Kerajaan Inderapura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Daftar Raja Inderapura: Tak ada referensi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(37 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 25:
|event_end = Keruntuhan
 
|image_map = INDERAPURA-up.PNG
|image_map_caption = Wilayah kerajaan Inderapura
|capital = Inderapura
Baris 34:
|footnotes =
}}
'''Kesultanan Inderapura''' merupakan sebuah kerajaan yang berada di wilayah kabupaten [[Pesisir Selatan]], [[SumatraSumatera Barat]] sekarang, berbatasan dengan Provinsi [[Bengkulu]]<ref>{{Cite book|last=Suryana|first=Dayat|date=2012-10-16|url=https://books.google.com/books?id=LMlyDwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA111&dq=wilayah+kekuasaan+kerajaan+inderapura&hl=en|title=Provinsi-Provinsi Di Indonesia: Tempat-Tempat Di Provinsi Indonesia|publisher=CreateSpace Independent Publishing Platform|isbn=978-1-4801-2226-0|pages=111|language=id|url-status=live}}</ref> dan [[Jambi]]. Secara resmi, kerajaan ini pernah menjadi bawahan ([[vazal]]) [[Kerajaan Pagaruyung]] walau pada praktiknya kerajaan ini berdiri sendiri serta bebas mengatur urusan dalam dan luar negerinya.<ref>{{Cite book|last=Sudirman|first=Adi|url=https://books.google.com/books?id=oBc5EAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA144&dq=kerajaan+inderapura+pernah+menjadi+bawahan+pagaruyung&hl=en|title=Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik Sampai Kontemporer|publisher=DIVA PRESS|isbn=978-602-391-657-3|pages=144|language=id|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Syamsurizaldi|last2=Irawan|first2=Bimbi|date=2019-07-14|url=https://books.google.com/books?id=uTUmEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA34&dq=wilayah+kekuasaan+kerajaan+inderapura&hl=en|title=Penataan administrasi pemerintahan dan struktur sosial adat di Kabupaten Solok Selatan|publisher=Rancak Publik|isbn=978-623-91875-0-7|pages=34|language=id|url-status=live}}</ref>
 
Kerajaan ini pada masa jayanya meliputi wilayah pantai barat [[Sumatra]] mulai dari [[Kota Padang|Padang]] di utara sampai Sungai Hurai di selatan.<ref>{{Cite web|first=Erizon|date=12 Februari 2018|title=Kerajaan Inderapura, Masa Lalu Kejayaan Masyarakat Pesisir|url=https://berita.pesisirselatankab.go.id/berita/detail/1222018--kerajaan-inderapura-masa-lalu-kejayaan-masyarakat-pesisir|website=pesisirselatankab.go.id|access-date=28 Februari 2023}}</ref> Produk terpenting Inderapura adalah [[lada]] dan [[emas]].<ref>{{Cite book|first=Sudarman|date=2022|url=http://penerbitombak.com/product/perniagaan-dan-islamisasi-di-kerajaan-inderapura-abad-xvii-xviii-m/|title=Perniagaan dan Islamisasi di Kerajaan Inderapura (abad XVII-XVIII)|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Ombak|isbn=9786022586166|pages=41|url-status=live}}</ref>
 
Pengaruh kekuasaan Kerajaan Inderapura sampai ke Banten di Pulau Jawa. Berdasarkan ''[[Sajarah Banten]],'' [[Kesultanan Banten]] telah melakukan kontak dagang dengan Kerajaan Inderapura yang ditandai dengan pemberian keris dari [[Sultan Munawar Syah]] kepada [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Hasanuddin]].<ref>[[Sudarman]] (2019). ''Jaringan Perniagaan dan Islamisasi di Kerajaan Inderapura''. hlm. 41.</ref><ref>{{Cite book|last=Mulyadi|first=S. W. R.|date=1991|url=https://books.google.co.id/books?id=vPobAAAAIAAJ&q=%22laju+maring+lor+turun+pasisir,+tiba+/+ing+Sirem+iya+iku+*%22&dq=%22laju+maring+lor+turun+pasisir,+tiba+/+ing+Sirem+iya+iku+*%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjBvPnYvdLsAhV683MBHZMRDR4Q6AEwAHoECAAQAg|title=Naskah dan kita|publisher=Fakultas Sastra Universias Indonesia|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|last=Hernadi|first=Edi|url=https://books.google.co.id/books?id=W0yqDwAAQBAJ&pg=PA197&dq=%22+raja+Malangkabu%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwixtJ2WvdLsAhXJdCsKHZ0MBJQQ6AEwA3oECAUQAg#v=onepage&q=%22%20raja%20Malangkabu%22&f=false|title=Sejarah Nasional Indonesia: Edisi Revisi 2013|publisher=Uwais Inspirasi Indonesia|isbn=978-623-227-121-0|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|last=Ōta|first=Atsushi|date=2006|url=https://books.google.co.id/books?id=0gOMTC8I7s4C&pg=PA175&dq=%22+Malangkabu%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiy-4_7vdLsAhXCbn0KHdGvBpMQ6AEwBXoECAEQAg#v=onepage&q=%22%20Malangkabu%22&f=false|title=Changes of Regime And Social Dynamics in West Java: Society, State And the Outer World of Banten, 1750-1830|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-15091-1|language=en}}</ref> Menurut [[Hamka]], Sultan Munawar Syah menikahkan putrinya dengan Hasanuddin dan menghadiahkan [[Selebar, Bengkulu|Silebar]] (daerah penghasil lada di Bengkulu) kepada Kesultanan Banten.<ref>{{Cite book|last=Hamka|date=2020-04-24|url=https://books.google.co.id/books?id=WWjeDwAAQBAJ&pg=PA576&dq=Hasanuddin+%22indrapura%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj_rcGYv9LsAhXSfn0KHRfNCl0Q6AEwAHoECAUQAg#v=onepage&q=Hasanuddin%20%22indrapura%22&f=false|title=Sejarah Umat Islam: Pra-Kenabian hingga Islam di Nusantara|publisher=Gema Insani|isbn=978-602-250-714-7|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|last=Djaja|first=Tamar|date=1965|url=https://books.google.co.id/books?id=ZQ8-AAAAMAAJ&q=Hasanuddin+%22indrapura%22&dq=Hasanuddin+%22indrapura%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjoo-bev9LsAhUXfX0KHW5tD5Y4ChDoATACegQIBBAC|title=Pustaka Indonesia: riwajat hidup orang-orang besar tanah air|publisher=Bulan Bintang|language=ms}}</ref><ref>{{Cite book|last=Rasjid|first=Tamrur|date=1955|url=https://books.google.co.id/books?id=U6Y5AAAAMAAJ&q=Hasanuddin+%22indrapura%22&dq=Hasanuddin+%22indrapura%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjoo-bev9LsAhUXfX0KHW5tD5Y4ChDoATAGegQICRAC|title=Pahlawan dan Ulama Islam Indonedia|publisher=Kementerian Agama|language=ms}}</ref><ref>{{Cite book|last=Saleh|first=Zainoeddin|last2=Dusky|first2=Anwar|date=1952|url=https://books.google.co.id/books?id=Y2IeAAAAMAAJ&q=Hasanuddin+%22indrapura%22&dq=Hasanuddin+%22indrapura%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjBl-XSwNLsAhX-IbcAHSklDUw4HhDoATADegQIBRAC|title=Sedjarah Indonesia, disusun oleh Zainoeddin Saleh|publisher=Pustaka Dewata|language=ms}}</ref>
 
== Kebangkitan ==
Baris 47:
Kapan tepatnya Inderapura mencapai status negeri merdeka tidak diketahui dengan pasti. Namun, ini diperkirakan bertepatan dengan mulai maraknya perdagangan lada di wilayah tersebut pada pertengahan abad ke-16, didorong usaha penanaman lada di batas selatan Inderapura mencapai Silebar (sekarang di [[Provinsi Bengkulu]]). Pada masa ini, Inderapura telah menjalin persahabatan dengan [[Kesultanan Banten|Banten]] dan [[Kerajaan Aceh|Aceh]].
 
SaatKetika [[Kesultanan Aceh]] melakukan ekspansi sampai ke wilayah [[Kota Pariaman|Pariaman]], InderapuraIndrapura menghentikan ekspansinya danserta menjalin persahabatan dengan Aceh. melaluiMelalui ikatan perkawinan antara Raja Dewi, putri [[Munawar Syah dari Inderapura|Sultan Munawar Syah]] dari InderapuraIndrapura,<ref>Iskandar, T., (1966), ''Bustanu's-Salatin'', Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.</ref> dengan [[Sultan Firman Syah]], saudara rajaRaja Aceh saatketika itu, [[HusainSultan Ali Riayat Syah dari Aceh|Sultan Ali Ri'ayat Syah]] (15681569-1575). LewatMelalui hubungan perkawinan iniitu dandengan kekuatan ekonominya, InderapuraIndrapura mendapatdapat pengaruh besar di Kotaraja ([[Banda Aceh]]), bahkan para [[hulubalang]] dari InderapuraIndrapura disebut-sebut berkomplotbekerja sama dalam pembunuhan putra [[Sultan Ali Riayat Syah|Sultan Ali Ri'ayat Syah]], sehingga melancarkan jalan buatuntuk suami Raja Dewi naik tahta dengandan berganti nama menjadi [[Sri Alam dari Aceh|Sultan Sri Alam]] pada 1576. WalauWalaupun kekuasaannya hanya berlangsung selama tiga tahun sebelum tersingkir dari tahtanya karena pertentangan dengan para [[ulama]]-ulama di Aceh.
 
Namun pengaruh InderapuraIndrapura terus bertahan di Kesultanan Aceh, dari 1586 sampai 1581588. SsalahAda seorang yang masih berkaitan dengan Raja Dewi, yakni Sultan Buyong, memerintah dengan gelar [[Sultan Ali Ri'ayat Syah II]]<ref name="Lomba">Lombard, D., (2006), ''Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636)'', Jakarta: Kepustakan Populer Gramedia, ISBN 979-9100-49-6.</ref> sebelum akhirnya terbunuh oleh intrik ulama Aceh.<ref name="Kat1Kat12">{{cite journal|last=Kathirithamby-Wells|first=J.|year=1976|title=The Inderapura Sultanate: The Foundation of its Rise and Decline, from the Sixteenth to the Eighteenth Century|journal=Indonesia|volume=21|pages=65-84}}</ref>
 
== Perekonomian ==
Berdasarkan laporan [[Belanda]], pada tahun 1616 Inderapura digambarkan sebagai sebuah kerajaan yang makmur di bawah pemerintahan [[Raja Itam]], serta sekitar 30.000 rakyatnya terlibat dalam [[pertanian]] dan [[perkebunan]] yang mengandalkan komoditas [[beras]] dan [[lada]]. Selanjutnya pada masa Raja Besar sekitar tahun 1624, [[VOC]] berhasil membuat perjanjian dalam pengumpulan hasil pertanian tersebut langsung dimuat ke atas kapal tanpa mesti merapat dulu di pelabuhan, serta dibebaskan dari cukai pelabuhan. Begitu juga pada masa Raja Puti, pengganti Raja Besar, Inderapura tetap menerapkan ''pelabuhan bebas cukai'' dalam mendorong perekonomiannya.<ref name="Kat1" />
 
Setelah ekspedisi penghukuman tahun 1633 oleh [[Kesultanan Aceh]], sampai tahun 1637 Inderapura tetap tidak mampu mendongkrak hasil pertaniannya mencapai hasil yang telah diperoleh pada masa-masa sebelumnya. Di saat penurunan pengaruh Aceh, [[Muzzaffar Syah dari Inderapura|Sultan Muzzaffar Syah]] mulai melakukan konsolidasi kekuatan, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya Sultan Muhammad Syah yang naik tahta sekitar tahun 1660 dan mulai kembali menjalin hubungan diplomatik dengan [[Belanda]] dan [[Inggris]].
 
== Kemunduran ==
[[Berkas:Sebuah_bekas_bangunan_Indrapura.jpg|jmpl|300x300px|Puing-puing bekas Istana Kesultanan Indrapura]]
Di bawah [[Sultan Iskandar Muda]], kesultanan Aceh memerangi negeri-negeri penghasil lada di [[Semenanjung Malaya]] sambil berusaha memperkuat cengkeramannya atas monopoli lada dari pantai baratBarat Sumatra. Kendali ketat para wakil Aceh (disebut sebagai ''panglima'') di Tiku dan [[Pariaman]] atas penjualan lada mengancam perdagangan Inderapura lewat pelabuhan di utara. Karena itu Inderapura mulai mengembangkan bandarnya di selatan, Silebar, yang biasanya digunakan untuk mengekspor lada lewat [[Banten]].
 
Inderapura juga berusaha mengelak dari membayar cukai pada para panglima Aceh. Ini memancing kemarahan penguasa Aceh yang mengirim armadanya pada [[1633]] untuk menghukum Inderapura. Raja Puti yang memerintah Inderapura saat itu dihukum mati beserta beberapa bangsawan lainnya, dan banyak orang ditawan dan dibawa ke [[Kotaraja]]. Aceh menempatkan panglimanya di Inderapura dan Raja Malfarsyah diangkat menjadi raja menggantikan Raja Puti.
 
Kendali Aceh melemah keetika dipimpin pengganti Iskandar Muda, [[Sultan Iskandar Tsani]]. Selanjutnya, pada masa pemerintahan [[Ratu Tajul Alam]] pengaruh Aceh di Inderapura mulai digantikan Belanda ([[VOC]]).<ref name="Kat1" /> Dominasi VOC diawali ketika [[Muhammad Syah dari Inderapura|Sultan Muhammad Syah]] meminta bantuan Belanda memadamkan pemberontakan di Inderapura pada tahun 1662. Pemberontakan ini dipicu oleh tuntutan Raja Adil yang merasa mempunyai hak atas tahta Inderapura berdasarkan sistem [[matrilineal]]. Akibatnya, Sultan Inderapura terpaksa melarikan diri beserta ayah dan kerabatnya. Kemudian Sultan Mansur Syah, dikirim ke [[Batavia]] menanda-tangani perjanjian yang disepakati tahun 1663 dan memberikan VOC hak monopoli pembelian lada serta hak pengerjaan tambang emas.<ref>Kathirithamby-Wells, J., (1969), ''Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of Painan of 1663'', JSEAH 10, 3:453-479.</ref> Pada Oktober 1663 pemerintahan Inderapura kembali pulih, dan Sultan Inderapura mengakui Raja Adil sebagai wakilnya yang berkedudukan di Manjuto.<ref name="Kat1" /><ref>Daghregister, February 17, 1664, p. 48.</ref>
 
Pada masa Sultan Muhammad Syah, Inderapura dikunjungi oleh para pelaut [[Bugis]] yang dipimpin oleh ''Daeng Maruppa'' yang kemudian menikah dengan saudara perempuan Sultan Muhammad Syah, kemudian melahirkan ''Daeng Mabela'' yang bergelar Sultan Seian.<ref>Helfrich, O. L., (1923), ''De Adel van Bengkoelen en Djambi (1892-1901)'', Adatrechtbundels, XXll:Gemengd, 's-Gravenhage: Martinus Nijhoff, pp. 316-319.</ref> Berdasarkan catatan [[Inggris]], Daeng Mabela pada tahun 1688 menjadi komandan pasukan Bugis untuk [[EIC]].<ref>Winter, (1874), ''De familie Daing Mabela., volgens een Maleisch handscbrilt'', Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, Vol. 3, no. 2, pp. 115-121.</ref>
 
Sultan Muhammad Syah digantikan oleh anaknya [[Mansur Syah dari Inderapura|Sultan Mansur Syah]] (1691-1696). Pada masa pemerintahannya bibit ketidakpuasan rakyatnya atas penerapan cukai yang tinggi serta dominasi monopoli dagang VOC kembali muncul. Namun pada tahun 1696 Sultan Mansur Syah meninggal dunia dan digantikan oleh Raja Pesisir, yang baru berusia 6 tahun dan pemerintahannya berada di bawah perwalian neneknya.<ref>{{cite journal | last = Coolhaas| first = W.P. | year = 1964 | title = Generale Missiven der V.O.C.| journal = Journal of Southeast Asian History | volume =2 | issue = 7 | doi =10.1017/S0217781100003318 }}</ref> Puncak perlawanan rakyat Inderapura menyebabkan hancurnya pos VOC di [[Pulau Cingkuak]], sebagai reaksi terhadap serbuan itu. Pada 6 Juni [[1701]], VOC membalas dengan mengirim pasukan dan berhasil mengendalikan Inderapura.
 
Inderapura akhirnya benar-benar runtuh pada [[1792]] ketika garnisun VOC di [[Air Haji]] menyerbu Inderapura karena pertengkaran komandannya dengan Sultan Inderapura, kemudian Sultan Inderapura mengungsi ke [[Bengkulu]] dan meninggal di sana (1824).<ref name="ref2">{{cite book
|last=Amran|first=Rusli|title=Sumatra Barat hingga Plakat Panjang|publisher=Penerbit Sinar Harapan|date=1981|location=Jakarta}}</ref>
 
== Pemerintahan ==
Secara etimologi, Inderapura berasal dari [[bahasa Sanskerta]], dan dapat bermakna ''Kota Raja''. Inderapura pada awalnya adalah kawasan ''rantau'' dari [[Minangkabau]], merupakan kawasan pesisir di pantai barat [[Pulau Sumatra]]. Sebagai kawasan rantau, Inderapura dipimpin oleh wakil yang ditunjuk dari [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] dan bergelar ''Raja''<ref>''Translation of the Undang Undang of Moco Moco'', by Richard Farmer, Governor of Benkulen (1717-18), in Malayan Miscellanies, 11/13 (1822), pp. 8-9.</ref> kemudian juga bergelar [[Sultan]]. Raja Inderapura diidentifikasikan sebagai putra ''Raja Alam'' atau [[Yang Dipertuan Pagaruyung]].<ref>Netscher, E., (1850), ''Verzameling van over1everingen van het rijk van Manangkabau uit het oorspronkelijk Maleisch vertaald'', Indisch Archief, II/2.</ref>
Baris 78 ⟶ 70:
Pada akhir abad ke-17, pusat wilayah Inderapura mencakup lembah sungai Airhaji dan Batang Inderapura, terdiri atas dua puluh koto. Masing-masing koto diperintah oleh seorang [[menteri]], yang berfungsi seperti [[penghulu]] di wilayah Minangkabau lainnya. Sementara pada daerah Anak Sungai, yang mencakup lembah Manjuto dan Airdikit (disebut sebagai Negeri Empat Belas Koto), dan Muko-muko (Lima Koto), sistem pemerintahannya tidak jauh berbeda.
 
Untuk kawasan utara, disebut dengan ''Banda Sapuluah'' ([[Bandar Sepuluh]]) yang dipimpin oleh ''Rajo nan Ampek'' (4 orang yang bergelar raja; Raja Airhaji, Raja Bungo Pasang, Raja Kambang, Raja Palangai). Kawasan ini merupakan semacam [[konfederasi]] dari 10 daerah atau [[nagari]] ([[negeri]]), yang juga masing-masing dipimpin oleh 10 orang [[penghulu]].<ref name="Kat1"/>
 
Pada kawasan bagian selatan, di mana sistem pemerintahan yang terdiri dari desa-desa berada di bawah wewenang ''peroatin'' (kepala yang bertanggung jawab menyelesaikan sengketa di muara sungai). Peroatin ini pada awalnya berjumlah 59 orang (peroatin nan kurang satu enam puluh). Para menteri dan peroatin ini tunduk pada kekuasaan raja atau sultan.
 
=== Masa Belanda ===
Pada penghujung abad ketujuh belas para peroatin masih berfungsi sebagai kepala wilayah. Namun tugas-tugas menteri mulai bergeser seiring dengan proses terlepasnya Inderapura menjadi kerajaan terpisah dari Pagaruyung. Menteri Dua Puluh Koto di Inderapura bertindak sebagai penasihat kerajaan. Menteri Empat Belas Koto bertugas mengatur rumah tangga istana, sedangkan Menteri Lima Koto bertanggung jawab atas pertahanan.<ref name="Kat1"/>
Pada 1663, belanda melalui VOC membuat sebuah kontrak dengan Kerajaan Indrapura terkait batas wilayah. VOC ketika itu menyatakan batas wilayah Kerajaan Indrapura dengan wilayah lainnya dengan perpanjian yang kemudian dinamai "''Verbond Indrapoera''". Batas yang dinyatakan VOC itu ditandai atau disimbolkan dengan alam, seperti laut, gunung, dan daerah spesifik.<ref>Arsip Nasional RI, SWK No. 33 c, "''Verbond Indrapoera''", 27 Juli 1663 dan 29 Desember 1676.</ref>
 
* Sebelah utara wilayah kekuasaan Kerajaan Indrapura membentang hingga Air Bangis, yaitu hingga pelabuhan Air Bangis dan berbatsan langsung dengan [[Kerajaan Batang Toru]] (atau dikenal juga dengan Kerajaan Batak).
Walau pada tahun 1691 kawasan Anak Sungai di bawah Raja Adil, melepaskan diri dari Inderapura dan menjadi kerajaan sendiri, yang pada awalnya didukung oleh Inggris. Namun tidak lama berselang ia mangkat dan digantikan oleh anaknya yang bergelar Sultan Gulemat (1691-1716). Sultan Gulemat tidak berhasil menjadikan kawasan itu stabil dan kemudian juga kehilangan dukungan dari para menteri yang ada pada kawasan tersebut.<ref>Kathirithamby-Wells J. et al, (1985), ''Syair Mukomuko: Some Historical Aspects of a Nineteenth Century Sumatran Court Chronicle'', Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society Monograph No. 13, Kuala Lumpur.</ref>
* Sebelah selatan kekuasaan membentang hingga Ketaun yang berujuang ke Taratak Air Hitam, yaitu daerah yang masuk ke wilayah [[Sriwijaya|Kerajaan Sriwijawa]].
* Sebelah timur wilayah kekuasaannya hingga gunung tertinggi di Pulau Sumatera yang kini disebut dengan Gunung Kerinci dan berbatasan langsung dengan [[Kerajaan Jambu Lipo|Kerajaan Jambi]].
* Sebelah barat berbatasan langsung dengan laut lepas.
Batas wilayah kekuasaan Kerajaan Indrapura ini pada akhirnya diakui oleh kerajaan lain di Nusantara, terutama kerajaan yang berdekatan dengannya. Selain itu, batas wilayah ini juga diakui oleh kerajaan di luar Nusantara, seperti Malaka dan kerajaan di Negeri Cina.
 
Pada 1665, VOC merilis sebuah peta yang memuat pembagian wilayah di pesisir barat. Pada peta tersebut juga diterangkan batas wilayah kekuasaan Kerajaan Indrapura, namun berbeda dengan batas wilayah sebelumnya.<ref>{{Cite book|last=M.s.|first=M. Nur|date=2003|title=Kerajaan Maritim dan Kota Pantai di Pesisir Selatan Pantai Barat Sumatera|publisher=Laporan Penelitian di Lembaga Penelitian Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang|pages=25|url-status=live}}</ref>
== Daftar Raja Inderapura ==
{{Bagian tanpa referensi}}
{{utama|Daftar Raja Inderapura}}
 
== Daftar Raja Inderapura ==
Berikut adalah [[daftar Raja Inderapura]]:
 
Baris 142 ⟶ 138:
|}
 
== Inderapura<big>Daftar dalam fiksiBacaan</big> ==
[[Hulubalang Raja]], novel karangan [[Nur Sutan Iskandar]] yang diterbitkan pertama kali oleh [[Balai Pustaka]] tahun 1934, antara lain menceritakan pemberontakan rakyat Inderapura terhadap Sultan Muhammadsyah yang terjadi tahun 1662. Menurut cerita ini, pemberontakan tersebut terpicu oleh ulah istri Sultan Muhammadsyah yang membunuh saudara Raja Adil.<ref>Maman S. Mahayana dkk. ''Ringkasan dan ulasan novel Indonesia Modern''. Jakarta: Grasindo, 2007, hal. 50-53</ref>
 
== Rujukan ==
{{reflist}}
 
== Bacaan lebih lanjut ==
* {{cite journal| last =Kathirithamby-Wells | first = J.| year = 1976| month = April| title = The Inderapura Sultanate: The Foundation of its Rise and Decline, from the Sixteenth to the Eighteenth Century| journal = Indonesia | volume = 21 | url =https://ecommons.cornell.edu/bitstream/handle/1813/53617/INDO_21_0_1107106963_65_84.pdf?sequence=1&isAllowed=y }}
* [[A.A. Navis]], 1984, Alam Takambang Jadi Guru, Jakarta: PT. Pustaka Grafitipers
* Puti Balkis Alisjahbana, 1996, Natal ranah nan data. Jakarta: Dian Rakyat
* [[Rusli Amran]], 1981, SumatraSumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan
* [[Rusli Amran]], 1985, SumatraSumatera Barat Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan
* Stibe, 1939, Encyclopedie Van Nederlansch Indie. S. Graven Hage: Arsip Nasional
* Herwandi, 2003, Rakena: Mandeh Rubiah penerus kebesaran bundo kanduang dalam penggerogotan tradisi, Padang: Museum Adityawarman
Baris 159 ⟶ 147:
 
== Pranala luar ==
* [https://youtube.com/watch?v=k8Dmgt4sIV4 Wawancara Sejarah Lisan Kesultanan Indrapura - Arsip Nasional Republik Indonesia]
* http://padangmedia.com/1-Berita/77849-Seabad-Lebih-Tenggelam---Kesultanan-Inderapura-Kembali-Bangkit.html {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130105003757/http://padangmedia.com/1-Berita/77849-Seabad-Lebih-Tenggelam---Kesultanan-Inderapura-Kembali-Bangkit.html |date=2013-01-05 }}
* Blog Profesor Aulia Tasman, Guru Besar [[Universitas Jambi]] http://auliatasman.blogspot.com/2010/08/bab-9-kerajaan-melayu-dan-kerajaan.html
Baris 166 ⟶ 155:
* cip.cornell.edu [http://cip.cornell.edu/DPubS/Repository/1.0/Disseminate/seap.indo/1107106967/body/pdf The Inderapura Sultanate: The Foundations of Its Rise and Decline, from the Sixteenth to the Eighteenth Centuries]
 
== Rujukan ==
{{Kerajaan di Sumatra}}
{{reflist}}
 
[[Kategori:Kerajaan Inderapura| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Inderapura]]
[[Kategori:Kerajaan di SumatraSumatera Barat|Inderapura]]
 
{{Kerajaan di Sumatra}}