Kekhalifahan Rasyidin: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
(6 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 66:
[[File:Rashidun Caliphate (greatest extent).svg|thumb|upright=1.15|Wilayah Kekhalifahan Rasyidin secara Maksimal ([[Proyeksi ortografis]])]]
==
{{See also|Suksesi Muhammad}}
Muslim [[Sunni]] percaya bahwa semasa hidupnya, [[Muhammad]] tidak pernah menitipkan pesan dan menunjuk siapa kelak yang akan menjadi penggantinya. Hal ini menyebabkan terjadinya perselisihan ketika pengangkatan khalifah setelah kematiannya.<ref name=madelung31/><ref>{{Cite book|last=Nasution|first=Syamruddin|year=2013|url=https://repository.uin-suska.ac.id/10391/|title=Sejarah Peradaban Islam|location=Pekanbaru|publisher=Yayasan Pusaka Riau|pages=63|language=en|url-status=live|ref={{sfnref|Nasution|2013}}}}</ref>
Baris 227:
==== Penaklukan Mesir ====
[[File:Byzantiumby650AD.svg|thumb|400x400px|alt=Penaklukan Mesir dan Palestina oleh khilafah Islam awal|Wilayah [[Kekaisaran Romawi Timur|Kekaisaran Bizantium]] (merah) setelah Mesir dan Palestina ditaklukan oleh kekhalifahan.]]
Provinsi [[Kekaisaran Romawi Timur|Bizantium]] Mesir memiliki kepentingan strategis untuk produksi biji-bijian, pangkalan angkatan laut, dan sebagai pangkalan untuk penaklukan lebih lanjut di Afrika. Jenderal Muslim [[Amr bin Ash]] memulai penaklukan provinsi atas inisiatifnya sendiri pada tahun 639.{{sfn|Lapidus|2014|p=49}} Mayoritas pasukan Romawi di Mesir adalah pasukan Koptik yang dikembangkan secara lokal, dimaksudkan sebagai pasukan polisi; karena sebagian besar orang Mesir tinggal di lembah [[Sungai Nil]], yang dikelilingi oleh gurun di sisi timur dan barat, Mesir dirasa sebagai provinsi yang relatif aman.{{sfn|Hoyland|2014|p=70}}{{sfn|Lapidus|2014|p=49}} Pada bulan Desember 639, Amr memasuki Sinai dengan kekuatan besar dan merebut Pelusium, di tepi lembah Sungai Nil, dan kemudian mengalahkan serangan balik Romawi di Bibays.{{sfn|Nicolle|2009|p=55}} Namun, orang-orang Arab tidak menuju [[Aleksandria]], ibu kota Mesir, melainkan ke benteng besar yang dikenal sebagai ''Babilonia'' (sekarang disebut sebagai [[Kairo]]).{{sfn|Hoyland|2014|pp=70–72}} Amr berencana membagi lembah Sungai Nil menjadi dua.{{sfn|Hoyland|2014|pp=73–75}}{{sfn|Lapidus|2014|p=49}} Pasukan Arab telah memenangkan Pertempuran Heliopolis (640), tetapi mereka merasa sulit untuk maju lebih jauh karena kota-kota besar di Delta Nil dilindungi oleh air dan karena Amr kekurangan peralatan untuk menghancurkan benteng kota.{{sfn|Nicolle|2009|p=55}} Orang-orang Arab mengepung Babilonia, dan menutup seluruh akses makanan hingga membuat pasukan Bizantium di dalamnya kelaparan. Hal ini membuat Bizantium menyerah pada tanggal 9 April 641.{{sfn|Nicolle|2009|p=56}} Meskipun demikian, provinsi ini hampir tidak mengalami urbanisasi dan pasukan Bizantium di Mesir kehilangan harapan untuk menerima bala bantuan dari Konstantinopel ketika kaisar [[Heraklius]] meninggal pada tahun 641.{{sfn|Hoyland|2014|pp=73–75}}{{sfn|Lapidus|2014|p=49}} Setelah itu, orang Arab berbelok ke utara ke delta Nil dan mengepung Aleksandria.{{efn|Menurut [[Ira Lapidus]], yang juga menjadi rujukan [[Robert G. Hoyland]], hampir seluruh kejadian ini terjadi pada tahun 643 M atau 23 H.{{sfn|Hoyland|2014|pp=73–75}}
{{sfn|Lapidus|2014|p=49}}}} [[Aleksandria]] merupakan kota besar terakhir yang berhasil ditaklukkan oleh pasukan Arab. Garnisun Aleksandria menyerah pada September 642.{{sfn|Hoyland|2014|pp=74–75}} {{sfn|Lapidus|2014|p=49–50}}
{{sfn|Kennedy|2007|p=165}}
Baris 235:
==== Penaklukan Mesopotamia dan Persia ====
[[File:WLA metmuseum Sword and scabbard Iran 7th century.jpg|thumb|alt=Perlengkapan militer Sasaniyah|Perlengkapan militer Sasaniyah, dari abad ke-7.]]
Setelah serangan Arab ke wilayah [[Kekaisaran Sasaniyah|Sasaniyah]], [[Syah (gelar)|Syah]] [[Yazdegerd III]] yang baru saja naik takhta
Sebagai hasil dari kemenangan di al-Qadisiyyah, Muslim menguasai seluruh Irak, termasuk [[Tisfon]], ibu kota Sasaniyah.{{sfn|Vaglieri|1977|pp=60–61}} Pasukan Persia tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk memanfaatkan [[Pegunungan Zagros]] dan menghentikan pasukan Arab setelah kehilangan pasukan utama mereka di al-Qadisiyyah.{{sfn|Nicolle|2009|p=58}} Pasukan Persia mundur melewati Pegunungan Zagros dan tentara Arab mengejar mereka melintasi dataran tinggi Iran, di mana nasib Kekaisaran Sasaniyah berakhir pada [[Pertempuran Nahawand]] (642).{{sfn|Vaglieri|1977|pp=60–61}}
Baris 276:
Kekhalifahan Rasyidin adalah negara yang mengikuti prinsip-prinsip hukum Islam. Negara memiliki beberapa organisasi administrasi yang terdiri atas otoritas pusat yang dipimpin langsung oleh [[Khalifah]]. Selain itu, terdapat pula cabang-cabang dari masing-masing administrasi daerah untuk mengelola setiap provinsi.<ref>{{Cite web|date=2016-03-04|title=8- الخلفاء الراشدون|url=http://higec.150m.com/08-%20Alkholafaa%20arrachidoune.htm|lang=ar|access-date=2022-07-05|archive-date=2016-03-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20160304131711/http://higec.150m.com/08-%20Alkholafaa%20arrachidoune.htm|dead-url=unfit}}</ref> Negara berfungsi seperti administrasi lokal di era modern dan Khalifah bekerja di administrasi negara. Negara dibagi menjadi beberapa provinsi, dan setiap provinsi dipimpin oleh seorang gubernur yang ditunjuk oleh Khalifah.<ref>{{Cite web|title=قصة الإسلام|url=http://islamstory.com/|website=islamstory.com|language=ar|access-date=2022-07-05|archive-date=2020-09-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20200926023754/http://islamstory.com//|dead-url=no}}</ref>
Khilafah dicapai dengan kesetiaan; orang-orang ber[[baiat|ba'iat]] (berjanji setia) kepada Khalifah dengan syarat mereka mengikuti tradisi (''[[sunnah]]'') Allah dan Rasul (Muhammad) dalam setiap keputusannya.{{sfn|Syakir|2000|p=39}} Jika Khalifah taat, maka kekuasaannya akan berlangsung seumur hidup, dan khalifah menguasai negara secara penuh.{{sfn|Syakir|2000|p=166}} Di era Kekhalifahan Rasyidin, tidak ada kepemimpinan kolektif negara dan Khalifah tidak memiliki wakil, wali, atau agen kecuali ketika dia terpaksa absen. Maka wakilnya akan menggantikannya hingga ia kembali. Negara Kekhalifahan Rasyidin adalah sistem pemerintahan Islam yang ideal dalam [[suksesi Muhammad]], terutama di era Abu Bakar dan Umar, dan model itulah yang dicita-citakan oleh para pendukung Khilafah Islam di era modern.<ref name=Mustafa>{{Cite book|last=Helmy|first=Mustafa|date=2006|url=https://books.google.com.sa/books?id=AdbnOjtRltQC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false|title=الخلافة|publisher=Kotobarabia.com|language=ar|trans-title=Al-Khilafah|access-date=2022-07-05|archive-date=2022-08-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20220807100029/https://books.google.com.sa/books?id=AdbnOjtRltQC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false|dead-url=no}}</ref> Beberapa sejarawan (terutama yang berasal dari [[Dunia Barat|Barat]]) menganggap Kekhalifahan Rasyidin sebagai negara [[Teokrasi|
=== Syura ===
Baris 295:
Pada masa [[Muhammad]], tidak ada kas negara atau perbendaharaan umum yang permanen. Harta rampasan perang atau pendapatan lain yang diterima segera dibagi-bagikan kepada orang-orang. Keberadaan kas negara tidak diperlukan karena tidak ada gaji yang harus dibayar dan tidak ada pengeluaran negara.<ref>{{Cite book|last=Ali|first=Jawwad|date=2019|url=http://www.tokoalvabet.com/home/574-sejarah-arab-sebelum-islam-buku-5.html|title=كتاب المفصل في تاريخ العرب قبل الإسلام|location=Tangerang Selatan|publisher=PT Pustaka Alvabet|isbn=978-602-6577-28-3|editor-last=Kurnianto|editor-first=Fajar|pages=165-166|translator-last=Ali|translator-first=Jamaluddin M.|trans-title=Sejarah Arab Sebelum Islam–Buku 5: Politik, Hukum, dan Tata Pemerintahan|ref={{sfnref|Ali|(2019)}}|author-link=Jawwad Ali|orig-year=1956-1960|translator-last2=Hendiko|translator-first2=Jemmy|url-status=live|access-date=2020-09-27|archive-date=2020-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20200808094845/http://www.tokoalvabet.com/home/574-sejarah-arab-sebelum-islam-buku-5.html|dead-url=yes}}</ref>
Namun pada masa pemerintahan [[Umar bin Khattab|Umar]], keadaan berubah. Dari setiap penaklukan wilayah baru, pendapatan meningkat. Hal ini menyebabkan Umar memutuskan untuk memberikan gaji tetap kepada pada tentara. Dalam sebuah sumber awal, dikisahkan bahwa gubernur [[Bahrain]], [[Abu Hurairah]], mengirimkan pendapatannya kepada Umar sebesar lima ratus ribu dirham. Umar menyelenggarakan pertemuan Syura dan meminta pendapat para sahabat tentang penggunaan uang itu. Utsman bin Affan mengusulkan agar uang tersebut disimpan untuk kebutuhan masa depan. Sementara Walid bin Hisyam menyarankan agar Umar membentuk sebuah departemen perbendaharaan yang menyimpan dan mendistribusikan kas negara.<ref name="bayat mal">{{cite web|title=موقع قصَّة الإسلام، إشراف الدكتور راغب السرجاني: بيت المال في عهد النبي والخلفاء الراشدين.|url=http://islamstory.com/ar/%D8%A8%D9%8A%D8%AA-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%A7%D9%84-%D9%81%D9%8A-%D8%B9%D9%87%D8%AF-%D8%A7%D9%84%D9%86%D8%A8%D9%8A-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AE%D9%84%D9%81%D8%A7%D8%A1-%D8%A7%D9%84%D8%B1%D8%A7%D8%B4%D8%AF%D9%8A%D9%86|access-date=2023-1-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20161129114042/http://islamstory.com/ar/%D8%A8%D9%8A%D8%AA-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%A7%D9%84-%D9%81%D9%8A-%D8%B9%D9%87%D8%AF-%D8%A7%D9%84%D9%86%D8%A8%D9%8A-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AE%D9%84%D9%81%D8%A7%D8%A1-%D8%A7%D9%84%D8%B1%D8%A7%D8%B4%D8%AF%D9%8A%D9%86|archive-date=2016-11-29|lang=ar}}</ref> Setelah berkonsultasi dengan sahabat lainnya, Umar memutuskan untuk mendirikan pusat perbendaharaan di Madinah yang disebut sebagai {{transl|ar|Baitul Māl}}. Abdullah bin Arqam diangkat sebagai Bendahara, ia dibantu oleh [[Abdurrahman bin Auf]] dan Muiqib. Sebuah departemen terpisah juga dibentuk untuk memelihara catatan pengeluaran. Kemudian, perbendaharaan negara didirikan di setiap provinsi, kas provinsi diminta untuk menyetorkan kelebihan pendapatan ke kas pusat di Madinah. Menurut [[Ya'qubi|al-Ya'qubi]], gaji dan tunjangan yang disetorkan ke kas pusat setiap tahunnya berjumlah lebih dari 30 juta dirham.<ref name="bayat mal"/><ref name="DANG"/>
[[Kesejahteraan sosial]] dan sistem pensiun juga diperkenalkan pada masa Umar, mengikuti hukum awal Islam dalam bentuk [[zakat]]. Pajak (termasuk [[zakat]] dan [[jizyah]]) yang dikumpulkan dalam perbendaharaan pemerintahan Islam digunakan untuk memberikan pendapatan bagi yang membutuhkan, termasuk orang miskin, orang tua, anak yatim, janda, dan orang cacat. Menurut ahli hukum Islam [[al-Ghazali]], pemerintah setempat juga diminta untuk menyimpan persediaan makanan di setiap daerah jika terjadi bencana atau kelaparan. Dengan demikian, Kekhalifahan disebut sebagai salah satu negara kesejahteraan paling awal.<ref name="Crone 2005 308–9">{{citation|title=Medieval Islamic Political Thought|first=Patricia|last=Crone|publisher=[[Edinburgh University Press]]|year=2005|isbn=978-0-7486-2194-1|pages=308–309}}</ref><ref name=Hamid>{{citation|title=An Islamic Alternative? Equality, Redistributive Justice, and the Welfare State in the Caliphate of Umar|author=Shadi Hamid|journal=Renaissance: Monthly Islamic Journal|volume=13|issue=8|date=Agustus 2003}} (see [http://www.renaissance.com.pk/Augvipo2y3.html online]) {{webarchive |url=https://web.archive.org/web/20110825064646/http://www.renaissance.com.pk/Augvipo2y3.html |date=2011-8-25 }}</ref>
Baris 336:
== Warisan ==
Beberapa cendekiawan sekuler mempertanyakan pandangan tradisional [[Sunni]] tentang para Khalifah Rasyidin. [[Robert G. Hoyland]] menyatakan "Penulis yang hidup pada waktu yang sama dengan empat khalifah pertama ... tidak mencatat apa-apa tentang mereka, dan nama mereka tidak muncul pada koin, prasasti, atau dokumen. Hanya
Dari segi militer, penaklukan oleh angkatan laut Kekhalifahan Rasyidin telah menjadi warisan sejarah maritim Islam, sejak dari awal penaklukan Siprus dan [[Pertempuran Foinikos|Pertempuran Tiang Kapal]] yang terkenal hingga penaklukan maritim oleh negara-negara penerus [[Kekhalifahan Umayyah]],<ref>{{cite web |last1=Fromherz |first1=Allen |title=Islam and the Sea |url=http://www.oxfordislamicstudies.com/Public/focus/essay1009_islam_and_sea.html |website=Oxford Islamic studies |publisher=Oxford |access-date=31 October 2021 |archive-date=2022-04-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220421095017/http://www.oxfordislamicstudies.com/Public/focus/essay1009_islam_and_sea.html |dead-url=no }}</ref><ref>{{Cite journal|last=Frastuti|first=Melia|date=2020-12-18|title=Reformasi sistem administrasi pemerintahan, penakhlukan di darat dan di lautan pada era Banu Umayyah|url=http://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Shar-e/article/view/227|journal=Shar-E : Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah|language=en|volume=6|issue=2|pages=119–127|doi=10.37567/shar-e.v6i2.227|issn=2686-1674|access-date=2022-07-07|archive-date=2022-07-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20220712215041/http://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Shar-e/article/view/227|dead-url=no}}</ref> seperti penyerangan laut ''[[privateer]]'' ke [[La Garde-Freinet]] oleh [[Keamiran Kordoba]] dan [[Penyerbuan Roma oleh Arab|Penyerbuan Roma]] oleh [[Aghlabiyyah|Keamiran Aghlabiyah]] di era selanjutnya.<ref>{{cite web |last1=Fromherz |first1=Allen |title=Islam and the Sea |url=http://www.oxfordislamicstudies.com/Public/focus/essay1009_islam_and_sea.html |website=Oxford Islamic studies |publisher=Oxford |access-date=31 October 2021 |archive-date=2022-04-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220421095017/http://www.oxfordislamicstudies.com/Public/focus/essay1009_islam_and_sea.html |dead-url=no }}</ref><ref>Vasiliev, Alexander A. (1935). ''[https://archive.org/details/vasiliev-1935-byzance-arabes-01/page/n11/mode/2up Byzance et les Arabes, Tome I: La dynastie d'Amorium]'' (820–867). Corpus Bruxellense Historiae Byzantinae (in French). French ed.: Henri Grégoire, Marius Canard. Brussels: Éditions de l'Institut de philologie et d'histoire orientales. hlm. 90. {{OCLC|181731396}}.</ref>{{sfn|Treadgold|1988|page=268-286}}<ref>{{Cite book|last=Abun-Nasr|first=Jamil M.|last2=al-Naṣr|first2=Ǧamīl M. Abū|last3=Abun-Nasr|first3=Abun-Nasr, Jamil Mirʻi|date=1987-08-20|url=https://books.google.co.id/books?id=jdlKbZ46YYkC&redir_esc=y|title=A History of the Maghrib in the Islamic Period|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-33767-0|language=en|pages=55-58|access-date=2022-07-07|archive-date=2022-07-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20220707142814/https://books.google.co.id/books?id=jdlKbZ46YYkC&redir_esc=y|dead-url=no}}</ref>
|