Kerajaan Sunda Galuh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Mojopahit1293 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(44 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Sunda-Galuh.gif|thumbjmpl|300px|[[Sungai Citarum]] menjadi pembatas antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.]]
'''Kerajaan SundaPajajaran Galuh ;''' {{Lang-su|{{Sund|ᮊᮛᮏᮃᮔ᮪ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮌᮜᮥᮂ}}|Karajaan Galuh}}) adalah suatu kerajaan yang merupakan penyatuan dua kerajaan besar di [[Tanah Sunda]] yang saling terkait erat, yaitu kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh /Kandiawan yang dipimpin Raja Sri wrentikandayun yang merupakan cucu raja medangkamulan<ref name=":0">{{Cite web|title=Babad Bali - Babad Arya Gajah Para|url=https://www.babadbali.com/pustaka/babad/gajah-para-1.htm|website=www.babadbali.com|access-date=2024-04-05}}</ref> . Kedua kerajaan tersebut merupakan pecahan dari kerajaan [[Tarumanagara]]. Berdasarkan peninggalan sejarah seperti prasasti dan naskah kuno, ibu kota [[Kerajaan Sunda]] berada di daerah yang sekarang menjadi kota [[Bogor]], sedangkan ibu kota [[Kerajaan Galuh]] adalah kota [[Kawali, Ciamis|Kawali]] di [[Kabupaten Ciamis]].
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
 
== Nama kerajaan ==
Banyak sumber peninggalan sejarah yang menyebut perpaduan kedua kerajaan ini dengan nama [[Kerajaan Sunda]] saja. Perjalanan pertama Prabu Jaya Pakuan ([[Bujangga Manik]]) mengelilingi pulau Jawa dilukiskan sebagai berikut:<ref>{{cite book
<ref>{{cite book
|last =Ekajati
|first =Edi S.
Baris 12:
|year =2005
|url =
|accessdate = }}</ref><ref>{{cite book
<ref>{{cite book
|last =Noorduyn
|first =J.
Baris 21 ⟶ 20:
|year =2005
|url =
|accessdate = }}</ref>:
{{Col-begin|width=100}}
Baris 37 ⟶ 36:
:''The Sunda kingdom take up half of the whole island of Java; others, to whom more authority is attributed, say that the Sunda kingdom must be a third part of the island and an eight more. It ends at the river chi Manuk. They say that from the earliest times God divided the island of Java from that of Sunda and that of Java by the said river, which has trees from one end to the other, and they say the trees on each side line over to each country with the branches on the ground.''
Jadi, jelaslah bahwa perpaduan kedua [[kerajaan]] ini hanya disebut dengan nama [[Kerajaan Sunda]].
Keterangan keberadaan kedua kerajaan tersebut juga terdapat pada beberapa sumber sejarah lainnya. Prasasti di [[Bogor]] banyak bercerita tentang [[Kerajaan Sunda]] sebagai pecahan Tarumanagara, sedangkan [[prasasti]] di daerah [[Sukabumi]] bercerita tentang keadaan Kerajaan Sunda sampai dengan masa [[Sri Jayabhupati|Sri Jayabupati.]]
 
== Berdirinya kerajaan Sunda dan Galuh ==
 
=== Pembagian Tarumanagara ===
[[Tarusbawa]] yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa, pada tahun 669 M menggantikan kedudukan mertuanya yaitu [[Linggawarman]] raja [[Tarumanagara]] yang terakhir. Karena pamor [[Tarumanagara]] pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman [[Purnawarman]] yang berkedudukan di ''purasaba'' (ibukotaibu kota) Sundapura. Dalam tahun 670 M, ia mengganti nama [[Tarumanagara]] menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan oleh [[Wretikandayun,]] sang pendiri Kerajaan GaluhKandiawan danyang masih keluargaketurunan kerajaanRaja Tarumanegara,dari Medang Kamulan<ref name=":0" untuk/> memisahkan diri dari kekuasaan Tarusbawa.
 
Dengan dukungan Kerajaan [[Kalingga]] di [[Jawa Tengah]], Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa supaya wilayah Tarumanagara dipecah dua. Dukungan ini dapat terjadi karena putera mahkota Galuh bernama Mandiminyak, berjodoh dengan Parwati puteri [[Shima|Maharani Shima]] dari Kalingga. Dalam posisi lemah dan ingin menghindari perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan Galuh. Pada tahun 669 M, wilayah Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan; yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan [[Sungai Citarum]] sebagai batasnya.
Baris 51 ⟶ 50:
 
=== Lokasi ibu kota Sunda ===
Maharaja Tarusbawa kemudian mendirikan ibukotaibu kota kerajaan yang baru di daerah pedalaman dekat hulu [[Sungai Cipakancilan]].<ref>''Naskah Carita Parahyangan'' (1580), fragmen Kropak 406. Naskah beraksara Sunda Kuno, bahasa Sunda Kuno. Koleksi: Perpustakaan Nasional RI.</ref> Dalam [[Carita Parahiyangan]], tokoh Tarusbawa ini hanya disebut dengan gelarnya: ''Tohaan di Sunda'' (Raja Sunda). Ia menjadi cakal-bakal raja-raja Sunda dan memerintah sampai tahun 723 M.
 
Sunda sebagai nama kerajaan tercatat dalam dua buah prasasti batu yang ditemukan di [[Bogor]] dan [[Sukabumi]]. Kehadiran Prasasti Jayabupati di daerah Cibadak sempat membangkitkan dugaan bahwa IbukotaIbu kota Kerajaan Sunda terletak di daerah itu. Namun dugaan itu tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah lainnya. Isi prasasti hanya menyebutkan larangan menangkap ikan pada bagian [[Sungai Cicatih]] yang termasuk kawasan Kabuyutan Sanghiyang Tapak. Sama halnya dengan kehadiran batu bertulis Purnawarman di Pasir Muara dan Pasir Koleangkak yang tidak menunjukkan letak ibukotaibu kota Tarumanagara.
 
=== Keterlibatan Kalingga ===
{{Referensi}}
Karena putera mahkota wafat mendahului Tarusbawa, maka anak wanita dari putera mahkota (bernama Tejakancana) diangkat sebagai anak dan ahli waris kerajaan. Suami puteri ini adalah cicit Wretikandayun bernama Rakeyan Jamri, yang dalam tahun 723 menggantikan Tarusbawa menjadi Raja Sunda ke-2. Sebagai penguasa Kerajaan Sunda ia dikenal dengan nama Prabu Harisdarma dan setelah menguasai Kerajaan Galuh dikenal dengan nama [[Sanjaya]].
 
Baris 69:
Telah diungkapkan di awal bahwa nama Sunda sebagai kerajaan tersurat pula dalam prasasti yang ditemukan di daerah Sukabumi. Prasasti ini terdiri atas 40 baris sehingga memerlukan empat (4) buah batu untuk menuliskannya. Keempat batu bertulis itu ditemukan pada aliran [[Sungai Cicatih]] di daerah [[Cibadak, Sukabumi]]. Tiga ditemukan di dekat Kampung Bantar Muncang, sebuah ditemukan di dekat Kampung Pangcalikan. Keunikan prasasti ini adalah disusun dalam huruf dan [[Kawi|bahasa Jawa Kuno]]. Keempat prasasti itu sekarang disimpan di Museum Pusat dengan nomor kode D 73 (dari Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi ketiga batu pertama (menurut Pleyte):
 
:D 73 :
://O//{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} ''Swasti shakawarsatita 952 karttikamasa tithi dwadashi shuklapa-ksa. ha. ka. ra. wara tambir. iri- ka diwasha nira prahajyan sunda ma-haraja shri jayabhupati jayamana- hen wisnumurtti samarawijaya shaka-labhuwanamandaleswaranindita harogowardhana wikra-mottunggadewa, ma-''
 
:D 96 :
:''gaway tepek i purwa sanghyang tapak ginaway denira shri jayabhupati prahajyan sunda. mwang tan hanani baryya baryya shila. irikang lwah tan pangalapa ikan sesini lwah. Makahingan sanghyang tapak wates kapujan i hulu, i sor makahingan ia sanghyang tapak wates kapujan i wungkalagong kalih matangyan pinagawayaken pra-sasti pagepageh. mangmang sapatha.''
 
:D 97 :
:''sumpah denira prahajyan sunda. lwirnya nihan.''
 
Baris 113:
Pasangan Premana dan Nagandingrum sendiri memiliki putera bernama Surotama alias Manarah (lahir 718 M, jadi ia baru berusia 5 tahun ketika Sanjaya menyerang Galuh). Surotama atau Manarah dikenal dalam literatur Sunda klasik sebagai Ciung Wanara. Kelak di kemudian hari, Ki Bimaraksa alias Ki Balangantrang, buyut dari ibunya, yang akan mengurai kisah sedih yang menimpa keluarga leluhurnya dan sekaligus menyiapkan Manarah untuk melakukan pembalasan.
 
Untuk mengikat kesetiaan Premana Dikusumah terhadap pemerintahan pusat di Pakuan, Sanjaya menjodohkan Raja Galuh ini dengan Dewi Pangrenyep, puteri Anggada, Patih Sunda. Selain itu Sanjaya menunjuk puteranya, Tamperan, sebagai Patih Galuh sekaligus memimpin "garnizun" Sunda di ibukotaibu kota Galuh.
 
Premana Dikusumah menerima kedudukan Raja Galuh karena terpaksa keadaan. Ia tidak berani menolak karena Sanjaya memiliki sifat seperti Purnawarman, baik hati terhadap raja bawahan yang setia kepadanya dan sekaligus tak mengenal ampun terhadap musuh-musuhnya. Penolakan Sempakwaja dan Demunawan masih bisa diterima oleh Sanjaya karena mereka tergolong angkatan tua yang harus dihormatinya.
Baris 156:
 
== Hubungan dengan berdirinya Majapahit ==
{{Referensi}}
Prabu Guru Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu memiliki putra mahkota Rakeyan Jayadarma, dan berkedudukan di Pakuan. Menurut ''[[Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara]] parwa II sarga 3'', Rakeyan Jayadarma adalah menantu [[Mahisa Cempaka|Mahisa Campaka]] di Jawa Timur, karena ia berjodoh dengan putrinya bernama [[Dyah Lembu Tal]]. Mahisa Campaka adalah anak dari [[Mahisa Wong Ateleng]], yang merupakan anak dari [[Ken Arok|Ken Angrok]] dan [[Ken Dedes]] dari Kerajaan [[Singhasari]].
 
Baris 165 ⟶ 166:
 
=== Raja-raja Sunda sampai Sri Jayabupati ===
Di bawah ini adalah urutan raja-raja Sunda sampai Sri Jayabupati, yang berjumlah 20 orang :
{| class="wikitable" border="1" cellpadding="3" style="font-size: 95%" width="650" align="center"
|+ '''Raja-raja Sunda sampai Sri Jayabupati'''
Baris 279 ⟶ 280:
 
=== Raja-raja Galuh sampai Prabu Gajah Kulon ===
Di bawah ini adalah urutan raja-raja Galuh sampai Prabu Gajah Kulon, yang berjumlah 13 orang :
{| class="wikitable" border="1" cellpadding="3" style="font-size: 95%" width="650" align="center"
|+ '''Raja-raja Galuh sampai Prabu Gajah Kulon'''
Baris 358 ⟶ 359:
 
=== Raja-raja Sunda-Galuh setelah Sri Jayabupati ===
Di bawah ini adalah urutan raja-raja Sunda-Galuh setelah Sri Jayabupati, yang berjumlah 14 orang :
{| class="wikitable" border="1" cellpadding="3" style="font-size: 95%" width="650" align="center"
|+ '''Raja-raja Sunda-Galuh setelah Sri Jayabupati'''
Baris 435 ⟶ 436:
||Prabu Susuktunggal
|align=center|[[1475]]-[[1482]]
||anak No.13/ Raja Sunda
||-
|align=center|'''14'''
||Prabu Dewa Niskala
|align=center|[[1475]]-[[1482]]
||anak No.13/ Raja Galuh
|}
 
Baris 452 ⟶ 458:
* [[Kerajaan Talaga Manggung]]
* [[Kerajaan Galunggung]]
* [[Kerajaan Sunda Galuh]]
* [[Kerajaan Pajajaran]]
{{Col-2}}
Baris 474 ⟶ 480:
* '''[[Saleh Danasasmita]]'''. 2003. ''Nyukcruk Sajarah Pakuan Pajajaran jeung Prabu Siliwangi''. Kiblat Buku Utama, Bandung. ISBN
* '''[[Yoseph Iskandar]]'''. 1997. ''Sejarah Jawa Barat: Yuganing Rajakawasa''. Geger Sunten, Bandung.
* Darsa, Undang A. 2004. “Kropak 406; Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan“, Makalah disampaikan dalam Kegiatan Bedah Naskah KunaKuno yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga. Bandung-Jatinangor: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran: hlm. 1 – 23.
* Ekadjati, Edi S. 1995. Sunda, Nusantara, dan Indonesia; Suatu Tinjauan Sejarah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran pada Hari Sabtu, 16 Desember `1995. Bandung: Universitas Padjadjaran.
* Ekadjati, Edi S. 1981. Historiografi Priangan. Bandung: Lembaga Kebudayaan Universitas Padjadjaran.
Baris 481 ⟶ 487:
* Raffles, Thomas Stamford. 2008. The History of Java (Terjemahan Eko Prasetaningrum, Nuryati Agustin, dan Idda Qoryati Mahbubah). Yogyakarta: Narasi.
* Z., Mumuh Muhsin. ''Sunda, Priangan, dan Jawa Barat''. Makalah disampaikan dalam Diskusi ''Hari Jadi Jawa Barat'', diselenggarakan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat Bekerja Sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada Selasa, 3 November 2009 di Aula Redaksi HU Pikiran Rakyat.
* Uka Tjandrasasmita. (2009).  ''Arkeologi Islam Nusantara.'' Kepustakaan Populer Gramedia.
* E. Rokajat Asura. (September 2011). ''Harisbaya bersuami 2 raja - Kemelut cinta di antara dua kerajaan Sumedang Larang dan Cirebon''. Penerbit Edelweiss.
* Atja, Drs. (1970). ''Ratu Pakuan.'' Lembaga Bahasa dan Sedjarah Unpad. Bandung.
Baris 508 ⟶ 514:
 
== Pranala luar ==
* [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0403/29/0807.htm/ Situs Karangkamulyan, Mitos Ciung Wanara & Wisata Budaya] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071210123738/http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0403/29/0807.htm |date=2007-12-10 }}, Pikiran Rakyat: Selasa, 29 April 2003.
 
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
 
== Linimasa Kerajaankerajaan-kerajaan Sunda ==
{{Kerajaan Sunda}}
 
{{Kotak_mulai}}
Baris 520 ⟶ 525:
|jabatan=[[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha|Kerajaan Hindu-Budha]]
|pendahulu=[[Kerajaan Taruma|Tarumanagara]]
|pengganti=[[Kerajaan Kalingga|Kalingga]]-
|tahun=669 - 14821579
}}
{{Kotak_selesai}}
Baris 527 ⟶ 532:
{{Kerajaan di Jawa}}
 
[[Kategori:Kerajaan Sunda Galuh| ]]
[[Kategori:Kerajaan Sunda| ]]
[[Kategori:Naskah Wangsakerta]]
Baris 534 ⟶ 540:
[[Kategori:Sunda]]
[[Kategori:Sejarah Sunda]]
 
[[Kategori:Kerajaan Sunda Galuh]]
 
[[en:United Kingdom of Sunda and Galuh]]