Kesultanan Palembang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Daeng Hanif (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Dikembalikan VisualEditor
Ummu Afif (bicara | kontrib)
Hanya memperbaiki kesalahan link, tolong jangan dikembalikan lagi (just fix the link error, please don't back)
Tag: Pengembalian manual kemungkinan spam pranala VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(28 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pp-protected|reason=Penambahan isi halaman tanpa sumber|small=yes}}
{{refimprove}}
{{Infobox Former Country
| native_name = ڤالمبڠ دار السلام
| conventional_long_name = Palembang Darussalam
| common_name = [[Palembang]]
| continent = Asia
| region = [[Asia Tenggara]]
| country = [[Indonesia]]
| religion = [[Islam]]
| image_coat = Jata rasmi Kesultanan Palembang Darussalam.png
| symbol_type =
| p1 = Kesultanan Demak
Baris 17 ⟶ 15:
| flag_p2 = Flag of the Sultanate of Banten.svg
| flag_s1 = Flag of the Netherlands.svg
| year_start = 16593 Maret 1666
| year_end = 1823
| date_start =
Baris 24 ⟶ 22:
| event_end = Dihapus [[Belanda]]
| image_map =
| capital = [[Palembang]] (De Facto)<br>[[Indralaya]] (De Jure)
| common_languages = Bahasa yang umum digunakan didalam Kesultanan Palembang adalah [[Bahasa Melayu Palembang]] yang terbagi menjadi dua dialek, yaitu [[Bahasa Palembang Alus]] yang biasanya digunakan oleh Wong Jero (keluarga Sultan dan Bangsawan) dan [[Bahasa Melayu Palembang|Palembang Sari-Sari]] yang biasa digunakan oleh Wong Jabo (rakyat biasa)
| government_type = [[Monarki]]
| title_leader = Sultan
| currency = [[Pitis Palembang]] <br /> [[Gulden Hindia Belanda]] <br /> [[Rupiah]]
| footnotes = [[Gelar kehormatan dalam Kesultanan Palembang|Azmatkhan]] [[Walisongo]]
| image_flag = Bendera Kesultanan Palembang.png
| leader_title1 =
| leader_name1 =
Baris 43 ⟶ 40:
| p3 = Kerajaan Palembang
| flag_s2 = Flag_of_Indonesia.svg
| year_leader7 = 2006-Sekarang
| year_leader6 = 3
| year_leader5 = 1821-1823
Baris 58 ⟶ 55:
| religion_ref =
| demonym =
| leader7 = [[Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin|Sri Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin]]
| flag_p4 = Naval flag of Majapahit Kingdom.svg
| flag_p5 = Flag of Aceh Sultanate.svg
}}
'''Kesultanan Palembang Darussalam''' adalah suatu [[kerajaan Melayu]] [[Islam]] di [[Sumatra]] yang berpusat di [[Kota Palembang]], [[SumatraSumatera Selatan]] sekarang. Kesultanan ini diproklamirkan oleh [[Sri Susuhunan Abdurrahman|Sri Sultan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam]], seorang bangsawan Palembang pada tahun [[1659]],<ref name="Bruun">{{cite book|last=Bruun|first=M.C.|authorlink=Malthe Conrad Bruun|title=Universal geography, or A description of all the parts of the world|url=https://archive.org/details/universalgeogra00bruugoog|publisher=|year=1822|page=[https://archive.org/details/universalgeogra00bruugoog/page/n467 441]}}</ref> dan dihapuskan keberadaannya oleh pemerintah kolonial [[Belanda]] pada [[7 Oktober]] [[1823]].
 
[[Malthe Conrad Bruun]] (1755-1826) seorang petualang dan ahli [[geografi]] dari [[Prancis]] mendeskripsikan keadaan masyarakat dan kota kerajaan waktu itu, yang telah dihuni oleh masyarakat yang heterogen terdiri dari [[Tiongkok]], [[Siam]], [[Suku Melayu|Melayu]] dan [[Jawa]] serta juga disebutkan bangunan yang telah dibuat dengan batu bata hanya sebuah [[Wihara|vihara]] dan istana kerajaan.
 
== Kekuasaan ==
Kesultanan yang pernah berkuasa dari tahun [[1659]] - [[7 Oktober]] [[1823]]<ref>[https://www.indephedia.com/2019/01/sejarah-kesultanan-palembang-darussalam.html Kisah Berdiri dan Hancurnya Kesultanan Palembang Darussalam] di [https://www.indephedia.com Indephedia]</ref> ini merupakan [[Sultan|Kesultanan]] terbesar di [[Negara SumatraSumatera Selatan|Sumatera Bahagian Selatan]]. Daerah Kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam ini sekarang mencakup [[SumatraSumatera Selatan|Provinsi Sumatera Selatan]], [[Bengkulu|Provinsi Bengkulu]] ''(dulu Bangka Hulu)'', [[Kepulauan Bangka Belitung|Provinsi Kepulauan Bangka Belitung]], [[Jambi|Provinsi Jambi]] dan [[Lampung|Provinsi Lampung]].<ref>[https://www.youtube.com/watch?v=gYdJ9R81hns&t=3179s Bincang-Bincang bersama SMB IV] di [[Radio Republik Indonesia|RRI Net]] [[Kota Palembang|Palembang]]</ref> Diluar [[Sumatra|Sumatera]], Kasultanan ini juga menjalin hubungan diplomatik dengan [[Kesultanan Banten]],<ref>[https://bantenhits.com/2019/12/15/luruskan-tafsir-sejarah-yang-keliru-soal-banten-palembang-di-masa-lalu-guru-sejarah-di-banten-disambut-tradisi-ngobeng-ngidang-kesultanan-palembang/#respond Hubungan Kesultanan Banten dengan Kesultanan Palembang Darussalam]</ref> [[Kesultanan Demak]]<ref>[https://www.republika.co.id/berita/p7r6jm313/peran-demak-dalam-kedaulatan-islam-di-palembang Hubungan Kesultanan Demak dengan Kesultanan Palembang Darussalam]</ref> dan [[Kerajaan Blambangan]]<ref>[[https://ms.m.wiki-indonesia.club/wiki/Kyai_Saleh_Lateng Kyai Saleh Lateng]] Islamkan [[Kerajaan Blambangan]]</ref> di [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]]. Sedangkan dalam [[Kerajaan Kubu|Kesultanan Kubu]], Kesultanan Palembang Darussalam menikah dengan Yang dipertuan Besar Kubu I, '''Sayyid Idrus''' melakukan pernikahan dengan putri [[Mahmud Badaruddin I|Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikrama]]<ref>[[Kerajaan Kubu#RAJA I: Sayyid Idrus bin Sayyid 'Abdu'l Rahman al-Idrus, Tuan Besar Kubu (1772 – 1795)|Hubungan Kesultanan Kubu dengan Kesultanan Palembang Darussalam]]</ref>. Dalam [[Silsilah|Tarsilah]] [[Brunei Darussalam|Kesultanan Brunei Darussalam]], disebutkan bahwa Tumenggung Mancanegara (Pangeran Manchu Negoro) yang merupakan kakek dari [[Susuhunan Abdurrahman|Sultan Abdurrahman]], pendiri kesultanan Palembang Darussalam adalah isteri dari [[Daftar Sultan Brunei|Sultan Brunei]], Sultan Abdul Jalilul Akbar, dengan masa periode pemerintahan 1598-1659.<ref>[https://kanzunqalam.com/2015/02/20/zuriat-kesultanan-palembang-darussalam-dalam-catatan-tarsilah-brunei/ Hubungan Brunei Darussalam dengan Kesultanan Palembang Darussalam]</ref>
 
[[Berkas:Miniature of Palembang palace.JPG|256px|kiri|jmpl|Replika masjid agung kesultanan Palembang]]
Baris 73 ⟶ 70:
== Pendirian ==
[[Berkas:Sultan of Palembang throne.JPG|256px|ka|jmpl|Replika takhta sultan Palembang]]
Berdasarkan kisah ''Kidung Pamacangah'' dan [[Babad Arya Tabanan]]<ref>Darta, A.A. Gde, A.A. Gde Geriya, A.A. Gde Alit Geria, (1996), ''Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan'', Denpasar: Upada Sastra.</ref> disebutkan seorang tokoh Anak [[Brawijaya (disambiguasi)|brawijaya]] sebagai ''bupati Palembang'' turut serta menaklukan Bali bersama dengan [[Gajah Mada]] Mahapatih [[Majapahit]] pada tahun 1343. Sejarawan Prof. C.C. Berg menganggapnya identik dengan [[Adityawarman]].<ref>Berg, C.C., (1985), ''Penulisan Sejarah Jawa'', (terj.), Jakarta: Bhratara.</ref> Begitu juga dalam [[Nagarakretagama]], nama Palembang telah disebutkan sebagai daerah jajahan Majapahit (meski belum ada bukti tertulis dijajah) serta Gajah Mada dalam sumpahnya yang terdapat dalam [[Pararaton]] juga telah menyebutkan Palembang sebagai sebuah kawasan yang "akan ditaklukannya" (meski pada kenyataanya tidak ada bukti tertulis).
 
Selanjutnya berdasarkan kronik Tiongkok nama ''Pa-lin-fong'' yang terdapat pada buku ''Chu-fan-chi'' yang ditulis pada tahun 1178 oleh ''Chou-Ju-Kua'' dirujuk kepada Palembang, dan kemudian sekitar tahun 1513, [[Tomé Pires]] seorang petualang dari [[Portugis]] menyebutkan Palembang, telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada [[kesultanan Demak]] serta turut serta menyerang Malaka yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis. Kemudian pada tahun 1596, Palembang juga ditaklukan oleh [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] Seterusnya nama tokoh yang dirujuk memimpin kesultanan Palembang dari awal adalah [[Sri Susuhunan Abdurrahman]] tahun 1659. Walau sejak tahun 1601 telah memiliki hubungan dengan VOC dari yang mengaku Sultan Palembang.<ref name="Poesponegoro">{{cite book|last=Poesponegoro|first=M.D.|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia|page= 46}}</ref>
Baris 84 ⟶ 81:
== Ulama di Masa Kesultanan Palembang ==
 
=== Syekh Abdus Somad Al-Falimbani<ref>[[Abdus Samad al-Palimbani|Abdus Samad Al-Palimbani]] di [https://wiki-indonesia.club/ Wikipedia Bahasa Indonesia]</ref> ===
{{Further|Abdus Samad al-Palimbani}}
'''Syaikh Abdus Shamad al-Palimbani''' adalah seorang tokoh sufi penulis kitab-kitab sufi yang berasal dari Palembang.<ref name="Amin2008">{{cite book|author=Samsul Munir Amin|year=2008|url=https://books.google.com/books?id=7DDriJCv-x4C&pg=PA311|title=Karomah para kiai|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=978-979-8452-49-9|pages=311–}}</ref> Abdus Shamad lahir pada [[1116 H]] ([[1704]]) M dan wafat pada [[1203 H]] ([[1789]] M) dalam usia 85 tahun,<ref name="Amin2008" /> di Palembang.{{Fact}} Tentang nama lengkap Syeikh Al-Falimbani, yang tercatat dalam sejarah, ada tiga versi nama. Yang pertama, seperti yang diungkapkan dalam Ensiklopedia Islam, dia bernama Abdus Samad Al-Jawi Al-Falembani. Versi kedua, merujuk pada sumber-sumber Melayu, sebagaimana ditulis oleh Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Mizan: 1994), ulama besar ini memiliki nama asli Abdul Samad bin Abdullah Al-Jawi Al-Falembani. Sementara versi terakhir, tulisan Rektor UIN Jakarta itu, bahawa apabila merujuk pada sumber-sumber Arab, nama lengkap Syeikh Al-Falembani ialah Sayyid Abdus Al-Samad bin Abdurrahman Al-Jawi. Dari ketiga nama itu yang diyakini sebagai nama Abdul Samad, Azyumardi berpendapat bahawa nama terakhirlah yang disebut Syeikh Abdul Samad.
Baris 93 ⟶ 90:
 
=== Masagus Abdul Hamid (Kyai Marogan)<ref>[https://www.laduni.id/post/read/80741/biografi-kiai-marogan-palembang# Kyai Marogan] di [https://www.laduni.id/ Laduni.id]</ref> ===
'''Kyai Marogan''' adalah seorang ulama yang berasal dari Palembang. Kyai Marogan lahir pada tahun [[1082]] M dan wafat pada tahun 1091 M dalam usia 89 tahun, di Palembang. Pada usia muda, Kiai Marogan dikenal giat berbisnis di bidang saw-mill atau perkayuan. Beliau memiliki dua buah pabrik penggergajian kayu. Bakat beliau ini diperoleh dari ibunya yang berdarah [[Tionghoa]]. Berkat suksesan dalam bisnis kayu ini membuat Kiai Marogan untuk berangkat ke tanah suci dan dan sepulangnya dari tanah suci beliau menjalankan kegiatan penyebaran dakwah di pedalaman [[Sumatera Selatan|SumatraSumatera Selatan]].
 
Dari hasil bisnis usaha kayunya Kiai Marogan mampu mendirikan sejumlah [[masjid]] yang dipergunakan sebagai pusat kajian dan dakwah. Banyak ajaran Kiai Marogan yang masih dilantunkan oleh sebagian penduduk Palembang, di antaranya adalah sebuah [[Zikir|dzikir]]: “La ilaha Illallahul Malikul Haqqul Mubin Muhammadur Rasulullah Shadiqul Wa’dul Amin”, yang artinya “Tiada Tuhan Selain Allah, Raja Yang Benar dan Nyata, Muhammad adalah Rasulullah Yang Jujur dan Amanah.”
Baris 111 ⟶ 108:
Dari Persegi silsilah, nasab Kyai Marogan berketurunan Arab, dari sebelah ayah. Masagus H. Mahmud Kanang bin Masagus Taruddin , ayah Kyai Marogan, adalah ulama yang merupakan keturunan Sultan Palembang Darussalam yang bernama [[Susuhunan Abdurrahman|Susuhanan Abdurrahman]] yang nasabnya sampai [[Muhammad|Rasululllah]]. Sementara ibunya, Radin Ranti, adalah wanita Keturunan Tionghoa yang bernama Perawati.
 
=== Kiagus Muhammad Saleh (Kyai Saleh Lateng Banyuwangi)<ref>[[https://ms.m.wiki-indonesia.club/wiki/Kyai_Saleh_Lateng Kyai Saleh Lateng]] di [https://idms.wiki-indonesia.club/ Wikipedia Bahasa IndonesiaMelayu]</ref> ===
''Informasi lebih lanjut: [https://ms.m.wiki-indonesia.club/wiki/Kyai_Saleh_Lateng Kyai Saleh Lateng]''[[Berkas:Kyai Saleh.png|kiri|jmpl|250x250px|Kyai Saleh Lateng]]
{{Further|Kyai Saleh Lateng}}
[[Berkas:Kyai Saleh.png|kiri|jmpl|250x250px|Kyai Saleh Lateng]]
'''Kyai Saleh Lateng''' adalah seorang ulama yang datuknya (Kiagus Abdurrahman) berasal dari Kesultanan Palembang Darussalam. Kyai Saleh Lateng lahir pada tanggal 7 Maret [[1862]] M di Banyuwangi, Jawa Timur.
Ketika kecil, Kyai Saleh belajar mengaji pada kedua orang tuanya hingga sampai usia 15 tahun. Kemudian, beliau pergi [[Belajar|menimba ilmu]] di beberapa [[Pesantren|Pondok Pesantren]] di Kyai Mas Ahmad, Kebon Dalem, [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Tak Lama kemudian, beliau melanjutkan mondok ke [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Khalil]] [[Kabupaten Bangkalan|Bangkalan]], [[Pulau Madura|Madura]].
Baris 140 ⟶ 136:
{{Further|Perang Menteng}}
==Para Penguasa Palembang (1455-1823)<ref>{{Cite book|title=“Kesultanan Palembang” Perang Palembang Melawan VOC|last=Soetadji|first=Nanang S.|publisher=Pemerintah Kotamadya Palembang|year=1996|isbn=|location=Palembang|pages=27-30|url-status=live}}</ref>==
{| class="wikitable"
|+
!No
!Periode
!Nama Penguasa
!Foto
!Keterangan
|-
| -
|1455-1659
| colspan="3" |<center>Masih berupa [[Kerajaan Palembang]] yang dipimpin oleh 11 raja+1 adipati</center>
|-
|1
|1659-1704
|(Pendiri Kesultanan Palembang Darussalam)
Kyai Mas Endi, Pangeran Arya Kesuma Abdurrohim
 
Sultan Palembang Darussalam I (Pertama)
 
[[Sri Susuhunan Abdurrahman|Sultan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam]] Bin Pangeran Sedo Ing Pesarean
|
|
|-
|2
|1704-1709
|Sultan Palembang Darussalam Ke-
-ua) [[Sultan Muhammad Mansyur|Sultan Muhammad Mansyur Jayo ing Lago]] Bin [[Susuhunan Abdurrahman|Sultan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam]]
|
|
|-
|3
|1714-1724
|Sultan Palembang Darussalam Ke-III
[[Sultan Agung Komaruddin|Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno]] Bin [[Susuhunan Abdurrahman|Sultan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam]]
|
|
|-
|4
|1724-1758
|Sultan Palembang Darussalam Ke-IV
[[Mahmud Badaruddin I|Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo]] Bin [[Sultan Muhammad Mansyur|Sultan Muhammad Mansyur Jayo ing Lago]]
|
|
|-
|5
|1758-1776
|Sultan Palembang Darussalam Ke-V
[[Sultan Ahmad Najamuddin I|Sultan Susuhunan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo]] Bin [[Mahmud Badaruddin I|Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo]]
|
|
|-
|6
|1776-1803
|Sultan Palembang Darussalam Ke-VI
[[Sultan Muhammad Bahauddin]] bin [[Sultan Ahmad Najamuddin I|Sultan Ahmad Najamuddin I Adi Kesumo]]
|
|Angka Romawi dalam buatan Versi Belanda tapi yang ada dalam Sejarah dan Stambom Kesultanan Palembang Darussalam adalah Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin Bin Sultan Muhammad Baha'udhin(Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin dalam Versi Belanda disebut : SMB II )
|-
|7
|1803-1821
|Sultan Palembang Darussalam Ke-VII
[[Mahmud Badaruddin II|Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin]] Bin [[Sultan Muhammad Bahauddin]]
 
(Versi manuskrib Belanda menyebut [[Mahmud Badaruddin II dari Palembang|Sultan Mahmud Badaruddin II]] ,SMB II)
|[[Berkas:Sultan_Mahmud_Badaruddin_II.jpeg|pus|nirbing|213x213px]]
|Angka Romawi sebagai penanda saja karena ada nama yang sama, tidak mengubah nama, misal Sultan Mahmud Baaruddin I. Dalam kaidah Bahasa Indonesia angka romawi (I) tersebut dibaca ke dua atau ke -1.
|-
|8
|1813-1817
|Sultan Palembang Darussalam Ke-VIII
[[Sultan Ahmad Najamuddin II|Sultan Susuhunan Husin Dhiauddin]] Bin [[Sultan Muhammad Bahauddin]]
 
(Versi Inggris/Belanda Menyebut : [[Sultan Ahmad Najamuddin II]])
|
|
|-
|9
|1819-1821
|Sultan Palembang Darussalam Ke-IX
(Versi Inggris/Belanda menyebut
 
[[Sultan Ahmad Najamuddin III|Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu]] Bin [[Mahmud Badaruddin II dari Palembang|Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin]]
|[[Berkas:Sultan_Muhammad_tjing_Djamaluddin.png|pus|nirbing|213x213px]]
|
|-
|10
|1821-1823
|Sultan Palembang Darussalam Ke-X
[[Ahmad Najamuddin Prabu Anom|Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom]] Bin Sultan Susuhunan Husin Dhiauddin
|
|
|-
|
|7 Oktober 1823
|'''''<u>Menurut Catatan dari trah zuriat Pangeran Ratu:</u>'''''Kesultanan Palembang Darussalam (Vakum) 7 Oktober 1823 karena tidak mau takluk pada kolonial Belanda dan juga menolak untuk diangkat menjadi Sultan boneka oleh penjajah, dan 4 Sultan Palembang Darussalam dibuang yaitu Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin Bin Sultan Muhammad Bahauddin dan Putra Mahkota Sultan Muhamad Tjing Djamaludin wangsa martaradja wijaya negara yg sebelumnya bergelar Pangeran Achmad Bolonson wangsa Martaradja Wijaya Negara Pangeran Ratu Ibn Susuhunan Mahmud Badaroeddin pada tanggal 4 Syawal 1236 H dibuang ke Manado, Kemudian Bulan Jumaidil akhir 1240 Sultan Suhunan Husin Dhiauddin Bin Sultan Muhammad Bahauddin dibuang Kolonial Belanda Ke Batavia yg sekarang kota jakarta, Serta Tahun 1241 H, Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom Bin Sultan Susuhunan Husin Dhiauddin ditangkap dan di Buang oleh Kolonial Belanda ke Banda, Kemudian dibuang lagi ke Manado, sampai sekarang Makam Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom belum ditemukan
|
|
|-
| colspan="5" |<center>'''Sekarang (Sebagai simbol adat)'''</center>
|-
|11
|2006 - sekarang
|Sultan Palembang Darussalam Ke-XI
[[Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin|Sri Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin]] Bin Raden Haji Muhammad Harun
|[[Berkas:Sultan_ISKANDAR_lambang2.jpg|pus|nirbing|213x213px]]
|
|}
 
[[Kategori:Kesultanan Palembang| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Palembang]]
[[Kategori:Kerajaan di SumatraSumatera Selatan|Palembang]]
 
== Rujukan ==