Kesultanan Sambas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ektrak konten
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 49:
== Sejarah ==
 
=== <ref>{{Cite book|title=Kesultanan Melayu Sambas|last=Abdool Cadeer|first=Abdool|date=1963|publisher=Gemilang Utusan|isbn=|location=Pontianak|pages=|url-status=live}}</ref>Pendirian ===
Sebelum berdirinya Kesultanan Sambas pada tahun [[1671]], di wilayah Sungai Sambas ini sebelumnya telah berdiri kerajaan-kerajaan yang menguasai wilayah Sungai Sambas dan sekitarnya. Berdasarkan data-data yang ada, urutan kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Sungai Sambas dan sekitarnya sampai dengan terbentuknya Negara [[Republik Indonesia]] adalah:
 
Baris 80:
Tidak lama setelah kelahiran cucu Sultan Tengah yaitu Raden Bima, dan setelah melihat situasi yang sudah mulai aman di sekitar Selat Malaka apalagi setelah melihat anaknya yang sulung yaitu Raden Sulaiman telah menikah dan mandiri bahkan telah menjadi Menteri Besar Panembahan Sambas, maka Baginda Sultan Tengah kemudian memutuskan sudah saatnya untuk kembali ke negerinya yang telah lama di tinggalkan yaitu Kesultanan Sarawak. Maka kemudian berangkatlah Sultan Tengah beserta istrinya yaitu Putri Surya Kesuma dan keempat anaknya yang lain (adik-adik dari Raden Sulaiman) yaitu Badaruddin, Abdul Wahab, Rasmi Putri dan Ratna Dewi beserta orang-orangnya yaitu pada sekitar tahun [[1652]].
 
Ditengah perjalanan ketika telah hampir sampai ke [[Sarawak]] yaitu di suatu tempat yang bernama Batu Buaya, secara tiba-tiba Sultan Tengah ditikam dari belakang oleh pengawalnya sendri, pengawal itu kemudian dibalas tikam oleh Sultan Tengah hingga pengawal itu tewas. Namun luka yang di tubuh Sultan Tengah terlalu parah sehingga kemudian Sultan Tengah pun wafat. Jenazah Baginda Sultan Tengah kemudian setelah di shalatkan kemudian dengan adat kebesaran Kesultanan Sarawak oleh Menteri-Menteri Besar Kesultanan Sarawak, dimakamkan di lereng Gunung Sentubong. Adapun Putri Surya Kesuma setelah kewafatan suaminya yaitu Almarhum Sultan Tengah, kemudian memutuskan untuk kembali ke Kesultanan Sukadana yaitu tempat di mana ia berasal bersama dengan keempat anaknya. Peristiwa yang tragik dan berdarah itu turut disaksikan oleh Engku Seri Terunjing Bakong bin Raja Berempat Pi'e. Kemangkatan Baginda Sultan Tengah menyebabkan waris Engku Seri Terunjing iaitu Pangeran Kechik Mohamad Iesa terpaksa berangkat lepas ke satu kawasan di Kuching dibawah naungan Kesultanan Sarawak. Perkara tersebut berlaku kerana Engku Seri Terunjing telah memberi amanat kepada Puteranya yang keempat itu untuk menikahi orang-orang kebanyakan di Kuching bagi menyambung darah diraja Sultan Tengah. Dipendekkan kisah, Pangeran Kechik Mohamad Iesa telah menikahi sekamar wanita dari orang kebanyakan yang ada di situ dan akhirnya dikurniakan cahaya mata berupa 2 lelaki dan 3 perempuan. Sewaktu mereka masih bayi, gelaran mereka ialah Raja Muda Sulong diikuti dengan Raja Muda Bongsu. Sehingga kehari ini darah diraja Sultan Tengah sebenarnya masih diwarisi oleh Engku Lima Beradik (gelaran). Malangnya, susur alur sejarah yang tidak dituntut menyebabkan gelaran Engku Lima Beradik tidak resmi dan digantikan dengan gelaran Shah dimana Lima Beradik Tunjang harus dinamakan Shah kesemuanya. Waris Engku Seri Terunjing sebagai Orang Kaya-Kaya Daerah diyakini masih lagi bertapak di suatu tempat di Kuching dan berkehidupan seperti orang kebanyakan.
 
Di Panembahan Sambas, sepeninggal Ayahnya yaitu Baginda Sultan Tengah, Raden Sulaiman mendapat tentangan yang keras dari Adik Ratu Anom Kesumayuda yang juga adalah Menteri Besar Panembahan Sambas yaitu Raden Arya Mangkurat. Tentangan dari Raden Arya Mangkurat yang sangat fanatik [[Hindu]] ini karena iri dan dengki dengan Raden Sulaiman yang semakin kuat mendapat simpati dari para pembesar Panembahan Sambas saat karena baik pwrilakunya dan bagus kepemimpinannya dalam memagang jabatan Menteri Besar, disamping itu Raden Sulaiman ini juga sangat giat menyebarkan [[Islam]] di lingkungan Istana Panembahan Sambas yang mayoritas masih menganut [[Hindu]], sehingga dari hari ke hari semakin banyak petinggi dan penduduk Panembahan Sambas yang masuk [[Islam]].
Baris 252:
* Dibawah Pangeran terdapat Chateria Kerajaan dengan sebutan kehormatan '''"Pangeran"''' namun tidak mempunyai nama gelaran jadi langsung kepada nama batang tubuhnya / panggilannya.
* Anak-anak dari Pangeran, Pangeran Ratu atau Pangeran Adipati dan Pangeran Muda mahupun berketurunan Orang Kaya-Kaya Daerah semuanya mempunyai sebutan kehormatan '''"Raden"''' dan juga '''"Engku"'''.
* Anak-anak dari Raden mempunyai sebutan kehormatan '''"Urai"'''. "Urai" dapat kemudian menjadi "Raden" tetapi dengan suatu pengangkatan secara resmi oleh Sultan,manakala anak-anak pewaris Orang Kaya-Kaya Daerah dikenali sebagai Engku.
 
== Lihat pula ==