Kepulauan Raja Ampat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Envapid (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Envapid (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 9:
 
Ada berbagai asal muasal ''Raja Ampat'' menurut mitos masyarakat yang memiliki berbagai versi. Secara garis besar bisa dibedakan menjadi dua, periode setelah tokoh Gurabesi dan sebelum Gurabesi.
 
===Periode setelah Gurabesi===
 
Salah satu versi mengatakan, ada pemimpin dari Biak yang bermigrasi ke kepulauan ini, yang bernama [[Gurabesi]] (Kurabesi) atau disebut juga Sekfamneri. Dia kemudian bersama-sama dengan penduduk setempat menghentikan ekspansi orang Sawai yang berasal dari [[Patani, Halmahera Tengah]] ke kepulauan ini. Tempat orang Sawai berhasil dikalahkan dengan tipu muslihat Gurabesi kemudian dinamakan Bukorsawai (tengkorak orang Sawai) di Waigeo Utara.
 
Gurabesi sendiri semakin terkenal dengan kepemimpinannya atas pulau-pulau di wilayah ini dan juga dengan petualangannya keluar wilayah Raja Ampat di Seram, Halmahera dan kerajaan di Maluku dalam rangka pengayauan dan perdagangan. Dalam petualangannya mengunjungi Tidore, dia dihadapkan dengan peperangan antara [[Kesultanan Tidore]] dengan [[Kesultanan Jailolo]]. Atas permintaan bantuan Sultan Tidore, Gurabesi membantu pasukan Tidore mengalahlan Jailolo. Berkat bantuan ini Gurabesi dinikahkan dengan Boki Tabai (putri Sultan) dan didukung oleh Tidore menjadi raja yang menguasai wilayah kepulauan Raja Ampat, yang memerintah dari Wai-kew, Waigeo. Ia juga akan memberikan sebagian upeti yang diterimanya kepada Tidore setiap musim angin timur ([[angin pasat]]). Ekspansi Gurabesi kemudian juga menyebar ke beberapa wilayah di [[Semenanjung Doberai|Semenanjung Kepala Burung]] yang merupakan cikal bakal wilayah ''Papo-ua Gamsio'' (sembilan negeri papoua).
 
Kurabesi dan Boki Tabai dikisahkan tidak memiliki anak. Pada suaru hari ketika Boki Tabai dan Gurabesi menyusuri sungai Wai-kew mereka menemukan beberapa butir telur (ada yang mengatakan enam atau tujuh). Empat butir di antaranya menetas menjadi empat orang [[pangeran]] yang berpisah karena pertengkaran atas kura-kura dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur di Lilinta dan Misool Barat di Waigama. Sementara itu, telur kelima menjadi seorang wanita, keenam menjadi batu, dan ketujuh menjadi laki-laki tapi kemudian menghilang di alam gaib menjadi hantu.<ref>{{citeweb |title=Raja Ampat Papua Barat Indonesia : Sejarah, Mitos, Asal Usul dan Kekayaan-nya |url=https://wisatatempat.com/raja-ampat-papua/ |accessdate=15 Maret 2019}}</ref>
 
===Periode sebelum Gurabesi===
Baris 27 ⟶ 19:
 
Sebagai hadiah kepada Kurabesi atas kemenangan melawan Ternate, dia dinikahkan dengan putri Sultan Tidore, Boki Taiba. Kurabesi dan istrinya kemudian menetap di Wauyai, Waigeo, Raja Ampat sampai akhir hidupnya.<ref>{{Cite web|last=Adelia|first=Jesslyn|date=2021-11-25|title=Raja Ampat: Sejarah, Pesona Keindahan Alam dan Pantai|url=https://www.kabarwisata.id/objek-rekreasi/raja-ampat-sejarah-pesona-keindahan-alam-dan-pantai/|website=Kabar Wisata|language=id-ID|access-date=2021-12-12}}</ref>
 
===Periode setelah Gurabesi===
 
Salah satu versi mengatakan, ada pemimpin dari Biak yang bermigrasi ke kepulauan ini, yang bernama [[Gurabesi]] (Kurabesi) atau disebut juga Sekfamneri. Dia kemudian bersama-sama dengan penduduk setempat menghentikan ekspansi orang Sawai yang berasal dari [[Patani, Halmahera Tengah]] ke kepulauan ini. Tempat orang Sawai berhasil dikalahkan dengan tipu muslihat Gurabesi kemudian dinamakan Bukorsawai (tengkorak orang Sawai) di Waigeo Utara.
 
Gurabesi sendiri semakin terkenal dengan kepemimpinannya atas pulau-pulau di wilayah ini dan juga dengan petualangannya keluar wilayah Raja Ampat di Seram, Halmahera dan kerajaan di Maluku dalam rangka pengayauan dan perdagangan. Dalam petualangannya mengunjungi Tidore, dia dihadapkan dengan peperangan antara [[Kesultanan Tidore]] dengan [[Kesultanan Jailolo]]. Atas permintaan bantuan Sultan Tidore, Gurabesi membantu pasukan Tidore mengalahlan Jailolo. Berkat bantuan ini Gurabesi dinikahkan dengan Boki Tabai (putri Sultan) dan didukung oleh Tidore menjadi raja yang menguasai wilayah kepulauan Raja Ampat, yang memerintah dari Wai-kew, Waigeo. Ia juga akan memberikan sebagian upeti yang diterimanya kepada Tidore setiap musim angin timur ([[angin pasat]]). Ekspansi Gurabesi kemudian juga menyebar ke beberapa wilayah di [[Semenanjung Doberai|Semenanjung Kepala Burung]] yang merupakan cikal bakal wilayah ''Papo-ua Gamsio'' (sembilan negeri papoua).
 
Kurabesi dan Boki Tabai dikisahkan tidak memiliki anak. Pada suaru hari ketika Boki Tabai dan Gurabesi menyusuri sungai Wai-kew mereka menemukan beberapa butir telur (ada yang mengatakan enam atau tujuh). Empat butir di antaranya menetas menjadi empat orang [[pangeran]] yang berpisah karena pertengkaran atas kura-kura dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur di Lilinta dan Misool Barat di Waigama. Sementara itu, telur kelima menjadi seorang wanita, keenam menjadi batu, dan ketujuh menjadi laki-laki tapi kemudian menghilang di alam gaib menjadi hantu.<ref>{{citeweb |title=Raja Ampat Papua Barat Indonesia : Sejarah, Mitos, Asal Usul dan Kekayaan-nya |url=https://wisatatempat.com/raja-ampat-papua/ |accessdate=15 Maret 2019}}</ref>
 
Dalam perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat bangsawan dan menerapkan sistem adat [[Maluku]]. Dalam sistem ini, masyarakat sekumpulan manusia. Tiap desa dipimpin oleh seorang [[raja]]. Semenjak berdirinya lima [[kesultanan]] muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari [[Kesultanan Tidore]]. Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian klaim [[Hindia Belanda]].