pendek|Pippin]], dan cucunya [[Charlemagne]] menciptakan kekuatan barat yang mencegah perluasan Emir Córdoba atas [[Pirenia]]. Karl yang
Putra Karl, [[Pippin yang Pendek|Pippin]] menepati janji ayahandanya dan kembali untuk merebut Narbonne melalui pengepungan
== Peninggalan militer ==
Baris 242:
[[Victor Davis Hanson]] berpendapat bahwa Karl Martell meluncurkan "perjuangan seribu tahun" di antara [[Infantri berat]] bangsa [[Eropa]] dan [[Kavaleri]] [[Muslim]].<ref name=Hanson01/>{{rp|141–166}} Tentu saja Karl juga adalah bapak dari kavaleri berat di Eropa, karena ia mengintegrasi kavaleri lapis baja berat ke dalam pasukannya. Penciptaan ini akan terus bermanjut di sepanjang pemerintahannya, dan juga putranya, [[Pippin yang Pendek|Pippin]], sampai cucunya, [[Charlemagne]], akan memiliki pasukan terbesar dan terbaik di dunia sejak kejayaan Roma.<ref name=Bennett05/> Bangsa Muslim menggunakan infantri yang serupa, pada Pertempuran Toulouse sebagian besar pasukan infantri mereka adalah infantri ringan. Sampai Abdul Rahman Al Ghafiqi membawa pasukan besar kavaleri Arab dan Berber bersamanya ketika ia mengambil emir Al-Andulus yang membuat pasukan Muslim menjadi kavaleri utama.
Pasukan Karl merupakan pasukan permanen pertama yang berdiri sejak Roma jatuh
Ini adalah inti dari veteran-veteran yang melayaninya secara permanen, dan seperti yang dikatakan Hanson, "menyediakan pasokan tentara yang dapat diandalkan di sepanjang tahun." Sementara budaya Jermanik lainnya, seperti Visigoth atau Vandal, memiliki tradisi bela diri yang dapat dibanggakan, dan Franka sendiri mengerahkan tentara militer musiman, yang hanya bekerja sebagai tentara pada sekitar masa tanaman dan panen. Ini adalah ciptaan Karl dari sebuah sistem dimana ia dapat memanggil tentara yang bergilir di sepanjang tahun yang menjadikan Karolingia sebagai yang pertama dan permanen sejak jatuhnya Roma di barat.
Prestasi militer Karl yang terpenting adalah kemenangan di Tours. Creasy berpendapat bahwa kemenangan Karl "mengawetkan peninggalan kuno dan permata dari peradaban modern." Gibbon menyebut delapan hari
Karl menganalisis apa yang diperlukan baginya untuk menahan kekuatan yang lebih besar dan teknologi yang lebih tinggi (pasukan berkuda Muslim telah mengambil baju besi dan perlengkapan kavaleri berat dari kelas ksatria Sassanid, yang dapat membuat baju ksatria berlapis baja). Ia tidak berani mengirim beberapa penunggang kuda melawan kavaleri Islam, dan pasukannya harus melawan musuh di dalam formasi yang digunakan oleh bangsa [[Yunani Kuno]] untuk menahan jumlah pasukan yang lebih besar dan senjata yang lebih unggul, keberanian, dan kerelaan untuk berkorban demi negara: sebuah falangs. Ia melatih tentara-tentaranya di sepanjang tahun dengan menggunakan sebagian dana gereja, dan beberapa darinya telah ikut dengannya sejak kematian ayahandanya. Veteran-veteran yang berdisiplin tinggi inilah yang membawakannya kemenangan di Tours.
Baris 255:
[[Herbert George Wells]] mengatakan kekalahan yang menentukan Karl Martell bagi umat Islam di dalam bukunya "Short History of the World:
{{quote|Muslim ketika mereka menyeberangi Pirenia
Namun ketika Muslim pertama menyeberangi Pirenia, Aquitaine sebenarnya merupakan sebuah kerajaan mandiri di bawah kekuasaan adipati Eudes dan [[Septimania]] Gothic di luar pemerintahan Franka. Eudes, yang merupakan saingan Karl di selatan, telah melanggar perjanjian perdamaian setelah perang saudara Franka di Neustria dan Austrasia, dan mengumpulkan banyak popularitas dan dukungan Paus atas kemenangannya
[[John H. Haaren]] mengatakan di ''Famous Men of the Middle Ages'':
|