Kekaisaran Romawi Suci: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: halaman dengan galat skrip halaman dengan galat kutipan
Tag: halaman dengan galat skrip halaman dengan galat kutipan
Baris 276:
[[File:Holy Roman Empire at the Golden Bull of 1356.png|thumb|upright=1.35|Wilayah Kekaisaran Romawi Suci pada waktu penandatanganan Bula Kencana tahun 1356]]
 
Kesulitan-kesulitan dalam memilih raja pada akhirnya mendorong dibentuknya suatu dewan tetap [[pangeran-pemilih|pangreh praja pemilih]] (''Kurfürsten''). Keanggotaan maupun tata acara persidangannya ditetapkan di dalam [[Piagam Emas 1356|Bula Kencana tahun 1356]] yang dikeluarkan oleh [[Karl IV, Kaisar Romawi Suci|Kaisar Karel IV]] (memerintah tahun 1355–1378, menjadi Raja Bangsa Romawi sejak tahun 1346) dan berlaku sampai tahun 1806. Perkembangan ini mungkin sekali merupakan tanda yang paling nyata dari munculnya dualitas kaisar dan negara (''Kaiser und Reich''), karena kaisar tidak lagi dianggap identik dengan negara. Bula Kencana tahun 1356 juga menetapkan tata cara pemilihan Kaisar Romawi Suci. Kaisar tidak lagi terpilih karena memenangkan suara mayoritas, tetapi terpilih karena mendapatkan persetujuan dari ketujuh-tujuh pangreh praja pemilih. Gelar pangreh praja pemilih pun menjadi gelar turun-temurun, bahkan pangreh praja pemilih dianugerahi hak untuk mencetak uang dan menjalankan kewenangan hukum. Putra-putra mereka dianjurkan untuk belajar menguasai bahasa-bahasa negara, yaitu [[bahasa Jerman]], [[bahasa Latin]], [[bahasa Italia]], dan [[bahasa Ceko]].{{Efn|name=GoldenBull}}{{Sfn|Žůrek|2014}} Kebijakan Kaisar Karel IV ini menjadi pokok perdebatan. Di satu pihak kebijakan ini membantu memulihkan kedamaian di seantero wilayah Kekaisaran Romawi Suci yang terus-menerus dilanda perang saudara sejak berakhirnya zaman kulawangsa Hohenstaufen, tetapi di lain pihak kebijakan ini "tidak pelak lagi menghantam kewenangan pemerintah pusat".<ref>{{Cite book |last=Schwartzwald |first=Jack L. |url=https://books.google.com/books?id=bqgHCwAAQBAJ&pg=PA116 |title=The Collapse and Recovery of Europe, AD 476–1648 |date=20 November 2015 |publisher=McFarland |isbn=978-1-4766-6230-5 |page=116 |language=en |access-date=5 Februari 2022}}</ref> Menurut Thomas Brady Jr., Kaisar Karel IV sesungguhnya berniat mengakhiri pertentangan dalam pemilihan raja (jika dilihat dari sudut pandang kulawangsa Luksemburg, mereka turut diuntungkan karena Raja Bohemia mendapatkan kedudukan yang mulia dan bersifat tetap selaku salah seorang pangreh praja pemilih).{{Sfn|Brady|2009|p=73}}<ref>{{Cite book |last=Mahoney |first=William |url=https://books.google.com/books?id=5qgHE29pikMC&pg=PA51 |title=The History of the Czech Republic and Slovakia |date=18 February 2011 |publisher=ABC-CLIO |isbn=978-0-3133-6306-1 |page=51 |language=en |access-date=6 Februari 2022}}</ref> Pada waktu yang sama, Kaisar Karel IV membangun Bohemia sebagai tanah pusaka utama kulawangsa Luksemburg di dalam wilayah Kekaisaran Romawi Suci dan sebagai basis kekuatan kulawangsa Luksemburg. Di Bohemia, masa pemerintahannya kerap diagung-agungkan sebagai zaman kegemilangan Bohemia. Meskipun demikian, menurut Thomas Brady Jr., di balik segala kegemerlapan itu, muncul satu permasalahan., yaitu pemerintah Pemerintahtelah menyingkap ketidakmampuannyaketidakberdayaannya untukdalam membendung arus pendatang Jerman ke Bohemia, yang pada akhirnya menimbulkan ketegangan dan aniaya. Proyek negara yang diprakarsai kulawangsa Luksemburg mangkrak pada masa pemerintahan anak Karel, [[Wenceslaus IV dari Bohemia|Wenzel]] (memerintah sebagai rajaRaja Bohemia dari tahun 1378 sampai 1419, memerintah sebagai Raja Bangsa Romawi dari tahun 1376 sampai 1400), yang juga menghadapi penentangan dari 150 keluarga ningrat setempat.{{Sfn|Brady|2009|pp=73,74}}<!--
 
Bergesernya kekuasaan dari kaisar juga terungkap dari cara raja-raja pasca-Hohenstaufen mempertahankan kekuasaan mereka. Earlier,Pada themasa-masa Empire'ssebelumnya, Kekuatan strengthtempur (andmaupun financeskeuangan) greatlyKekaisaran reliedRomawi onSuci thesangat Empire'sbergantung ownpada landstanah-tanah pusaka kaisar sendiri, theyang so-calleddikenal dengan sebutan ''[[Reichsgut]]'', whichyakni alwaystanah-tanah belongedyang tosenantiasa themenjadi kingkepunyaan ofraja theyang daysedang andmemerintah includeddan manymencakup Imperialbanyak Cities.kota Aftermilik thenegara. 13thSelepas centuryabad ke-13, the relevance of the ''Reichsgut'' fadedsemakin tidak relevan, evenkendati thoughmasih someada partsbagian-bagian oftertentu itdari did''Reichsgut'' remainyang untiltersisa theketika Empire'sKekaisaran endRomawi inSuci dibubarkan pada tahun 1806.<!-- Instead, the ''Reichsgut'' was increasingly pawned to local dukes, sometimes to raise money for the Empire, but more frequently to reward faithful duty or as an attempt to establish control over the dukes. The direct governance of the ''Reichsgut'' no longer matched the needs of either the king or the dukes.
 
The kings beginning with [[Rudolf I of Germany]] increasingly relied on the lands of their respective dynasties to support their power. In contrast with the ''Reichsgut'', which was mostly scattered and difficult to administer, these territories were relatively compact and thus easier to control. In 1282, Rudolf I thus lent Austria and [[Styria (duchy)|Styria]] to his own sons. In 1312, [[Henry VII, Holy Roman Emperor|Henry VII]] of the [[House of Luxembourg]] was crowned as the first Holy Roman Emperor since Frederick II. After him all kings and emperors relied on the lands of their own family (''Hausmacht''): [[Louis IV, Holy Roman Emperor|Louis IV]] of [[Wittelsbach]] (king 1314, emperor 1328–1347) relied on his lands in Bavaria; [[Charles IV, Holy Roman Emperor|Charles IV]] of Luxembourg, the grandson of Henry VII, drew strength from his own lands in Bohemia. It was thus increasingly in the king's own interest to strengthen the power of the territories, since the king profited from such a benefit in his own lands as well.