Kartini: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Marvin bun (bicara | kontrib)
k Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(28 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
{{Untuk|film dengan nama yang sama|R.A. Kartini (film)|Kartini (film)}}
{{Infobox Person
| pre-nominals = Raden AdjengAyu Adipati
| name = Kartini
Kartini Djojoadhiningrat
| image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van Raden Ajeng Kartini TMnr 10018776.jpg
| image_size = 200px
Baris 11 ⟶ 12:
| death_date = {{death date and age|1904|9|17|1879|4|21|mf=y}}
| death_place = [[Rembang]], [[Hindia Belanda]]
| restingplace = TMP Bulu, Kec. Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
| other_names = Raden Ayu Kartini
| known_for = Emansipasi wanita.
| spouse = K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojoadhiningrat (m. 1903 - 1904, kematiannya)
| children = [[Soesalit Djojoadhiningrat]]
| signature = Signature of Kartini 2.svg
}}
 
'''Raden AdjengAyu Adipati Kartini Djojoadhiningrat''' ({{lahirmati|[[Jepara]], [[Hindia Belanda]]|21|4|1879|[[Rembang]], [[Hindia Belanda]]|17|9|1904}}) atau sebenarnyasering lebihdisebut tepatdengan disebutgelarnya sebelum menikah: '''[[Raden Ayu]]Ajeng Kartini'''{{efn|[[Raden Ayu]] adalah gelar untuk wanita bangsawan yang menikah dengan pria bangsawan dari keturunan generasi kedua hingga ke delapan dari seorang raja Jawa yang pernah memerintah, sedang penggunaan gelar R.A. (Raden Ajeng) hanya berlaku ketika belum menikah.}} adalah seorang tokoh [[suku Jawa|Jawa]] dan [[Pahlawan Nasional Indonesia]].<ref>{{Cite news|title=Diperingati Setiap 21 April, Ini Biografi Singkat RA Kartini dan Sejarah Ditetapkannya Hari Kartini|url=https://www.tribunnews.com/nasional/2021/04/20/diperingati-setiap-21-april-ini-biografi-singkat-ra-kartini-dan-sejarah-ditetapkannya-hari-kartini|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|access-date=2021-05-26|first=Lanny|last=Latifah|editor-last=Widyastuti|editor-first=Pravitri Retno|date=2021-04-20|archive-date=2021-05-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20210526081848/https://www.tribunnews.com/nasional/2021/04/20/diperingati-setiap-21-april-ini-biografi-singkat-ra-kartini-dan-sejarah-ditetapkannya-hari-kartini|dead-url=no}}</ref> Kartini adalah seorang pejuang kemerdekaan dan kedudukan kaumnya, pada saat itu terutama wanita Jawa.<ref>{{Cite book|last=poerbakawatja|first=Soegarda|date=1976|title=Ensiklopedi Pendidikan|location=Jakarta|publisher=Gunung Agung|pages=140-141|url-status=live}}</ref> Ia mempunyai tanggal lahir yang sama seperti dr. [[Radjiman Wedyodiningrat]], yakni sama-sama lahir pada 21 April 1879.
 
Ia dilahirkan dalam keluarga bangsawan [[suku Jawa|Jawa]] di [[Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]). Setelah bersekolah di sekolah dasar berbahasa Belanda, ia ingin melanjutkan pendidikan lebih lanjut, tetapi perempuan Jawa saat itu dilarang mengenyam pendidikan tinggi. Ia bertemu dengan berbagai pejabat dan orang berpengaruh, termasuk J.H. Abendanon, yang bertugas melaksanakan [[Kebijakan Etis Belanda]].
 
Setelah kematiannya, saudara perempuannya melanjutkan pembelaannya untuk mendidik anak perempuan dan perempuan.<ref>[http://www.san.beck.org/20-11-Indonesia1800-1950.html Indonesia 1800–1950] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170524100635/http://www.san.beck.org/20-11-Indonesia1800-1950.html |date=2017-05-24 }} Beck</ref> Surat-surat Kartini diterbitkan di sebuah majalah Belanda dan akhirnya, pada tahun 1911, menjadi karya: ''Habis Gelap Terbitlah Terang'', ''Kehidupan Perempuan di Desa'', dan ''Surat-Surat Putri Jawa''. Ulang tahunnya sekarang dirayakan di Indonesia sebagai Hari Kartini untuk menghormatinya, serta beberapa [[Sekolah Kartini|sekolah]] dinamai menurut namanya dan sebuah yayasan didirikan atas namanya untuk membiayai pendidikan anak perempuan dibangsa Indonesia. Dia tertarik pada [[mistisisme]] dan menentang [[poligami]].
 
== Biografi ==
[[Berkas:Sosroningrat, regent van Djapara.jpg|al=|kiri|jmpl|214x214px|Ayah Kartini, R.M.A.A. Sosroningrat.]]
Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan [[priyayi|priayi]] atau kelas bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati ArioAryo Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati [[Jepara]] segera setelah Kartini lahir. Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A.Mas Ajeng Ngasirah, putri dari [[Nyai]] Haji Siti Aminah dan [[Kyai]] Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. DariKakek sisiKartini ayahnyadari pihak ayah, silsilahPangeran KartiniAryo dapatTjondronegoro dilacakAdiningrat hinggaIV, menikah dengan Gusti Kangjeng Ratu Ayu, putri ke-10 dari Sultan [[Hamengkubuwana VI]]. Sang nenek juga secara kebetulan adalah saudara seibu dengan Sultan [[Hamengkubuwana VII]] dari pernikahan dengan permaisuri Gusti Kangjeng Ratu Sultan atau Gusti Kangjeng Ratu Hageng.<ref>{{Cite book|last=Mandoyokusumo|first=K.P.H.|date=1988|title=Serat Raja Putra Ngayogyakarta Hadiningrat|location=Yogyakarta|publisher=Bebadan Museum Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat|pages=46|url-status=live}}</ref> Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana [[Kerajaan Majapahit]]. Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati [[Surabaya]] pada abad ke-18, nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja.<ref name="jote p2">{{cite book|title= On feminism and nationalism: Kartini's letters to Stella Zeehandelaar 1899-1903|url= https://archive.org/details/onfeminismnation0000kart|year=2005|page=[https://archive.org/details/onfeminismnation0000kart/page/2 2]|publisher=Monash University Press|isbn=1876924357}}</ref>
 
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang [[wedana]] di [[Mayong, Jepara|Mayong]]. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang [[bupati]] beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A.Mas Ajeng Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi,<ref>''[http://www.asiaquarterly.com/content/view/170/43/ Interview with Kathryn Robinson: Secularization of Family Law in Indonesia] {{Webarchive|url=https://archive.today/20070928052132/http://www.asiaquarterly.com/content/view/170/43/ |date=2007-09-28 }}'', Harvard Asia Quarterly, diakses 21 April 2010</ref> maka ayahnya menikah lagi dengan Raden AdjengAjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura.<ref name="jote p2"/> Setelah perkawinan itu, ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
 
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari ke semua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran ArioAryo Tjondronegoro Adiningrat IV, diangkat menjadi bupati [[Demak]] dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya.<ref name="jote p2"/> Kakak Kartini, [[Sosrokartono]], adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di [[Europeesche Lagere School]] (ELS). Di sini Kartini belajar [[bahasa Belanda]]. Namun, setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena harus dipingit.
 
[[Berkas:Kartini1900s.jpg|jmpl|Surat Kartini - Rosa Abendanon (fragmen)]]
Baris 37 ⟶ 39:
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang ''[[De Locomotief]]'' yang diasuh [[Pieter Brooshooft]]. Ia juga menerima ''leestrommel'' (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda ''De Hollandsche Lelie''. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di ''De Hollandsche Lelie''. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal [[emansipasi]] wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul ''[[Max Havelaar]]'' dan ''Surat-Surat Cinta'' karya [[Multatuli]], yang pada November [[1901]] sudah dibacanya dua kali. Selain itu, Kartini juga membaca ''De Stille Kraacht'' (''Kekuatan Gaib'') karya Louis Coperus dan karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, ''Die Waffen Nieder'' (''Letakkan Senjata''). Semuanya berbahasa Belanda.
 
Oleh orang tuanya, Kartini dijodohkan dengan bupati [[Rembang]], K.R.M. Adipati ArioAryo Singgih Djojo AdhiningratDjojoadiningrat,<ref>{{Cite book|last=Safwan|first=Mardanas|date=2001|url=https://books.google.com/books?id=ewtxAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22Kartini%22&q=%22Kartini%22&hl=id|title=R.A. Kartini: riwayat hidup dan perjuangannya|publisher=Mutiara Sumber Widya|isbn=978-979-9331-17-5|language=id|access-date=2021-09-12|archive-date=2023-04-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20230403203630/https://books.google.com/books?id=ewtxAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22Kartini%22&q=%22Kartini%22&hl=id|dead-url=no}}</ref> yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai [[Gedung Pramuka]]. [[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het gebouw van de Kartinischool geopend op 22 juli 1918 aan de Feitweg in Buitenzorg TMnr 60002657.jpg|jmpl|250px|kiri|Sekolah Kartini (''Kartinischool''), 1918.]] Anak satu-satunya, [[Soesalit Djojoadhiningrat]], lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, [[Kecamatan Bulu]], [[Rembang]].
 
Berkat kegigihan Kartini, belakangan didirikan Sekolah Wanita oleh [[Van Deventer#Yayasan Kartini|Yayasan Kartini]] di [[Semarang]] pada [[1912]], dan kemudian di [[Surabaya]], [[Yogyakarta]], [[Malang]], [[Madiun]], [[Cirebon]], dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "[[Sekolah Kartini]]". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga [[Van Deventer]], seorang tokoh [[Politik Etis]].
Baris 43 ⟶ 45:
Meski tidak sempat berbuat banyak untuk kemajuan bangsa dan tanah air, Kartini mengemukakan ide-ide pembaruan masyarakat yang melampaui zamannya melalui surat-suratnya yang bersejarah.
 
Cita-citanya yang tinggi dituangkan dalam surat-suratnya kepada kenalan dan sahabatnya orang Belanda di luar negeri, seperti Tuan EC Abendanon, Ny MCE Ovink-Soer, Zeehandelaar, Prof Dr GK Anton dan Ny Tuan HH von Kol, dan Ny HG de Booij-Boissevain. Surat-surat Kartini diterbitkan di negeri Belanda pada 1911 oleh Mr JH Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh sastrawan pujangga baru Armijn Pane pada 1922 dengan judul ''Habis Gelap Terbitlah Terang''.<ref>{{Cite news|url=https://www.medcom.id/pilar/kolom/zNPMQPVb-arti-kartini-di-masa-kini#|title=Arti Kartini di Masa Kini |last=Adam|first=Mohammad|date=2015-04-21|work=[[Medcom.id]]|accessdate=2020-05-10|editor-first=Mohammad|editor-last=Adam|archive-date=2021-04-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20210421050044/https://www.medcom.id/pilar/kolom/zNPMQPVb-arti-kartini-di-masa-kini|dead-url=no}}</ref>
 
== Surat-surat ==
Baris 71 ⟶ 73:
Terjemahan surat itu sebagai berikut:
 
<blockquote>"Saja ada satoe Botjah-Boedha, maka itoe ada mendjadi satoe alesan mengapa saja kini tiada memakan barang berdjiwa.
Ketika saja masih anak-anak, saja telah dapat sakit keras, dokter-dokter tidak bisa menolong, mereka poetoes asah.
Waktoe itoe, seorang Tionghoa (seorang hoekoeman dengan siapa kita masih anak-anak soeka bersahabatan) tawarkan
dirinja boeat menolong saja. Saja poenja orang toea menoeroet dan saja betoel-betoel djadi semboeh.
 
Apa jang obat-obatan dari orang-orang terpeladjar tidak mampoe, djoestroe obat-tachajoel jang menolongnja.
Ia menolong saja dengan tjoema-tjoema, saja disoeroe minoem aboe dari hioswa jang dibakar sebagi sembah-bakti
pada satoe Tepekong Tionghoa. Lantaran minoem obat itoe saja djadi anaknja Orang Soetji itoe, Santikkong Welahan.
 
Pada kira-kira satoe tahoen jang laloe saja mengoenjoengi Orang Soetji itoe. Ia ada hanja satoe Patoeng Emas
jang ketjil dan siang malam dilipoeti asep hio. Bilamana ada berdjangkit wabah penjakit heibat, patoeng ketjil ini
digotong-gotong kesana-sini dengan pake oepatjara boeat oesir pengaroeh djahat dari iblis-iblis."</blockquote>
 
Baris 105 ⟶ 107:
:Buku lain yang berisi terjemahan surat-surat Kartini adalah ''Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904''. Penerjemahnya adalah Joost Coté. Ia tidak hanya menerjemahkan surat-surat yang ada dalam ''Door Duisternis Tot Licht'' versi Abendanon. [[Joost Coté]] juga menerjemahkan seluruh surat asli Kartini pada Nyonya Abendanon-Mandri hasil temuan terakhir. Pada buku terjemahan Joost Coté, bisa ditemukan surat-surat yang tergolong sensitif dan tidak ada dalam ''Door Duisternis Tot Licht'' versi Abendanon. Menurut Joost Coté, seluruh pergulatan Kartini dan penghalangan pada dirinya sudah saatnya untuk diungkap.
 
:Buku ''Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904'' memuat 108 surat-surat Kartini kepada Nyonya Rosa Manuela Abendanon-Mandri dan suaminya JH Abendanon. Termasuk di dalamnya: 46 surat yang dibuat Rukmini, [[Kardinah]], Kartinah, dan Soematrie.
 
* '''''Panggil Aku Kartini Saja'''''
Baris 114 ⟶ 116:
:Akhir tahun 1987, [[Sulastin Sutrisno]] memberi gambaran baru tentang Kartini lewat buku ''Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya''. Gambaran sebelumnya lebih banyak dibentuk dari kumpulan surat yang ditulis untuk Abendanon, diterbitkan dalam ''Door Duisternis Tot Licht''.
 
:Kartini dihadirkan sebagai pejuang emansipasi yang sangat maju dalam cara berpikir dibanding perempuan-perempuan Jawa pada masanya. Dalam surat tanggal [[27 Oktober]] [[1902]], dikutip bahwa Kartini menulis pada Nyonya Abendanon bahwa dia telah memulai pantangan makan daging, bahkan sejak beberapa tahun sebelum surat tersebut, yang menunjukkan bahwa Kartini adalah seorang [[vegetarian]].<ref>[http://nasional.kompas.com/read/2010/04/21/08471776/Siapa.Menyangka.RA.Kartini.Vegetarian Prasetya, L.A. "''Siapa Menyangka R.A. Kartini Vegetarian''"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100423085758/http://nasional.kompas.com/read/2010/04/21/08471776/Siapa.Menyangka.RA.Kartini.Vegetarian |date=2010-04-23 }} - [[Kompas (surat kabar)|Kompas]] Daring Rabu, 21 April 2010]</ref> Dalam kumpulan itu, surat-surat Kartini selalu dipotong bagian awal dan akhir. Padahal, bagian itu menunjukkan kemesraan Kartini kepada Abendanon. Banyak hal lain yang dimunculkan kembali oleh Sulastin Sutrisno.
 
* '''Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903'''
Baris 129 ⟶ 131:
Kematian Kartini yang mendadak juga menimbulkan spekulasi negatif bagi sebagian kalangan. Seperti diketahui dalam sejarah, Kartini meninggal pascamelahirkan, tepatnya empat hari setelah melahirkan. Ketika Kartini, mengandung bahkan sampai melahirkan, dia tampak sehat walafiat. Hal inilah yang mengandung kecurigaan. Efatino Febriana, dalam bukunya ''Kartini Mati Dibunuh'', mencoba menggali fakta-fakta yang ada sekitar kematian Kartini. Bahkan, dalam akhir bukunya, Efatino Febriana berkesimpulan, kalau kartini mamang mati karena sudah direncanakan. Demikian pula Sitisoemandari dalam buku ''Kartini, Sebuah Biografi,'' menduga bahwa Kartini meninggal akibat permainan jahat dari Belanda. Permainan jahat dari Belanda ingin agar Kartini bungkam dari pemikiran-pemikiran majunya yang ternyata berwawasan kebangsaan.
 
Ketika Kartini melahirkan, dokter yang menolongnya adalah Dr van Ravesten, dan berhasil dengan selamat. Selama 4 hari pascamelahirkan, kesehatan Kartini baik-baik saja. Empat hari kemudian, dr van Ravesten menengok keadaan Kartini, dan ia tidak khawatir akan kesehatan Kartini. Ketika Ravesten akan pulang, Kartini dan Ravesten menyempatkan minum anggur sebagai tanda perpisahan. Setelah minum anggur itulah, Kartini langsung sakit dan hilang kesadaran, hingga akhirnya meninggal dunia. Sayangnya, pada saat itu tak ada autopsi. Meski demikian, pihak keluarga tidak mempedulikan desas-desus yang muncul terkait kematian Kartini, melainkan menerima peristiwa itu sebagai takdir Yang Mahakuasa. Sementara pendapat yang berbeda yang dinyatakan oleh para dokter modern pada era sekarang. Para dokter berpendapat Kartini meninggal karena mengalami [[preeklampsia]] atau tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Namun, hal ini juga tidak bisa dibuktikan karena dokumen dan catatan tentang kematian Kartini tidak ditemukan.<ref>[{{Cite web |url=http://www.tribunnews.com/nasional/2016/04/21/misteri-kematian-kartini-benarkan-dia-dibunuh |title=TribunNews: Misteri Kematian Kartini, Benarkah Dia Dibunuh?] |access-date=2016-05-02 |archive-date=2016-04-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160425135917/http://www.tribunnews.com/nasional/2016/04/21/misteri-kematian-kartini-benarkan-dia-dibunuh |dead-url=no }}</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.tabloidposmo.co.id/?p=896 |title=Tabloid Posmo: Misteri Kematian Kartini, Benarkah Dia Dibunuh? |access-date=2016-05-02 |archive-date=2016-06-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160602122739/http://www.tabloidposmo.co.id/?p=896 |dead-url=yes }}</ref>
 
== Peringatan ==
Baris 136 ⟶ 138:
Presiden [[Soekarno]] mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai '''Hari Kartini'''.
 
Pemerintahan Orde Lama [[Soekarno]] mendeklarasikan 21 April sebagai Hari Kartini untuk mengingatkan perempuan bahwa mereka harus berpartisipasi dalam "wacana negara hegemonik pembangunan".<ref name="bulbeck">{{cite book | last = Bulbeck | first = Chilla | author-link = Chilla Bulbeck | title = Sex, love and feminism in the Asia Pacific: a cross-cultural study of young people's attitudes | url = https://archive.org/details/sexlovefeminismi0000bulb | publisher = Routledge | location = London New York | series = ASAA women in Asia | year = 2009 | isbn = 9780415470063 }} [https://books.google.com/books?id=chqofjVED54C&pg=PA94 Preview.]</ref> Namun, setelah tahun 1965, pemerintahan [[Orde Baru]] [[Soeharto]] mengubah citra Kartini dari emansipator wanita radikal menjadi citra yang menggambarkannya sebagai istri yang patuh dan putri yang patuh, "sebagai hanya seorang wanita berpakaian kebaya yang bisa memasak."<ref name=Yulianto>{{cite news |last=Yulianto |first=Vissia Ita |title=Is celebrating Kartini's Day still relevant today? |url=http://www.thejakartapost.com/news/2010/04/21/is-celebrating-kartini%E2%80%99s-day-still-relevant-today.html |access-date=15 March 2013 |newspaper=The Jakarta Post |date=21 April 2010 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20130807162432/http://www.thejakartapost.com/news/2010/04/21/is-celebrating-kartini%E2%80%99s-day-still-relevant-today.html |archive-date=7 August 2013 }}</ref> Pada kesempatan itu, yang dikenal sebagai Hari Ibu Kartini, "gadis-gadis muda harus mengenakan jaket ketat yang pas, kemeja batik, gaya rambut yang rumit, dan perhiasan berornamen ke sekolah, yang seharusnya meniru pakaian Kartini tetapi dalam kenyataannya, mengenakan pakaian ciptaan, dan ansambel yang lebih ketat daripada yang pernah dia lakukan."<ref name=Ramusack>{{cite book|last=Ramusack|first=Barbara N.|title=Women's History in Global Perspective|year=2005|publisher=University of Illinois Press|isbn=978-0-252-02997-4|pages=101–138 [129]|chapter-url=https://books.google.com/books?id=cQz2o883S38C&pg=PA129 |editor=Bonnie G. Smith|access-date=15 March 2013|chapter=Women and Gender in South and Southeast Asia}}</ref>
 
Melodi "Ibu Kita Kartini" oleh [[Wage Rudolf Supratman|W. R. Supratman]]:
Baris 161 ⟶ 163:
 
=== Nama jalan di Belanda ===
* [[Utrecht]]: Di Utrecht Jalan R.A. Kartini atau '''Kartinistraat''' merupakan salah satu jalan utama, berbentuk 'U' yang ukurannya lebih besar dibanding jalan-jalan yang menggunakan nama tokoh perjuangan lainnya seperti [[Augusto Sandino]], [[Steve Biko]], [[Che Guevara]], [[Agostinho Neto]].<ref name=":0">{{cnCite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2011-04-23|title=4 Kota di Belanda Punya Jalan RA Kartini|url=https://nasional.kompas.com/read/2011/04/24/05150781/~Internasional~Unik|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-16}}</ref>
* [[Venlo]]: Di Venlo Belanda Selatan, '''R.A. Kartinistraat''' berbentuk 'O' di kawasan Hagerhof, di sekitarnya terdapat nama-nama jalan tokoh wanita [[Anne Frank]] dan [[Mathilde Wibaut]].{{cn}}<ref name=":0" />
* [[Amsterdam]]: Di wilayah Amsterdam Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan [[Bijlmer]], jalan '''Raden Adjeng Kartini''' ditulis lengkap. Di sekitarnya adalah nama-nama wanita dari seluruh dunia yang punya kontribusi dalam sejarah: [[Rosa Luxemburg]], [[Nilda Pinto]], [[Isabella Richaards]].{{cn}}
* [[Haarlem]]: Di Haarlem jalan Kartini berdekatan dengan jalan [[Mohammad Hatta|Mohammed Hatta]], [[Sutan Sjahrir]] dan langsung tembus ke jalan [[Chris Soumokil]] presiden kedua Republik Maluku Selatan.{{cn}}
Baris 197 ⟶ 199:
{{lifetime|1879|1904|Kartini, Raden Adjeng}}
 
{{DEFAULTSORT:Kartini}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh pendidikan Indonesia]]
Baris 202 ⟶ 205:
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh dari Jepara]]<!--dilarang memakai kata "dari"-->
[[Kategori:Kartini| ]]
[[Kategori:Aktivis kesetaraan gender Indonesia]]