Kerajaan Singasari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dvanjanoe (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
(27 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Tambah kutipan|date=November 2023}}
{{disambig info|Tumapel}}
{{Untuk|kecamatan di Kabupaten Malang, Jawa Timur|Singosari, Malang}}
{{disambig info|TumapelSingosari (disambiguasi)}}
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Kerajaan Singhasāri
Baris 43 ⟶ 45:
}}
[[Berkas:Prajnaparamita Java Side Detail.JPG|jmpl|200px|Arca [[Prajnaparamita]] ditemukan dekat [[candi Singosari]] dipercaya sebagai arca perwujudan [[Ken Dedes]] (koleksi Museum Nasional Indonesia). Keindahan arca ini mencerminkan kehalusan seni budaya Singhasari.]]
 
'''Kerajaan Singasari''' ({{lang-jv|'''ꦱꦶꦁ​ꦲꦱꦫꦶ'''|Siŋhasāri}}) atau '''Kerajaan Tumapel''', adalah sebuah [[Monarki|kerajaan]] [[Hindu]]-[[Buddhisme|Buddha]] yang terdapat di [[Jawa]] [[Jawa Timur|Timur]], antara tahun [[1222]]–[[1292]] yang didirikan oleh Sri Ranggah Rajasa atau biasa disebut [[Ken Arok]]. Sejarah kerajaan ini terkait erat dengan sosok [[Ken Angrok]] (1222–1227) yang merupakan pendiri [[Wangsa Rajasa]] sekaligus kerajaan Tumapel. Lokasi pusat kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah [[Singosari, Malang|Kecamatan Singasari]], [[Kabupaten Malang]], [[Jawa Timur|Provinsi Jawa Timur]].
 
== Nama Kerajaankerajaan ==
Nama resmi dari kerajaan Singasari adalah Kerajaan Tumapel. Kata Singasari sendiri merupakan nama ibu kota dari Kerajaan Tumapel yang dirubah namanya pada tahun 1254 oleh [[Wisnuwardhana]] dari nama sebelumnya, yaitu Kutaraja bersamaan dengan pengangkatan [[Kertanagara|Kertanegara]] sebagai [[Putra mahkota|Yuwaraja]] atau sebagai putra mahkota.<ref>{{Cite book|last=Tsabit|first=Adjeng Hidayah|last2=Eni|first2=Sri Pare|date=2023|url=http://repository.uki.ac.id/9345/1/ArsitekturKunoJawaTimur.pdf|title=Arsitektur Kuno Kerajaan-kerajaan Jawa Timur (Kediri, Singasari, dan Majapahit) di Indonesia|location=Jakarta|publisher=PT. RajaGrafindo Persada - Rajawali Pers|isbn=978-602-425-138-3|pages=99|language=id|url-status=live}}</ref> Perihal ini, [[Kakawin Nagarakretagama]] (1365 M) mencatat pergantian nama ini diikuti oleh rakyat dari [[Kerajaan Kadiri|Kerajaan Kediri]] dan [[Kerajaan Janggala]].<ref name=":5">{{Cite book|last=Riana|first=I. Ketut|date=2009|url=https://books.google.co.id/books?id=A5p9tEO1_gUC&printsec=frontcover&dq=Nagarakretagama+Kutaraja&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiwqKLTpJSFAxXhR2cHHSflB9I4ChDoAXoECAYQAg|title=Kakawin dēśa warṇnana, uthawi, Nāgara kṛtāgama: masa keemasan Majapahit|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=978-979-709-433-1|pages=38, 210|language=id|url-status=live}}</ref>
Berdasarkan keterangan dalam [[Prasasti Kudadu]], nama resmi Kerajaan Singhasari adalah Kerajaan Tumapel. Nama Tumapel juga muncul dalam [[berita Tiongkok]] dari [[Dinasti Yuan]] dengan ejaan ''Tu-ma-pan''. [[Kakawin Nagarakretagama]] memperjelas jika sesungguhnya ibu kota Tumapel bernama Kutaraja ketika pertama kali didirikan tahun 1222.<ref>{{Cite book|last=Komandoko|first=Gamal|date=2010|url=https://books.google.co.id/books?id=jeC7B8RjuX8C&pg=PA28&dq=singasari+berdiri+tahun&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjlv-mundvdAhUBQ48KHW7OA1AQuwUIKjAA#v=onepage&q=singasari%20berdiri%20tahun&f=false|title=Ensiklopedia Pelajar dan Umum|publisher=Pustaka Widyatama|isbn=9789796103713|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|last=Anshoriy,Ch|first=HM Nasruddin|date=2008-01-01|url=https://books.google.co.id/books?id=pypnDwAAQBAJ&pg=PA20&dq=sejarah+kecamatan+singosari&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj3kPG4ntvdAhXMPI8KHXoZB1MQuwUINjAC#v=onepage&q=sejarah%20kecamatan%20singosari&f=false|title=Neo Patriotisme ; Etika Kekuasaan dalam Kebudayaan Jawa|publisher=Lkis Pelangi Aksara|isbn=9789791283670|language=id}}</ref>
 
Pada tahun 1406 masehi, menurut catatan ''[[Ming Shilu]]'' yang diterjemahkan oleh Willem Pieter Groeneveldt, utusan dari Tiongkok, [[Yongle]] memerintahkan [[Cheng Ho]] untuk mengunjungi dua kerajaan yang ada di Jawa, yaitu raja "bagian barat", Tu-ma-pan dan kepada raja "bagian timur", Put-ling-ta-hah atau P'i-ling-da-ha yang saat itu sedang berperang.<ref>{{Cite web|last=Putri|first=Risa Herdahita|date=2019-06-14|title=Perang Saudara Berebut Singgasana Majapahit|url=https://historia.id/kuno/articles/perang-saudara-berebut-singgasana-majapahit-PNeqW|website=Historia|language=id-ID|access-date=2024-03-27}}</ref>
Pada 1253, [[Wisnuwardhana]] mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Inilah yang membuat 'kerajaan Tumapel' juga lebih dikenal dengan nama '''Kerajaan Singasari'''.
 
Pada awalnya, [[Jean Joseph Marie Amiot]] dan [[Gustaaf Schlegel]] berpendapat bahwa nama kerajaan ini dianggap sebagai [[Kerajaan Sunda|Kerajaan Padjajaran]].<ref>{{Cite book|last=Groeneveldt|first=Willem Pieter|date=1887|url=https://books.google.com/books/about/Notes_on_the_Malay_Archipelago_and_Malac.html?hl=id&id=5dAnadR0zQQC|title=Notes on the Malay Archipelago and Malacca Compiled from Chinese Sources|publisher=Bruining|pages=36|language=en|url-status=live}}</ref>Akan tetapi, [[Reinhold Rost]] berpendapat bahwa dengan lokasinya yang dekat dengan sungai yang berada di Selatan [[Jawa Timur|Madura]], kemungkinan besar kerajaan ini tidak jauh dari [[Majapahit]].<ref>{{Cite book|last=Rost|first=Reinhold|date=2000|url=https://books.google.co.id/books?id=lIvVg5Fyk3sC&pg=PA162&lpg=PA162&dq=Tumapan&source=bl&ots=LVYu4m3bX8&sig=ACfU3U2lyvvgSPI13bEtWCiWEUrAraAODg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiK3NmhqZSFAxWLS2wGHb1MBCYQ6AF6BAg5EAM|title=Miscellaneous Papers Relating to Indo-China and the Indian Archipelago|publisher=Psychology Press|isbn=978-0-415-24553-1|pages=149,162|language=en|url-status=live}}</ref> Penyebutan ini pun diulang saat mencatat pengiriman utusan ke Tiongkok pada tahun 1460 dan 1465 yang dilakukan oleh [[Girishawardhana]] seperti yang dilakukan pada [[Wikramawardhana]] pada tahun 1403 untuk merujuk kerajaan yang berlokasi di wilayah Jawa Timur yang dahulunya dikuasai oleh Singasari sebelum Majapahit berkuasa pada tahun 1293.<ref>{{Cite journal|last=Noorduyn|first=J.|date=1978|title=Majapahit in the fifteenth century|url=https://brill.com/view/journals/bki/134/2/article-p207_2.xml|journal=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia|language=en|volume=134|issue=2|pages=207–274|doi=10.1163/22134379-90002587|issn=0006-2294}}</ref>
== Pendirian Kerajaan ==
 
== Pendirian Kerajaan oleh Ken Arok berdasarkan Pararaton ==
[[Pararaton]] menyebut Tumapel awalnya adalah sebuah daerah bawahan [[Kerajaan Kadiri]]. Adapun yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah [[Tunggul Ametung]]. Dia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri, yaitu [[Ken Angrok]], yang kemudian mengangkat dirinya menjadi akuwu Tumapel dan kemudian menjadi raja pertama Tumapel dengan gelar "Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi".
 
=== Perebutan gelar akuwu dari Tunggul Ametung ===
Ken Angrok lantas menikahi janda Tunggul Ametung yang saat itu sedang mengandung, yaitu [[Ken Dedes]]. Anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung ini nantinya diberi nama [[Anusapati]]. Selain beristrikan Ken Dedes, Ken Angrok mempunyai satu istri lagi bernama [[Ken Umang]] yang kelak melahirkan anak laki-laki bernama [[Tohjaya]].
[[Pararaton]] sendiri sebagai dianggap sebagai sumber bermasalah karena terlalu banyak memuat kisah dari [[Ken Arok]] yang memuat kisah-kisah mitos terkait dirinya. Namun, karena sumber ini memuat setiap cerita berdasarkan tanggal, maka ada hal yang masih bisa dijadikan referensi.<ref>{{Cite book|last=Ras|first=J. J.|date=1986|url=https://brill.com/display/book/9789004488175/B9789004488175_s013.xml|title=Hikayat Banjar and Pararaton: A Structural Comparison of Two Chronicles|publisher=Brill|isbn=978-90-04-48817-5|pages=184–203|language=en|doi=10.1163/9789004488175_013|url-status=live}}</ref> Berdasarkan sumber ini, Ken Arok merupakan anak dari hubungan dari [[Brahma]] dan Ken Ndok yang merupakan istri dari Gajah Para.<ref>{{Cite web|last=Isnaeni|first=Hendri F.|date=2014-09-15|title=Siapa Sebenarnya Ayah Ken Angrok?|url=https://historia.id/kuno/articles/siapa-sebenarnya-ayah-ken-angrok-6m936|website=Historia|language=id-ID|access-date=2024-03-28}}</ref> Kebiasaannya berjudinya membuat ibu dan ayah angkatnya yang bernama Lembong bangkrut. Akhirnya, dia bekerja pada seorang kepala sebuah pertapaan sebagai penggembala kerbau di [[Kabupaten Lebak|Lebak]], tetapi dia menghilangkan kerbau tersebut sehingga dituntut ganti rugi. Atas anjuran dari kedua orang tuanya yang kemungkinan akan dijadikan budak bila Ken Arok tidak melarikan diri, maka ia pun melarikan diri dari tempat tersebut ke [[Kepundungan, Srono, Banyuwangi|Kapundungan]]. Karena tidak kunjung menemukan tempat peristirahatan, dia pun melarikan diri hingga ke daerah [[Gunung Kawi]].<ref>{{Cite book|last=Zurbuchen|first=Mary S.|date=1976|url=https://www.jstor.org/stable/10.3998/mpub.11902952|title=Introduction to Old Javanese Language and Literature: A Kawi Prose Anthology|publisher=University of Michigan Press|isbn=978-0-89148-053-2|pages=81|doi=10.3998/mpub.11902952|url-status=live}}</ref>
 
Selama pelarian, Ken Arok terkenal melakukan perampok, pencuriaan dan pemerkosaan yang mengakibatkan dirinya menjadi buronan dari [[Kerajaan Kadiri]]. Pelarian ini membawanya dalam perjalanan hingga Gunung Lejar. atas saran dari para [[Dewata]] untuk keluar dari pencarian. Pada lokasi inilah, para dewata sedang mengadakan rapat dan [[Batara Guru]] menasbihkan ia menjadi raja dari [[Jawa]].<ref>{{Cite book|last=Mulyono|first=Otto Sukatno, CR dan Untung|date=2018-11-01|url=https://books.google.co.id/books?id=WEFXEAAAQBAJ&pg=PA23&dq=ken+angrok++lejar&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiM6Pay85eFAxWp1jgGHU_YAnkQ6AF6BAgIEAI|title=PARARATON: Kitab Para Raja; Menguak Jejak Genealogi Sejarah Wangsa Jawa dari Tarumanegara Hingga Majapahit|publisher=Nusamedia|isbn=978-602-6913-43-2|pages=22-24|language=id|url-status=live}}</ref> Selain Batara Guru, Brahma juga memerintahkan Lohgawe yang merupakan seorang [[brahmana]] dari India untuk mencari Ken Angrok yang dipercaya sebagai jelmaan dari [[Wisnu]] di tempat perjudian.<ref>{{Cite book|last=Muljana|first=Slamet|date=2005|url=https://books.google.co.id/books?id=zu5mDwAAQBAJ&pg=PA132&dq=Menuju+Puncak+Kemegahan+;+Sejarah+Kerajaan+Majapahit+jambudwipa&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwicpbCz95eFAxXr4TgGHdZtCf4Q6AF6BAgMEAI|title=Menuju Puncak Kemegahan ; Sejarah Kerajaan Majapahit|publisher=Lkis Pelangi Aksara|isbn=978-979-8451-35-5|pages=126|language=id|url-status=live}}</ref>
Ketika berkuasa, Ken Angrok berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri. Pada 1221, terjadi perseteruan antara [[Kertajaya]], raja Kerajaan Panjalu, dengan kaum [[brahmana]]. Para brahmana lantas menggabungkan diri dengan Ken Angrok. Puncak peperangan melawan Kadiri lantas meletus di Desa Ganter pada 1222 yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
 
Atas perantara Lohgawe, Ken Rok dapat mengabdi kepada seorang akuwu yang saat itu memimpin wilayah Tumapel yang bernama [[Tunggul Ametung]].<ref name=":4">{{Cite book|last=Notosusanto|first=Marwati Djoened, Poesponegoro, Nugroho|date=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=I0RPEAAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y|title=Sejarah Nasional Indonesia Jilid 2: Zaman Kuno|publisher=Balai Pustaka (Persero), PT|isbn=978-979-407-408-4|pages=422-426|language=id|url-status=live}}</ref> Ken Arok bekerja sebagai tukang kebun di Taman Boboji. Lokasi inilah yang menjadi lokasi saat ia melihat Dedes yang tersingkap pakaiannya yang menunjukkan betis, paha dan bahkan vaginanya yang disamarkan dengan menyebutnya sebagai rahasia. Setelah melihat hal tersebut, Arok pulang dan menceritakan peristiwa ini kepada Lohgawe dan menyebutkan bahwa Dedes adalah sosok orang yang memiliki perbawa.<ref>{{Cite journal|last=Dewi|first=Trisna Kumala Satya|date=2013|title=Arok Dedes dan Pararaton: Transformasi Dan Dinamika Sastra dalam Wacana Globalisasi Sastra|url=http://atavisme.kemdikbud.go.id/index.php/atavisme/article/view/87|journal=ATAVISME|language=id|volume=16|issue=1|pages=119–128|doi=10.24257/atavisme.v16i1.87.119-128|issn=2503-5215}}</ref>
 
Karena perbawa inilah, dedes disebut sebagai titisan dari [[Ardanariswara]] yang dipercaya akan membawa keberuntungan kepada siapapun yang menikahinya. Dia juga dipercaya kan melahirkan raja-raja Jawa dari rahimnya.<ref>{{Cite web|last=Putri|first=Risa Herdahita|date=2017-12-21|title=Ken Dedes Perempuan Utama|url=https://historia.id/kuno/articles/ken-dedes-perempuan-utama-P4WgV|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2024-03-30}}</ref> Ucapan lohgawe membuat Arok berniat untuk membunuh Ametung meskipun niatnya awalnya dilarang oleh Lohgawe.<ref>{{Cite web|last=Raditya|first=Iswara N.|date=2021-09-10|title=Cerita Cinta Ken Arok & Ken Dedes Awali Sejarah Kerajaan Singasari|url=https://tirto.id/cerita-cinta-ken-arok-ken-dedes-awali-sejarah-kerajaan-singasari-gjnH|website=tirto.id|language=id|access-date=2024-03-30}}</ref> Arok pun disarankan untuk mengunjungi seorang pandai besi di Lulumbang oleh Bango Samparan yang merupakan ayah angkatnya yang dia temui saat pelarian. Ken arok memesan keris untuk diselesaikan selama enam bulan, meskipun [[Mpu Gandring]] meminta waktu agar diselesaikan selama setahun. Setelah 5 bulan, keris belum selesai dan masih sedang digerinda, Arok marah dan membunuhnya yang membuat Gandring mengutuk Arok bahwa keris tersebut akan membunuh 7 orang.<ref>{{Cite web|last=Isnaeni|first=Hendri F.|date=2015-03-31|title=Enam Korban Keris Mpu Gandring|url=https://historia.id/kuno/articles/enam-korban-keris-mpu-gandring-Dpo91|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2024-03-30}}</ref>
 
Pembunuhan Tunggul Ametung dilakukan dengan memanfaatkan ketertarikan sahabat dari Arok yang bernama Kebo Ijo. Ketertarikan Kebo Ijo bersumber dari bahan keris yang berbahan kayu [[cangkring]] sehingga Kebo Ijo meminjamnya dan memamerkannya di Tumapel. Karena hal tersebut, masyarakat Tumapel menganggap bahwa keris tersebut merupakan milik Kebo Ijo. Ken arok membunuh Tunggul Amerung di malam hari dengan keris tersebut dan meninggalkan kerisnya tertancap di dada. Karena rakyat Tumapel mengetahui bahwa keris tersebut itu milik Kebo Ijo, maka para masyarakat menganggap ia dibunuh oleh Kebo Ijo dan mengeroyok Kebon Ijo hingga tewas. Anak dari Kebo Ijo yang bernama Kebo Randi menangis melihat peristiwa ini dan Ken arok mengangkatnya menjadi pekatik karena rasa iba.<ref>{{Cite web|last=Midaada|first=Avirista|date=11 Januari 2023|title=Kutukan Keris Sakti Mpu Gandring Meminta Tumbal 3 Nyawa Raja Singasari|url=https://daerah.sindonews.com/read/992511/29/kutukan-keris-sakti-mpu-gandring-meminta-tumbal-3-nyawa-raja-singasari-1673395277|website=SINDOnews Daerah|language=id-ID|access-date=2024-04-07}}</ref>
 
Sesudah membunuh Tunggul Ametung, Ken Angrok menggantikan Tunggul Ametung sebagai akuwu dan menikahi Dedes tanpa ada intervensi dari rakyat dan keluarga Tunggul Ametung.<ref name=":4" /> Saat itu Dedes sedang hamil 3 bulan anaknnya yang bernama nama [[Anusapati]]. Selain beristrikan Ken Dedes, Ken Angrok mempunyai satu istri lagi bernama [[Ken Umang]]. Bersama Dedes, Arok memiliki 4 orang anak, yaitu [[Mahesa Wong Ateleng]], Panji Saprang, [[Guningbhaya|Agnibhaya]], dan Dewi Rimbu. Sedangkan, dari Ken Umang, Angrok mempunyai empat orang anak, yaitu [[Tohjaya|Panji Tohjaya]], Panji Sudhatu, Panji Wregola dan Dewi Rambu.<ref>{{Cite book|last=Nastiti|first=Titi Surti|date=2016-01-03|url=https://books.google.co.id/books?id=Vt2lDwAAQBAJ&pg=PA168&dq=Panji+Saprang&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjRsMb_8bmFAxWN3TgGHY9eBYoQ6AF6BAgKEAI|title=Perempuan Jawa: Kedudukan dan Peranannya dalam Masyarakat Abad VIII-XV|publisher=Dunia Pustaka Jaya|isbn=978-979-419-713-4|pages=168|language=id|url-status=live}}</ref>
 
=== Penyerangan Kediri dan pendirian Kerajaan Singasari ===
[[Berkas:Shiva Painting.jpg|jmpl|Penggambaran siwa dengan tombak]]
Berdasarkan Nagarakretagama, setelah 40 tahun memerintah Tumapel yang berlokasi di Gunung Kawi sejak 1182, Arok yang yang memakai gelar Sri Ranggah Rajasa melakukan penyerangan ke Kerajaan Kadiri yang saat itu dipimpin oleh [[Kertajaya]].<ref name=":5" /> Pararaton menceritakan bahwa serangan ini bermula dari perseteruan dari Brahmana dan Kertajaya yang disebutkan dengan nama Prabu Dandhang Gendhis. Konflik ini berasal dari perintahnya untuk para Brahma menyembahnya sebagai dewa. Untuk memperteguh keinginannya untuk dianggap dewa, dia berperilaku untuk menyerupai Siwa dengan menancapkan tombak dan duduk di atasnya dalam posisi [[mudra]] sekaligus seperti terlihat memiliki tangan empat dan mata tiga seperti Siwa. Para brahma menolak perintah ini dan melarikan diri untuk berlindung dengan Ken Arok. Ken arok yang saat itu didukung Brahma memerdekakan dirinya dari Kediri yang saat itu masih menjadi [[vasal]] dan menyatakan niat untuk kudeta. Ancaman kudeta ini tidak dihiraukan oleh Kertajaya dan menyatakan bahwa hanya Siwa yang dapat mengalahkannya. Karena pernyataan ini, Ken Arok meminta izin ke para Brahma untuk menyatakan dirinya sebagai Siwa. {{Sfn|Mulyono|CR|2018|p=318-319}}
 
Ketika berkuasa, Ken Angrok berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri. Pada 1221, terjadi perseteruan antara [[Kertajaya]], raja [[Kerajaan Panjalu]], dengan kaum [[brahmana]]. Para [[brahmana]] lantas menggabungkan diri dengan Ken Angrok. Puncak peperangan melawan Kadiri lantas meletuspecah di Desa Ganter pada 1222 yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
 
Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Tumapel, tetapi tidak menyebutkan adanya nama Ken Angrok. Dalam naskah itu, pendiri Tumapel bernama "Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra" yang berhasil mengalahkan Kertajaya, raja Kadiri.
 
Pada 1253, [[Wisnuwardhana]] kemudian mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai ''[[Putra mahkota|yuwaraja]]'' (putra mahkota) dan mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Inilah yang membuat kerajaan Tumapel lebih dikenal dengan nama Kerajaan Singhasari.
 
Penemuan [[Prasastiprasasti Mula Malurung]] di sisi lain memberikan pandangan yang berbeda dengan versi Pararaton, yang selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel. Prasasti yang dikeluarkan [[Kertanagara]] tahun 1255 atas perintah Wisnuwardhana itu menyebutkan jika Tumapel didirikan oleh "Rajasa" yang dijuluki "[[Siwa|Batara Siwa]]", setelah menaklukkan Kerajaan Kadiri. Nama ini kemungkinan adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri Tumapel itu dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa Ken Angrok lebih dulu menggunakan julukan Batara Siwa sebelum maju dalam perang melawan Kadiri.
 
Prasasti itu juga menyatakan jika kerajaan kemudian terpecah menjadi dua sepeninggal Ken Angrok, yaitu Tumapel yang dipimpin oleh Anusapati dan Kadiri yang dipimpin oleh [[Mahesa Wong Ateleng]] alias Batara Parameswara. Parameswara digantikan oleh [[Guningbhaya]], kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti itu juga menyebutkan bahwa Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat. Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh putranya, yaitu [[Kertanagara]].
Baris 68 ⟶ 85:
Lebih lanjut, prasasti ini menyatakan [[Tohjaya]] sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama yang tidak menyebut Tohjaya sebagai raja di Tumapel. Selain itu, pemberitaan dalam Nagarakretagama yang menyebut Kertanagara naik takhta tahun 1254 juga dapat diperdebatkan. Kemungkinannya adalah Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri terlebih dahulu, kemudian barulah pada 1268 dia bertakhta di Singasari.
 
== Silsilah WangsaDinasti Rajasa ==
 
<center>
{{familytree/start}}
{{familytree | | ATP | | | | MPN | | | | DRJ | | | |ATP='''[[Akuwu Tumapel]]'''|MPN='''[[Mpu Purwanatha]]'''|DRJ='''[[Kerajaan Tumapel|Dinasti{{br}}Rajasa]]'''}}
{{familytree | | |!| | | | | |!| | | | | |!| | | | | |}}
{{familytree | | TGA |~|y|~| KUN |~|y|~| PDU |~|y|~| MDR |TGA=[[Tunggul Ametung]]|KUN=[[Ken Dedes]]|PDU=[[Ken Arok]]|MDR=[[Ken Umang]]}}
{{familytree | | | | | |!| | | | | |!| | | | | |!|}}
{{familytree | | | | |ASP | | | |MWT | | | |TJY |ASP='''[[Anusapati]]'''|MWT='''[[Mahisa Wonga Teleng]]'''|TJY='''[[Tohjaya]]'''}}
{{familytree | | | | | |!| | | | | |!|}}
{{familytree | | | | |WWD | | | |MCP |WWD='''[[Wisnuwardhana]]'''|MCP='''[[Mahisa Campaka]]'''}}
{{familytree | | | | | |!| | | | | |!|}}
{{familytree | | | | |KTN | | | |DLT |KTN='''[[Kertanegara]]'''|DLT='''[[Dyah Lembu Tal]]'''}}
{{familytree | | | | | |!| | | | | |!|}}
{{familytree | | | | |GYT | | | |RWJ |GYT='''[[Gayatri]]'''|RWJ='''[[Raden Wijaya]]'''}}
{{familytree/end}}
</center>
 
 
 
[[Berkas:RajakulaRajasa.jpg|jmpl|280x280px|Silsilah Wangsa Rajasa dari sumber prasasti dan naskah kepujanggaan.]]
[[Berkas:Rajasa-Dynasty id.svg|jmpl|368x368px|Silsilah Wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai dengan blok warna dalam gambar ini.<ref name=":0">{{cite book|last =Bullough|first =Nigel|title =Historic East Java: Remains in Stone <!--Indonesian 50th independence day commemorative edition-->|publisher =ADLine Communications|date =1995|location =Jakarta|pages =116–117}}</ref>]]
 
Ada dua versi dalam mengidentifikasi sejarah Tumapel atau Singhasari, yaitu Pararaton dan Kakawin Nagarakretagama. Perbedaan ini meliputi daftar Wangsa Rajasa yang berkuasa dan angka tahunnya. Wangsa Rajasa sendiri adalah keluarga yang berkuasa di Kerajaan Singhasari dan Majapahit pada kurun abad ke-13 sampai ke-15. Wangsa ini didirikan oleh Ken Angrok pada awal abad ke-13 berdasarkan gelar yang didapatkannya, yaitu "Rajasa". Keluarga kerajaan ini menjadi penguasa Singhasari dan berlanjut hingga Kerajaan Majapahit.
Baris 109 ⟶ 145:
[[Kertanagara]] adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Kerajaan Tumapel ([[1272]] - [[1292]]). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar [[Jawa]].
 
Pada tahun [[1275]] ia mengirim pasukan [[Ekspedisi Pamalayu]] untuk menjadikan [[Sumatra]] sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa [[Mongol]]. Saat itu penguasa Sumatra adalah [[Kerajaan Melayu]]. Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti [[Arca Amoghapasa]] dari [[Kertanagara]], sebagai tanda persahabatan kedua negara.<ref name=":1">{{Cite book|last=Reichle|first=Natasha|date=2007|url=https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/9780824865474/html|title=Violence and Serenity: Late Buddhist Sculpture from Indonesia|publisher=University of Hawaii Press|isbn=978-0-8248-6547-4|language=en|doi=10.1515/9780824865474|p=120|quote=§ The Sumatran Image of Amoghapāśa. [...]. It is known from the Nāgarakṛtāgama that eleven years earlier Kṛtanagara had sent a military force to Malāyu. Kṛtanagara was victorious, and, according to the text, “[t]he whole territories of Pahang and Malāyu bowed humbly before him.”}}</ref>
 
Pada tahun [[1284]], Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan [[Bali]].
 
Pada tahun [[1289]] Kaisar [[Kubilai Khan]] mengirim utusan ke Tumapel meminta agar [[Jawa]] mengakui kedaulatan [[Mongol]]. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh [[Kertanagara]]. ''[[Nagarakretagama]]'' menyebutkan daerah-daerah bawahan Tumapel di luar [[Jawa]] pada masa [[Kertanagara]] antara lain, [[Kerajaan Melayu]], [[Bali]], [[Pahang]], [[Gurun]], dan [[Bakulapura]].<ref name=":2">http://www.spaetmittelalter.uni-hamburg.de/java-history/JavaNK/Java1365.Nagara-Kertagama.Canto.38.3-49.html</ref>
:<blockquote>... 2. Samankana nikaɳ digantara padanabhaya mark i jöɳ nareçwara, ikaɳ sa- (110b) kahawat/ pahaɳ sakahawat malayu pada manunkul adara, muwah sakahawat gurun sakahawat/ bakulapura manaçrayomark, ndatan linen i sunda len/ madura pan satanah i yawa bhakti tan salah. ...</blockquote>
 
:<blockquote>... 2. Begitulah dari empat penjuru orang lari berlindung dibawah Baginda. Seluruh Pahang, segenap Melayu tunduk menekur dihadapan beliau. Seluruh Gurun, segenap Bakulapura lari mencari perlindungan. Sunda Madura tak perlu dikatakan, sebab sudah terang setanah Jawa. ...<br>— (''Kakawin Nagarakretagama'', ''Pupuh 42'').</blockquote>
Wilayah kerajaan Tumapel juga meliputi [[Mojokerto]] jauh sebelum Majapahit berdiri.
Kekuasaan Tumapel di Mojokerto salah satunya dibuktikan dengan ''Prasasti Gondang''. Prasasti Gondang adalah sebuah [[prasasti]] [[In situ|in-situ]] (masih ditempat asli) peninggalan Kerajaan Tumapel yang baru ditemukan pada tahun 2017 silam di tengah persawahan di Dusun Rejoso, [[Gondang, Gondang, Mojokerto|Desa Gondang]], [[Gondang, Mojokerto|Kecamatan Gondang]], [[Kabupaten Mojokerto]], [[Jawa Timur]]. Prasasti tersebut ditemui oleh warga setempat dan terdapat bacaan dalam [[bahasa Jawa Kuno]] yang bertuliskan tahun 1197 saka atau 1275 masehi.<ref name=":3">{{Cite news|last=Budianto|first=Enggran Eko|date=05 Jun 2020|title=Prasasti Gondang, Bukti Kekuasaan Kerajaan Singasari di Mojokerto|url=https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5042017/prasasti-gondang-bukti-kekuasaan-kerajaan-singasari-di-mojokerto?single=1|work=[[Detik.com|detikcom]]}}</ref>
Berdasarkan angka tahunnya, prasasti ini dibuat pada masa kekuasaan Raja Kertanegara. Prasasti ini menandakan wilayah yang masuk dalam kekuasaan Singasari yaitu Gresik, Surabaya, Sidoarjo, sampai Mojokerto sebelum berdirinya [[Kerajaan Majapahit]].
 
Baris 192 ⟶ 228:
|1.
|[[Aria Wiraraja|Arya Wiraraja]]
|Adipati [[Madura]]Songennep <br>
(Sekarang [[Sumenep]], [[Madura]])
|Demung
|[[Kidung Harsawijaya]]
Baris 209 ⟶ 246:
|-
|4.
|[[Mpu Wirakreti]]
|Mantri Angabhaya
|Tumenggung
Baris 215 ⟶ 252:
|-
|5.
|[[Mpu Sentasmreti]]
|Pujangga Istana
|
Baris 221 ⟶ 258:
|-
|6.
|[[Kebo Anengah]] & [[Panji Angragani]]
|Perdana Menteri & Wakilnya
|
Baris 227 ⟶ 264:
|-
|7.
|[[Mapanji Pati-Pati]]
|Dharmmadyaksa Kasaiwan
|
Baris 233 ⟶ 270:
|-
|8.
|[[Mapanji Singharsa]]
| Sang Ramapati (Juru Bicara)
|
Baris 286 ⟶ 323:
=== Arca ===
*[[Arca Amoghapasa]]
*[[Arca Dwarapala Singosari]]
*[[Arca WisnuGanesha WardhanaBoro]]
*[[Arca Anusapati]]
*[[Wisnuwardhana|Arca Dwarapala SingosariWisnuwardhana]]
*[[Arca Joko Dolog]]
*[[Pradnyaparamita dari Jawa|Arca Ken Dedes]]
*[[Arca Wisnu Wardhana]]
 
=== Candi ===
* [[Candi Kalicilik|Candi Kagenengan]]
* [[Candi Kidal]]
* [[Candi Sumberawan]]
* [[Candi Katang Lumbang]]
* [[Candi Jago]]
* [[Candi Jawi]]
* [[Candi Kalicilik|Candi Kagenengan]]
* [[Candi Katang Lumbang]]
* [[Candi Kidal]]
* [[Candi Singasari]]
* [[Candi Sumberawan]]
 
=== Prasasti ===
* [[Prasasti MaribongMula Malurung]], (1255 M)
* [[Prasasti Mula MalurungMaribong]], (1264 M)
* [[Prasasti Padang RocoSarwadharma]], (1269 M)
* [[Prasasti WurareSapi Kerep]], (1275 M)
* [[Prasasti Gondang]], (1275 M)
* [[Prasasti Padang Roco]], (1286 M)
* [[Prasasti Wurare]], (1289 M)
* [[Prasasti Camundi]], (1292 M)
 
== Kutipan ==