Kerajaan Konawe: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 0 sources and tagging 2 as dead.) #IABot (v2.0.8.6
k clean up
Baris 1:
[[Berkas:Bendera Kerajaan Konawe.png|jmpl|Bendera Kerajaan Konawe]]
'''Kerajaan Konawe''' adalah kerajaan yang pernah berdiri di [[Kabupaten Konawe]]. Penduduknya adalah [[Suku Tolaki]].{{Sfn|Handrawan|2016|p=205–206}} Raja-rajanya bergelar Mokole. Masa kejayaannya dicapai pada masa pemerintahan Mokole Tebawo.{{Sfn|Aswati|2014|p=43}} Pusat pemerintahan Kerajaan Konawe adalah di [[Unaaha, Konawe|Kecamatan Unaaha]], Kabupaten Konawe.{{Sfn|Handrawan|2016|p=205}} Kerajaan ini menggunakan sistem pemerintahan yang disebut ''Siwole Mbatohu'' dan ''Pitu Dula Batu.{{Sfn|Idaman|2019|p=147}}'' Masyarakat Kerajaan Konawe bekerja sebagai petani padi dan cempedak, peternak kerbau, dan pencari ikan.{{Sfn|Gustian, Dedi et al|2014|p=91}} Kepercayaan awal masyarakat Kerajaan Konawe adalah animisme dan dinamisme, tetapi kemudian beralih beragama Islam.{{Sfn|Aswati|2011|p=96}} Kerajaan Konawe runtuh setelah rajanya yang bernama Larambe wafat pada tahun 1916 dan wilayahnya dijadikan wilayah Kerajaan Laiwoi.{{Sfn|Gustian, Dedi et al|2014|p=91–92}}
 
== Pemerintahan ==
Kerajaan Konawe merupakan kerajaan yang didirikan oleh Suku Tolaki. Pendirinya ialah Wekoila. Pada awalnya, pusat kerajaannya terletak di [[Olo-Oloho, Uepai, Konawe|Desa Olo-oloho]] pada tepi [[Sungai Konoweha]]. Pusat pemerintahannya kemudian dipindahkan ke [[Unaaha, Konawe|Unaaha]].{{Sfn|Handrawan|2016|p=205}} Pada masa pemerintahan Mokole Tebawo, wilayah kekuasaan Kerajaan Konawe mencakup wilayah Kabupaten Konawe, Konawe Utara, Konawe Selatan, dan Kota Kendari.{{Sfn|Aswati|2014|p=52}}
 
Pada masa pemerintahan Mokole Tebawo dibentuk sistem pemerintahan yang disebut ''Siwole Mbatohu'' dan ''Pitu Dula Batu''. ''Siwole Mbatohu'' adalah pembagian wilayah Kerajaan Konawe menjadi empat bagian, yaitu bagian barat, timur, utara, dan selatan. Bagian barat kerajaan konawe disebut ''Tambo i Tepuli'' dengan pemimpin bergelar Sabandara dan pusat pemerintahannya di [[Latoma, Konawe|Latoma]]. Bagian timur Kerajaan konawe disebut ''Tambo i Losoano Oleo'' dengan pemimpin bergelar Sapati dan pusat pemerintahannya di [[Ranomeeto, Konawe Selatan|Ranomeeto]]. Bagian utara Kerajaan Konawe disebut ''Bharata i Hanano Wuta Konawe'' dengan pemimpin bergelar Ponggawa dan pusat pemerintahannya di [[Tongauna, Konawe|Tonganua]]. Sedangkan bagian selatan Kerajaan Konawe disebut ''Bharata i Moerino Wuta Konawe'' dengan pemimpin bergelar Inowa dan pusat pemerintahannya di [[Asaki, Lambuya, Konawe|Asaki]].{{Sfn|Idaman|2019|p=147}} Tujuan pembentukan ''Siwole Mbatohu'' adalah untuk memperlancar urusan pemerintahan Kerajaan Konawe yang memiliki wilayah yang luas. Penempatan seorang penguasa juga ditujukan untuk mencegah perselisihan dalam kerajaan dan menjaga wilayah perbatasan dari serangan kerajaan lain.{{Sfn|Aswati|2014|p=45}}
 
Berbeda dengan ''Siwole Mbatohu'', ''Pitu Dula Batu'' adalah [[Kabinet (pemerintahan)|kabinet]] kerajaan yang bekerja langsung dengan Mokole Tebawo. Kabinet ini terdiri dari ''Sulemandara, Kotubitara, Anakia Mombonahuako, Tusawuta, Tutuwi Motaha, Kapita Anamolepo,'' dan ''Kapitalau. Sulemandra'' bertugas sebagai [[perdana menteri]] dan pengatur urusan luar negeri. Urusan hukum peradilan kerajaan diserahkan kepada ''Kotubitara''. ''Anakia Mombonahuako'' mengurus urusan rumah tangga istana kerajaan. Urusan pertanian diserahkan kepada ''Tusawuta. Tutuwi Motaha, Kapita Anamolepo, dan Kapitalau'' bertugas dalam bidang keamanan kerajaan, tetapi dengan jenis wilayah yang berbeda. ''Tutuwi Motaha'' khusus bertugas mengamankan istana kerajaan. ''Kapita Anamolepo'' mengamankan wilayah darat kerajaan, sedangkan ''Kapitalau'' mengamankan wilayah laut kerajaan.{{Sfn|Idaman|2019|p=148}}
Baris 12:
 
== Kehidupan Masyarakat ==
Kegiatan utama dari masyarakat Kerajaan Konawe adalah bertani padi, mencari ikan, memelihara kerbau, dan berkebun [[cempedak]]. Pemanfaatan lahan sepenuhnya diatur oleh raja dengan membaginya untuk keperluan bertani, memelihara kerbau dan memelihara ikan. Seluruh tanah di Kerajaan Konawe menjadi milik raja dan dikelola oleh bangsawan, tetapi pembagiannya sama rata untuk masyarakat biasa.{{Sfn|Gustian, Dedi et al|2014|p=91}}
 
== Keagamaan ==
Pada awalnya, masyarakat Kerajaan Konawe menganut animisme dan dinamisme. Ajaran Islam mulai dikenal di kerajaan Konawe pada masa pemerintahan Mokole Tebawo pada abad ke-16. Utusan Kesultanan Buton yang bernama La Embo juga pernah mengajak Mokole Melamba menerima Islam, tetapi belum diterima. La Embo kemudian mendakwahkan Islam di Pulau Wawonii dengan mengajar cara menulis [[Abjad Arab|huruf Arab]] dan menciptakan aksara Laembo. Akhirnya Islam berkembang dan lembaga Islam didirikan. Anak dari Mokole Melamba yaitu Lakidende akhirnya diutus untuk belajar agama Islam di Pulau Wawonii sebelum menjadi raja. [[Toli-Toli, Lalonggasu Meeto, Konawe|Toli-toli]], [[Wanggudu, Asera, Konawe Utara|Wanggudu]] dan Pelabuhan [[Tinanggea, Konawe Selatan|Tinanggea]] menjadi pusat dakwah Islam. Penyebarannya dilakukan oleh pedagang dari [[Kesultanan Bone]], [[Kesultanan Soppeng]], dan Kesultanan Gowa. Masyarakat juga mulai menerima Islam setelah kehadiran para pedagang muslim yang menuju ke perairan Maluku pada abad ke-18. Para pedagang muslim datang ke daerah [[Wawonii, Konawe Kepulauan|Wawonii]], [[Lasolo, Konawe Utara|Lasolo]], Toli-Toli dan Tinanggea. Para pedagang ini berasal dari Kesultanan Buton, Kesultanan Ternate, dan Kesultanan Bone.{{Sfn|Aswati|2011|p=96}}
 
Setelah Lakidende menjadi raja dari Kerajaan Konawe, ia menerima Islam sebagai agamanya. Lakidende kemudian mengundang La Ode Teke dari Kesultanan Buton untuk mengajarakan Islam kepada masyarakatnya.{{Sfn|Aswati|2011|p=100}} Kemudian pada masa pemerintahan Lakidende II, Islam menjadi agama resmi dari Kerajaan Konawe.{{Sfn|Aswati|2011|p=98}} Kerajaan Konawe kemudian menerapkan [[syariat Islam]] dalam kehidupan masyarakatnya dan melarang hal-hal yang bertentangan dengannya.{{Sfn|Melamba|2012|p=275}} Pembangunan dolmen dihentikan dan digantikan dengan pembangunan masjid. Selain itu, masyarakat juga mulai membuat makam yang sesuai dengan ajaran Islam.{{Sfn|Melamba|2012|p=286}}
 
== Keruntuhan ==
Perselisihan di antara para bangsawan Kerajaan Konawe telah berlangsung sejak abad ke-19 M. Pada tahun 1906, seorang bangsawan dari Laiwoi bekerja sama dengan [[Hindia Belanda]] dan menandatangani sebuah perjanjian. Isi perjanjian tersebut adalah mengganti Kerajaan Konawe menjadi Kerajaan Laiwoi dan menjadi bawahan dari Hindia Belanda. Larambe sebagai raja Kerajaan Konawe bersama dengan para bangsawan diundang oleh Laiwoi dan Hindia Belanda. Dalam pertemuan itu, Laiwoi menyatakan keberpihakannya kepada Hindia Belanda. Larambe tidak menyetujuinya dan kembali ke Sambandete untuk mempersiapkan perang dengan Hindia Belanda. Bersama pasukannya, ia mendirikan benteng dan tugu di tepi [[Sungai Lalindu]] pada wilayah Linomoiyo. Namun pada tahun 1916, ia wafat sehingga perang dimenangkan oleh Belanda. Wilayah Kerajaan Konawe akhirnya dikuasai dan dijadikan wilayah Kerajaan Laiwoi.{{Sfn|Gustian, Dedi et al|2014|p=91–92}}
 
== Referensi ==