Konten dihapus Konten ditambahkan
+artikel lisan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
[[Berkas:Supplicating Pilgrim at Masjid Al Haram. Mecca, Saudi Arabia.jpg|jmpl|upright=1.35|alt="Seorang pria sedang berdoa dengan mengadahkan telapak tangan menghadap Ka'bah"|Seorang Muslim berdoa ke arah [[Ka'bah]], kiblat umat Islam, di [[Masjidil Haram]].]]
[[Berkas:US Army 51420 Soldiers celebrate end of Ramadan.jpg|jmpl|upright=1.35|alt="Sejumlah tentara Amerika Serikat terlihat sedang sujud untuk melakukan salat ke arah kiblat."|Jemaah [[salat]] yang sedang [[sujud]] ke arah yang sama yaitu arah kiblat.]]
'''Kiblat''' (dari {{lang-ar|قبلة|qiblah}} yang berarti "arah") adalah arah yang dituju [[Muslim|umat Islam]] dalam sebagian konteks ibadah, termasuk dalam [[salat]]. Arah ini menuju kepada bangunan [[Ka'bah]] di [[Masjidil Haram]], [[Makkah]], [[Arab Saudi]], yang menurut umat Islam adalah bangunan suci yang dibangun dua orang Nabi yaitu [[Ibrahim]] dan anaknya [[Isma'il|Ismail]]. Menurut kepercayaan umat Islam, arah kiblat ini diperintahkan oleh [[Allah]] dalam [[Al-Qur'an]], Surat [[Al-Baqarah]] ayat 144, 149, dan 150 yang diwahyukan kepada Nabi Islam [[Muhammad]] pada tahun ke-2 [[Hijriyah]]; sebelumnya Muhammad dan pengikutnya di [[Madinah]] berkiblat ke arah [[Yerusalem]]. Namun setelah Muhammad mendengar bahwa orang-orang [[Orang Yahudi|Yahudi]] berkata, "Demi Tuhan, Muhammad dan [[Sahabat Nabi|sahabat-sahabatnya]] tidak tahu di mana kiblat mereka sampai kita mengarahkan mereka kepadanya"; yang mana menyebabkan ketidaksenangan pada diri beliau, kiblat pun akhirnya dipindahkan ke Ka'bah,<ref>{{Cite book|last=al-Tabari|first=Muhammad ibn Jarir|url=https://archive.org/details/tabarivolume07/page/n65/mode/1up?view=theater|title=The History of Al-Tabari Volume 7: The Foundation of the Community|pages=25|archive-url=https://perma-archives.org/warc/20220724230756/https://i.ibb.co/wMbS3KT/Qiblat.jpg|archive-date=2022-07-24|url-status=live|access-date=2022-07-22|dead-url=no}}</ref> hal ini terjadi pada bulan ke-16 atau 17 setelah Muhammad dan umat muslim tiba di Madinah.<ref name="sunnah.com">{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 7252 - Accepting Information Given by a Truthful Person - كتاب أخبار الآحاد - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/bukhari:7252|website=sunnah.com|access-date=2022-07-22|archive-date=2022-07-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20220722052307/https://sunnah.com/bukhari:7252|dead-url=no}}</ref><ref name="ReferenceA">{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 399 - Prayers (Salat) - كتاب الصلاة - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/bukhari:399|website=sunnah.com|access-date=2022-07-22|archive-date=2022-07-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20220726034609/https://sunnah.com/bukhari:399|dead-url=no}}</ref>
 
Selain untuk salat, kiblat juga merupakan arah [[ihram|berihram]] dalam [[haji]], arah wajah hewan saat disembelih, arah jenazah seorang Muslim saat dimakamkan, arah yang dianjurkan untuk berdoa, serta arah yang dihindari untuk buang air serta membuang dahak. Dalam arsitektur [[masjid]], umumnya terdapat [[mihrab]] yaitu [[relung]] pada salah satu dinding masjid untuk menunjukkan sisi yang mengarah ke kiblat. Pada praktiknya, dikenal dua cara menghadap kiblat, yaitu ''<nowiki>'ainul ka'bah</nowiki>'' (persis mengarah ke bangunan Ka'bah) atau ''jihatul ka'bah'' (kira-kira mengarah ke Ka'bah tanpa harus persis). Kebanyakan ulama berpendapat ''<nowiki>'ainul ka'bah</nowiki>'' hanya dituntut jika memungkinkan (misalnya di lokasi Masjidil Haram dan sekitarnya), dan jika tidak ''jihatul ka'bah'' dapat dilakukan.
Baris 19:
[[Ka'bah]], yang berada di tengah-tengah [[Masjidil Haram]], [[Makkah]], adalah lokasi kiblat umat [[Islam]]. Selain menjadi kiblat, tempat suci umat Islam yang juga disebut Baitullah ("Rumah Allah") ini adalah tempat pelaksanaan [[tawaf]] (salah satu rangkaian ibadah dalam [[haji]] dan [[umrah]]). Ka'bah berbentuk bangunan segi empat, dan keempat sudut temboknya kira-kira searah dengan empat penjuru [[mata angin]].{{sfn|Wensinck|1978|p=317}} Al-Qur'an menyebutkan bahwa bangunan Ka'bah didirikan oleh [[Ibrahim]] dan anaknya [[Isma'il|Ismail]] (keduanya adalah [[Nabi dan Rasul|Nabi dalam Islam]]).{{sfn|Wensinck|1978|p=318}} Pada generasi sebelum Muhammad, Ka'bah digunakan sebagai pusat peribadatan [[Agama di Arab pra-Islam|agama Arab pra-Islam]], tetapi tidak terdapat banyak catatan sejarah tentang Ka'bah sebelum munculnya Islam.{{sfn|Wensinck|1978|p=318}}
 
Status Ka'bah atau Masjidil Haram sebagai kiblat umat Islam berasal dari Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 144, 149, dan 150, yang semuanya memuat perintah "palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram" (''fawalli wajhaka syathra l-masjidil haram'').{{sfn|Hadi Bashori|2015|pp=97–98}} Menurut tradisi Islam, ayat ini diwahyukan pada bulan Rajab atau Syakban tahun ke-2 Hijriyah (624 M),{{sfn|Hadi Bashori|2015|p=104}}{{sfn|Wensinck|1986|p=82}} bertepatan sekitar 16 atau 17 bulan setelah [[hijrah]]nya Muhammad ke kota [[Madinah]].<ref>{{Cite web|titlename=Sahih al-Bukhari 7252 - Accepting Information Given by a Truthful Person - كتاب أخبار الآحاد - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://"sunnah.com"/bukhari:7252|website=sunnah.com|access-date=2022-07-22}}</ref><ref>{{Cite web|titlename=Sahih al-Bukhari 399 - Prayers (Salat) - كتاب الصلاة - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https:"ReferenceA"//sunnah.com/bukhari:399|website=sunnah.com|access-date=2022-07-22}}</ref> Sebelum turunnya ayat ini, diketahui selama di Madinah umat Islam berkiblat ke arah [[Yerusalem]], sama [[mizrah|seperti umat Yahudi Madinah ketika itu]]. Menurut riwayat yang dipercayai umat Islam, saat perintah memindahkan kiblat ini diwahyukan, Muhammad dan para pengikutnya yang sedang salat langsung memutar arah. Tempat peristiwa ini terjadi dikenal dengan nama [[Masjid Qiblatain]] ("Masjid Dua Kiblat").{{sfn|Wensinck|1986|p=82}}
 
Terdapat beberapa riwayat yang berbeda tentang arah kiblat pada masa Muhammad di Mekkah (sebelum hijrah ke Madinah). Menurut satu riwayat (disebutkan oleh sejarawan [[Ibnu Jarir ath-Thabari]] dan ahli tafsir [[Al-Baidhawi]]), Muhammad salat menghadap Ka'bah, sedangkan riwayat lain (juga disebutkan oleh ath-Thabari serta [[Ahmad bin Yahya bin Jabir al-Baladzuri|Ahmad al-Baladzuri]]) menyebutkan bahwa ketika di Makkah ia berkiblat ke Yerusalem. Ada pula riwayat (disebutkan dalam [[sirah]] karya [[Ibnu Hisyam]]) yang menyebutkan bahwa pada masa itu, Muhammad selalu salat sedemikian rupa sehingga sekaligus menghadap Ka'bah dan Yerusalem.{{sfn|Wensinck|1986|p=82}} Kini umat Islam, baik [[Sunni]] maupun [[Syiah]], semuanya berkiblat ke Ka'bah. Satu-satunya pengecualian besar dalam sejarah adalah kaum [[Qaramitah|Qaramithah]], sebuah aliran sempalan Syiah yang pada tahun 930 sempat menyerang Ka'bah dan merampas batu [[Hajar Aswad]] dari Ka'bah ke pusat kekuasaannya di [[Al-Hasa|Al-Ahsa]] dengan niat memulai era baru dalam Islam.{{sfn|Wensinck|1978|p=321}}{{sfn|Daftary|2007|p=149}}{{efn|Tindakan ini dikecam keras baik oleh [[Kekhalifahan Abbasiyah|Khalifah Abbasiyah]] yang Suni maupun [[Kekhalifahan Fatimiyah|Khalifah Fatimiyah]] yang Syiah. Pemimpin kaum Qaramithah [[Abu Thahir al-Jannabi]] menolak permintaan kedua khalifah tersebut untuk mengembalikan Hajar Aswad, dan batu tersebut baru dikembalikan pada 951 setelah kematian Abu Thahir dan pembayaran uang dari Kekhalifahan Abbasiyah.{{sfn|Daftary|2007|pp=149–151}}}}
Baris 25:
== Dalam ibadah dan adab Islam ==
[[Berkas:Samarcanda, Shah-i-Zinda 28 (cropped).jpg|upright=1.3|jmpl|alt="Beberapa jemaah sedang salat menghadap mihrab atau ceruk yang digunakan imam untuk memimpin salat. Mihrab berwarna hitam dan dihiasi dengan kaligrafi"|[[Mihrab]] yang berada di bagian depan masjid menunjukkan arah kiblat untuk melakukan salat. Foto dari Masjid [[Shah-i-Zinda|Syahizindah]] di [[Samarkand]], Uzbekistan.]]
Secara etimologi, kata ''kiblat'' berasal dari kata bahasa Arab {{lang|ar|قبلة|qiblah}} ({{transl|ar|qiblah}}) yang berarti "arah", tetapi dalam konteks Islam istilah ini mengacu kepada arah khusus yang terkait dengan ibadah.{{sfn|Hadi Bashori|2015|p=103}} Para ulama sepakat bahwa dalam keadaan normal, [[salat]] hanya sah jika dilakukan menghadap kiblat.{{sfn|Hadi Bashori|2015|p=103}} Pengecualian untuk syarat ini di antaranya salat dalam keadaan takut atau peperangan, atau [[salat sunah]] dalam perjalanan.{{sfn|Hadi Bashori|2015|p=91}} Selain arah salat, hadis juga menyebutkan perlunya menghadap kiblat saat [[ihram|berihram]] dalam [[haji]], dan setelah melempar [[Lempar jumrah|jumratul wustha]].{{sfn|Wensinck|1986|p=82}} Menurut aturan [[Adab (Islam)|adab]], kiblat juga menjadi arah wajah hewan saat disembelih, serta arah wajah jenazah saat dimakamkan.{{sfn|Wensinck|1986|p=82}} Hadis juga menganjurkan berdoa ke arah kiblat dan melarang buang air atau membuang dahak ke arah kiblat.{{sfn|Wensinck|1986|p=82}}
 
Dalam arsitektur [[masjid]], arah kiblat biasanya ditunjukkan oleh sebuah relung atau lekukan di tembok masjid yang mengarah ke depan. Relung ini disebut ''[[mihrab]]''; di sinilah imam berdiri di depan barisan makmum saat memimpin salat berjemaah.{{sfn|Kuban|1974|p=3}} Mihrab baru mulai menjadi bagian arsitektur masjid pada [[Kekhalifahan Umayyah|masa Umayyah]] dan bentuknya diseragamkan pada awal [[Kekhalifahan Abbasiyah|masa Abbasiyah]]. Pada masa sebelum itu, arah kiblat dapat diketahui dari arah salah satu tembok masjid. Kata mihrab tidak muncul di dalam Al-Qur'an dan hadis; satu-satunya penyebutan kata ini hanya mengacu pada tempat beribadat kaum [[Bani Israil]].{{sfn|Kuban|1974|p=3}}{{efn|Penyebutan ini berada dalam Surat Maryam, {{Pranala Quran id|19|11}}}} [[Masjid Amru bin Ash|Masjid Amr bin al-Ash]] di Fustat, Mesir, salah satu masjid tertua dalam sejarah Islam, awalnya dibangun tanpa mihrab, walaupun kini relung tersebut telah ditambahkan.{{sfn|Kuban|1974|p=4}}
Baris 173:
* {{cite journal|title=Geodetic analysis of disputed accurate qibla direction|first1=Tono|last1=Saksono|first2=Mohamad Ali|last2=Fulazzaky|first3=Zamah|last3=Sari|journal=Journal of Applied Geodesy | volume =12 | issue =2 | year = 2018 | publisher = De Gruyter | issn=1862-9024
| pages = 129–138 | ref=harv |doi=10.1515/jag-2017-0036}}
* {{Encyclopaedia of Islam, New Edition|volume=4|title=Kaʿba |pages=317–322|first=Arent Jan|last=Wensinck|authorlink=|url= | ref = harv}}
* {{Encyclopaedia of Islam, New Edition|volume=5|title=Ḳibla: Ritual and Legal Aspects |pages=82–83|first=Arent Jan|last=Wensinck|authorlink=|url= | ref = harv}}
{{salat}}
{{artikel pilihan}}