Kerajaan Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
El Meneses (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Miminsastra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 39:
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
'''Kerajaan Sunda''' ({{lang-su|{{ruby|{{Sund|ᮊ}}|{{resize|60%|ka}}}}{{ruby|{{Sund|ᮛ}}|{{resize|60%|ra}}}}{{ruby|{{Sund|ᮏ}}|{{resize|60%|ja}}}}{{ruby|{{Sund|ᮃ}}|{{resize|60%|a}}}}{{ruby|{{Sund|ᮔ᮪}}|{{resize|60%|n}}}} {{ruby|{{Sund|ᮞᮥ}}|{{resize|60%|su}}}}{{ruby|{{Sund|ᮔ᮪}}|{{resize|60%|n}}}}{{ruby|{{Sund|ᮓ}}|{{resize|60%|da}}}}|Karajaan Sunda}}, {{IPA-su|sunˈda}}) adalah [[kerajaan]] yang pernah ada antara tahun 932699 dan 1579 Masehi di bagian barat [[pulau Jawa]], sekarang bagian dari provinsi [[Banten]], [[DKI Jakarta]], [[Jawa Barat]], sebagian wilayah barat Provinsi [[Jawa Tengah]], serta meliputi sebagian wilayah selatan [[Pulau Sumatra]]. Kerajaan ini merupakan penerus dari [[Kerajaan Tarumanagara]] yang menurut para ahli sejarah menyatakan konon bercorak [[Hindu]] dan [[Buddha]],<ref>Geoffrey C. Gunn, (2011), ''History Without Borders: The Making of an Asian World Region, 1000-1800'', Hong Kong University Press, ISBN 988-8083-34-1</ref> kemudian sekitar abad ke-14 diketahui kerajaan ini telah beribu kota di [[Kawali]] serta memiliki dua kawasan pelabuhan utama di [[Kalapa]] dan [[Banten]].<ref name="Claude Guillot"/>
 
Tetapi Kerajaan Sunda memiliki corak tersendiri, karena tidak didukung cukup bukti otentik bahwa Sunda setelah abad 8 masih bercorak Hindu-Budha. Dengan tidak ditemukannya candi-candi yang dibangun pada abad 9 hingga 17 masehi di wilayah Tatar Sunda.
Kerajaan Sunda runtuh setelah ibu kota kerajaan ditaklukan oleh [[Maulana Yusuf]] pada tahun [[1579]]. Sementara sebelumnya kedua pelabuhan utama Kerajaan Sunda itu juga telah dikuasai oleh [[Kesultanan Demak]] pada tahun [[1527]], [[Kalapa]] ditaklukan oleh [[Fatahillah]] dan [[Banten]] ditaklukan oleh [[Maulana Hasanuddin]].
 
Adapun candi yang berhasil ditemukan hanya 3 buah yang berasal dari abad 4 masehi yaitu 1 kompleks candi, abad 7 ditemukan satu buah dan abad 8 juga hanya satu candi yang berhasil ditemukan.
 
Keadaan 3 candi ini juga kesulitan direkonstruksi karena saking tuanya, tidak terpelihara dan terbengkalai dalam ribuan tahun. Bahkan para ahli dari Perancis pun akhirnya menyerah setelah melakukan penggalian candi Batujaya di Karawang
 
Ibukota kota Kerajaan Sunda berpindah-pindah antara Pakuan di Bogor hingga dii [[Kawali]] - Ciamis serta memiliki tujuh (7) kawasan pelabuhan internasional, tetapi yang terutama di [[Kalapa]] dan [[Banten]].<ref name="Claude Guillot" />
 
Catatan-catatan para penulis Portugis secara detil mengungkapkan nama dan peran 7 (tujuh) pelabuhan tersebut, diantaranya Suma Oriental catatan Tome Pires.
 
Pendiri Kerajaan Sunda di Pakwan - Cipakancilan Bogor pada tahun 669 masehi adalah Tarusbawa.
 
Menurut Naskah Wangsakerta sebuah Prosiding dari Gotrasawala/seminar sejarah abad 17 masehi dari Keraton Cirebon.
 
Kerajaan Sunda berdiri meneruskan Kerajaan Tarumanagara. Raja Tarumanagara sendiri yang terakhir bernama Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi. Ia memerintah selama 3 tahun yaitu tahun 666-669 M.
 
Ia menikah dengan Dewi Ganggasari yang berasal dari Indraprahasta. Pernikahannya dikaruniai dua anak perempuan yang bernama Dewi Manasih dan Sobakancana.
 
Dewi Manasih menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sementara Sobakanca menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, pendiri kerajaan Sriwijaya.
 
Setelah Linggawarman ini wafat, kekuasaan kerajaan turun kepada menantunya, Tarusbawa.
 
Tarusbawa kemudian memindahkan kekuasaan ke Sunda, di hulu Sungai Pakancilan yang saat ini dekat dengan Bogor. Sedangkan Tarumanagara berubah tahtanya menjadi di bawah kekuasaan kerajaan Sunda. Beliau dinobatkan menjadi raja Sunda pada tahun 669 M.
 
Setelah beliau wafat, Sanjaya berhasil menggabungkan Kerajaan Sunda dengan Galuh. Sanjaya sendiri merupakan cicit dari pendiri Kerajaan Galuh dan cucu dari Ratu Shima yang merupakan pemimpin Kerajaan Kalingga.
 
Ia kemudian memimpin Kalingga dan mendirikan Kerajaan Mataram Kuno sekaligus Wangsa Sanjaya. Karena harus bertakhta di Kalingga, Sanjaya memberi kekuasaan Sunda pada puteranya yang bernama Rakeyan Panaraban. Namun, Sunda Galuh justru terpecah kembali. Hingga Panaraban akhirnya membagi kekuasaan pada kedua puteranya.
 
Sang Manarah memegang Galuh dan Sang Bangga memegang Sunda. Berabad-abad lamanya, kedua kerajaan menjalani kehidupannya masing-masing.
 
Hingga akhirnya kedua kerajaan bersatu kembali, berkat pernikahan Jayadewata yang mendapat gelar Sri Baduga Maharaja dari Galuh dengan Ambetkasih dari Sunda. Di bawah kepemimpinan Jayadewata, Kerajaan Sunda dan Galuh dikenal dengan Kerajaan Pajajaran (Pakuan Pajajaran).
 
Namun, sayangnya di tahun 1579, Kerajaan Pakuan Pajajaran harus mengalami masa keruntuhan. Kerajaan ini diserang oleh Kesultanan Banten yang membuat kerajaan ini harus mengakhiri riwayat panjang perjuangannya.
 
Ibu kota kerajaan Sunda diserang puluhan kali oleh cucu/cicit Prabu Siliwangi sendiri, yaitu dari Banten dan Cirebon. Penyerangan atas inisiatif dan ajakan Demak dari Jawa Tengah dengan panglima Fatahillah yang merasa terancam dengan kemajuan ekonomi Kerajaan Sunda.
 
Kerajaan[[Maulana SundaYusuf]] runtuhberhasil setelahmenembus ibu kotatembok kerajaan ditaklukandan oleh [[Maulana Yusuf]]membakarnya pada tahun [[1579]]. Sementara sebelumnya kedua pelabuhan utama Kerajaan Sunda itu juga telah dikuasai oleh [[Kesultanan DemakCirebon]] pada tahun [[1527]], [[Kalapa]] ditaklukan oleh aliansi BCD (Banten-Cirebon-Demak) dibawah pimpinan [[Fatahillah]] dan [[Banten]] ditaklukan oleh [[Maulana Hasanuddin]].
 
== Sumber sejarah ==
=== Data arkeologi ===
Sejarah Kerajaan Sunda berasal dari sumber primer berupa [[prasasti]] abad 4 - 5 masehi dan sumber sekunder berupa naskah-naskah dari abad 8 hingga [[abad ke-17]]. Nama Kerajaan Sunda dapat ditemukan dari berbagai sumber, di antaranya:
 
==== Prasasti Kebon Kopi II (932 M) ====
[[Berkas:Beschreven steen van Kebon Kopi.png|jmpl|299x299px|[[Prasasti Kebon Kopi II]], bukti arkeologi tertua Kerajaan Sunda yang ditemukan di [[Kabupaten Bogor|Bogor]], [[Jawa Barat]].]]
[[Prasasti Kebonkopi II]] ditemukan di [[Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor]], [[Kabupaten Bogor]], [[Jawa Barat]]. Prasasti ini diteliti oleh arkeolog [[F.D.K. Bosch]], yang mengemukakan bahwa prasasti ini bertarikh 932536 Masehi ditulis menggunakan [[bahasa Melayu Kuno]], dan berisi pernyataan seorang "Raja Sunda yang menduduki kembali takhtanya".<ref name="SNI-II:Zaman Kuno">{{cite book |author1=Marwati Djoened Poesponegoro |author2=Nugroho Notosusanto | title=Sejarah Nasional Indonesia: Zaman kuno | url=http://www.worldcat.org/title/sejarah-nasional-indonesia/oclc/318053182 | date=2008 | publisher=Balai Pustaka | ISBN=979407408X | language=Indonesian | accessdate=3 June 2018}}</ref><br/>
Alih aksara:<br/>
{{cquote2|''Ini sabdakalanda Rakryan Juru Pangambat I kawihaji panyaca pasagi marsandeca ~ ba(r) pulihkan hajiri Sunda''}}