Kesultanan Gorontalo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
k Menambahkan pranala
Baris 47:
Pada masa kejayaannya, Kesultanan Gorontalo menjadi pusat penyebaran islam dan pusat perdagangan paling berpengaruh di wilayah [[Teluk Tomini]] (Teluk Gorontalo), Tomini-Bocht (tikungan Tomini), hingga beberapa wilayah di utara dan tengah pulau Sulawesi.
 
Kerajaan Gorontalo kemudian berubah menjadi [[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam|Kerajaan Islam]] pada masa Pemerintahan Raja Amai yang kemudian berganti menjadi Sultan. [[Sultan Amai]] yang bergelar ''Ta Olongia Lopo Isilamu'' (Raja yang mengislamkan Negeri) merupakan ''Olongia'' atau Raja pertama dari Kerajaan Gorontalo yang menganut agama [[islam]]. {{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
== Ibukota Kesultanan ==
Kedudukan ibukota Kesultanan Gorontalo mulanya berada di Desa [[Hulawa, Telaga, Gorontalo|Hulawa]], Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Kemudian pada tahun 1024 H, ibukota Kesultanan Gorontalo dipindahkan ke Kelurahan [[Tuladenggi, Dungingi, Gorontalo|Tuladenggi]], Kecamatan [[Dungingi, Gorontalo|Dungingi]].<ref>https://gorontalokota.go.id/page/sejarah-gorontalo</ref> Lokasi ibukota Kesultanan Gorontalo yang terakhir terletak di Kelurahan [[Biawu, Kota Selatan, Gorontalo|Biawu]], Kecamatan [[Kota Selatan, Gorontalo|Kota Selatan]], [[Kota Gorontalo]].<ref>https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/sejarah-gorontalo_indonesia/</ref>