Kimia hijau

Revisi sejak 29 September 2020 23.00 oleh Syariful Msth (bicara | kontrib) (sunting isi)


Kimia hijau, juga disebut kimia berkelanjutan, adalah filsafat penelitian dan rekayasa/teknik kimia yang menganjurkan desain produk dan proses yang meminimasi penggunaan dan penciptaan senyawa-senyawa berbahaya.[1] Sementara kimia lingkungan adalah cabang kimia yang membahas lingkungan hidup dan zat-zat kimia di alam, kimia hijau justru berupaya mencari cara untuk mengurangi dan mencegah pencemaran pada sumbernya. Pada tahun 1990 Pollution Prevention Act (Undang-Undang Pencegahan Pencemaran) telah disahkan di Amerika Serikat. Undang-undang ini membantu menciptakan modus operandi untuk berurusan dengan pencemaran secara inovatif dan asli. Undang-undang ini bertujuan untuk mencegah masalah sebelum mereka terjadi.

Sebagai sebuah filsafat kimia, kimia hijau berlaku pada kimia organik, kimia anorganik, biokimia, kimia analitik, dan bahkan kimia fisis. Sementara kimia hijau tampak berfokus pada terapan-terapan industri, sebenarnya ia berlaku juga pada sembarang cabang kimia. Kimia klik sering kali disebut sebagai sebuah gaya sintesis kimia yang konsisten dengan tujuan-tujuan kimia hijau. Fokusnya adalah meminimasi bahaya dan memaksimasi efisiensi sembarang bahan kimia. Ia berbeda dengan kimia lingkungan yang berfokus pada gejala-gejala kimia di lingkungan.

Pada tahun 2005 Ryōji Noyori mengenali tiga pengembangan-penting di dalam kimia hijau: penggunaan karbondioksida superkritis sebagai pelarut hijau, larutan-air hidrogen peroksida untuk oksidasi bersih dan penggunaan hidrogen di dalam sintesis asimetris.[2] Contoh-contoh kimia hijau terapan adalah oksidasi air superkritis, reaksi pada air, dan reaksi media kering.

Biorekayasa atau bioteknik juga dipandang sebagai sebuah teknik yang menjanjikan untuk mencapai tujuan-tujuan kimia hijau. Sejumlah bahan kimia proses penting dapat disintesis dalam organisma-organisma terekayasa, seperti asam shikimat, sebuah prakursor oseltamivir yang difermentasi oleh Roche di dalam bakteri.

Sejarah

Prinsip

Pada tahun 1998, Paul Anastas (yang kemudian mengarahkan Program Kimia Hijau di US EPA) dan John C. Warner (saat itu dari Polaroid Corporation) menerbitkan seperangkat prinsip yang dijadikan sebagai panduan dalam praktik kimia hijau.[3][4]  Kedua belas prinsip tersebut membahas berbagai cara untuk mengurangi dampak dari produksi bahan-bahan kimia terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, serta juga menunjukkan prioritas penelitian dalam pengembangan teknologi kimia hijau.[5]

Dua belas prinsip tersebut mencakup konsep-konsep sebagai berikut:

  • Desain proses untuk memaksimalkan jumlah bahan mentah digunakan untuk menghasilkan produk
  • Penggunaan bahan baku dan sumber energi terbarukan
  • Penggunaan zat yang aman dan ramah lingkungan (termasuk pelarut yang aman, jika memungkinkan)
  • Desain proses yang hemat energi
  • Menghindari produksi limbah, yang dipandang sebagai bentuk pengelolaan limbah yang ideal.

Dua belas prinsip kimia hijau yang dikembangkan oleh Paul Anastas dan John Warner, yaitu:[6]

[7]

  1. Pencegahan : Lebih baik melakukan pencegahan terhadap produksi limbah, daripada mengolah dan membersihkan limbah.
  2. Ekonomi atom : Melalui metode sintetis baru yang dirancang untuk memaksimalkan penggabungan semua bahan yang digunakan dalam proses ke dalam produk akhir, sehingga limbah yang dihasilkan lebih sedikit.
  3. Sintesis Kimia yang Tidak Berbahaya : Metode sintetis harus menghindari penggunaan atau menghasilkan zat-zat yang beracun bagi manusia maupun lingkungan.
  4. Merancang bahan kimia yang lebih aman : Produk kimia yang dihasilkan harus dirancang untuk mempengaruhi fungsi yang diinginkan dan meminimalkan tingkat toksisitasnya.
  5. Pelarut dan alat bantu yang lebih aman : Sebisa mungkin menghindari atau meminimalkan penggunaan bahan pembantu (seperti zat pelarut, zat pemisah, dan sejenisnya), dan menggunakan zat pelarut atau bahan pembantu yang bersifat lebih aman yang tidak berbahaya bagi lingkungan apabila harus digunakan.
  6. Desain untuk efisiensi energi : Persyaratan energi dari proses kimiawi untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan dan ekonominya. Apabila memungkinkan menggunakan metode sintetik dilakukan pada suhu dan tekanan sekitar.
  7. Penggunaan Bahan Baku Terbarukan : Bahan mentah atau bahan baku yang digunakan harus dapat diperbaharui, daripada menghabiskannya (jika memungkinkan secara teknis dan ekonomis).
  8. Mengurangi derivatif atau turunan : Mengurangi turunan yang tidak perlu (penggunaan kelompok pemblokiran, perlindungan atau deproteksi, modifikasi sementara proses fisik atau kimiawi) atau dihindari apabila memungkinkan, karena langkah-langkah tersebut memerlukan reagen tambahan dan dapat menghasilkan limbah,
  9. Katalisis: Penggunaan reagen katalitik (selektif mungkin) lebih baik daripada reagen stoikiometri.
  10. Desain untuk Degradasi: Produk kimia yang dihasilkan harus dirancang sedemikian rupa sehingga pada akhir fungsinya, produk tersebut dapat terurai menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya dan tidak bertahan lama di lingkungan.
  11. Analisis real-time untuk pencegahan polusi : Pengembangan metodologi analitik yang diperlukan untuk memungkinkan analisis real-time untuk pencegahan polusi, pemantauan dan pengendalian dalam proses sebelum pembentukan zat berbahaya.
  12. Penggunaan bahan kimia yang Lebih Aman Secara Inheren untuk pencegahan kecelakaan: Penggunaan zat dalam proses kimia apabila memungkinkan menggunakan zat kimia yang berpotensi rendah kecelakaan, termasuk ledakan, kebakaran, dan sejenisnya.

Bapak kimia hijau

Istilah kimia hijau diperkenalkan oleh Paul Anastas pada tahun 1991.[3]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Green Chemistry". United States Environmental Protection Agency. 2006-06-28. Diakses tanggal 2011-03-23. 
  2. ^ Mengikuti keanggunan praktis di dalam sintesis kimia, Ryoji Noyori, Jurnal Chemical Communications, 2005, (14), 1807 - 1811 Abstrak
  3. ^ a b "Father of Green Chemistry". Federal News Network (dalam bahasa Inggris). 2011-10-17. Diakses tanggal 2020-09-29. 
  4. ^ "The Twelve Principles of Green Chemistry: What it is, & Why it Matters". Compound Interest (dalam bahasa Inggris). 2015-09-24. Diakses tanggal 2020-09-29. 
  5. ^ "The 12 Principles of Green Chemistry - GreenCentre Canada". www.greencentrecanada.com. Diakses tanggal 2020-09-29. 
  6. ^ "Twelve Principles of Green Chemistry | United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization". www.unesco.org. Diakses tanggal 2020-09-29. 
  7. ^ "The 12 Principles of Green Chemistry". Sigma-Aldrich (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-29. 

Pranala luar