Kesultanan Samudera Pasai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Nyilvoskt memindahkan halaman Samudra Pasai ke Kesultanan Samudera Pasai dengan menimpa pengalihan lama
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(17 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Former Country
| native_name = ''Samudera Pasai''
| conventional_long_name = Kesultanan Samudera Pasai
| common_name = Samudera Pasai<br>Pasai
| continent = Asia
| region = [[Asia Tenggara]]
| country = [[Indonesia]]
| religion = [[Islam]]
| image_flag =
| image_coat =
| symbol_type =
| p1 = Kerajaan Jeumpa
| p2 = Kerajaan Jambu Lipo
| s1 = Kerajaan Siguntur
| s2 = Kesultanan Aceh
| flag_p1 =
| flag_p2 =
| flag_s1 = Flag of Minang.svg
| flag_s2 = Flag of the Aceh Sultanate.png
| year_start = 710
| year_end = 1521
| date_start =
| date_end =
| event_start =
| event_end = Invasi Portugis
| image_map = Pasai.jpg
| capital = [[Lhokseumawe|Pasai]]
| common_languages = [[Bahasa Aceh|Aceh]], [[Bahasa Melayu kuno|Melayu kuno]], [[Bahasa = Gayo|Gayo]]
|government_type = Monarki
[[Bahasa Aceh|Aceh]], [[Bahasa Melayu kuno|Melayu kuno]], [[Bahasa Gayo|Gayo]]
| government_type title_leader = MonarkiSultan
|currency title_leader = Koin emas dan = Sultanperak
| currency footnotes = Koin emas dan perak
| footnotes today = {{flag|Indonesia}}
| today = {{flag|Indonesia}}<br />
}}
 
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
 
'''Kesultanan Pasai''', juga dikenal dengan '''Samudera Darussalam''', atau '''Samudera Pasai''', dengan sebutan singkat yaitu Pasai adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara [[Sumatra]], kurang lebih di sekitar [[Kota Lhokseumawe]] dan [[Kabupaten Aceh Utara]], Provinsi [[Aceh]], [[Indonesia]].Kerajaan ini didirikan oleh '''Meurah Silu''', yang bergelar [[Malik al-Saleh|Sultan Malik as-Saleh]], sekitar tahun [[1267]].<ref name=":0">Prof. Dr. Hamka (2016) "Sejarah Umat Islam" Jakarta : Gema Insani</ref>
 
Para sejarawan menelusuri keberadaan kerajaan ini menggunakan sumber dari [[Hikayat Raja-raja Pasai]] serta peninggalan [[sejarah]] adat istiadat serta budaya setempat yang masih berjalan dan dipertahankan oleh masyarakat pesisir pantai utara [[Sumatra]].<ref name="Hill">Hill, A. H., (1960), ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]'', Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland, London. Library, MBRAS.</ref> Hal ini dibuktikan dengan beberapa makam raja yang datang pertama kali pada tahun 710 [[Masehi]] serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama keturunan rajanya.
 
Dengan di temukannya Makam Raja (Penemuan Makam Raja Samudera Pasai Meninggal di Tahun 710 Masehi) ini membuktikan sebelumnya sudah berdiri Kerajaan Samudera Pasai sebelum Rajanya Meninggal (Penemuan Makam Raja)
BerartiDengan di temukannya Makam Raja (Penemuan Makam Raja Samudera Pasai Meninggal di Tahun 710 Masehi) ini membuktikan sebelumnya sudah berdiri Kerajaan Samudera Pasai sebelum Rajanya Meninggal (Penemuan Makam Raja). Kerajaan Samudera Pasai sudah berdiri sebelum 710 Masehi dan juga bisa dikatakan Islam sudah masuk di Nusantara (Indonesia) sebelum 710 Masehi.<ref>Wicks, R. S., (1992), ''Money, markets, and trade in early Southeast Asia: the development of indigenous monetary systems to AD 1400'', SEAP Publications, ISBN 0-87727-710-9.</ref> Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab ''Rihlah ila l-Masyriq'' (Pengembaraan ke Timur) karya ''[[Ibnu Batutah|Abu Abdullah ibn Batuthah]]'' (1304–1368), musafir [[Maroko]] yang singgah ke negeri ini pada tahun [[1345]]. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan [[Portugal]] pada tahun [[1521]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=R63ACQAAQBAJ&pg=PA822&lpg=PA822&dq=Samudera+Pasai+Empire&source=bl&ots=b9bZRle3ra&sig=ACfU3U29_BNU5pr8VozUNmXRr7bpkbtC8Q&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjStsrs2vvpAhWbbysKHW9QDaEQ6AEwCnoECAkQAQ#v=onepage&q=Samudera%20Pasai%20Empire&f=false|title=World Monarchies and Dynasties|last=Middleton|first=John|date=2015-06-01|publisher=Routledge|isbn=978-1-317-45158-7|language=en}}</ref>
 
== Sejarah ==
Berdasarkan ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]'' serta tersebut dalam [[Tambo Minangkabau]] putra dari Ahlul Bait Sayyidina Hussein, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh MarahMeurah Silu dan menyebut nama raja yang mukim dari tahun 710 Masehi hingga para anak cucu nya sebagai penyebar agama Islam di Sumatra, setelah sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser.<ref name="Hill"/> MarahMeurah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut dengan ''Semerlanga'' kemudian setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau [[1267]] M.<ref>Moquette, Jean Pierre, (1913), ''De Oudste Vorsten van Samudra-Pase'', Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst, Batavia, hlm. 1-12.</ref>
 
Dalam [[Hikayat Raja-raja Pasai]] maupun [[Sulalatus Salatin]] nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang berbeda, tetapi dalam catatan [[Tiongkok]] nama-nama tersebut tidak dibedakan sama sekali. Sementara [[Marco Polo]] dalam lawatannya mencatat beberapa daftar kerajaan yang ada di pantai timur [[Pulau Sumatra]] waktu itu, dari selatan ke utara terdapat nama ''Ferlec'' (Perlak), ''Basma'' dan ''Samara'' (Samudera).<ref>{{Cite web|url=https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/08/15/m8seqj-samudera-pasai-khilafah-islam-nusantara-3|title=Samudera Pasai, Khilafah Islam Nusantara (3)|date=2012-08-15|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-06-12}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=zFKcQ8_dS00C&pg=PA1337&lpg=PA1337&dq=Samudera+Pasai+Empire&source=bl&ots=VOLJU1094w&sig=ACfU3U3x3WEVpGS_qDyHZ5BO6QMVU-jUag&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-vKbi2_vpAhXSXisKHeKtDKY4ChDoATACegQICRAB#v=onepage&q=Samudera%20Pasai%20Empire&f=false|title=World and Its Peoples: Eastern and Southern Asia|date=2007|publisher=Marshall Cavendish|isbn=978-0-7614-7643-6|language=en}}</ref>
Baris 50 ⟶ 49:
 
=== Al Malikush Shaleh (1267-1297) ===
[[Berkas:Makam Sultan Malik As-Shalih (Malikussaleh).jpg|jmpl|ki|350px250px|Makam Sultan Malikussaleh]]
 
Pada saat itu, orang-orang Islam sudah mendirikan perkampungan di tepi pantai Sumatra. Mereka berasal dari pedagang-pedagang sumatera yang berdagang di arab dan persia. Hanya saja, mereka belum sanggup mendirikan kerajaan yang kuat.
Baris 62 ⟶ 61:
Setelah mereka berdua mengadakan pertemuan dengan Merah Silu, beliau masuk islam. Beliau juga diberikan nama Islam, yaitu Sultan al-Malikush Shaleh. Kemudian, mereka memberi tanda-tanda kerajaan yang langsung dibawa dari Mekah kepada Sultan. Gelar Sultan ini langsung diberikan oleh Syarif Mekah. Pada saat itu, Syarif Mekah ada di bawah naungan kerajaan Mamalik di Mesir. Syarif Mekah, atas izin Sultan Mamalik, memberikan gelar Sultan kepada Merah Silu.<ref name=":0" /> Gelar "Al Malikush Shaleh" adalah gelar yang dipakai oleh pendiri kerajaan Mamalik yang pertama di Mesir, yaitu Al Malikush Shaleh Ayub.
 
Pada zaman pemerintahan Al Malikush Shaleh, Marco Polo, seorang pengembara bangsa Venesia, berkunjung ke SumatraSumatera Utara. Pada saat itu, ia belum melihat banyak orang Islam di Sumatra, kecuali di Kerajaan Perlak saja. Al Malikush Shaleh menikah dengan anak perempuan Raja Perlak yang telah beragama Islam. Beliau memiliki dua orang putra.
 
=== Al Malikuzh Zhahir I (1297 - 1326) ===
Seorang putra Al Malikush Shaleh diberi gelar Al Malikush Zhahir, sedangkan putranya yang lain diberi gelar Al Malikul Mansur. Azh Zahir adalah gelar yang dipakai oleh Sultan Mamalik yang kedua di Mesir, yaitu al Malikuzh Zhair Baibars (1260 - 1277). Al Mansur adalah gelar dari Sultan Mamalik yang ketiga, yang menggantikan Baibars, yaitu al Malikul Mansur Qalawun (1279 - 1290). Sultan Al Malikuz Zhahir diangkat sebagai sultan kedua Samudra Pasai. Nama kecil sultan itu adalah Raja Muhammad Jafar Faisal.
 
=== Al Malikuszh Zhahir II (1326 - 1349) ===
Sultan ketiga Samudra Pasai bergelar Zhahir juga. Nama kecilnya adalah Raja Ahmad. [[Hamka]] berpendapat bahwa besar kemungkinan bahwa sultan inilah yang ditemui oleh Ibnu Batutah ketika ia singgah di negeri Pasai tatkala Ibnu Batutah diutus Sultan Delhi ke Tiongkok pada 1345.<ref name=":0" /> Dalam catatan Ibnu Batutah menceritakanketika pengamatannyaberkunjung secarake rinciKesultanan Samudera Pasai, ia mengisahkan bahwa Al Malikuszh Zhahir sebagai Sultan Pasai beserta rakyatnya menganut [[mazhab Syafi'i]].<ref>{{Cite book|last=Adan|first=Hasanuddin Yusuf|date=2013|url=https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/28825/1/Buku%20Islam%20dan%20Sistem%20pemerintahan.pdf|title=Islam dan Sistem Pemerintahan di Aceh Masa Kerajaan Aceh Darussalam|location=Banda Aceh|publisher=Lembaga Naskah Aceh (NASA) & Ar-Raniry Press|isbn=978-602-7837-64-5|pages=25|url-status=live}}</ref> Mahdzhab itu diketahui oleh Sultan secara mendalam. Sultan pun sanggup bertukar pikiran dengan para ulama ketika membicarakan masalah agama. Sultan gemar mendakwahkan agama Islam ke negeri-negeri tetangga. Sultan juga memiliki armada kapal dagang yang besar. Ketika Ibnu Batutah singgah di Tiongkok, ia melihat kapal dari Sultan Pasai dalamsedang catatanberdagang perjalanannyadi sana. Sultan mengangkat ulama keturunan bangsa sayid dari Syiraz sebagai qadhi di Pasai.
 
Berdasarkan catatan Ibnu Batutah, Sultan Pasai bermadzhab Syafi'i. Mahdzhab itu diketahui oleh Sultan secara mendalam. Sultan pun sanggup bertukar pikiran dengan para ulama ketika membicarakan masalah agama.  Sultan gemar mendakwahkan agama Islam ke negeri-negeri tetangga. Sultan juga memiliki armada kapal dagang yang besar. Ketika Ibnu Batutah singgah di Tiongkok, ia melihat kapal dari Sultan Pasai sedang berdagang di sana. Sultan mengangkat ulama keturunan bangsa sayid dari Syiraz sebagai qadhi di Pasai.
 
=== Zainal Abidin (1349-1406) ===
Baris 90 ⟶ 87:
Raja Iskandar, anak dari Raja Semudra Pasai dibawa oleh Cheng Ho pada tahun 1412 untuk mengunjungi Tiongkok dan datang menghadap Maharaja Tiongkok. Sesampainya di Tiongkok, Raja Iskandar meninggal terbunuh. Semenjak itu, jaranglah terdengar hubungan antara Pasai dan Tiongkok. Kunjungan terakhir Pasai ke Tiongkok tercatat pada tahun 1434.
 
Sementara itu, Malaka mulai naik, sedangkan Pasai mulai turun. Pelabuhan Pasai berangsur sepi, pantainya mulai dangkal, kapal-kapal telah lebih banyak berlabuh di pelabuhan Malaka. Sejak saat itu, pusat kegiatan Islam pindah dari Pasai ke Malaka. Banyak{{Cn}}Pada jugatahun warga1521, SamudraPortugis Pasaiberhasil yangmendarat meninggalkandi kampungwilayah halamannyaKesultanan setelahPasai datanglalu seranganmenyerang daridan Portugis,menguasai padawilayahnya.<ref>{{Cite 1521,book|date=2012|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/12361/1/Album%20Nisan%20Samudera%20Pasai.pdf|title=Album MakaNisan SejakSamudera saatPasai|location=Jakarta|publisher=Sekretariat itu,Direktoral semakinJenderal banyakKebudayaan|pages=16|url-status=live}}</ref> wargaKondisi Pasaiini yangmembuat pergibanyak merantaupenduduk keKesultanan TanahSamudra Jawa,Pasai terutamameninggalkan kekampung Jawahalaman Timur,dan lalupergi menetap di sana,merantau ke pusat kekuasaan Majapahit di bagian timur Pulau Jawa.
 
Salah seorang warga Pasai yang datang ke Jawa adalah [[Fatahillah|Faletehan]] (Fatahillah / Syarif Hidayatullah). Ia merantau ke pulau Jawa karena negerinya diserang Portugis. Di Jawa, ia berkarir sebagai panglima perang [[Kesultanan Demak]] yang berhasil mengalahkan kerajaan [[Kerajaan Galuh|Galuh]] dan [[Pakwan Pajajaran|Pajajaran]]. Hingga akhirnya, ia sukses mendirikan kesultanan [[Kesultanan Banten|Banten]] dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]]. Fatahillah juga sukses mengalahkan pasukan Portugal di Sunda Kelapa dengan gabungan pasukan Demak-Cirebon pada 22 Juni 1527. Hari itu kemudian diperingati sebagai hari lahir Kota Jakarta.<ref>{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|title=Sejarah HUT Jakarta & Benarkah Fatahillah Membantai Rakyat Betawi?|url=https://tirto.id/sejarah-hut-jakarta-benarkah-fatahillah-membantai-rakyat-betawi-crhj|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-07-30}}</ref><ref>{{Cite web|title=Keturunan Fatahillah, Pendiri Kota Jakarta|url=https://www.historyofcirebon.id/2018/12/keturunan-fatahillah-pendiri-kota.html|website=Sejarah Cirebon|language=id|access-date=2023-07-30}}</ref>
 
Salah seorang warga Pasai yang datang ke Jawa adalah Fatelehan (Fatahillah / Syarif Hidayatullah). Ia merantau ke Jawa karena negerinya diserang Portugis. Di Jawa, ia berkarir sebagai panglima perang Demak, untuk mengalahkan Galuh dan Pajajaran. Hingga akhirnya, ia sukses mendirikan Banten dan Cirebon.
 
 
Baris 113 ⟶ 111:
Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah ''[[menteri]]'', ''[[syahbandar]]'' dan ''[[kadi]]''. Sementara anak-anak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan ''[[Tun]]'', begitu juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar [[sultan]].
 
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, [[KerajaanKesultanan PerlakPeureulak]] telah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Pasai.<ref>{{Cite book|last=Sidiq, kemudianR., Najuah, dan Lukitoyo, P. S.|date=2020|url=http://digilib.unimed.ac.id/48966/1/Book.pdf|title=Sejarah Indonesia Periode Islam|publisher=Yayasan Kita Menulis|isbn=978-623-6761-12-0|pages=20-21|url-status=live}}</ref> Kemudian ia juga menempatkan salah seorang anaknya yaitu Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, ''Lide'' ([[Kerajaan Pedir]]) disebutkan menjadi kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan ''Nakur'', puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh.
 
== Perekonomian ==
Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan [[lada]] sebagai komoditas andalannya, dalam catatan [[Ma Huan]] disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga [[perak]] 1 [[tahil]]. Dalam perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin [[emas]] sebagai alat transaksi pada masyarakatnya, mata uang ini disebut ''[[Deureuham]]'' ([[dirham]]) yang dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10&nbsp;mm, mutu 17 [[karat]].<ref>{{cite web|url=https://www.pubvel.com/2023/12/kejayaan-dan-kehancuran-kerajaan.html|title=Kejayaan dan Kehancuran Kerajaan Samudra Pasai: Pemerintahan dan Ekonomi|website=pubvel.com}}</ref>
Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam [[padi]] di ladang, yang dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan.<ref name="Yuanzhi"/>
Baris 240 ⟶ 238:
[[Kategori:Kerajaan di Asia Tenggara]]
[[Kategori:Bekas kerajaan di Asia]]
[[Kategori:Negara prakolonial di Indonesia]]