Kerajaan Singasari: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Nama kerajaan: menambah konten |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(6 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 49:
== Nama kerajaan ==
Nama resmi dari kerajaan Singasari adalah Kerajaan Tumapel. Kata Singasari sendiri merupakan nama ibu kota dari Kerajaan Tumapel yang dirubah namanya pada tahun 1254 oleh [[Wisnuwardhana]] dari nama sebelumnya, yaitu Kutaraja bersamaan dengan pengangkatan [[Kertanagara|Kertanegara]] sebagai [[Putra mahkota|Yuwaraja]] atau sebagai putra mahkota.<ref>{{Cite book|last=Tsabit|first=Adjeng Hidayah|last2=Eni|first2=Sri Pare|date=2023|url=http://repository.uki.ac.id/9345/1/ArsitekturKunoJawaTimur.pdf|title=Arsitektur Kuno Kerajaan-kerajaan Jawa Timur (Kediri, Singasari, dan Majapahit) di Indonesia|location=Jakarta|publisher=PT. RajaGrafindo Persada - Rajawali Pers|isbn=978-602-425-138-3|pages=99|language=id|url-status=live}}</ref> Perihal ini, [[Kakawin Nagarakretagama]] (1365 M) mencatat pergantian nama ini diikuti oleh rakyat dari [[Kerajaan Kadiri|Kerajaan Kediri]] dan [[Kerajaan Janggala]].<ref name=":5">{{Cite book|last=Riana|first=I. Ketut|date=2009|url=https://books.google.co.id/books?id=A5p9tEO1_gUC&printsec=frontcover&dq=Nagarakretagama+Kutaraja&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiwqKLTpJSFAxXhR2cHHSflB9I4ChDoAXoECAYQAg|title=Kakawin dēśa warṇnana, uthawi, Nāgara kṛtāgama: masa keemasan Majapahit|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=978-979-709-433-1|pages=38, 210|language=id|url-status=live}}</ref>
Pada tahun 1406 masehi, menurut catatan ''[[Ming Shilu]]'' yang diterjemahkan oleh Willem Pieter Groeneveldt, utusan dari Tiongkok, [[Yongle]] memerintahkan [[Cheng Ho]] untuk mengunjungi dua kerajaan yang ada di Jawa, yaitu raja "bagian barat", Tu-ma-pan dan kepada raja "bagian timur", Put-ling-ta-hah atau P'i-ling-da-ha yang saat itu sedang berperang.<ref>{{Cite
Pada awalnya, [[Jean Joseph Marie Amiot]] dan [[Gustaaf Schlegel]] berpendapat bahwa nama kerajaan ini dianggap sebagai [[Kerajaan Sunda|Kerajaan Padjajaran]].<ref>{{Cite
== Pendirian Kerajaan oleh Ken Arok berdasarkan Pararaton ==
=== Perebutan gelar akuwu dari Tunggul Ametung ===
[[Pararaton]] sendiri sebagai dianggap sebagai sumber bermasalah karena terlalu banyak memuat kisah dari [[Ken Arok]] yang memuat kisah-kisah mitos terkait dirinya. Namun, karena sumber ini memuat setiap cerita berdasarkan tanggal, maka ada hal yang masih bisa dijadikan referensi.<ref>{{Cite book|last=Ras|first=J. J.|date=1986|url=https://brill.com/display/book/9789004488175/B9789004488175_s013.xml|title=Hikayat Banjar and Pararaton: A Structural Comparison of Two Chronicles|publisher=Brill|isbn=978-90-04-48817-5|pages=184–203|language=en|doi=10.1163/9789004488175_013|url-status=live}}</ref> Berdasarkan sumber ini, Ken Arok merupakan anak dari hubungan dari [[Brahma]] dan Ken Ndok yang merupakan istri dari Gajah Para.<ref>{{Cite web|last=Isnaeni|first=Hendri F.|date=2014-09-15|title=Siapa Sebenarnya Ayah Ken Angrok?|url=https://historia.id/kuno/articles/siapa-sebenarnya-ayah-ken-angrok-6m936|website=Historia|language=id-ID|access-date=2024-03-28}}</ref> Kebiasaannya berjudinya membuat ibu dan ayah angkatnya yang bernama Lembong bangkrut. Akhirnya, dia bekerja pada seorang kepala sebuah pertapaan sebagai penggembala kerbau di [[Kabupaten Lebak|Lebak]], tetapi dia menghilangkan kerbau tersebut sehingga dituntut ganti rugi. Atas anjuran dari kedua orang tuanya yang kemungkinan akan dijadikan budak bila Ken Arok tidak melarikan diri, maka ia pun melarikan diri dari tempat tersebut ke [[Kepundungan, Srono, Banyuwangi|Kapundungan]]. Karena tidak kunjung menemukan tempat peristirahatan, dia pun melarikan diri hingga ke daerah [[Gunung Kawi]].<ref>{{Cite book|last=Zurbuchen|first=Mary S.|date=1976|url=https://www.jstor.org/stable/10.3998/mpub.11902952|title=Introduction to Old Javanese Language and Literature: A Kawi Prose Anthology|publisher=University of Michigan Press|isbn=978-0-89148-053-2|pages=81|doi=10.3998/mpub.11902952|url-status=live}}</ref>
Selama pelarian, Ken Arok terkenal melakukan perampok, pencuriaan dan pemerkosaan yang mengakibatkan dirinya menjadi buronan dari [[Kerajaan Kadiri]]. Pelarian ini membawanya dalam perjalanan hingga Gunung Lejar. atas saran dari para [[Dewata]] untuk keluar dari pencarian. Pada lokasi inilah, para dewata sedang mengadakan rapat dan [[Batara Guru]] menasbihkan ia menjadi raja dari [[Jawa]].<ref>{{Cite book|last=Mulyono|first=Otto Sukatno, CR dan Untung|date=2018-11-01|url=https://books.google.co.id/books?id=WEFXEAAAQBAJ&pg=PA23&dq=ken+angrok++lejar&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiM6Pay85eFAxWp1jgGHU_YAnkQ6AF6BAgIEAI|title=PARARATON: Kitab Para Raja; Menguak Jejak Genealogi Sejarah Wangsa Jawa dari Tarumanegara Hingga Majapahit|publisher=Nusamedia|isbn=978-602-6913-43-2|pages=22-24|language=id|url-status=live}}</ref> Selain Batara Guru, Brahma juga memerintahkan Lohgawe yang merupakan seorang [[brahmana]] dari India untuk mencari Ken Angrok yang dipercaya sebagai jelmaan dari [[Wisnu]] di tempat perjudian.<ref>{{Cite book|last=Muljana|first=Slamet|date=2005|url=https://books.google.co.id/books?id=zu5mDwAAQBAJ&pg=PA132&dq=Menuju+Puncak+Kemegahan+;+Sejarah+Kerajaan+Majapahit+jambudwipa&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwicpbCz95eFAxXr4TgGHdZtCf4Q6AF6BAgMEAI|title=Menuju Puncak Kemegahan ; Sejarah Kerajaan Majapahit|publisher=Lkis Pelangi Aksara|isbn=978-979-8451-35-5|pages=126|language=id|url-status=live}}</ref>
Atas perantara Lohgawe, Ken Rok dapat mengabdi kepada seorang akuwu yang saat itu memimpin wilayah Tumapel yang bernama [[Tunggul Ametung]].<ref name=":4">{{Cite book|last=Notosusanto|first=Marwati Djoened, Poesponegoro, Nugroho|date=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=I0RPEAAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y|title=Sejarah Nasional Indonesia Jilid 2: Zaman Kuno|publisher=Balai Pustaka (Persero), PT|isbn=978-979-407-408-4|pages=422-426|language=id|url-status=live}}</ref> Ken Arok bekerja sebagai tukang kebun di Taman Boboji. Lokasi inilah yang menjadi lokasi saat ia melihat Dedes yang tersingkap pakaiannya yang menunjukkan betis, paha dan bahkan vaginanya yang disamarkan dengan menyebutnya sebagai rahasia. Setelah melihat hal tersebut, Arok pulang dan menceritakan peristiwa ini kepada Lohgawe dan menyebutkan bahwa Dedes adalah sosok orang yang memiliki perbawa.<ref>{{Cite journal|last=Dewi|first=Trisna Kumala Satya|date=2013|title=Arok Dedes dan Pararaton: Transformasi Dan Dinamika Sastra dalam Wacana Globalisasi Sastra|url=http://atavisme.kemdikbud.go.id/index.php/atavisme/article/view/87|journal=ATAVISME|language=id|volume=16|issue=1|pages=119–128|doi=10.24257/atavisme.v16i1.87.119-128|issn=2503-5215}}</ref>
Karena perbawa inilah, dedes disebut sebagai titisan dari [[Ardanariswara]] yang dipercaya akan membawa keberuntungan kepada siapapun yang menikahinya. Dia juga dipercaya kan melahirkan raja-raja Jawa dari rahimnya.<ref>{{Cite web|last=Putri|first=Risa Herdahita|date=2017-12-21|title=Ken Dedes Perempuan Utama|url=https://historia.id/kuno/articles/ken-dedes-perempuan-utama-P4WgV|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2024-03-30}}</ref> Ucapan lohgawe membuat Arok berniat untuk membunuh Ametung meskipun niatnya awalnya dilarang oleh Lohgawe.<ref>{{Cite web|last=Raditya|first=Iswara N.|date=2021-09-10|title=Cerita Cinta Ken Arok & Ken Dedes Awali Sejarah Kerajaan Singasari|url=https://tirto.id/cerita-cinta-ken-arok-ken-dedes-awali-sejarah-kerajaan-singasari-gjnH|website=tirto.id|language=id|access-date=2024-03-30}}</ref> Arok pun disarankan untuk mengunjungi seorang pandai besi di Lulumbang oleh Bango Samparan yang merupakan ayah angkatnya yang dia temui saat pelarian. Ken arok memesan keris untuk diselesaikan selama enam bulan, meskipun [[Mpu Gandring]] meminta waktu agar diselesaikan selama setahun. Setelah 5 bulan, keris belum selesai dan masih sedang digerinda, Arok marah dan membunuhnya yang membuat Gandring mengutuk Arok bahwa keris tersebut akan membunuh 7 orang.<ref>{{Cite web|last=Isnaeni|first=Hendri F.|date=2015-03-31|title=Enam Korban Keris Mpu Gandring|url=https://historia.id/kuno/articles/enam-korban-keris-mpu-gandring-Dpo91|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2024-03-30}}</ref>
Pembunuhan Tunggul Ametung dilakukan dengan memanfaatkan ketertarikan sahabat dari Arok yang bernama Kebo Ijo. Ketertarikan Kebo Ijo bersumber dari bahan keris yang berbahan kayu [[cangkring]] sehingga Kebo Ijo meminjamnya dan memamerkannya di Tumapel. Karena hal tersebut, masyarakat Tumapel menganggap bahwa keris tersebut merupakan milik Kebo Ijo. Ken arok membunuh Tunggul Amerung di malam hari dengan keris tersebut dan meninggalkan kerisnya tertancap di dada. Karena rakyat Tumapel mengetahui bahwa keris tersebut itu milik Kebo Ijo, maka para masyarakat menganggap ia dibunuh oleh Kebo Ijo dan mengeroyok Kebon Ijo hingga tewas. Anak dari Kebo Ijo yang bernama Kebo Randi menangis melihat peristiwa ini dan Ken arok mengangkatnya menjadi pekatik karena rasa iba.<ref>{{Cite web|last=Midaada|first=Avirista|date=11 Januari 2023|title=Kutukan Keris Sakti Mpu Gandring Meminta Tumbal 3 Nyawa Raja Singasari|url=https://daerah.sindonews.com/read/992511/29/kutukan-keris-sakti-mpu-gandring-meminta-tumbal-3-nyawa-raja-singasari-1673395277|website=SINDOnews Daerah|language=id-ID|access-date=2024-04-07}}</ref>
Sesudah membunuh Tunggul Ametung, Ken Angrok menggantikan Tunggul Ametung sebagai akuwu dan menikahi Dedes tanpa ada intervensi dari rakyat dan keluarga Tunggul Ametung.<ref name=":4" /> Saat itu Dedes sedang hamil 3 bulan anaknnya yang bernama nama [[Anusapati]]. Selain beristrikan Ken Dedes, Ken Angrok mempunyai satu istri lagi bernama [[Ken Umang]]. Bersama Dedes, Arok memiliki 4 orang anak, yaitu [[Mahesa Wong Ateleng]], Panji Saprang, [[Guningbhaya|Agnibhaya]], dan Dewi Rimbu. Sedangkan, dari Ken Umang, Angrok mempunyai empat orang anak, yaitu [[Tohjaya|Panji Tohjaya]], Panji Sudhatu, Panji Wregola dan Dewi Rambu.<ref>{{Cite book|last=Nastiti|first=Titi Surti|date=2016-01-03|url=https://books.google.co.id/books?id=Vt2lDwAAQBAJ&pg=PA168&dq=Panji+Saprang&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjRsMb_8bmFAxWN3TgGHY9eBYoQ6AF6BAgKEAI|title=Perempuan Jawa: Kedudukan dan Peranannya dalam Masyarakat Abad VIII-XV|publisher=Dunia Pustaka Jaya|isbn=978-979-419-713-4|pages=168|language=id|url-status=live}}</ref>
=== Penyerangan Kediri dan pendirian Kerajaan Singasari ===
[[Berkas:Shiva Painting.jpg|jmpl|Penggambaran siwa dengan tombak]]
Berdasarkan Nagarakretagama, setelah 40 tahun memerintah Tumapel yang berlokasi di Gunung Kawi sejak 1182, Arok yang yang memakai gelar Sri Ranggah Rajasa melakukan penyerangan ke Kerajaan Kadiri yang saat itu dipimpin oleh [[Kertajaya]].<ref name=":5" /> Pararaton menceritakan bahwa serangan ini bermula dari perseteruan dari Brahmana dan Kertajaya yang disebutkan dengan nama Prabu Dandhang Gendhis. Konflik ini berasal dari perintahnya untuk para Brahma menyembahnya sebagai dewa. Untuk memperteguh keinginannya untuk dianggap dewa, dia berperilaku untuk menyerupai Siwa dengan menancapkan tombak dan duduk di atasnya dalam posisi [[mudra]] sekaligus seperti terlihat memiliki tangan empat dan mata tiga seperti Siwa. Para brahma menolak perintah ini dan melarikan diri untuk berlindung dengan Ken Arok. Ken arok yang saat itu didukung Brahma memerdekakan dirinya dari Kediri yang saat itu masih menjadi [[vasal]] dan menyatakan niat untuk kudeta. Ancaman kudeta ini tidak dihiraukan oleh Kertajaya dan menyatakan bahwa hanya Siwa yang dapat mengalahkannya. Karena pernyataan ini, Ken Arok meminta izin ke para Brahma untuk menyatakan dirinya sebagai Siwa. {{Sfn|Mulyono|CR|2018|p=318-319}}
Ketika berkuasa, Ken Angrok berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri. Pada 1221, terjadi perseteruan antara [[Kertajaya]], raja [[Kerajaan Panjalu]], dengan kaum [[brahmana]]. Para [[brahmana]] lantas menggabungkan diri dengan Ken Angrok. Puncak peperangan melawan Kadiri lantas pecah di Desa Ganter pada 1222 yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Pada 1253, [[Wisnuwardhana]] kemudian mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai ''[[Putra mahkota|yuwaraja]]'' (putra mahkota) dan mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Inilah yang membuat kerajaan Tumapel lebih dikenal dengan nama Kerajaan Singhasari.
|