Kesultanan Gorontalo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambahkan foto
 
(48 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
 
{{lindungidarianon}}
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Kesultanan Gorontalo
| common_name = Kesultanan Gorontalo
| native_name = كسولتاننهولونتالو جورونتالو<br/> ''Pohala'a Hulontalo'' <br /> ''Kerajaan Gorontalo''
| continent = moved from Category:Asia to Southeast Asia
| region = Asia Tenggara
| image_flag = Brief van Sultan Muhammad Iskandar Hasanuddin van Gorontalo - 1791.png
| image_map = Kawasan Benteng Kesultanan Gorontalo (Pohala'a Gorontalo).png
| image_map_alt = Gorontalo Sultanate Territory.png
| image_map_caption =
| country = Indonesia
| religion = [[Sunni Islam]]
| p1 =
| flag_p1 = 1878
| image_p1 =
| s1 = IndonesiaHindia Belanda
| flag_s1 = Flag of Indonesiathe Netherlands.svg
| year_start = 13001385
| year_end = 1878
| event_start = Didirikan
| event_end = Wilayah Jajahan Hindia Belanda
| capital = [[Biawu, Kota Selatan, Gorontalo|Biawu]]
| common_languages = Bahasa [[Bahasa Gorontalo|Gorontalo]]
| government_type = Monarki Konstitusional
| title_leader = Raja/Sultan
Baris 41:
| HDI_year =
| today =
| Sebutan = Pohala'a Hulontalo
| s2 = Republik Indonesia
| flag_s2 = Flag of Indonesia.svg
| map_caption = Lukisan Kawasan Benteng dan Istana Kesultanan Gorontalo tahun 1821. Kawasan Kesultanan ini dibangun oleh Sultan Botutihe tahun 1738
| image_coat = Gorontalo Sultanate Royal Seal.png
| symbol_type = Cap Surat Resmi Kesultanan Gorontalo
| image_map2 = Gorontalo Sultanate Territory.png
| map_caption2 = Wilayah kekuasaan dan pengaruh Kesultanan Gorontalo yang meluas hingga ke tomini-bocht di [[Sausu, Parigi Moutong|Sausu]] dan [[Teluk Tomini]] tahun 1821
| image_flag2 =
| alt_flag2 =
| flag_caption = Surat Sultan dari Kesultanan Gorontalo tahun 1791
}}
'''Kesultanan Gorontalo''' yang mulanya disebut juga sebagai '''Kerajaan HulonthaloHulontalo''' ([[Bahasa Gorontalo]]: ''Pohala'a Hulontalo'') merupakan salah satu kerajaan[[Kerajaan]] tertua dan berpengaruh di [[Semenanjung Utara, Sulawesi|Semenanjung Utara]], Pulau [[Sulawesi]], dan paling berpengaruh di seantero Kawasan [[Teluk Tomini]], [[Indonesia]].<ref>Juwono, H. and Hutagalung, Y., 2005. ''Limo lo pohalaa: sejarah Kerajaan Gorontalo''. Ombak.</ref> Kerajaan ini terletak di bagian tengah dari lengan utara pulau [[Sulawesi]], dan diapit oleh dua perairan strategis yaitu [[Teluk Tomini|Teluk Gorontalo]] di Selatan dan [[Laut Sulawesi]] di Utara.
 
PadaKerajaan masaini kejayaannya,terletak Kesultanandi Gorontalobagian menjaditengah pusatdari penyebaranlengan islamutara pulau [[Sulawesi]], dan pusatdiapit perdaganganoleh palingdua berpengaruhperairan distrategis wilayahyaitu [[Teluk Tomini]] (|Teluk Gorontalo), Tomini-Bocht (tikungan Tomini), hingga beberapa wilayah]] di utaraSelatan dan tengah pulau[[Laut Sulawesi.]] di Utara.
 
Pada masa kejayaannya, Kesultanan Gorontalo menjadi pusat penyebaran islam dan pusat perdagangan paling berpengaruh dengan luas wilayah Kesultanan meliputi jazirah Gorontalo hingga ke wilayah [[Teluk Tomini]] (Teluk Gorontalo), sampai ke ujung [[Sausu, Parigi Moutong|Sausu]], [[Kabupaten Parigi Moutong|Parigi Moutong]] di Tomini-Bocht (tikungan Tomini), hingga beberapa wilayah di utara dan tengah pulau Sulawesi.<ref>Reinwardt, C.G.C., 1858. ''Reis naar het oostelijk gedeelte van den Indischen Archipel in het jaar 1821. Uit zijne nagelaten aanteekeningen opgestelt met een levensberigt en bijlagen vermeerderd door WH de Vriese''. Muller.</ref>
[[Sultan Amai]] yang bergelar ''Ta Olongia Lopo Isilamu'' (Raja yang mengislamkan Negeri) merupakan ''Olongia'' atau Raja pertama dari Kerajaan Gorontalo yang menganut agama [[islam]].
 
Kerajaan Gorontalo kemudian berubah menjadi [[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam|Kerajaan Islam]] pada masa Pemerintahan Raja Amai yang kemudian berganti menjadi Sultan. [[Sultan Amai]] yang bergelar ''Ta Olongia Lopo Isilamu'' (Raja yang mengislamkan Negeri) merupakan ''Olongia'' atau Raja pertama dari Kerajaan Gorontalo yang menganut agama [[islam]]. {{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
 
== Ibukota Kesultanan ==
Kedudukan ibukota Kesultanan Gorontalo mulanya berada di Desa [[Hulawa, Telaga, Gorontalo|Hulawa]], Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Kemudian pada tahun 1024 H, ibukota Kesultanan Gorontalo dipindahkan ke Kelurahan [[Tuladenggi, Dungingi, Gorontalo|Tuladenggi]], Kecamatan [[Dungingi, Gorontalo|Dungingi]].<ref>{{Cite web |url=https://gorontalokota.go.id/page/sejarah-gorontalo |title=Salinan arsip |access-date=2019-11-12 |archive-date=2019-11-12 |archive-url=https://web.archive.org/web/20191112075247/https://gorontalokota.go.id/page/sejarah-gorontalo |dead-url=yes }}</ref> Lokasi ibukota Kesultanan Gorontalo yang terakhir terletak di Kelurahan [[Biawu, Kota Selatan, Gorontalo|Biawu]], Kecamatan [[Kota Selatan, Gorontalo|Kota Selatan]], [[Kota Gorontalo]].<ref>https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/sejarah-gorontalo_indonesia/</ref>
 
== Struktur Pemerintahan Kesultanan ==
Adapun struktur pemerintahan Kesultanan Gorontalo terdiri atas tiga bagianlembaga yang disebut "''Buatulo Towulongo''" yang dimaknai sebagai 3 serangkai adat yang menyatu. ''Buatulo TotoluTowulongo'' terdiri dari:
 
* ''Buatulo Bubato'', Lembaga Pemerintahan
* ''Buatulo Sara'a'', Lembaga Keagamaan
* ''Buatulo Bala'', Lembaga Pertahanan dan Keamanan
Masing-masing perwakilan Buatulo tersebut akan dipilih secara musyawarah dan mufakat oleh ''Buatulo Bantayo'' yang dikepalai oleh seorang Bate. Selain itu, Buatulo Bantayo juga bertugas menciptakan peraturan-peraturan adat dan garis-garis besar tujuan kerajaan/kesultanan.
 
== Batas Wilayah Kesultanan ==
* Buatulo Bubato
Kesultanan Gorontalo memiliki wilayah kedaulatan yang berbatasan dengan Kerajaan [[Limboto, Gorontalo|Limboto]], Kerajaan [[Suwawa, Bone Bolango|Suwawa]], dan Kerajaan Bolango.
* Buatulo Sara'a
* Buatulo Bala
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de raja assistent-resident en hoofden Gorontalo Sulawesi TMnr 10020859.jpg|jmpl|Sultan Gorontalo terakhir, Ti Tulutani Zainal Abidin Monoarfa (duduk sebelah kiri)]]
Masing-masing perwakilan Buatulo tersebut akan dipilih secara musyawarah dan mufakat oleh Buatulo Bantayo yang dikepalai oleh seorang Bate. Selain itu, Buatulo Bantayo juga bertugas menciptakan peraturan-peraturan adat dan garis-garis besar tujuan kerajaan/kesultanan.
 
Meskipun begitu, pengaruh dan wilayah kekuasaan Kerajaan ini meluas hingga melintasi batas-batas Kerajaan tersebut, bahkan hingga ke wilayah perairan [[Teluk Tomini|Teluk Tomini (Teluk Gorontalo)]] sampi ke [[Sausu, Parigi Moutong|Sausu]], Parigi Moutong di Tomini-Bocht.<ref>Reinwardt, C.G.C., 1858. ''Reis naar het oostelijk gedeelte van den Indischen Archipel in het jaar 1821. Uit zijne nagelaten aanteekeningen opgestelt met een levensberigt en bijlagen vermeerderd door WH de Vriese''. Muller.</ref>
== Batas Wilayah ==
Kesultanan Gorontalo memiliki wilayah kedaulatan yang berbatasan dengan Kerajaan [[Limboto, Gorontalo|Limboto]], Kerajaan [[Suwawa, Bone Bolango|Suwawa]], dan Kerajaan Bolango. Meskipun begitu, pengaruh kekuasaan Kerajaan ini meluas hingga melintasi batas-batas Kerajaan tersebut, hingga ke wilayah perairan [[Teluk Tomini|Teluk Tomini (Teluk Gorontalo)]].
 
Adapun wilayah Kerajaan Gorontalo saat ini kini berada di dalam wilayah [[Kota Gorontalo]], serta sebagian kecil berada di wilayah [[Kabupaten Gorontalo]], Provinsi Gorontalo.
 
== Terbentuknya Kerajaan Gorontalo ==
[[Berkas:Portret van Monoarfa, Radja van Gorontalo, KITLV 36A135.tiff|kiri|jmpl|314x314px|Foto Raja Monoarfa dari Gorontalo]]
Menurut manuskrip sejarah Gorontalo, pada mulanya Kerajaan Gorontalo (''disebut juga Kerajaan Hulonthalo atau Pohala'a Hulonthalo'') dibentuk oleh persekutuan 17 Kerajaan kecil yang berkedudukan di lereng atau kaki gunung.<ref>Sirajuddin, S. (2018). Peran para Sultan dalam Penyebaran Islam di Gorontalo. ''Al-Qalam'', ''14''(1), 57-74.</ref> Selain itu, Kerajaan Gorontalo sejak dahulu telah mengenal kedudukan Raja Perempuan atau Ratu sebagai pemimpin Kerajaan. Hal ini menunjukkan bahwa sejak zaman dahulu, masyarakat [[Suku Gorontalo|Gorontalo]] telah mengenal kesetaraan kedudukan antara laki-laki dan perempuan di dalam lingkungan Kerajaan.
Menurut manuskrip sejarah Gorontalo, cikal bakal Kerajaan Gorontalo bermula pertama kali dari sebuah Kerajaan Kecil (Linula) bernama Kerajaan ''Hulontalangi'' yang diperkirakan telah berdiri sejak tahun 1300. Dalam catatan R. Tacco (1956), saat itu Kerajaan Hulontalangi telah dipimpin oleh Raja Humalanggi. Di kemudian hari, Raja Humalanggi memiliki seorang anak bernama Ilahudu yang kemudian merangkul dan mempersatukan 17 Kerajaan kecil di lereng atau kaki gunung.<ref>Sirajuddin, S. (2018). Peran para Sultan dalam Penyebaran Islam di Gorontalo. ''Al-Qalam'', ''14''(1), 57-74.</ref> 17 Kerajaan-Kerajaan inilah yang kemudian membentuk Kerajaan Gorontalo yang pengaruhnya menjadi lebih besar dan meluas di beberapa wilayah di [[Teluk Tomini]] (Teluk Gorontalo).
 
Selain itu, Kerajaan Gorontalo sejak dahulu telah mengenal kedudukan Raja Perempuan atau Ratu sebagai pemimpin Kerajaan. Hal ini menunjukkan bahwa sejak zaman dahulu, masyarakat [[Suku Gorontalo|Gorontalo]] telah mengenal kesetaraan kedudukan antara laki-laki dan perempuan di dalam lingkungan Kerajaan.
'''Daftar Perserikatan Kerajaan Gorontalo'''[[Berkas:Pemanku Adat.jpg|jmpl|Buatulo Bantayo dan Buatulo Sara'a ]]Adapun Perserikatan 17 Kerajaan yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kerajaan Gorontalo adalah sebagai berikut:
 
'''Daftar Perserikatan Kerajaan Gorontalo'''
 
Adapun Perserikatan 17 Kerajaan Kecil (''Linula'') yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kerajaan Gorontalo adalah sebagai berikut:
 
# Kerajaan Hunginaa, Rajanya: Lihawa
Baris 87 ⟶ 105:
# Kerajaan Huangobotu Oloyihi, Rajanya: Lealini
# Kerajaan Tamboo, Rajanya: Dayilombuto (Perempuan)
# Kerajaan Hulontalangi, Rajanya: HumalanggiIlahudu
 
== Kedatangan Islam ==
[[Berkas:Masjid Hunto Sultan Amai.jpg|kiri|jmpl|Masjid Hunto Sultan Amai]]
 
Kesultanan Gorontalo merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur, selain [[Kesultanan Ternate]], [[Kesultanan Gowa]] dan [[Kesultanan Bone]].<ref>Maili, M., & Suryani, W. (2018). Jaringan Islamisasi Gorontalo.(Fenomena Keagamaan dan Perkembangan Islam di Gorontalo). ''Al-Ulum'', ''18'', 435-458.</ref> Penyebaran agama Islam di Gorontalo diperkirakan bermula sejak abad ke-16 (antara tahun 1501-1600), ditandai dengan Islamnya salah satu Raja Gorontalo yang bernama Amai. Raja Amai kemudian mengganti sebutan raja menjadi sultan, sehingga namanya dikenang luas sebagai Sultan Amai dari Kesultanan Gorontalo.
 
[[Berkas:Masjid hunto gorontalo.jpg|jmpl|Masjid Hunto merupakan Masjid pertama dan tertua yang didirikan oleh Sultan Amai di Gorontalo.]]
Salah satu referensi masuknya Islam di Gorontalo berasal dari penjelasan Profesor Ibrahim Polontalo, dimana perkawinan antara ''Olongia Amai'' atau Raja Amai dengan Puteri Owutango dari Kerajaan Palasa.<ref>Polontalo, Ibrahim. 1968. ''Peranan Tidi Lopolopalo Gorontalo dalam Pembinaan Kepribadian Suku Gorontalo'', (Menado: FKPS-IKIP).</ref> Agama Islam yang dianut oleh Kerajaan Palasa Ogomonjolo (Kumonjolo) berasal dari hubungan pertalian darah kerajaan tersebut dengan para Raja dari Kesultanan Ternate.<ref>Richard Tacco. 1935. ''Het Volk Van Gorontalo: Historich Traditioneel Maatschappelijk Cultural Sociaal Karakteristiek…'', hlm. 26.</ref> Dalam perkawinan tersebut, Raja Amai dan para pengikutnya dipersyaratkan untuk memeluk Islam dan Al-Quran sebagai sumber utama tatanan kehidupan dan adat istiadat masyarakat Gorontalo.<ref>Amin, B. (2012). Islam, Budaya dan Lokalitas Gorontalo. ''Dalam Jurnal Sejarah dan Budaya (KURE). Manado. Balai Pelestarian Nilai Budaya Manado''.</ref>
 
Baris 97 ⟶ 116:
 
== Sejarah Nama Kerajaan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de raja assistent-resident en hoofden Gorontalo Sulawesi TMnr 10020859.jpg|jmpl|Sultan Gorontalo terakhir, Ti Tulutani Zainal Abidin Monoarfa (duduk sebelah kiri)|al=|kiri]]
Pada era kolonial [[Belanda]], Kerajaan Gorontalo sendiri memiliki banyak nama yang disebutkan dalam berbagai literatur sejarah, termasuk dalam surat-menyurat antara Belanda dan para Raja Gorontalo saat itu. Nama lain dari Kerajaan Gorontalo yang banyak ditemukan dalam berbagai sumber referensi ilmiah dan media cetak sejak tahun 1800-an diantaranya adalah ''Goenong-Talo'',<ref>Jacobus Noorduyn. 1843. ''Aardrijkskundig Woordenboek der Nederlanden: E - G.'' Volume 4.</ref> ''Goenong-Tello'',<ref>Zoological Society of London. 1874. ''Transactions of the Zoological Society of London.'' Volume 8.</ref> dan ''Holontalo''<ref>Johan Gerard Friedrich Riedel. 1870. ''De Landschappen Holontalo, Limoeto, Bone, Boalemo en Kattinggola of Andagile, Geographische, Statistische, Historische en Ethnographische Aanteekeningen''</ref>.
 
Pada era kolonial [[Belanda]], Kerajaan Gorontalo sendiri memiliki banyak nama yang disebutkan dalam berbagai literatur sejarah, termasuk dalam surat-menyurat antara Belanda dan para Raja Gorontalo saat itu. Nama lain dari Kerajaan Gorontalo yang banyak ditemukan dalam berbagai sumber referensi ilmiah dan media cetak sejak tahun 1800-an di antaranya adalah ''Goenong-Talo'',<ref>Jacobus Noorduyn. 1843. ''Aardrijkskundig Woordenboek der Nederlanden: E - G.'' Volume 4.</ref> ''Goenong-Tello'',<ref>Zoological Society of London. 1874. ''Transactions of the Zoological Society of London.'' Volume 8.</ref> dan ''Holontalo''.<ref>Johan Gerard Friedrich Riedel. 1870. ''De Landschappen Holontalo, Limoeto, Bone, Boalemo en Kattinggola of Andagile, Geographische, Statistische, Historische en Ethnographische Aanteekeningen''</ref>
 
Dalam catatan sejarah, asal usul nama Gorontalo sendiri memiliki banyak versi. Namun asal usul nama Gorontalo yang paling sesuai dengan fakta sejarah adalah berasal dari kata ''Huidu Totolu'' (Tiga Gunung), yang kemudian oleh berbagai literatur era kolonial diserap menjadi ''Goenong-Talo'' atau ''Goenong-Tello''. Penjelasan sejarah ini ditegaskan secara lugas oleh Profesor [[Jusuf Sjarif Badudu]] dalam Buku Morfologi Bahasa Gorontalo pada tahun 1982.<ref>J.S. Badudu. 1982. ''Morfologi Bahasa Gorontalo.'' Djambatan</ref>
 
Dalam bukunya tersebut, Prof. Badudu menjelaskan bahwa Tiga Gunung yang menjadi asal usul nama Gorontalo merujuk pada Gunung Tilonggabila (kini disebut [[Gunung Tilongkabila]]), Gunung Malenggalila, dan Gunung ketiga yang tidak bernama. Tiga gunung inilah yang kemudian dalam [[bahasa Gorontalo]] disebut sebagai ''Huidu Totolu'' yang kemudian diserap menjadi Hulonthalo atau ''Goenong-Talo'', hingga akhirnya dikenal sebagai Gorontalo seperti sekarang ini.
 
== Daftar Olongia (Raja) dan Tulutani (Sultan) ==
Dalam catatan sejarah, asal usul nama Gorontalo sendiri memiliki banyak versi. Namun asal usul nama Gorontalo yang paling sesuai dengan fakta sejarah adalah berasal dari kata ''Huidu Totolu'' (Tiga Gunung), yang kemudian oleh berbagai literatur era kolonial diserap menjadi ''Goenong-Talo'' atau ''Goenong-Tello''. Penjelasan sejarah ini ditegaskan secara lugas oleh Profesor [[Jusuf Sjarif Badudu]] dalam Buku Morfologi Bahasa Gorontalo pada tahun 1982.<ref>J.S. Badudu. 1982. ''Morfologi Bahasa Gorontalo.'' Djambatan</ref>
{| class="wikitable"
!No
!Olongia
!Tahun
|-
|1
|Ilahudu
|1385–1427
|-
|2
|Uloli
|1427–1450
|-
|3
|Walango
|1450–1481
|-
|4
|Polamolo
|1481–1490
|-
|5
|Ntihedu
|1490–1503
|-
|6
|Detu
|1503–1523
|}
'''''Olongiya to Tilayo'''''
{| class="wikitable"
!No
!Olongia/Tulutani
!Tahun
|-
|1
|[[:gor:Sultan_Amai|Amay]]
|1523–1550
|-
|2
|Matolodula Kiki
|1550–1585
|-
|3
|Pongoliwa Daa
|1585–1615
|-
|4
|Moliye
|1615–1646
|-
|5
|Eato (Eyato)
|1646–1674
|-
|6
|Polamolo II Tomito
|1674–1686
|-
|7
|Lepehulawa
|1686–1735
|-
|8
|Nuwa
|1735–1764
|-
|9
|Walango
|1767–1798
|-
|10
|Bia (Bea/Biya)
|1798–1809
|-
|11
|Tapu
|1809
|-
|12
|Haidari
|1809–1828
|-
|13
|Walangadi
|1828–1835
|-
|14
|Wadipalapa
|1836–1847
|-
|15
|Panjuroro
|1847–1851
|}
'''''Olongia to Huliyaliyo'''''
{| class="wikitable"
!No
!Olongia/Tulutani
!Tahun
|-
|1
|Podungge
|1530–1560
|-
|2
|Tuliabu
|1560–1578
|-
|3
|Wulutileni
|1578–1611
|-
|4
|Mboheleo
|1611–1632
|-
|5
|Bumulo
|1632–1647
|-
|6
|Tiduhula
|1647–1677
|-
|7
|Bia
|1677–1703
|-
|8
|Walangadi
|1703–1718
|-
|9
|Piola
|1718–1737
|-
|10
|Botutihe
|1737–1757
|-
|11
|Iskandar Monoarfa
|1757–1777
|-
|12
|Unonongo
|1780–1782
|-
|13
|Pongoliwu Mbuinga Daa
|1782–1795
|-
|14
|Mbuinga Kiki Monoarfa
|1795–1818
|-
|15
|Muh. Iskandar Pui Monoarfa
|1818–1829
|-
|16
|Lihawa Monoarfa
|1829–1830
|-
|17
|Abdul Babiyonggo
|1830–1831
|-
|18
|Bumulo
|1831–1836
|-
|19
|Hasan Pui Monoarfa
|1836–1851
|-
|20
|Abdullah (Mbuinga) Pui Monoarfa
|1851–1859
|-
|21
|Zainal Abidin Monoarfa
|1859–1878
|}
 
== Lihat pula ==
Dalam bukunya tersebut, Prof. Badudu menjelaskan bahwa Tiga Gunung yang menjadi asal usul nama Gorontalo merujuk pada Gunung Tilonggabila (kini disebut Gunung Tilongkabila), Gunung Malenggalila, dan Gunung ketiga yang tidak bernama. Tiga gunung inilah yang kemudian dalam [[bahasa Gorontalo]] disebut sebagai ''Huidu Totolu'' yang kemudian diserap menjadi Hulonthalo atau ''Goenong-Talo'', hingga akhirnya dikenal sebagai Gorontalo seperti sekarang ini.
* [[Kesultanan Limboto]]
* [[Kesultanan Bolango]]
* [[Suku Gorontalo]]
* [[Masakan Gorontalo]]
* [[Marga Gorontalo]]
* [[Bahasa Gorontalo]]
* [[Bahasa Melayu Gorontalo]]
 
== Daftar Pustaka Rujukan ==
* Rosenberg, C. B. H. (1865). ''Reistogten in de afdeeling Gorontalo: gedaan op last der Nederlandsch Indische regering'' (Vol. 10). F. Muller.
* Riedel, J. G. F. (1870). ''De landschappen Holontalo, Limoeto, Bone, Boalemo en Kattinggola, of Andagile: Geographische, statistische, historische en ethnographische aanteekeningen''.
Baris 126 ⟶ 343:
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
<references />
 
[[Kategori:Kerajaan Islam]]
Baris 132 ⟶ 349:
[[Kategori:Sejarah Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Nusantara]]
[[Kategori:Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Kerajaan di Asia Tenggara]]