Kerajaan Ayutthaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Loveless (bicara | kontrib)
k bot Menambah: pt:Reino do Sião
Naval Scene (bicara | kontrib)
k Alaungpaya-->nama raja
Baris 4:
Dalam perkembangannya, Ayyuthaya sangat aktif melakukan perdagangan dengan berbagai negara asing seperti [[Tiongkok]], [[India]], [[Jepang]], [[Persia]] dan beberapa negara Eropa. Penguasa Ayyuthaya bahkan mengizinkan pedagang [[Portugal|Portugis]], [[Spanyol]], [[Belanda]], dan [[Perancis]] untuk mendirikan pemukiman di luar tembok kota Ayyuthaya. Raja Narai (1656-1688) bahkan memiliki hubungan yang sangat baik dengan Raja [[Louis XIV]] dari Perancis dan tercatat pernah mengirimkan dutanya ke Perancis.
 
Setelah melalui pertumpahan darah perebutan kekuasaan antar dinasti, Ayutthaya memasuki abad keemasannya pada perempat kedua abad ke-18. Di masa yang relatif damai tersebut, kesenian, kesusastraan dan pembelajaran berkembang. Perang yang terjadi kemudian ialah melawan bangsa luar. Ayyuthaya mulai berperang melawan [[dinasti Nguyen]] (penguasa [[Vietnam Selatan]]) pada tahun 1715 untuk memperebutkan kekuasaan atas [[Kamboja]]. Meskipun demikian ancaman terbesar datang dari [[Burma]], dimana [[dinastiAlaungpaya|Raja Alaungpaya]] yang baru berkuasa telah menaklukan wilayah-wilayah [[suku Shan]].
 
Pada tahun 1765 wilayah Thai diserang oleh dua buah pasukan besar Burma, yang kemudian bersatu di Ayutthaya. Menghadapi kedua pasukan besar tersebut, satu-satunya perlawanan yang cukup berarti dilakukan oleh sebuah desa bernama [[Bang Rajan]]. Ayutthaya akhirnya menyerah dan dibumihanguskan pada tahun 1767 setelah melewati pengepungan yang berlarut-larut. Berbagai kekayaan seni, perpustakaan-perpustakaan berisi kesusastraan, dan tempat-tempat penyimpanan dokumen sejarah Ayutthaya nyaris musnah; dan kota tersebut ditinggalkan dalam keadaan hancur.