Khalid bin Walid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
A154 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 108:
[[File:Mohammad adil-Khalid's conquest of Iraq.PNG|thumb|upright=2|alt=Sebuah peta yang menunjukkan jadwal kampanye militer di Irak, dengan kerajaan Sasania, Bizantium dan Islam masing-masing diarsir dengan warna kuning, merah muda dan hijau|Peta yang merinci kampanye Khalid di [[Kekaisaran Sasaniyah|Sasaniyah]] Irak (Mesopotamia bawah), berdasarkan garis besar umum tradisi Islam.]]
 
Ketika pemberontakan di Yamamah berhasil dipadamkan, Khalid bergerak ke utara menuju wilayah Sasaniyah di [[Irak]].{{sfn|Donner|1981|pp=173–174}}{{sfn|Athamina|1994|pp= 253–254}} Dia mengatur kembali pasukannya yang disebabkan karena sebagian besar sahabat Muhajirin mungkin telah ditarik ke Madinah.{{sfn|Athamina|1994|p=255}} Menurut sejarawan Khalil Athamina, sisa-sisa pasukan Khalid terdiri dari orang Arab nomaden dari lingkungan Madinah yang pemimpinnya ditunjuk untuk menggantikan pos komando kosong yang ditinggalkan oleh para sahabat.{{sfn|Athamina|1994 |p=255}} Sejarawan [[Fred Donner]] berpendapat bahwa Muhajirin dan Ansar masih membentuk inti pasukannya, bersama dengan sebagian besar orang Arab nomaden yang kemungkinan berasal dari bani [[Bani Muzainah|Muzainah]], Tayy, Tamim, baniBani Asad dan Ghatafan.{{sfn|Donner|1981|pp=178–179}} Komandan kontingen suku yang ditunjuk oleh Khalid adalah [[Adi bin Hatim]] dari Tayy dan [[Ashim bin Amr at-Tamimi|Ashim bin Amr]] dari Tamim.{{sfn|Donner|1981|p=178}} Khalid kemudian tiba di perbatasan Irak selatan dengan sekitar 1.000 prajurit pada akhir musim semi atau awal musim panas tahun 633.{{sfn|Kennedy|2007|p=104}}
 
Fokus serangan Khalid adalah tepi barat sungai [[Efrat]] dan orang-orang Arab nomaden yang tinggal di sana.{{sfn|Donner|1981|pp=174, 177}} Rincian rencana perjalanan kampanye tidak konsisten dalam sumber Muslim awal, meskipun Donner menegaskan bahwa "jalan umum kemajuan Khalid di bagian pertama kampanyenya di Irak dapat dilacak dengan cukup jelas".{{sfn|Donner|1981|p=179}} Sejarawan abad ke-9 [[Ahmad bin Yahya bin Jabir al-Baladzuri|Ahmad al-Baladzuri]] dan [[Khalifah bin Khayyath]] berpendapat bahwa pertempuran besar pertama Khalid di Irak mengakibatkan kemenangannya atas garnisun Sasaniyah di [[Ubullah]] (Apologos kuno, dekat [[Basra]] modern) dan desa terdekatnya di Khuraibah, meskipun [[Ath-Thabari]] (w. 923) menganggap bahwa bukan Khalid yang memenangkan daerah tersebut karena Ubullah sebenarnya kemudian ditaklukkan oleh [[Utbah bin Ghazwan|Utbah bin Ghazwan al-Mazini]].{{sfn|Donner |1981|p=179}} Donner setuju dengan laporan bahwa penaklukan Ubullah oleh Utbah dan itu "lebih lambat dari tahun 634" dan menganggapnya sebagai skenario yang lebih mungkin, meskipun sejarawan [[Khalid Yahya Blankinship]] berpendapat "Khālid setidaknya mungkin memimpin penyerangan di sana meskipun (Utbah-lah) yang kemudian menaklukkannya".{{sfn|Pourshariati|2008|p=190}}
Baris 116:
[[Pengepungan Al-Hirah]] adalah pertempuran yang paling signifikan dari kampanye Khalid.{{sfn|Donner|1981|p=179}} Setelah mengalahkan kavaleri Persia kota di bawah komandan [[Azadbeh|Azadhbeh]] ketika terjadi bentrokan kecil, Khalid dan sebagian pasukannya memasuki kota tak bertembok.{{sfn|Donner|1981|p=180}}{{sfn|Kennedy|2007|p=105}} [[Ibad|Sebagian bangsawan dari Al-Hirah]] adalah orang Kristen [[Gereja di Timur|Nestorian]] yang memiliki ikatan darah dengan suku nomaden di pinggiran gurun barat kota, yang mana tempat tinggal mereka dibarikade di istana berbenteng mereka yang tersebar secara merata.{{sfn|Kennedy|2007|pp=104– 105}} Sementara itu, bagian lain dari tentara Khalid menyerbu desa-desa di sekitar Al-Hirah sehingga banyak di antaranya ditangkap atau menyerah untuk dijadikan wilayah pembayar upeti kepada Muslim.{{sfn|Donner|1981|p=180}} Bangsawan Arab Al-Hirah menyerah dalam perjanjian dengan Khalid di mana kota yang dikuasainya harus membayar upeti sebagai imbalan atas jaminan bahwa gereja dan istana Al-Hirah tidak akan diganggu.{{sfn|Donner|1981|p=180}}{{sfn |Kennedy| 2007|p=105}} Jumlah tahunan yang harus dibayar Al-Hirah adalah 60.000 atau 90.000 dirham,{{sfn|Watt|1960|p=111}}{{sfn|Donner|1981 |p=300, note 68}} yang akan diteruskan Khalid ke Madinah, menandai upeti pertama yang diterima Khilafah dari Irak.{{sfn|Kennedy|2007|p=105}}
 
Selama pertempuran di dalam dan sekitar Al-Hirah, Khalid menerima bantuan penting dari [[Al-Mutsanna bin Haritsah]] dan dari sukunya [[Bani SyaibanShayban|Syaiban]], yang telah menyerbu perbatasan ini untuk waktu yang cukup lama sebelum kedatangan Khalid, meskipun tidak jelas apakah kegiatan Al-Mutsannah sebelumnya terkait dengan negara Muslim yang baru lahir.{{sfn|Donner|1981|pp=181-182}} Setelah Khalid pergi, dia meninggalkan Al-Mutsannah yang secara praktis telah menguasai Al-Hirah dan sekitarnya.{{sfn|Donner|1981|p=183}} Dia menerima bantuan serupa dari klan Sadus dari suku [[Banu Dzuhl|Dzuhl]] di bawah Qutbah bin Qatadah dan [[Banu Ijl|Ijl]] suku di bawah Al-Madz'ur bin Adi selama pertempuran di Ubullah dan Walajah.{{sfn|Donner|1981|p=181}} Tak satu pun dari suku-suku ini, yang semuanya merupakan cabang dari konfederasi [[Bani Bakar]], bergabung dengan Khalid ketika dia beroperasi di luar wilayah suku mereka.{{sfn|Donner|1981|p=182}}
 
Khalid melanjutkan ke utara di sepanjang lembah Efrat, menyerang kota [[Anbar]] di tepi timur sungai, di mana ia mendapatkan persyaratan penyerahan dari komandan Sasaniyah.{{sfn|Donner|1981|p=180}} Setelah itu, dia menjarah desa-desa pasar di sekitarnya yang sering dikunjungi oleh suku-suku dari konfederasi Bakar dan [[Bani Qudha'ah|Qudha'ah]], sebelum [[Pertempuran Ain Al-Tamr|bergerak melawan Ain Al-Tamr]], sebuah kota oasis di sebelah barat Efrat yang berada di sekitar {{convert|90|km|mi|sp=us}} dari selatan Anbar.{{sfn|Donner|1981|p=180}} Khalid menghadapi perlawanan keras di sana oleh suku Namir, memaksanya untuk mengepung benteng kota.{{sfn|Donner|1981|p=180}} Namir dipimpin oleh Hilal bin Aqqah, seorang kepala suku Kristen yang bersekutu dengan Sasaniyah, yang kemudian disalib oleh Khalid setelah mengalahkannya.{{sfn|Donner|1981| p=184}} [[Ain Al-Tamr]] menyerah dan Khalid merebut kota Sandaudah di utara.{{sfn|Donner|1981|p=180}} Pada tahap ini, Khalid telah menaklukkan wilayah barat lebih rendah Efrat dan di wiliayah suku nomaden, termasuk Namir, [[Bani Taghlib|Taghlib]], [[Iyad (suku)|Iyad]], [[Taimullah]] dan sebagian besar Ijl, serta suku Arab menetap, yang tinggal di sana.{{sfn|Donner|1981|p=185}}
===Penilaian modern===
Atsaminah meragukan narasi tradisional Islam bahwa Abu Bakar mengarahkan Khalid untuk meluncurkan kampanye di Irak dengan mengutip bahwa Abu Bakar tidak begitu tertarik pada Irak pada saat energi pasukan Muslim lebih difokuskan untuk penaklukan ke Suriah.{{sfn|Athamina|1994|p =254}} Tidak seperti Suriah, Irak tidak menjadi fokus ambisi Muhammad atau Muslim awal, dan Quraisy juga tidak begitu menginginkan Irak dibandingkan Suriah yang disebabkan karena pada masa pra-Islam, Suriah adalah jalur perdagangan orang-orang Quraisy.{{sfn|Donner |1981|p=176}} Menurut Shaban, tidak jelas apakah Khalid meminta atau menerima perintah dari Abu Bakar untuk menyerang Irak atau malah Khalid sendiri yang mengabaikan perintah Khalifah untuk pergi ke Suriah.{{sfn|Shaban|1971|p=24}} Atsaminah mencatat petunjuk dalam sumber tradisional bahwa Khalid memprakarsai kampanye ke Irak secara sepihak yang tersirat dengan kembalinya Muhajirin yang ada pada jajaran Khalid ke Madinah setelah kekalahan Musailamah kemungkinan mewakili protes mereka terhadap ambisi Khalid di Irak.{{sfn|Athamina|1994|pp=254–255}} Shaban berpendapat bahwa anggota suku yang tinggal di Khalid dimotivasi oleh prospek rampasan perang, khususnya di tengah krisis ekonomi di Arab yang muncul setelah perang Riddah.{{sfn|Shaban|1971|p=24}}