Kesultanan Melaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Surijeal (bicara | kontrib)
Tambah gambar. Hapus gambar bendera, karena bendera tersebut tidak historis dan merupakan penggambaran modern atas bendera placeholder yang tertera di Cantino Planisphere. Lihat pembicaraanya: https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Talk:Malacca_Sultanate
 
(46 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{otheruses|Malaka (disambiguasi)}}
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Kesultanan Melayu Melaka<br>کسلطاننكسلطانن ملايو ملاکملاك
| common_name = Kesultanan Melaka
| p1 = Kerajaan Singapura
| p2 = Kerajaan Sriwijaya
| flag_p2 =
| flag_s1 = Flag Portugal (1640).svg
| s1 = Melaka Portugal
| s1 = Melaka Portugal | flag_s2 =White Flag of the Malay Sultanates.svg | s2 =Kesultanan Pahang | flag_s3 =White Flag of the Malay Sultanates.svg
| s3flag_s2 =Sultan Perak = White | flag_s4 =Flag of Johorthe (1855–1865)Malay Sultanates.svg
| s2 = Kesultanan Pahang
| s4 =Kesultanan Johor | year_start = 1402
| year_endflag_s3 = 1528White Flag of the Malay Sultanates.svg
| s3 = Sultan Perak
| flag_s4 = Flag of Johor (1855–1865).svg
| s4 = Kesultanan Johor
| year_start = 1400
| year_end = 1511
| date_start =
| date_end =
| event_start =
| event_end = [[Perebutan Melaka (1511)|Portugal Invasi Kota Melaka]]
| image_flag =
| image_coat =
| symbol_type =
| image_map = Malacca Sultanate id.svg
| image_map_size = 250px
| image_map_captio = Kesultanan Melaka pada abad ke-15, berdasarkan keterangan "Atlas Sejarah mekah dan Dunia"
| capital = [[Melaka]](1402-1511){{br}}[[Muar]](1511-1513){{br}}[[Bintan]](1513-1526){{br}}[[Kampar]](1526-1528)
| common_languages = [[Bahasa Melayu Klasik|Melayu klasik]]
| government_type = Monarki
| title_leader = Sultan
Baris 24 ⟶ 33:
| year_leader1 = 1402-1414
| leader2 = [[Mahmud Syah dari Melaka|Mahmud Syah]](Terahkir)
| year_leader2 = 14771513-15111528
| leader3 =
| year_leader3 = [[Sultan Nazrin muizzuddin shah]]
Baris 40 ⟶ 49:
| HDI =
| HDI_year = Index demokrasi
| today = {{flag|Malaysia}}<br />{{flag|SinggapureIndonesia}}<br />{{flag|Singapura}}<br />{{flag|Thailand}}
| flag_caption = Bendera Kesultanan Malaka seperti terlihat di peta Planisfera Cantino
| religion = Islam
| flag_width =
}}
 
Baris 46 ⟶ 58:
 
[[Berkas:Malacca Sultanate Palace.JPG|jmpl|ka|Replika istana Kesultanan Malaka, dibangun kembali berdasarkan informasi dari [[Sulalatus Salatin]] ]]
'''Kesultanan Melaka''' atau '''Kesultanan Malaka''' adalah sebuah [[Kerajaankerajaan Melayu]] yang pernah berdiri di [[Melaka]], [[Malaysia]]. Kerajaan ini didirikan oleh [[Parameswara]] imbas perang Jawa dengan Siam di daerah tersebut, kemudian mencapai puncak kejayaan pada abad ke -15 dengan menguasai jalur pelayaran [[Selat Melaka]], sebelum ditaklukan oleh melaka[[Kerajaan tahunPortugal|Portugis]] pada [[1511]]. Kejatuhan Malaka ini menjadi pintu masuknya kolonialisasi [[Eropa]] di kawasan [[Nusantara]].
 
Kerajaan ini tidak meninggalkan bukti arkeologis yang cukup untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah{{cn}}, tetapi keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui dan k. Dari perbandingan dua sumber ini masih menimbulkan kerumitan akan sejarah awal Malaka terutama hubungannya dengan perkembangan agama Islam di Malaka serta rentang waktu dari pemerintahan masing-masing raja Malaka. Pada awalnya [[Islam]] belum menjadi [[agama]] bagi masyarakat Malaka, tetapi perkembangan berikutnya Islam telah menjadi bagian dari kerajaan ini yang ditunjukkan oleh gelar [[sultan]] yang disandang oleh penguasa Malaka berikutnya.
 
== Pendirian ==
{{utama|Parameswara}}
Setelah dilakukan penelitian sejarah, baik dari buku "''Sejarah Melayu"'' karya [[Tun Sri Lanang]], buku "''[[Hikayat Raja-raja Pasai"]]'' karya Syekh Nuruddin Raniri, buku "''[[Riwayat Negeri Malaka"]]'' dalam [[bahasa Portugis]] karya [[Barros]] pada tahun 1553, catatan orang Tionghoa, juga dengan Babad Tanah Jawa ''[[Pararaton]]'' (raja-raja), dapat diambil kesimpulan bahwa pada permulaan abad ke -14, negeridaerah MalakaTanjung Medini masih diperang bawahantara kekuasaandua Siamkekuatan.<ref name=":0">Prof. Dr. Hamka (2016) "Sejarah Umat Islam" Jakarta : Gema Insani</ref> DisanaDi sana belum ada kerajaan. Akan tetapi, di Tanahtanah Jawa, telah muncul Kerajaankerajaan Hindumultikultural [[Majapahit]] yang menjadi lawan kuat Siam dalam memperebutkan kekuasaan di [[Selat Malaka]], terutama pada tahun 1331, ketika Patih [[Gajah Mada]] mendapat kepercayaan tinggi dari Batara Majapahit. Setelah Patih Gajah Mada naik, digariskanlah politik yang tegas, yaitu memperluas kekuasaannya dan merebut wilayahsebuah kekuasaantanjung yang sering terjadi perang antara penduduk setempat dengan negeri Siam. Majapahit pun menyerang Palembang, Singapura, Brunei, Pasai, sebagian Tembeling, dan Samudrakemungkinan Pasaijuga termasuk Luzon. Padahal, saat itu, di Singapura saat itu masih berdiri sebuah kerajaan Hinduindependen.
 
Dengan jatuhnya Kerajaankerajaan Melayu Hindu di Singapura karena serangan Majapahit, Rajaraja Singapura berangkat melarikan diri dari Singapura. Raja tersebut bernama [[Permaisura]].<ref name=":0" /> Mula-mula, bersembunyilah beliauia ke sebuah kampung di sebelah utara Pulau Singapura. Dari sana, ia menyeberang ke [[Semenanjung Malaka|Semenanjung Melayu]] melalui [[Johor]]. Kemudian, terus ke negeri Muar. Dari Muar, diteruskannya perjalanan ke Sungai Ujung, hingga akhirnya beliauia sampai di Malaka. Pada saat itu, Malaka merupakan wilayah kekuasaan Siam.
 
Saat itu, beliauia mendapati penduduk Malaka sudah mulai ramai, baik dari orang PasaiMelayu, Arab, PersiaCina, GujaratRomawi, Siam, dan Malabarlainnya. Kemudian, Sidi Abdul Aziz, seorang ulama yang berasal dari Jeddah, datang ke Malaka, mengajak beliauia untuk masuk Islam. Ajakan itu diterima. Sidi Abdul Aziz menganjurkan kepada beliauia untuk mengganti namanya menjadmenjadi Sultan Muhammad Syah. Ia memeluk Islam sekitar tahun 1384.<ref name=":0" /> Sejak itu, ia resmi menjadi sultan negeri Malaka.
 
Sementara itu, berdasarkan [[Sulalatus Salatin]] dan [[Suma Oriental]] Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara seorang pangeran yang berasal dari palembang yang melarikan diri karena invasi angkatan laut Majapahit dan Ayutthaya meskipun tidak terucap Ayutthaya. [[Kronik]] [[Dinasti Ming]] juga mencatat [[Parameswara]] sebagai pendiri Malaka<ref>{{Cite web|url=http://lib.ui.ac.id/|title=Dinamika perdagangan Bandar Malaka dari masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah hingga masa pemerintahan Portugis (1456-1641) = Dynamincs trading of Bandar Malacca from Sultan Mansyur Syah periode until Portuguese periode (1456-1641)|last=Suryaningrat|first=Rizal F. Aji, Wisnu M.|date=2011|website=Universitas Indonesia Library|language=en-US|access-date=2019-12-14}}</ref> mengunjungi [[Kaisar Yongle]] di [[Nanjing]] pada tahun 1405 dan meminta pengakuan atas wilayahdaerag kedaulatannya.<ref>{{cite book|last= Gungwu|first= Wang|title= Only connect!: Sino-Malay encounters|publisher= Eastern Universities Press|year= 2003|id= ISBN 981-210-243-4 }}</ref> Sebagai balasan upeti yang diberikan, [[Kaisar Tiongkok]] menyetujui untuk memberikan perlindungan pada Malaka,<ref name="ASHM">{{cite book|last= Hooker|first= Virginia M.|title= A Short History of Malaysia: linking east and west|url= https://archive.org/details/shorthistoryofma0000hook|publisher= Allen & Unwin|year= 2003|id= ISBN 1-86448-955-3 }}</ref> kemudian tercatat ada sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Tiongkok.<ref>{{cite book|last= Cleary|first= Mark|coauthors= Kim Chuan Goh|title= Environment and development in the Straits of Malacca|url= https://archive.org/details/environmentdevel0000clea|publisher= Routledge|year= 2000|id= ISBN 0-415-17243-8 }}</ref> Pengaruh yang besar dari relasi ini adalah Malaka dapat terhindar dari kemungkinan adanya berbagai serangan Siamterutama dariJawa utaradan Siam, terutamaapalagi setelah Kaisar Tiongkok mengabarkan penguasa [[Kerajaan Ayutthaya|Ayutthaya]] akan hubungannyarencananya denganterhadap Malakadaerah tanjung tersebut.<ref name="Kong" /> Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming.<ref name="ISAS" /><ref name="Wink">{{cite book|last= Wink|first= André|title= Indo-Islamic society, 14th-15th centuries|publisher= BRILL|year= 2004|id= ISBN 90-04-13561-8 }}</ref>
 
Laporan dari kunjungan Laksamana [[Cheng Ho]] pada 1409, mengambarkan [[Islam]] telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka,<ref name="Kong">Yuanzhi Kong, (2000), ''Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-361-4</ref> sementara berdasarkan catatan Ming, penguasa Malaka mulai mengunakan gelar [[sultan]] muncul pada tahun 1455. Sedangkan dalam [[Sulalatus Salatin]] gelar sultan sudah mulai diperkenalkan oleh penganti berikutnya ''Raja Iskandar Syah'', tokoh yang dianggap sama dengan [[Parameswara]] oleh beberapa sejarahwan.<ref name="ISAS" /> Sementara dalam [[Pararaton]] disebutkan terdapat nama tokoh yang mirip yaitu ''Bhra Hyang Parameswara'' sebagai suami dari [[Majapahit|Ratu Majapahit]], [[Suhita|Ratu Suhita]]. Namun kontroversi identifikasi tokoh ini masih diperdebatkan sampai sekarang.
Baris 65 ⟶ 75:
 
== Hubungan dengan kekuatan regional ==
Dengan sangat hati-hati Sultan Muhammad Syah mengendalikan politik luar negerinya. Gangguan dari Majapahit tidak begitu ditakutinya lagi, karena Gajah Mada telah meninggal pada 1364 dan Prabu Hayam Wuruk pun telah meninggal pada 1389. Majapahit pada saat itu hanya menguasai daerahnya di Jawa saja. Kerajaan tetangga yang paling dekat ialah Siam. Dengan Siam, dijagalah politik bertetangga dengan baik. Malaka membayar upeti 40 tahil emas setahun.<ref name=":0" /> Sementara itu, Kerajaan yang amat diseganinya ketika itu ialah Tiongkok. Sebab, hubungan Tiongkok dengan tanah-tanah Melayu sudah lama adanya.
 
Pada awal tahun 1403, terjadi pergeseran kekuasan di Tiongkok dalam keluarga Dinasti Ming. Maharaja Cheng Tsu merebut kekuasaan dari Maharaja Hwui Ti. Sultan Muhammad Syah memperhitungkan bahwa raja yang baru naik pasti akan menang, jika hubungan dengan negeri-negeri selatan diperkukuh. Dengan tidak ragu lagi, Sultan mengirim utusan ke Tiongkok untuk menghadap raja yang baru menang itu, untuk mengikat tali persahabatan. Karena hubungannya dengan Tiongkok telah kuat, Sultan mulai menghentikan pengiriman upetinya ke Siam. Dengan itu, Maharaja Tiongkok memberikan pengakuan, bahwa Malaka diakui oleh Tiongkok di bawah perlindungannya, kalau ada serangan dari luar.<ref name=":0" />
Baris 74 ⟶ 84:
 
== Masa kejayaan ==
 
{{multiple image
| align = right
| direction = vertical
| total_width = 250
| image1 = The Port City of Malacca painted by unknown artist.jpg
| caption1 = Rekonstruksi pelabuhan Melaka setelah pendiriannya, dari Museum Maritim Melaka.
| image2 = Melaka during the reign of Sultan Alauddin Riayat Shah by Maembong Ayoh.jpg
| caption2 = Kesultanan Melaka pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Shah (1477–1488) karya Maembong Ayoh
| header = Penggambaran modern Kesultanan Melaka
}}
Pada masa pemerintahan [[Mudzaffar Syah dari Malaka|Sultan Mudzaffar Syah]], Malaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya dan pesisir timur pantai [[Sumatra]], setelah sebelumnya berhasil mengusir serangan [[Siam]].<ref name="Raffles"/> Di mulai dengan menyerang [[Kerajaan Aru|Aru]] yang disebut sebagai kerajaan yang tidak menjadi [[muslim]] dengan baik.<ref name="Pires"/> Penaklukan Malaka atas kawasan sekitarnya ditopang oleh kekuatan armada laut yang kuat pada masa tersebut serta kemampuan mengendalikan [[Orang Laut]] yang tersebar antara kawasan pesisir timur [[Pulau Sumatra]] sampai [[Laut Tiongkok Selatan]]. Orang laut ini berperan mengarahkan setiap kapal yang melalui Selat Malaka untuk singgah di Malaka serta menjamin keselamatan kapal-kapal itu sepanjang jalur pelayarannya setelah membayar cukai di Malaka.<ref name="Andaya" />
 
Di bawah pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, [[Mansur Syah dari Malaka|Sultan Mansur Syah]], Melaka menyerbu [[Kedah]] dan [[Pahang]], dan menjadikannya negara [[Vasal|vassal]].<ref name="Samad">Samad, A. A., (1979), ''Sulalatus Salatin'', Dewan Bahasa dan Pustaka</ref> Di bawah sultan yang sama [[Kerajaan Kampar Pekan Tua|Kampar Pekan Tua]], dan [[Kerajaan Siak Gasib|Siak Gasib]] juga takluk.<ref name="Samad" /> Sementara kawasan [[Inderagiri]] dan [[Jambi]] merupakanadalah hadiah dari ''Batara Majapahit'' untuk Raja Malaka.<ref name="Samad" /> Sultan Mansur Syah kemudian digantikan oleh putranya [[Alauddin Riayat Syah dari Malaka|Sultan Alauddin Syah]] namun memerintah tidak begitu lama karena diduga ia diracun sampai meninggal<ref name="Halimi" /> dan kemudian digantikan oleh putranya [[Mahmud Syah dari Malaka|Sultan Mahmud Syah]].<ref name="Raffles"/>
 
Hingga akhir abad ke-15 Malaka telah menjadi kota pelabuhan kosmopolitan dan pusat perdagangan dari beberapa hasil bumi seperti emas, timah, lada dan kapur. Malaka muncul sebagai kekuatan utama dalam penguasaan jalur [[Selat Malaka]], termasuk mengendalikan kedua pesisir yang mengapit selat itu.<ref name="Halimi">Halimi, A.J., (2008), ''Sejarah dan tamadun bangsa Melayu'', Utusan Publications, ISBN 978-967-61-2155-4.</ref>
 
== Penurunan ==
Sultan Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut diserang pasukan [[Portugal]] di bawah pimpinan [[Afonso de Albuquerque|Pewaris]] Serangan dimulai pada [[10 Agustus]] [[1511]] dan pada [[24 Agustus]] [[1511]] Malaka jatuh kepada Portugal. Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke [[Pulau Bintan|Bintan]] dan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pemerintahan baru.<ref name="Winstedt">{{cite book|last= Winstedt|first= Richard|title= A History of Malaya|url= https://archive.org/details/historyofmalaya0000wins|publisher= Marican|year= 1962 }}</ref> Perlawanan terhadap penaklukan Portugal berlanjut, pada bulan Januari 1513 [[PatihPati YunusUnus]] dengan pasukan dari [[Kerajaan Demak|Demak]] berkekuatan 100 kapal dan 5000 tentara mencoba menyerang Malaka, tetapi serangan ini berhasil dikalahkan oleh Portugal.<ref name="Ricklefs"/> Selanjutnya untuk memperkuat posisinya di Malaka, Portugal menyisir dan menundukkan kawasan antara [[Selat Malaka]]. Pada bulan Juli 1514, de Albuquerque berhasil menundukkan Kampar, dan Raja Kampar menyatakan kesediaan dirinya sebagai vazal dari Portugal di Malaka.<ref name="Winstedt"/>
 
Sejak tahun 1518 sampai 1520, Sultan Mahmud Syah kembali bangkit dan terus melakukan perlawanan dengan menyerang kedudukan Portugal di Malaka. Namun usaha Sultan Malaka merebut kembali Malaka dari Portugal gagal. Di sisi lain Portugal juga terus memperkukuh penguasaannya atas jalur pelayaran di [[Selat Malaka]]. Pada pertengahan tahun 1521, Portugal menyerang [[Kesultanan Samudera Pasai|Pasai]], sekaligus meruntuhkan kerajaan yang juga merupakan [[sekutu]] dari Sultan Malaka.
 
Selanjutnya pada bulan Oktober 1521, pasukan Portugal di bawah pimpinan de Albuquerque mencoba menyerang Bintan untuk meredam perlawanan [[Sultan]] Malaka, tetapi serangan ini dapat dipatahkan oleh Sultan Mahmud Syah. Namun dalam serangan berikutnya pada [[23 Oktober]] [[1526]] Portugal berhasil membumihanguskan Bintan, dan Sultan Malaka kemudian melarikan diri ke [[Pelalawan | Kampar Pekan Tua]], tempat dia wafat dua tahun kemudian.<ref name="Winstedt"/> Berdasarkan [[Sulalatus Salatin]] Sultan Mahmud Syah kemudian digantikan oleh putranya [[Alauddin Syah dari Johor|Sultan Alauddin Syah]] yang kemudian tinggal di [[Pahang]] beberapa saat sebelum menetap di [[Johor]].<ref name="Andaya">{{cite book|last= Andaya|first= Leonard Y.|title= Leaves of the same tree: trade and ethnicity in the Straits of Melaka|url= https://archive.org/details/leavesofsametree0000anda|publisher= University of Hawaii Press|year= 2008|id= ISBN 0-8248-3189-6 }}</ref> Kemudian pada masa berikutnya para pewaris Sultan Malaka setelah [[Mahmud Syah dari Malaka|Sultan Mahmud Syah]] lebih dikenal disebut dengan [[Sultan Johor]].
 
== Pemerintahan ==
Baris 114 ⟶ 135:
| 1488-1511 || [[Mahmud Syah dari Melaka|Mahmud Syah]] || [[Perebutan Melaka (1511)|Diserang]] Portugis
|-
| 1511-1513 || [[Ahmad Syah dari Melaka|Ahmad Syah]] || Dibunuh Mahmud Syah karena inkompeten
|-
| 1513-1528 || Sultan Mahmud Syah ||Klaim tahta Kerajaan Melaka.<br>Kemudian mengungsi<br>dan meninggal di [[KabupatenKerajaan Kampar Pekan Tua|Kampar Pekan Tua]]
|}
 
Baris 129 ⟶ 150:
* [http://books.google.co.id/books?id=J9JAAAAAYAAJ&pg=PR3&dq=Malay+annals%2B+Raffles+%2BJohn+Leyden%2BLongman,+Hurst,+Rees,+Orme,+and+Brown&hl=en&ei=UuHZToOGBpCrrAfrrNzmDQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=8&ved=0CE4Q6AEwBw#v=onepage&q&f=false Malay Annals-English version by John Leyden]
<!--DISIMPAN DULU
Parameswara merupakan turunan ketiga dari Sri Maharaja Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri Buana (Sang Nila Utama), seorang penerus raja Sriwijaya<ref>{{cite book | last = Singapore. Ministry of Culture, Singapore. Ministry of Communications and Information. Information Divisionl | title = [[Singapore facts and pictures]] | publisher = [[Ministry of Culture]] | year= 1973 | pages = 9 | isbn = 0217-7773 }}</ref>. Sang Nila Utama mendirikan Singapura Lama dan berkuasa selama 48 tahun. Kekuasaannya dilanjutkan oleh putranya Paduka Sri Pekerma Wira Diraja (1372 – 13861372–1386) yang kemudian diteruskan oleh cucunya, Paduka Seri Rana Wira Kerma (1386 – 13991386–1399). Pada tahun 1401, Parameswara putra dari Seri Rana Wira Kerma, mengungsi dari Tumasik setelah mendapat penyerangan dari Majapahit.<ref>{{cite web | last = Buyers | first = Christopher | title = The Ruling House of Malacca - Johor | url=http://www.royalark.net/Malaysia/malacca.htm | accessdate = 2009-06-13 }}</ref>-->
 
{{Kerajaan di Sumatra}}
Baris 137 ⟶ 158:
[[Kategori:Melaka]]
[[Kategori:Kesultanan Malaka| ]]
[[Kategori:Negara prakolonial di Indonesia]]