Kota: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
merombak ulang
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
Herman Pahabol (bicara | kontrib)
Menambahkan istilah kota (city) dalam bahasa Melayu.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(20 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{tentang|satuan daerah dalam pengertian umum|satuan administrasi wilayah Indonesia|Kota (Indonesia)}}
'''Kota''' atau dalam [[Ejaan Van Ophuijsen|ejaan lama]] di [[bahasa Indonesia]] disebut '''Kotamadya''' adalah sebuah [[Pola permukiman|pemukiman]] manusia yang besar.<ref name="Goodall">Goodall, B. (1987) ''The Penguin Dictionary of Human Geography''. London: Penguin.</ref><ref name="Kuper and Kuper">Kuper, A. and Kuper, J., eds (1996) ''The Social Science Encyclopedia''. 2nd edition. London: Routledge.</ref>{{efn|The term "city" has different meanings around the world and in some places the settlement can be very small indeed. Even where the term is limited to larger settlements, there is no fixed definition of the lower boundary for their size; common definitions include "250,000" and "one million". This article is about large settlements, however defined.}} Kota kecil dapat disebut '''[[Kota praja]]''', kota besar disebut '''[[Megalopolis]]''', perkumpulan kota besar disebut '''[[Konurbasi]]''', perkumpulan beberapa kota besar dan kota kecil disebut '''[[Kawasan perkotaan|Kawasan Perkotaan]]''', perkumpulan aglomerasi kawasan perkotaan disebut '''[[Metropolitan]]''', perkumpulan kawasan metropolitan disebut '''[[Megakota]]''', dan kawasan setengah kota–setengah desa dapat disebut '''[[Desakota]]'''. Ini dapat didefinisikan sebagai tempat permanen dan berpenduduk padat dengan batas-batas yang ditentukan secara [[Pembagian administratif|administratif]] yang anggotanya bekerja terutama pada tugas-tugas non-[[pertanian]].<ref>{{Cite book|title=Encyclopedia of the City|last=Caves|first=R. W.|publisher=Routledge|year=2004|pages=99}}</ref> Pemimpin kota kadang disebut [[Wali kota]] atau Duma Kota dalam pemerintahan [[Rusia|Federasi Rusia]]. Kota umumnya memiliki sistem yang luas untuk [[perumahan]], [[transportasi]], [[sanitasi]], [[daya guna]], penggunaan lahan, produksi barang, dan [[komunikasi]]. Kepadatan mereka memfasilitasi interaksi antara orang-orang, [[Organisasi|organisasi pemerintah]] dan [[bisnis]], terkadang menguntungkan pihak yang berbeda dalam prosesnya, seperti meningkatkan efisiensi [[Distribusi (bisnis)|distribusi]] [[barang]] dan [[jasa]].
{{Tentang|kota (city)|kota kecil setingkat kecamatan atau distrik|kota kecil{{!}}kota kecil (town)}}
{{Kegunaan lain}}
{{Wiktionary}}
[[Berkas:Earthlights dmsp 1994–1995.jpg|jmpl|Cahaya kota-kota dunia dari antariksa. NASA. Oleh Marc Imhoff]]
 
'''Kota''' ({{lang-en|city|italic=yes}}; {{lang-ms|bandar|italic=yes}}) adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. Sistem kota adalah sekelompok kota-kota yang saling tergantung satu sama lain secara fungsional dalam suatu wilayah dan berpengaruh terhadap wilayah sekitarnya. Sistem kota berisi tentang distribusi kota, indeks dan keutamaan kota serta fungsi kota.<ref>{{Cite book|last=Muta'ali|first=Lutfi|date=2015|url=|title=Teknik Analisis Ragional untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang, dan Lingkungan|location=Yogyakarta|publisher=Fakultas Gegrafi (BPFG) Universitas Gajah Mada|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref> Kota merupakan kawasan [[Pola permukiman|pemukiman]] dengan jumlah [[penduduk]] yang relatif besar dan [[kepadatan penduduk]] yang tinggi. Selain itu, pemukiman yang ada bersifat tetap dan dihuni oleh masyarakat heterogen.{{Sfn|Jamaluddin|2017|p=35}} Pembentukan kota merupakan hasil dari perkembangan [[desa]] dalam perluasan pemukiman dan peningkatan jumlah penduduk.{{Sfn|Jamaluddin|2017|p=41-42}} Kota berfungsi sebagai pusat pemukiman dan aktivitas manusia sehingga keberadaannya menjadi sangat penting bagi wilayah di sekitarnya dalam kegiatan [[perdagangan]], [[pemerintah]]an, industri dan [[Budaya|kebudayaan]].{{Sfn|Jamaluddin|2017|p=52-53}} Pemilihan kota sebagai tempat pemukiman dipengaruhi oleh adanya pekerjaan di bidang [[jasa]], [[transportasi]] dan [[manufaktur]]. Kota juga memiliki kekurangan yaitu biaya hidup dan tingkat [[Pidana|kriminalitas]] yang tinggi.<ref>{{Cite book|last=Murdiyanto, E.|first=|date=2008|url=http://repository.upnyk.ac.id/3224/1/Buku_Sosperd-Eko_Murdiyanto.pdf|title=Sosiologi Perdesaan|location=Yogyakarta|publisher=Wimaya Press|isbn=978-979-8918-88-9|pages=204|url-status=live}}</ref>
Secara [[Historisisme|historis]], penduduk kota telah menjadi bagian kecil dari umat manusia secara keseluruhan, tetapi setelah dua abad yang belum pernah terjadi sebelumnya dan [[urbanisasi]] yang sangat cepat, lebih dari separuh populasi dunia sekarang tinggal di kota-kota, yang memiliki konsekuensi mendalam bagi keberlanjutan global.<ref>{{Cite journal|url= https://ourworldindata.org/urbanization|title= Urbanization|journal= Our World in Data|date= 13 June 2018|language= en|access-date= 14 February 2021|last1= Ritchie|first1= Hannah|last2= Roser|first2= Max|archive-date= 29 October 2020|archive-url= https://web.archive.org/web/20201029185610/https://ourworldindata.org/urbanization|url-status= live}}</ref><ref>{{Cite book|last1=James|first1=Paul|url=https://www.academia.edu/9294719|title=Urban Sustainability in Theory and Practice: Circles of Sustainability|last2=with Magee|first2=Liam|last3=Scerri|first3=Andy|last4=Steger|first4=Manfred B.|publisher=Routledge|year=2015|location=London|isbn=9781315765747|author-link=Paul James (academic)|access-date=20 December 2017|archive-date=1 March 2020|archive-url=https://web.archive.org/web/20200301210732/https://www.academia.edu/9294719|url-status=live}}</ref> Kota masa kini biasanya membentuk inti dari [[Metropolitan|wilayah metropolitan]] dan [[Kawasan perkotaan|wilayah perkotaan]] yang lebih besar—menciptakan banyak [[komuter]] yang bepergian menuju pusat kota untuk mencari pekerjaan, hiburan, dan pendidikan. Namun, dalam dunia [[globalisasi]] yang semakin intensif, semua kota pada tingkat yang berbeda-beda juga terhubung secara global di luar wilayah ini.
 
== Istilah ==
Pengaruh yang meningkat ini berarti bahwa kota juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap isu-isu global, seperti pembangunan berkelanjutan, [[pemanasan global]], dan kesehatan global. Karena pengaruh besar terhadap isu-isu global tersebut, masyarakat [[Antarbangsa|internasional]] telah memprioritaskan [[investasi]] di kota-kota melalui tujuan pembangunan berkelanjutan. Karena efisiensi [[transportasi]] dan konsumsi lahan yang lebih kecil, kota padat memiliki potensi untuk memiliki jejak [[ekologi]] yang lebih kecil per penduduk daripada daerah yang jarang penduduknya.<ref>{{Cite web|date=18 September 2019|title=Cities: a 'cause of and solution to' climate change|url=https://news.un.org/en/story/2019/09/1046662|access-date=20 March 2021|website=UN News|language=en|archive-date=4 March 2021|archive-url=https://web.archive.org/web/20210304125023/https://news.un.org/en/story/2019/09/1046662|url-status=live}}</ref> Oleh karena itu, kota kompak sering disebut sebagai elemen penting dalam memerangi [[perubahan iklim]].<ref>{{Cite web|date=30 June 2011|title=Sustainable cities must be compact and high-density|url=https://www.theguardian.com/environment/georgemonbiot/2011/jun/30/sustainable-cities-urban-planning|access-date=20 March 2021|website=The Guardian News|language=en|archive-date=9 March 2021|archive-url=https://web.archive.org/web/20210309124623/https://www.theguardian.com/environment/georgemonbiot/2011/jun/30/sustainable-cities-urban-planning|url-status=live}}</ref> Namun, konsentrasi ini juga dapat memiliki konsekuensi negatif yang signifikan, seperti membentuk pulau panas perkotaan, memusatkan [[Pencemaran|polusi]], dan menekankan pasokan air dan [[sumber daya]] lainnya.
Pengertian "kota" sebagaimana yang diterapkan di [[Indonesia]] mencakup pengertian "town" dan "city" dalam [[bahasa Inggris]]. Selain itu, terdapat pula [[kapitonim]] "[[Kota (administrasi negara)|Kota]]" yang merupakan satuan administrasi negara di bawah [[provinsi]]. Artikel ini membahas "kota" dalam pengertian umum (nama jenis, ''common name''). Kota dibedakan secara kontras dari [[desa]] ataupun [[kampung]] berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum.{{fact}} Desa atau kampung didominasi oleh lahan terbuka bukan pemukiman. Kota memiliki tiga ciri utama, yaitu memilki kepadatan penduduk yang tinggi, pusat segala kegiatan, dan kegiatan utama non pertanian.
 
== Perencanaan tata ruang ==
[[Berkas:MoscowCollage.jpg|jmpl|250px|[[Moskwa]], [[Rusia]]]]
Teori perencanaan telah berkembang sejak lama dan mengalami banyak perubahan seiring berjalannya waktu. Sedangkan untuk perencanaan sendiri, sejak Patrick Geddes dikutip dalam Rafita (2016) mencetuskannya untuk pertama kali hingga saat ini telah mengalami banyak perubahan. Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah revolusi industri yang mengakibatkan adanya kemunduran kota. Adanya revolusi industri tersebut yang membuat kebutuhan buruh di perkotaan semakin meningkat, dengan begitu akan terjadi degredasi lingkungan yang membuat pakar kota menginginkan suatu reformasi.{{Sfn|Prihatin, Daryanti, dan Pramadha|2019|p=21}} Revolusi industri sendiri telah menciptakan perubahan yaitu dengan adanya kota-kota industri yang mengakibatkan perpindahan penduduk dari daerah pertanian ke daerah industri. Berpindahnya penduduk dari desa ke kota yang tidak memiliki pengetahuan tentang kehidupan kota inilah yang akan menyebabkan perubahan tatanan kota. Untuk itu, mulai muncul gagasan dari Patrick Geddes tentang analisis terperinci dari pola pemukiman dan lingkungan ekonomi lokal yang merupakan awal dari berkembangnya teori perencanaan.{{Sfn|Prihatin, Daryanti, dan Pramadha|2019|p=21-22}}
[[Berkas:London Montage L.jpg|jmpl|250px|[[London]], [[Inggris]]]]
[[Berkas:Jakarta Skyline Part 2.jpg|jmpl|250px|[[Jakarta]], [[Indonesia]]]]
 
Perencanaan tata ruang merupakan proses terpadu (bukan produk akhir berhaga mati) b. Perencanaan tata ruang yang menyeluruh dan terpadu mencakup: perencanaan fisik-spasial, perencanaan komunitas, perencanaan sumber daya. c. Perencanaan tata ruang dilakukan berdasarkan kepentingan masyarakat. d. Perencanaan tata ruang dilakukan dengan berlandaskan pertimbangan sumber daya yang tersedia. e. Rencana tata ruang yang akan disusun merupakan rencana yang diperkirakan dapat diwujudkan.{{Sfn|Prihatin, Daryanti, dan Pramadha|2019|p=22}} Dari berbagai teori perencanaan yang ada, terdapat salah satu teori yang erat kaitannya dengan penataan wilayah dan kota yaitu teori Archibugi yang memaparkan mengenai penerapan komponen perencanaan wilayah.{{Sfn|Prihatin, Daryanti, dan Pramadha|2019|p=23}}
Ciri-ciri penting lainnya dari kota-kota selain populasi termasuk status [[ibu kota]] dan pendudukan kota yang relatif berlanjut. Misalnya, [[Ibu kota|ibu kota negara]] seperti [[Beijing]], [[London]], [[Kota Meksiko|Meksiko City]], [[Moskwa]], [[Nairobi]], [[New Delhi]], [[Paris]], [[Roma]], [[Kota Athena|Athena]], [[Seoul]], [[Singapura]], [[Tokyo]], [[Manila]], dan [[Washington, D.C.]] mencerminkan identitas dan puncak bangsanya masing-masing.<ref>{{Cite web|title=Ch2|url=https://www-personal.umich.edu/~sdcamp/capitals/Ch2.html|access-date=10 May 2021|website=www-personal.umich.edu|archive-date=4 August 2020|archive-url=https://web.archive.org/web/20200804223440/http://www-personal.umich.edu/~sdcamp/capitals/Ch2.html|url-status=live}}</ref> Beberapa ibu kota bersejarah, seperti [[Kyoto]] dan [[Xi'an]], mempertahankan refleksi identitas budaya mereka bahkan tanpa status modal modern. Situs-situs suci keagamaan menawarkan contoh lain status modal dalam suatu agama, [[Yerusalem]], [[Makkah]], [[Benares]], [[Ayodhya]], [[Haridwar]], dan [[Prayagraj]] masing-masing memiliki arti penting.
 
== IstilahFungsi ==
[[Berkas:Kuopion Keskustaa.jpg|jmpl|303x303px|[[Kuopio|Kota Kuopio]], [[Finlandia]]]]
[[File:Piraeus map 1908.jpg|thumb|300px|Peta [[Piraeus]], dirancang menurut rencana ''[[Hippodameia]]'' (kisi).]]
Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan dan fungsi yang lebih luas lagi antara lain sebagai berikut:
[[File:Sheth Motisha Tonk 01.jpg|thumb|upright=1.35| [[Palitana]] mewakili fungsi simbolis kota secara ekstrem, dikhususkan untuk [[Jainisme|kuil Jain]].<ref>Moholy-Nagy (1968), p. 45.</ref>]]
 
Sebuah kota dapat dibedakan dari pemukiman manusia lainnya dengan ukurannya yang relatif besar, tetapi juga dengan fungsi dan status [[Simbolisme|simbolisnya]] yang khusus, yang dapat diberikan oleh [[Pemerintah pusat|otoritas pusat]]. Istilah ini juga dapat merujuk pada fisik jalan dan bangunan kota atau untuk kumpulan orang yang tinggal disana, dan dapat digunakan dalam pengertian umum berarti [[Kawasan perkotaan|wilayah perkotaan]] daripada [[Desa|pedesaan]].<ref name="OED" /><ref name="Lynch2008p678">Kevin A. Lynch, "What Is the Form of a City, and How is It Made?"; in Marzluff et al. (2008), p. 678. "The city may be looked on as a story, a pattern of relations between human groups, a production and distribution space, a field of physical force, a set of linked decisions, or an arena of conflict. Values are embedded in these metaphors: historic continuity, stable equilibrium, productive efficiency, capable decision and management, maximum interaction, or the progress of political struggle. Certain actors become the decisive elements of transformation in each view: political leaders, families and ethnic groups, major investors, the technicians of transport, the decision elite, the revolutionary classes."</ref>
* Sebagai Tempat Pusat dari berbagai macam produksi. Contoh: [[Kediri]], [[Pekanbaru]], dan [[Bontang]]
* Sebagai pusat dari banyak perdagangan dan juga keuangan. Contoh: [[Medan]], [[Surabaya]], [[Hong Kong]], [[Singapura]], dan [[Frankfurt]]
* Sebagai pusat dari pemerintahan. Contoh: [[Brasilia]] ([[ibu kota]] [[Brasil]]), [[Washington DC]] (ibu kota [[Amerika Serikat]]), [[Canberra]] (ibu kota [[Australia]])
* Sebagai pusat dari sebuah kebudayaan. Contoh: [[Yogyakarta (kota)|Yogyakarta]] dan [[Surakarta]]
* Sebagai Penopang Kota Pusat atau [[Kota satelit]]. Contoh: [[Tangerang Selatan]], [[Kota Binjai|Binjai]] dan, [[Kota Batu]]
 
== Ciri-ciri ==
[[Berkas:KKCity3.jpg|jmpl|303x303px|[[Kota Kinabalu]], [[Malaysia]]]]
Ciri fisik kota meliputi hal sebagai berikut:
* Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan
* Tersedianya tempat-tempat untuk parkir
* Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga
 
Ciri kehidupan kota adalah sebagai berikut:
* Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
* Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial di antara warganya.
* Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.
* Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.
* Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi.
* Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.
* Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi. (stereotip ini kemudian menyebabkan penduduk kota dan pendatang mengambil sikap acuh tidak acuh dan tidak peduli ketika berinteraksi dengan orang lain. Mereka mengabaikan fakta bahwa masyarakat kota juga bisa ramah dan santun dalam berinteraksi).
 
== Teori struktur ruang kota ==
Teori-teori yang melandasi struktur ruang kota yang paling dikenal yaitu:
* Teori Konsentris (Burgess, [[1925]])
[[Berkas:gmbrteorikonsentris.jpg|jmpl|250px|ka|Teori Konsentris]]
Teori ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau ''Central Business District'' (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota.
DPK atau CBD tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama, bagian paling inti atau RBD (Retail Business District) dengan kegiatan dominan pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan (warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama (''storage buildings'').
 
# Zona pusat daerah kegiatan (''Central Business District''), yang merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, [[bank]], [[museum]], [[hotel]], [[restoran]] dan sebagainya.
# Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun [[sosial]] [[ekonomi]]. Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun sebenarnya zona ini merupakan zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya.
# Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini yaitu ''working men's homes''.
# Zona permukiman kelas menengah (''residential zona''), merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar.
# Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elite, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.
# Zona penglaju (''commuters''), merupakan daerah yang memasuki daerah belakang (''hinterland'') atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.
 
* Teori Sektoral (Hoyt, [[1939]])
[[Berkas:gmbrteorisektoral.jpg|jmpl|250px|ka|Teori Sektoral]]
 
Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang sama dengan yang diungkapkan oleh Teori Konsentris.
 
# Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.
# Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.
# Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.
# Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.
# Sektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat.
 
* Teori Inti Berganda (Harris dan Ullman, [[1945]])
Sensus nasional menggunakan berbagai definisi–faktor pemicu seperti populasi, kepadatan populasi, jumlah tempat tinggal, fungsi ekonomi, dan [[infrastruktur]]–untuk mengklasifikasikan populasi sebagai [[Kawasan perkotaan|perkotaan]]. Definisi kerja tipikal untuk populasi [[Kota praja|kota kecil]] mulai dari sekitar 100.000 orang.<ref>{{Cite web|url= http://data.oecd.org/popregion/urban-population-by-city-size.htm|title= Population by region - Urban population by city size - OECD Data|website= theOECD|language= en|access-date= 3 June 2019|archive-date= 3 June 2019|archive-url= https://web.archive.org/web/20190603220158/https://data.oecd.org/popregion/urban-population-by-city-size.htm|url-status= live}}</ref> Definisi populasi umum untuk daerah perkotaan (kota atau kota) berkisar antara 1.500 dan 50.000 orang, dengan sebagian besar [[negara bagian]] [[Amerika Serikat]] menggunakan minimum antara 1.500 dan 5.000 penduduk.<ref>"[https://unstats.un.org/unsd/demographic/products/dyb/dyb2015/notes/notes06.pdf Table 6] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170811011352/https://unstats.un.org/unsd/demographic/products/dyb/dyb2015/notes/notes06.pdf |date=11 August 2017 }}" in [[United Nations Demographic Yearbook]] ([https://unstats.un.org/unsd/demographic/products/dyb/dyb2015.htm 2015] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180708191849/https://unstats.un.org/unsd/demographic/products/dyb/dyb2015.htm |date=8 July 2018 }}), the 1988 version of which is quoted in Carter (1995), pp. 10–12.</ref><ref name="HugoEtAl2003" />
[[Berkas:gmbrteoriintiberganda.jpg|jmpl|250px|ka|Teori Inti Berganda]]
Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya relatif di tengah-tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu ''growing points''. Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota, berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan, seperti ''retailing'', distrik khusus perbankan, teater dan lain-lain. Namun, ada perbedaan dengan dua teori yang disebutkan di atas, yaitu bahwa pada Teori Pusat Berganda terdapat banyak DPK atau CBD dan letaknya tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar.
 
# Pusat kota atau ''Central Business District'' (CBD).
Beberapa [[yurisdiksi]] tidak menetapkan minimum seperti itu.<ref>{{cite web|url= http://www.nclm.org/resource-center/Pages/How-Municipalities-Work.aspx|title= How NC Municipalities Work – North Carolina League of Municipalities|website= www.nclm.org|archive-url= https://web.archive.org/web/20100516211303/http://www.nclm.org/resource-center/Pages/How-Municipalities-Work.aspx|archive-date= 16 May 2010|url-status= dead}}</ref> Di [[Britania Raya]], status kota diberikan oleh [[Mahkota]] dan kemudian tetap secara permanen. Secara [[Historisisme|historis]], faktor kualifikasinya adalah adanya [[katedral]], yang menghasilkan beberapa kota yang sangat kecil seperti [[Wells, Nevada|Wells]], dengan populasi 12.000 hingga tahun [[2018]] dan [[St Davids|Saint Davids]], dengan populasi 1.841 hingga tahun [[2011]]. Menurut "definisi fungsional", sebuah kota tidak dibedakan berdasarkan ukurannya saja, tetapi juga oleh peran yang dimainkannya dalam konteks politik yang lebih besar. Kota berfungsi sebagai [[Ibu kota|pusat administrasi]], komersial, agama, dan budaya untuk wilayah sekitarnya yang lebih besar.<ref name="Smith2002" /><ref name="Marshall14">Marshall (1989), pp. 14–15.</ref> Contoh pemukiman dengan nama "kota" yang mungkin tidak memenuhi salah satu kriteria tradisional untuk diberi nama seperti ''Broad Top City'' di [[Pennsylvania]] (populasi 452 orang).
# Kawasan niaga dan industri ringan.
# Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh.
# Kawasan madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah.
# Kawasan adiwisma atau permukiman kaum kaya.
# Pusat industri berat.
# Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran.
# Upakota, untuk kawasan mudyawisma dan adiwisma.
# Upakota (''sub-urban'') kawasan industri
* Teori Ketinggian Bangunan (Bergel, [[1955]]).
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan struktur kota dapat dilihat dari variabel ketinggian bangunan. DPK atau CBD secara garis besar merupakan daerah dengan harga lahan yang tinggi, aksesibilitas sangat tinggi dan ada kecenderungan membangun struktur perkotaan secara vertikal. Dalam hal ini, maka di DPK atau CBD paling sesuai dengan kegiatan perdagangan (retail activities), karena semakin tinggi aksesibilitas suatu ruang maka ruang tersebut akan ditempati oleh fungsi yang paling kuat ekonominya.
 
* Teori Konsektoral (Griffin dan Ford, [[1980]])
Kehadiran elit terpelajar terkadang dimasukkan dalam definisi.<ref>Kaplan et al. (2004), pp. 23–24.</ref> Kota yang khas memiliki administrator profesional, peraturan, dan beberapa bentuk [[Pajak|perpajakan]] (makanan dan kebutuhan atau sarana lain untuk [[Perdagangan|berdagang]] untuk mereka) untuk mendukung para pegawai pemerintah. Pengaturan ini kontras dengan hubungan [[Vertikal dan horizontal|horizontal]] yang lebih khas dalam suatu [[Etnisitas|suku]] atau [[desa]] mencapai tujuan bersama melalui kesepakatan informal antara tetangga, atau melalui kepemimpinan seorang [[kepala suku]]. Pemerintahan bisa berdasarkan keturunan, agama, kekuatan militer, sistem kerja seperti pembangunan [[kanal]], distribusi makanan, kepemilikan tanah, [[pertanian]], [[perdagangan]], [[manufaktur]], [[keuangan]], atau kombinasi dari semuanya. Masyarakat yang hidup di kota sering disebut [[peradaban]].
Teori Konsektoral dilandasi oleh struktur ruang kota di [[Amerika Latin]]. Dalam teori ini disebutkan bahwa DPK atau CBD merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan dan lapangan pekerjaan. Di daerah ini terjadi proses perubahan yang cepat sehingga mengancam nilai historis dari daerah tersebut. Pada daerah–daerah yang berbatasan dengan DPK atau CBD di kota-kota Amerika Latin masih banyak tempat yang digunakan untuk kegiatan ekonomi, antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi lemah dan sebagian lain dipergunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran.
 
* Teori Historis (Alonso, [[1964]])
Tingkat [[urbanisasi]] adalah [[Sistem metrik|metrik]] modern untuk membantu menentukan apa yang terdiri dari sebuah kota: "populasi setidaknya 50.000 jiwa dalam sel jaringan padat yang berdekatan (>1,500 penduduk per kilometer persegi)".<ref>{{cite web|url=https://blogs.worldbank.org/sustainablecities/how-do-we-define-cities-towns-and-rural-areas|title=How do we define cities, towns, and rural areas?|date=10 March 2020|author=Lewis Dijkstra, Ellen Hamilton, Somik Lall, and Sameh Wahba|access-date=2 October 2021|archive-date=6 October 2021|archive-url=https://web.archive.org/web/20211006193626/https://blogs.worldbank.org/sustainablecities/how-do-we-define-cities-towns-and-rural-areas|url-status=live}}</ref> Metrik ini dirancang selama bertahun-tahun oleh [[Komisi Eropa]], ''[[Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi|OECD]]'', [[Bank Dunia]], dan yang lainnya. Kemudian disahkan pada bulan [[Maret]] [[2021]] oleh [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] yang sebagian besar untuk tujuan perbandingan statistik internasional.<ref>{{cite news|title=What makes a city a city? It's a little complicated|first=Oliver|last=Moore|date=2 October 2021|newspaper=[[The Globe and Mail]]|page=A11}}</ref>
DPK atau CBD dalam teori ini merupakan pusat segala fasilitas kota dan merupakan daerah dengan daya tarik tersendiri dan aksesibilitas yang tinggi.
 
* Teori Poros (Babcock, [[1960]])
== Etimologi ==
Menitikberatkan pada peranan transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan kota. Asumsinya adalah mobilitas fungsi-fungsi dan penduduk mempunyai intensitas yang sama dan topografi kota seragam. Faktor utama yang memengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang menghubungkan CBD dengan daerah bagian luarnya.Aksesibilitas memperhatikan biaya waktu dalam sistem transportasi yang ada. Sepanjang poros transportasi akan mengalami perkembangan lebih besar dibanding zona di antaranya. Zona yang tidak terlayani dengan fasilitas transportasi yang cepat.
Kata kota dan ''civilization'' terkait berasal dari akar [[bahasa Latin]] ''[[wikt:civitas|civitas]]'', awalnya memiliki arti 'kewarganegaraan' atau 'anggota masyarakat' dan akhirnya datang untuk menyesuaikan dengan [[urbanisasi]], berarti 'kota' dalam arti yang lebih fisik.<ref name="OED">"city, n.", ''Oxford English Dictionary'', June 2014.</ref> [[Rumpun bahasa Roman|Rumpun bahasa roman]] untuk ''civitas'' terkait erat dengan [[bahasa Yunani]] ''[[polis]]''—akar umum lain yang muncul dalam kata-kata [[bahasa Inggris]] seperti ''[[metropolis]]''.<ref>Yi Jianping, "'Civilization' and 'State': An Etymological Perspective"; ''Social Sciences in China'' 33(2), 2012; {{doi|10.1080/02529203.2012.677292}}.
</ref>
 
== Arsitektur ==
Dalam [[terminologi]] [[Toponimi|toponim]], nama masing-masing kota dan desa disebut ''astionim'' (dari [[bahasa Yunani Kuno]] ''ἄστυ'' 'kota atau kota praja' dan ''ὄνομα'' 'nama').
Arsitektur kota terdiri dari ruang kota, bangunan, [[tempat ibadah]], tugu dan gedung atau tempat lain yang ada di dalam kota. Bagian utama dari arsitektur kota adalah lingkungan yang memiliki segi fisik dan segi non-fisik. Segi fisik dari arsitektur kota melingkupi bangunan-bangunan, tugu-tugu, ruang-ruang terbuka, dan jalan atau [[trotoar]]. Sedangkan segi non-fisik dari arsitektur kota ialah kegiatan sosial, kegiatan budaya, kegiatan keagamaan, dan kegiatan perekonomian serta hubungan seluruh kegiatan tersebut dengan segi fisiknya.{{Sfn|Mulyadi|2018|p=1-2}}
 
==Sejarah Sudut pandang ==
[[File:Oldest arch 4.JPG|thumb|right|Sebuah gapura dari peradaban [[Sumeria]] kuno yaitu [[Ur]], yang berkembang pada milenium ketiga SM, dapat dilihat di Tell el-Mukayyar sekarang di [[Irak]]]]
[[File:Mohenjo-daro.jpg|thumb|right|[[Mohenjo-daro]], sebuah kota peradaban [[Sungai Indus|Lembah Indus]] di [[Pakistan]], yang dibangun kembali enam kali atau lebih, menggunakan batu bata dengan ukuran standar, dan mengikuti tata letak kisi yang sama—juga pada milenium ketiga SM.]]
[[File:Teotihuacán 2012-09-28 00-07-11.jpg|thumb|Pandangan udara dari apa yang dulunya pusat kota [[Teotihuacan]] menunjukkan [[Piramida Matahari]], [[Piramida Bulan]], dan jalan prosesi yang berfungsi sebagai tulang punggung sistem jalan kota.]]
 
=== Sudut pandang arsitektur ===
Kota-kota di [[Yerikho]], [[Aleppo]], [[Al Fayyum|Al-Fayyum]], [[Yerevan]], [[Kota Athena|Athena]], [[Damaskus]] dan [[Argos]] termasuk di antara mereka yang mengklaim tinggal terus-menerus terlama.
Dalam sudut pandang arsitektur, kota dipandang sebagai sebuah arsitektur yang memiliki bentuk fisik yang dapat dilihat dan memiliki konstruksi dari kota sepanjang waktu. Kota dianggap sebagai sebuah karya seni bagi orang yang paham tentang urban [[artefak]] dengan tempat, peristiwa dan wujud kota. Konsep kota sebagai sebuah urban artefak memiliki bentuk yang beragam pada setiap zaman dan kehidupan sosial keagamaan. Selain itu, dalam sudut pandang arsitektur, kota dipandang sebagai suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen serta terdiri dari kelompok individu-individu yang beragam dari segi sosial. Keberagaman permukiman tidak dinilai dari bentuk kota tetapi dari suatu fungsi yang menciptakan ruang-ruang yang bermanfaat melalui pengorganisasian ruang dan hierarki tertentu.{{Sfn|Mulyadi|2018|p=8}} Sudut pandang arsitektur juga menganggap kota sebagaisekumpulan bangunan dan artefak yang menjadi tempat untuk berhubungan sosial. Kepadatan penduduk yang tinggi, [[Kelas sosial|strata sosial]]-ekonomi yang beragam dan corak kehidupan yang [[Materialisme|materialistik]] membuat kota menjadi sistem jaringan kehidupan manusia.{{Sfn|Mulyadi|2018|p=8-9}}
 
=== Sudut pandang sosio-spasial ===
Kota-kota yang dicirikan oleh kepadatan penduduk, fungsi [[Simbolisme|simbolis]], dan tata kota, telah ada selama ribuan tahun.<ref>Nick Compton, "What is the oldest city in the world?", ''The Guardian'', 16 February 2015.</ref> Dalam pandangan konvensional, peradaban dan kota sama-sama mengikuti perkembangan pertanian, yang memungkinkan produksi makanan surplus, dan dengan demikian pembagian kerja sosial.
Sudut pandang kota dari sosio-spasial diperoleh dari perspektif ruang pada [[ekonomi Marxian]]. [[Henri Lefebvre]] (1991), [[David Harvey]] (1985, 2001, 2012), dan [[Manuel Castells]] (1977) menulis pengembangan perspektif ekonomi Marxian untuk menjelaskan konsep suatu kota. Relasi kuasa dari aktor-aktor penataan ruang diamati melalui fenomena kontestasi, negosiasi, konsensus, dan konflik di perkotaan. Para aktor yang memengaruhi penataan ruang meliputi pemerintah, masyarakat, dan pasar. Dalam sudut pandang sosio-spasial, keterlibatan pemerintah dengan kepentingan serta kemauan politiknya dipandang sebagai cara mempercepat pengembangan kota. Selain itu, politik pemerintahan juga menjadi alat perubahan kota yang mengacu pada pembangunan global [[metropolitan]]. Kota modern merupakan hasil dari perubahan-perubahan tata ruang yang memengaruhi kehidupan setiap warga. Perubahan tata ruang merupakan akibat dari kehadiran investor atau pengembang yang melakukan pembangunan gedung, fasilitas umum, dan ruang publik untuk investasi yang terkait dengan perubahan dan tuntutan ekonomi global.{{Sfn|Sumandiyar, dkk.|2020|p=1}}
 
=== ZamanMasyarakat kuno ===
Perkembangan dari suatu kota dipengaruhi oleh [[masyarakat]] yang menjadi pengguna perkotaan. Kota menjadi sangat kompleks karena masyarakat selalu berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan hidup. Pengembangan kota lebih menonjol dibandingkan dengan kawasan luar kota. Selain itu, kehidupan masyarakat perkotaan cenderung lebih menekankan pada segi ekonomi, sehingga kota dianggap sebagai hasil rekayasa manusia untuk rnemenuhi kehidupan ekonomi penggunanya. Masyarakat perkotaan memiliki permasalahan yang sangat kompleks karena kota juga memengaruhi kehidupan di segala bidang kehidupan.{{Sfn|Mulyandari|2011|p=1}}
[[File:Artgate Fondazione Cariplo - Betti Oreste - Veduta della Roma imperiale.jpg|thumb|Recreation of Ancient Rome at its height. The city was the first in the world to reach one million inhabitants.]]
{{Further|Cities of the Ancient Near East|Polis|City-state|Late Antiquity#Cities}}
 
Masyarakat perkotaan cenderung memiliki sifat [[Individualisme|individual]] dan heterogen dengan kehidupan yang modern yang dilengkapi dengan berbagai arsitektur dan [[industri]] yang canggih. Dalam masyarakat kota terdapat banyak [[kelompok sosial]] yang dibedakan berdasarkan [[profesi]].<ref>{{Cite book|last=Pandaleke|first=Alfien|date=2015|url=https://www.academia.edu/21650364/Sosiologi_Perkotaan_Dr_Dra_Alfien_Pandaleke_M_Si|title=Sosiologi Perkotaan|location=Bogor|publisher=Maxindo Internasional|isbn=978-602-72508-0-2|pages=5|url-status=live}}</ref> Masyarakat perkotaan memiliki tingkat keberagaman sosial yang tinggi dengan tingkat asoasi yang dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang banyak. Kontrol sosial di dalam masyarakat perkotaan menggunakan pengawasan yang tidak terlalu ketat sehingga toleransi sosial sangat tinggi. Masyarakat perkotaan lebih mengutamakan prestasi sehingga mobilitas sosial relatif tinggi. Asosiasi di dalam masyarakat perkotaan bersifat sukarela dan cenderung menganut individualisme karena adanya kebebasan dalam pengambilan keputusan secara individu. Selain itu, masyarakat perkotaan cenderung memisahkan diri secara fisik berdasarkan perbedaan kelompok sosial.<ref>{{Cite book|last=Jamaludin, A. N.|first=|date=2015|url=http://digilib.uinsgd.ac.id/3651/1/Kaper-Sosiologi-Perdesaan_SOSILOGI-PERDESAAN_merged.pdf|title=Sosiologi Perdesaan|location=Bandung|publisher=CV. Pustaka Setia|isbn=978-979-076-550-4|pages=22-23|url-status=live}}</ref>
[[Tell es-Sultan|Jericho]] and [[Çatalhöyük]], dated to the [[eighth millennium BC]], are among the earliest [[proto-cities]] known to archaeologists.<ref name="Perlman16">[[Fredy Perlman]], ''[[Against His-Story, Against Leviathan]]'', Detroit: Black & Red, 1983; p. 16.</ref><ref>Southall (1998), p. 23.</ref> However, the [[Mesopotamia]]n city of [[Uruk]] from the mid fourth millennium BC (ancient Iraq) is considered by some to be the first true City, with its name attributed to the [[Uruk period]].<ref>{{Cite web |last=Department of Ancient Near Eastern Art |date=Oct 2003 |title=Uruk: The First City |url=https://www.metmuseum.org/toah/hd/uruk/hd_uruk.htm |access-date=5 March 2022 |website=www.metmuseum.org |archive-date=1 April 2020 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200401115230/https://www.metmuseum.org/toah/hd/uruk/hd_uruk.htm |url-status=live }}</ref><ref>{{Cite web |title=Uruk (article) |url=https://www.khanacademy.org/humanities/big-history-project/agriculture-civilization/first-cities-states/a/uruk |access-date=5 March 2022 |website=Khan Academy |language=en |archive-date=5 March 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220305140202/https://www.khanacademy.org/humanities/big-history-project/agriculture-civilization/first-cities-states/a/uruk |url-status=live }}</ref><ref>{{Cite web |title=What Science Has Learned about the Rise of Urban Mesopotamia |url=https://www.thoughtco.com/uruk-period-mesopotamia-rise-of-sumer-171676 |access-date=5 March 2022 |website=ThoughtCo |language=en |archive-date=5 March 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220305135740/https://www.thoughtco.com/uruk-period-mesopotamia-rise-of-sumer-171676 |url-status=live }}</ref>
 
Kota terdiri dari masyarakat yang majemuk. Kemajemukan masyarakat dapat diamati secara horizontal dan vertikal.{{Sfn|Mumtazinur|2019|p=73}} Masyarakat majemuk secara horizontal dikelompokkan berdasarkan etnis, keturunan, [[bahasa daerah]], [[Adat|adat istiadat]] atau perilaku, agama, pakaian, [[makanan]], dan budaya. Sedangkan secara vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan tingkat ekonomi, pendidikan, kawasan pemukiman, pekerjaan, dan kedudukan sosial-politik.{{Sfn|Mumtazinur|2019|p=74}} Masyarakat perkotaan cenderung menjalani kehidupan dengan sifat yang materialistis.{{Sfn|Mumtazinur|2019|p=116}}
In the [[fourth millennium BC|fourth]] and [[third millennium BC]], complex civilizations flourished in the river valleys of [[Mesopotamia]], [[India]], [[China]], and [[Egypt]].<ref>{{cite book|last1=Ring|first1=Trudy|title=Middle East and Africa: International Dictionary of Historic Places|date=2014|page=204}}</ref><ref>Jhimli Mukherjee Pandeyl, "Varanasi is as old as Indus valley civilization, finds IIT-KGP study", ''Times of India'' 25 February 2016.</ref> Excavations in these areas have found the [[ruins]] of cities geared variously towards trade, politics, or religion. Some had large, [[Urban density|dense populations]], but others carried out urban activities in the realms of politics or religion without having large associated populations.
 
Dalam suatu kota dikenal istilah [[Warta Kota|warga kota]]. Kegunaan istilah warga kota adalah untuk menentukan hak-hak yang berhak dimiliki seseorang di dalam suatu kota. Status warga kota tidak menggantikan status [[Kewarganegaraan|warga negara]], melainkan menegaskan keluasan statu yang menyempit dari nasional ke lokal. Pemberian status warga kota dimaksudkan untuk keperluan sosial dan bukan untuk keperluan wilayah. Hak atas kota yang dimiliki oleh warga kota merupakan hak untuk membuat berbagai [[Interaksi sosial|hubungan sosial]] sebagai penguasa ruang sosialnya dan untuk hidup sesuai keinginannya. Kewargaan kota didasarkan pada beberapa fungsi. Kota menjadi komunitas politik primer yang dihuni masyarakat urban sebagai kriteria keberanggotaan dan basis bagi mobilisasi politik. Fungsi lain kewargakotaan adalah untuk membentuk klaim hak atas pengalaman hidup perkotaan dan berbagai kinerja sebagai warga.{{Sfn|Sumandiyar, dkk.|2020|p=26}}
Among the early Old World cities, [[Mohenjo-daro]] of the Indus Valley civilization in present-day [[Pakistan]], existing from about 2600 BC, was one of the largest, with a population of 50,000 or more and a [[Sanitation of the Indus Valley civilisation|sophisticated sanitation system]].<ref>Kenoyer, Jonathan Mark (1998) ''Ancient Cities of the Indus Valley Civilization''. [[Oxford University Press]], Karachi and New York.</ref> [[Ancient Chinese urban planning|China's planned cities]] were constructed according to sacred principles to act as celestial [[Macrocosm and microcosm|microcosms]].<ref>Southall (1998), pp. 38–43.</ref>
 
== Keagamaan ==
The [[List of ancient Egyptian towns and cities|Ancient Egyptian cities]] known physically by archaeologists are not extensive.<ref name="Smith2002" /> They include (known by their Arab names) [[El Lahun]], a workers' town associated with the pyramid of [[Senusret II]], and the religious city [[Amarna]] built by [[Akhenaten]] and abandoned. These sites appear planned in a highly regimented and [[social stratification|stratified]] fashion, with a minimalistic grid of rooms for the workers and increasingly more elaborate housing available for higher classes.<ref>Moholy-Nagy (1968), pp. 158–161.</ref>
Suatu kota menjadi tempat terbentuknya komunitas keagamaan dari kalangan [[kelas menengah]]. Kehidupan keagamaan di dalam perkotaan cenderung [[Sekularisme|sekuler]] dan tidak peduli dengan agama. Perkotaan tidak terlalu mempertimbangkan aspek keagamaan dalam kegiatan urban. Kota cenderung mengutamakan kegiatan yang bersifat modern dan berkaitan dengan ekonomi yang melibatkan uang untuk perluasan [[modernitas]].{{Sfn|Faiz|2018|p=254}} Keberadaan kelas menengah di dalam kota membentuk kesalehan agama secara masif. Masyarakat kelas menengah cenderung hidup dengan yang berlandaskan kepada kemampuan ekonomi, sehingga membentuk gaya hidup masyarakat umum. Gaya hidup masyarakat kelas menengah turut memengaruhi gaya hidup masyarakat kelas bawah melalui peniruan.{{Sfn|Faiz|2018|p=255}}
 
== Bentuk kota ==
In Mesopotamia, the civilization of [[Sumer]], followed by [[Assyria]] and [[Babylon]], gave rise to numerous cities, governed by kings and fostering multiple languages written in [[cuneiform]].<ref>[[Robert McCormick Adams Jr.]], ''[https://oi.uchicago.edu/sites/oi.uchicago.edu/files/uploads/shared/docs/heartland_of_cities.pdf Heartland of Cities: Surveys of Ancient Settlement and Land Use on the Central Floodplain of the Euphrates] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181113035705/https://oi.uchicago.edu/sites/oi.uchicago.edu/files/uploads/shared/docs/heartland_of_cities.pdf |date=13 November 2018 }}''; University of Chicago Press, 1981; {{ISBN|0-226-00544-5}}; p. 2. "Southern Mesopotamia was a land of cities. It became one precociously, before the end of the fourth millennium B.C. Urban traditions remained strong and virtually continuous through the vicissitudes of conquest, internal upheaval accompanied by widespread economic breakdown, and massive linguistic and population replacement. The symbolic and material content of civilization obviously changed, but its cultural ambience remained tied to cities."</ref> The [[Phoenicia]]n trading empire, flourishing around the turn of the [[first millennium BC]], encompassed [[List of Phoenician cities|numerous cities]] extending from [[Tyre, Lebanon|Tyre]], [[Cydon]], and [[Byblos]] to [[Carthage]] and [[Cádiz]].
 
=== Spasial ===
In the following centuries, independent [[city-state]]s of [[Ancient Greece|Greece]], especially [[Classical Athens|Athens]], developed the ''[[polis]]'', an association of male landowning [[citizenship|citizens]] who collectively constituted the city.<ref name="tws2Y21">{{Cite book | last = Pocock | first = J.G.A. | title = The Citizenship Debates | publisher = The University of Minnesota | series = Chapter 2 – The Ideal of Citizenship since Classical Times (originally published in ''Queen's Quarterly'' 99, no. 1) | year = 1998 | location = Minneapolis, MN | page = 31 | url = https://books.google.com/books?id=i6U7CTuCJLYC&pg=PA31 | isbn = 978-0-8166-2880-3 | access-date = 11 November 2015 | archive-date = 9 June 2016 | archive-url = https://web.archive.org/web/20160609220358/https://books.google.com/books?id=i6U7CTuCJLYC&pg=PA31 | url-status = live }}</ref> The [[agora]], meaning "gathering place" or "assembly", was the center of athletic, artistic, spiritual and political life of the polis.<ref name="InternationalDictionary">{{cite book |title = International Dictionary of Historic Places: Southern Europe | last=Ring, Salkin, Boda | first=Trudy, Robert, Sharon | publisher = Routledge|date = 1 January 1996 | page = 66 | isbn=978-1-884964-02-2}}</ref> [[Rome]] was the first city that surpassed one million inhabitants. Under the authority of [[Roman Empire|its empire]], Rome transformed and [[List of cities founded by the Romans|founded]] many cities (''[[Colonia (Roman)|coloniae]]''), and with them brought its principles of urban architecture, design, and society.<ref>Kaplan et al. (2004), pp. 41–42. "Rome created an elaborate urban system. Roman colonies were organized as a means of securing Roman territory. The first thing that Romans did when they conquered new territories was to establish cities."</ref>
Pada masa [[kerajaan]] kuno hingga [[Abad Pertengahan|abad pertengahan]], bentuk kota mengikuti pola spasial. Bentuk kota spasial digunakan oleh kerajaan-kerajaan yang ada di [[Mesir]], [[Yunani]], [[Romawi Kuno|Romawi]], dan [[Tiongkok|China]]. Ciri utama dari bentuk kota spasial ialah adanya adanya pembatas berbentuk [[benteng]] dan [[pintu]] [[gerbang]] masuk. Kota benteng umumnya dijadikan sebagai pusat kegiatan masyarakat yang mempunyai pengaruh yang besar bagi keberlangsungan suatu kerajaan.{{Sfn|Umar|2018|p=5-6}} Benteng memiliki dinding-dinding pembatas yang membentuk pola spasial pada kota dan memisahkan kota dengan wilayah lain. Wilayah kota ditandai dengan adanya pintu gerbang yang menjadi akses untuk keluar dan masuk ke dalam kota. Pembangunan kota pada masa kerajaan-kerajaan dipusatkan pada [[keamanan]], sehingga musuh tidak dapat memasuki wilayah kekuasaannya dengan mudah saat perang terjadi.{{Sfn|Umar|2018|p=6}}
 
=== Fragmen spasial ===
In the ancient Americas, early urban traditions developed in the [[Andes]] and [[Mesoamerica]]. In the Andes, the first urban centers developed in the [[Norte Chico civilization]], [[Chavín culture|Chavin]] and [[Moche (culture)|Moche]] cultures, followed by major cities in the [[Huari culture|Huari]], [[Chimu]] and [[Inca]] cultures. The Norte Chico civilization included as many as 30 major population centers in what is now the [[Norte Chico (Peruvian region)|Norte Chico region]] of north-central coastal [[Peru]]. It is the oldest known civilization in the Americas, flourishing between the 30th and 18th centuries BC.<ref name="Shady1997">{{cite book |last=Shady Solís |first=Ruth Martha |author-link=Ruth Shady |title=La ciudad sagrada de Caral-Supe en los albores de la civilización en el Perú |url=http://sisbib.unmsm.edu.pe/Bibvirtual/Libros/Arqueologia/ciudad_sagrada/caratula.htm |access-date=3 March 2007 |year=1997 |publisher=UNMSM, Fondo Editorial |location=Lima |language=es |archive-date=7 February 2009 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090207051615/http://sisbib.unmsm.edu.pe/Bibvirtual/libros/Arqueologia/ciudad_sagrada/caratula.htm |url-status=live }}</ref> Mesoamerica saw the rise of early urbanism in several cultural regions, beginning with the [[Olmec]] and spreading to the [[Maya city|Preclassic Maya]], the [[Zapotec civilization|Zapotec]] of Oaxaca, and [[Teotihuacan]] in central Mexico. Later cultures such as the [[Aztec]], [[Andean civilization]], [[Maya peoples|Mayan]], [[Mississippian culture|Mississippians]], and [[Pueblo]] peoples drew on these earlier urban traditions. Many of their ancient cities continue to be inhabited, including major metropolitan cities such as [[Mexico City]], in the same location as [[Tenochtitlan]]; while ancient continuously inhabited Pueblos are near modern urban areas in [[New Mexico]], such as [[Acoma Pueblo]] near the [[Albuquerque metropolitan area]] and [[Taos Pueblo]] near [[Taos, New Mexico|Taos]]; while others like [[Lima]] are located nearby ancient [[Peru]]vian sites such as [[Pachacamac]].
Bentuk kota fragmen spasial merupakan modifikasi dari bentuk fisik kota spasial. Konsep dasar dari bentuk kota fragmen spasial didasarkan pada komunitas gerbang. Pada bentuk kota fragmen spasial, benteng-benteng di bagi menjadi kawasan-kawasan yang terpisah secara keruangan satu sama lain. Pembagian spasial kota ini terjadi secara sengaja maupun tidak disengaja dan membagi kawasan dalam beberapa [[Kelompok sosial|kelompok]] manusia. Pemisahan kawasan-kawasan di kota merupakan akibat dari ketidak-adilan bentuk kota spasial dalam bidang sosial. Komunitas gerbang membentuk kota fragmen spasial menjadi beberapa jenis pemukiman yaitu [[rumah bandar]], [[apartemen]], maupun super-blok. Permukiman komunitas gerbang berbentuk skala besar dengan [[infrastruktur]] yang mandiri. Berbagai kegiatan keagamaan, [[kesehatan]], ekonomi, [[olahraga]], dan [[pendidikan]] dilakukan di dalam kawasan. Dukungan kegiatan berupa keberadaan [[jalan]], [[air bersih]], [[drainase]], [[tempat pembuangan akhir]], [[sekolah]], [[listrik]], [[Pusat Kesehatan Masyarakat|pusat kesehatan]], [[pusat perbelanjaan]], pusat olahraga, dan tempat ibadah. Pemisahan diri kawasan komunitas gerbang terjadi karena adanya kemandirian dan kesanggupan untuk mengurus segala kebutuhan tanpa bantuan pihak luar. Selain itu, kawasan komunitas gerbang tidak terlalu terikat oleh aturan yang ditetapkan oleh [[Kekuasaan|otoritas]] lokal.{{Sfn|Umar|2018|p=7}}
 
== Pemukiman ==
[[Jenné-Jeno]], located in present-day Mali and dating to the third century BC, lacked monumental architecture and a distinctive elite social class—but nevertheless had specialized production and relations with a hinterland.<ref>McIntosh, Roderic J., McIntosh, Susan Keech. "Early Urban Configurations on the Middle Niger: Clustered Cities and Landscapes of Power," Chapter 5.</ref> Pre-Arabic trade contacts probably existed between Jenné-Jeno and North Africa.<ref name="Magnavita">{{cite journal|last=Magnavita|first=Sonja|title=Initial Encounters: Seeking traces of ancient trade connections between West Africa and the wider world|url=http://afriques.revues.org/1145?lang=en|journal=Afriques|issue=4|year=2013|access-date=13 December 2013|doi=10.4000/afriques.1145|doi-access=free|archive-date=15 December 2013|archive-url=https://web.archive.org/web/20131215165228/http://afriques.revues.org/1145?lang=en|url-status=live}}</ref> Other early urban centers in sub-Saharan Africa, dated to around 500 AD, include Awdaghust, Kumbi-Saleh the ancient capital of Ghana, and Maranda a center located on a trade route between Egypt and Gao.<ref>''[http://markuswiener.com/book_reviews.html?products_id=93&products_name=History%20of%20African%20Cities%20South%20of%20the%20Sahara History of African Cities South of the Sahara] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080124191535/http://markuswiener.com/book_reviews.html?products_id=93&products_name=History%20of%20African%20Cities%20South%20of%20the%20Sahara |date=24 January 2008 }}'' By Catherine Coquery-Vidrovitch. 2005. {{ISBN|1-55876-303-1}}</ref>
 
===Middle AgesPemukiman elite ===
Gagasan bentuk kota pada kerajaan-kerajaan diterapkan kembali pada pola pemukiman kota modern dengan sedikit perubahan. Pola pemukiman elite di kota berkembang seiring [[globalisasi]]. Para pengembang kota membuat pemukiman-pemukiman dengan model yang dipilih sendiri. Konsep yang umum ditemukan adalah pembatasan kawasan pemukiman dengan dinding pagar dan pintu gerbang sebagai jalur keluar masuk-kawasan. Keamanan dibentuk melalui keberadaan pos [[satuan pengamanan]], [[portal]], palang pintu, dan atribut penanda seperti “dilarang masuk” atau “tamu harap lapor”. Permukiman dengan pembatasan kawasan dan pemberian tanda keamanan disebut sebagai komunitas berpagar atau komunitas pintu gerbang.{{Sfn|Umar|2018|p=6-7}}
[[File:Vyborg SevernyVal3-5 006 8242.jpg|thumb|[[Vyborg]] in [[Leningrad Oblast]], [[Russia]] has existed since the 13th century]]
[[File:Monumentale torens in de binnenstad.jpg|thumb|Old town of [[Utrecht]], [[Netherlands]]]]
[[File:Holy Roman Empire 1648 Imperial cities.png|thumb|Imperial Free Cities in the Holy Roman Empire 1648]]
[[File:Haarlem-City-Map-1550.jpg|thumb|This map of [[Haarlem]], the Netherlands, created around 1550, shows the city completely surrounded by a [[defensive wall|city wall]] and [[moat|defensive canal]], with its square shape inspired by [[Jerusalem]].]]
 
=== Pemukiman kumuh ===
In the [[Fall of the Roman Empire|remnants of the Roman Empire]], [[Late Antiquity#Cities|cities of late antiquity]] gained independence but soon lost population and importance. The locus of power in the West shifted to [[Constantinople]] and to the [[Early Muslim conquests|ascendant Islamic civilization]] with its major cities [[Baghdad]], [[Cairo]], and [[Córdoba, Spain|Córdoba]].<ref>Kaplan et al. (2004), p. 43. "Capitals like Córdoba and Cairo had populations of about 500,000; Baghdad probably had a population of more than 1 million. This urban heritage would continue despite the conquests of the Seljuk Turks and the later Crusades. China, the longest standing civilization, was in the midst of a golden age as the Tang dynasty gave way—after a short period of fragmentation—to the Song dynasty. This dynasty ruled two of the most impressive cities on the planet, Xian and Hangzhou. / In contrast, poor Western Europe had not recovered from the sacking of Rome and the collapse of the western half of the Roman Empire. For more than five centuries a steady process of deurbanization—whereby the population living in cities and the number of cities declined precipitously—had converted a prosperous landscape into a scary wilderness, overrun with bandits, warlords, and rude settlements."</ref> From the 9th through the end of the 12th century, [[Constantinople]], capital of the [[Eastern Roman Empire]], was the largest and wealthiest city in Europe, with a population approaching 1 million.<ref>{{Cite book|last=Cameron|first=Averil|title=The Byzantines|page=47|url=https://books.google.com/books?id=59c6PSa5JCAC|publisher=John Wiley and Sons|year=2009|isbn=978-1-4051-9833-2|access-date=24 January 2015|archive-date=23 May 2020|archive-url=https://web.archive.org/web/20200523031336/https://books.google.com/books?id=59c6PSa5JCAC|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Laiou|first=Angeliki E.|title=The Economic History of Byzantium (Volume 1)|pages=130–131|year=2002|location=Washington, DC|publisher=Dumbarton Oaks|editor=Angeliki E. Laiou|chapter=Writing the Economic History of Byzantium|chapter-url=http://www.doaks.org/publications/doaks_online_publications/EHB.html|access-date=6 June 2012|archive-date=18 February 2012|archive-url=https://web.archive.org/web/20120218231151/http://www.doaks.org/publications/doaks_online_publications/EHB.html|url-status=dead}}</ref> The [[Ottoman Empire]] gradually gained [[List of cities conquered by the Ottoman Empire|control over many cities]] in the Mediterranean area, including [[Fall of Constantinople|Constantinople in 1453]].
[[Pemukiman kumuh]] adalah tempat tinggal bagi sebagian besar masyarakat berpendapatan rendah. Kualitas perumahan yang ada di pemukiman kumuh sangat buruk dan pelayanan dasar disediakan dengan jumlah yang sangat sedikit. Pemukiman kumuh mewakili [[kemiskinan]] kota dengan sangat jelas. Kata permukiman kumuh diartikan sebagai lingkungan perumahan yang baik tetapi mengalami penurunan kualitas akibat meningkatnya kepadatan penduduk yang merupakan masyarakat berpendapatan rendah.{{Sfn|UNESCAP dan UN-HABITAT|2008|p=2}} Di kota, pemukiman kumuh terbentuk di kota yang masih menerapkan sistem kepemilikan tradisional dan adat maupun pada pemukiman yang bersaing dalam ekonomi skala besar. Masyarakat berpendapatan rendah tidak mampu membeli rumah di suatu perumahan karena peningkatan harga sewa atau harga jual yang tdak terjangkau. Satu-satunya pilihan yang dimiliki oleh masyarakat berpendapatan rendah adalah membangun, membeli atau menyewa tempat tinggal yang relatif sempit dengan kualitas [[konstruksi]] yang buruk dan penyediaan pelayanan minimum di permukiman informal. Pilihan ini didasarkan pada penghematan biaya dan waktu yang berkaitan dengan kedekatan tempat tinggal dari sumber pekerjaan di kota. Kepadatan penduduk di pemukiman kumuh menciptakan lingkungan yang tidak sehat.Selain itu, pemukiman kumuh umumnya dibangun di lahan yang berbahaya karena rentan terdampak [[bencana alam]], berada di jalur [[kereta api]], pinggir jalan atau pinggir [[sungai]].{{Sfn|UNESCAP dan UN-HABITAT|2008|p=4}}
 
== Pengembangan ==
In the [[Holy Roman Empire]], beginning in the 12th century, [[free imperial city|free imperial cities]] such as [[Nuremberg]], [[Strasbourg]], [[Frankfurt]], [[Basel]], [[Zurich]], [[Nijmegen]] became a privileged elite among towns having won self-governance from their local lord or having been granted self-governanace by the emperor and being placed under his immediate protection. By 1480, these cities, as far as still part of the empire, became part of the [[Imperial Estates]] governing the empire with the emperor through the [[Imperial Diet (Holy Roman Empire)|Imperial Diet]].<ref>{{cite web|url=https://www.encyclopedia.com/history/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/free-and-imperial-cities|title=Free and Imperial Cities – Dictionary definition of Free and Imperial Cities|website=www.encyclopedia.com|access-date=29 May 2018|archive-date=29 May 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20180529203824/https://www.encyclopedia.com/history/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/free-and-imperial-cities|url-status=live}}</ref>
Setiap kota memiliki aspek kehidupan masyarakat yang berbeda-beda. Segala kepentingan manusia dipusatkan pelaksanaannya di dalam kota. [[Pengembangan masyarakat|Pengembangan]] kota-kota cenderung menjadi besar bila memiliki kegiatan ekonomi yang berjalan dengan baik. Kota-kota kecil yang ada di sekitar kota besar akan memiliki ketergantungan dalam mempertahankan kehidupan ekonominya.{{Sfn|Mulyandari|2011|p=1-2}}
 
== Urbanisasi ==
By the 13th and 14th centuries, some cities become powerful states, taking surrounding areas under their control or establishing extensive maritime empires. In Italy [[medieval commune]]s developed into [[Italian city-states|city-states]] including the [[Republic of Venice]] and the [[Republic of Genoa]]. In Northern Europe, cities including [[Lübeck]] and [[Bruges]] formed the [[Hanseatic League]] for collective defense and commerce. Their power was later [[Dutch–Hanseatic War|challenged]] and eclipsed by the [[Burgundian Netherlands|Dutch]] commercial [[History of urban centers in the Low Countries|cities]] of [[Ghent]], [[Ypres]], and [[Amsterdam]].<ref>Kaplan et al. (2004), pp. 47–50.</ref> Similar phenomena existed elsewhere, as in the case of [[Sakai, Osaka|Sakai]], which enjoyed a considerable autonomy in late medieval Japan.
{{Main|Urbanisasi}}
 
[[Urbanisasi]] adalah proses migrasi dari pedesaan ke perkotaan yang didorong oleh berbagai faktor politik, ekonomi, dan budaya. Sampai abad ke-18, ada keseimbangan antara populasi pertanian pedesaan dan kota-kota yang memiliki [[pasar]] dan manufaktur skala kecil.<ref>[https://www.academia.edu/26447633/The_Urbanization_and_Political_Development_of_the_World_System_A_comparative_quantitative_analysis The Urbanization and Political Development of the World System:A comparative quantitative analysis. ''History & Mathematics'' 2 (2006): 115–153] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190518123528/https://www.academia.edu/26447633/The_Urbanization_and_Political_Development_of_the_World_System_A_comparative_quantitative_analysis |date=18 May 2019 }}.</ref><ref name="FreyZimmer2001">William H. Frey & Zachary Zimmer, "Defining the City"; in Paddison (2001).</ref> Dengan adanya [[Revolusi Pertanian Britania|revolusi pertanian]] dan [[Revolusi Industri|industri]], penduduk perkotaan mulai bertumbuh pesat, baik melalui migrasi maupun melalui [[Transisi demografi|ekspansi demografi]]. Di [[Inggris]] proporsi penduduk yang tinggal di kota melonjak dari 17% pada tahun 1801 menjadi 72% pada tahun 1891.<ref name="urbanization">Christopher Watson, "[http://www.icup.org.uk/reports/ICUP601.pdf Trends in urbanization] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160305100017/http://icup.org.uk/reports/icup601.pdf |date=2016-03-05 }}", ''[http://www.icup.org.uk/icupindex.asp?CID=1 Proceedings of the First International Conference on Urban Pests] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171010005338/http://www.icup.org.uk/icupindex.asp?CID=1 |date=2017-10-10 }}'', ed. K.B. Wildey and William H. Robinson, 1993.</ref> Pada tahun 1900, 15% dari populasi dunia tinggal di kota.<ref>{{cite book|last1=Annez|first1=Patricia Clarke|last2=Buckley|first2=Robert M.|chapter=Urbanization and Growth: Setting the Context|chapter-url=http://www2.lawrence.edu/fast/finklerm/chapter1urban.pdf|title=Urbanization and Growth|editor1-last=Spence|editor1-first=Michael|editor2-last=Annez|editor2-first=Patricia Clarke|editor3-last=Buckley|editor3-first=Robert M.|isbn=978-0-8213-7573-0|year=2009|access-date=20 May 2017|archive-date=25 May 2017|archive-url=https://web.archive.org/web/20170525012907/http://www2.lawrence.edu/fast/finklerm/chapter1urban.pdf|url-status=live}}</ref> Daya tarik budaya kota juga berperan dalam menarik penduduk.<ref name=MoholyNagy1968p136>Moholy-Nagy (1968), pp. 136–137. "Why do anonymous people—the poor, the underprivileged, the unconnected—frequently prefer life under miserable conditions in tenements to the healthy order and tranquility of small towns or the sanitary subdivisions of semirural developments? The imperial planners and architects knew the answer, which is as valid today as it was 2,000 years ago. Big cities were created as power images of a competitive society, conscious of its achievement potential. Those who came to live in them did so in order to participate and compete on any attainable level. Their aim was to share in public life, and they were willing to pay for this share with personal discomfort. 'Bread and games' was a cry for opportunity and entertainment still ranking foremost among urban objectives.</ref>
In the first millennium AD, the [[Khmer Empire|Khmer]] capital of [[Angkor]] in [[Cambodia]] grew into the most extensive [[Pre-industrial society|preindustrial settlement]] in the world by area,<ref name="Evans PNAS">Evans ''et al.'', [http://www.pnas.org/content/104/36/14277 A comprehensive archaeological map of the world's largest preindustrial settlement complex at Angkor, Cambodia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170422171845/http://www.pnas.org/content/104/36/14277 |date=22 April 2017 }}, Proceedings of the National Academy of Sciences of the US, 23 August 2007.</ref><ref name="BBC News 2007">"[http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/6945574.stm Map reveals ancient urban sprawl] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071028014349/http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/6945574.stm |date=28 October 2007 }}", ''BBC News'', 14 August 2007.</ref> covering over 1,000 km<sup>2</sup> and possibly supporting up to one million people.<ref name="Evans PNAS" /><ref>[https://www.independent.co.uk/news/world/asia/metropolis-angkor-the-worlds-first-megacity-461623.html Metropolis: Angkor, the world's first mega-city] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110919133524/http://www.independent.co.uk/news/world/asia/metropolis-angkor-the-worlds-first-megacity-461623.html |date=19 September 2011 }}, The Independent, 15 August 2007</ref>
 
Urbanisasi dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika dan sejak tahun 1950-an juga terjadi di Asia dan Afrika. Divisi Kependudukan dari [[Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa]], melaporkan pada tahun 2014 bahwa untuk pertama kalinya lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di kota.<ref name="SenguptaUN2014">Somini Sengupta, "[https://www.nytimes.com/2014/07/11/world/more-than-half-the-global-population-growth-is-urban-united-nations-report-finds.html U.N. Finds Most People Now Live in Cities] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170705095538/https://www.nytimes.com/2014/07/11/world/more-than-half-the-global-population-growth-is-urban-united-nations-report-finds.html |date=5 July 2017 }}"; ''New York Times'', 10 July 2014. Referring to: United Nations Department of Economic and Social Affairs, Population Division; ''[https://esa.un.org/unpd/wup/ World Urbanization Prospects: 2014 Revision] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180706115325/https://esa.un.org/unpd/wup/ |date=2018-07-06 }}''; New York: United Nations, 2014.</ref>{{efn|Intellectuals such as [[H.G. Wells]], [[Patrick Geddes]] and [[Kingsley Davis]] foretold the coming of a mostly urban world throughout the twentieth century.<ref name=BrennerSchmid2013>Neil Brenner & Christian Schmid, "[http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1468-2427.12115/pdf The 'Urban Age' in Question] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170711083043/http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1468-2427.12115/pdf |date=11 July 2017 }}"; ''International Journal of Urban and Regional Research'' 38(3), 2013; {{doi|10.1111/1468-2427.12115}}.</ref><ref>McQuillin (1937/1987), §1.55.</ref> The United Nations has long anticipated a half-urban world, earlier predicting the year 2000 as the turning point<ref>"[https://esa.un.org/unpd/wup/Archive/Files/studies/United%20Nations%20(1980)%20-%20Patterns%20of%20Urban%20and%20Rural%20Population%20Growth.pdf Patterns of Urban and Rural Population Growth] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181113035655/https://esa.un.org/unpd/wup/Archive/Files/studies/United%20Nations%20(1980)%20-%20Patterns%20of%20Urban%20and%20Rural%20Population%20Growth.pdf |date=2018-11-13 }}", Department of International Economic and Social Affairs, Population Studies No. 68; New York, United Nations, 1980; p. 15. "If the projections prove to be accurate, the next century will begin just after the world population achieves an urban majority; in 2000, the world is projected to be 51.3 per cent urban."</ref><ref>Edouart Glissant (Editor-in-Chief), UNESCO "Courier" ("[http://unesdoc.unesco.org/images/0006/000634/063438eo.pdf The Urban Explosion] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170612024752/http://unesdoc.unesco.org/images/0006/000634/063438eo.pdf |date=12 June 2017 }}"), March 1985.</ref> and in 2007 writing that it would occur in 2008.<ref>{{cite web|url=http://www.un.org/esa/population/publications/wup2007/2007WUP_Highlights_web.pdf|title=World Urbanization Prospects: The 2007 Revision|access-date=29 June 2017|archive-date=13 August 2011|archive-url=https://web.archive.org/web/20110813042845/http://www.un.org/esa/population/publications/wup2007/2007WUP_Highlights_web.pdf|url-status=dead}}</ref> Other researchers had also estimated that the halfway point was reached in 2007.<ref>Mike Hanlon, "[http://newatlas.com/go/7334/ World Population Becomes More Urban Than Rural] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170628111021/http://newatlas.com/go/7334/ |date=28 June 2017 }}"; ''New Atlas'', 28 May 2007.</ref> Although the trend is undeniable, the precision of this statistic is dubious, due to reliance on national censuses and to the ambiguities of defining an area as urban.<ref name=BrennerSchmid2013 /><ref name=HugoEtAl2003>Graeme Hugo, Anthony Champion, & Alfredo Lattes, "[https://www.jstor.org/stable/3115228 Toward a New Conceptualization of Settlements for Demography] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200729082041/https://www.jstor.org/stable/3115228 |date=29 July 2020 }}", ''Population and Development Review'' 29(2), June 2003.</ref>}}
===Early modern===
 
[[File:Historical global urban - rural population trends.png|thumb|left|Grafik yang menunjukkan urbanisasi dari tahun 1950 diproyeksikan hingga 2050.<ref>{{cite web|url=https://esa.un.org/unpd/wup/|title=United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division (2014). World Urbanization Prospects: The 2014 Revision, CD-ROM Edition|archive-url=https://web.archive.org/web/20180706115325/https://esa.un.org/unpd/wup/|archive-date=2018-07-06|url-status=dead}}</ref>]]
In the West, nation-states became the dominant unit of political organization following the [[Peace of Westphalia]] in the seventeenth century.<ref>Curtis (2016), pp. 5–6. "In the modern international system, cities were subjugated and internalized by the state, and, with industrialization, became the great growth engines of national economies."</ref><ref name="Blomley2013" /> Western Europe's larger capitals (London and Paris) benefited from the growth of commerce following the emergence of an [[Atlantic Ocean|Atlantic]] trade. However, most towns remained small.
Amerika Latin adalah benua yang paling urban, dengan empat perlima penduduknya tinggal di kota, termasuk seperlima dari populasi yang dikatakan tinggal di [[kawasan kumuh]] ([[favela]], [[campamento (Chili)|poblaciones callampas]], dll.).<ref>Paulo A. Paranagua, "[https://www.theguardian.com/world/2012/sep/11/latin-america-urbanisation-city-growth Latin America struggles to cope with record urban growth] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160517055347/http://www.theguardian.com/world/2012/sep/11/latin-america-urbanisation-city-growth|date=17 May 2016}}" (), ''The Guardian'', 11 September 2012. Referring to [[UN-Habitat]], ''[http://www.citiesalliance.org/sites/citiesalliance.org/files/SOLAC-ProjectOutput.pdf The State of Latin American and Caribbean Cities 2012: Towards a new urban transition] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181113035703/http://www.citiesalliance.org/sites/citiesalliance.org/files/SOLAC-ProjectOutput.pdf|date=2018-11-13}}''; Nairobi: United Nations Human Settlements Programme, 2012.</ref> [[Batam]], [[Indonesia]], [[Mogadishu]], [[Somalia]], [[Xiamen]], [[Tiongkok]] dan [[Niamey]], [[Niger]], termasuk dalam kota-kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 5-8%.<ref>Helen Massy-Beresford, "[https://www.theguardian.com/cities/2015/nov/18/where-is-the-worlds-fastest-growing-city-batam-niamey-xiamen Where is the fastest growing city in the world?] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170515225754/https://www.theguardian.com/cities/2015/nov/18/where-is-the-worlds-fastest-growing-city-batam-niamey-xiamen |date=15 May 2017 }}"; ''The Guardian'', 18 November 2015.</ref> Secara umum, negara-[[Negara maju|negara-negara maju]] di "[[Global Utara]]" tetap lebih urban daripada [[Negara berkembang|negara-negara berkembang]] di "[[Global Selatan]]"—tetapi perbedaannya terus menyusut karena urbanisasi terjadi lebih cepat di negara-negara berkembang. Asia adalah benua dengan jumlah penduduk kota terbesar: lebih dari dua miliar dan terus bertambah.<ref name="FreyZimmer2001" /> PBB memperkirakan tambahan 2,5 miliar penduduk kota (dan penduduk desa yang berkurang 300 juta) di seluruh dunia pada tahun 2050, dengan 90% dari ekspansi penduduk perkotaan terjadi di Asia dan Afrika.<ref name="SenguptaUN2014" /><ref>Mark Anderson & Achilleas Galatsidas, "[https://www.theguardian.com/global-development/2014/jul/10/urban-population-growth-africa-asia-united-nations Urban population boom poses massive challenges for Africa and Asia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171010005936/https://www.theguardian.com/global-development/2014/jul/10/urban-population-growth-africa-asia-united-nations |date=10 October 2017 }}" ''The Guardian'' (Development data: Datablog), 10 July 2014.</ref>
 
[[File:2006megacities.svg|thumb|right|240px|Peta yang menunjukkan daerah perkotaan dengan setidaknya satu juta penduduk pada tahun 2006.]]
During the Spanish colonization of the Americas the old Roman city concept was extensively used. Cities were founded in the middle of the newly conquered territories, and were bound to several laws regarding administration, finances and urbanism.
[[Megakota]], kota-kota dengan populasi jutaan, telah bertambah menjadi puluhan, muncul terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.<ref>Kaplan et al. (2004), p. 15. "Global cities need to be distinguished from megacities, defined here as cities with more than 8 million people. […] Only New York and London qualified as megacities 50 years ago. By 1990, just over 10 years ago, 20 megacities existed, 15 of which were in less economically developed regions of the world. In 2000, the number of megacities had increased to 26, again all except 6 are located in the less developed world regions."</ref><ref>Frauke Kraas & Günter Mertins, "Megacities and Global Change"; in Kraas et al. (2014), p. 2. "While seven megacities (with more than five million inhabitants) existed in 1950 and 24 in 1990, by 2010 there were 55 and by 2025 there will be—according to estimations—87 megacities (UN 2012; Fig. 1). "</ref> Globalisasi ekonomi mendorong pertumbuhan kota-kota ini, karena aliran [[Modal finansial|modal]] asing baru menyebabkan industrialisasi yang cepat, serta [[alih keluar|relokasi bisnis besar]] dari Eropa dan Amerika Utara, menarik imigran dari segala penjuru.<ref>Frauke Kraas & Günter Mertins, "Megacities and Global Change"; in Kraas et al. (2014), pp. 2–3. "Above all, globalisation processes were and are the motors that drive these enormous changes and are also the driving forces, together with transformation and liberalisation policies, behind the economic developments of the last c. 25 years (in China, especially the so-called socialism with Chinese characteristics that started under Deng Xiaoping in 1978/1979, in India essentially during the course of the economic reform policies of the so-called New Economic Policy as of 1991; Cartier 2001; Nissel 1999). Especially in megacities, these reforms led to enormous influx of foreign direct investments, to intensive industrialization processes through international relocation of production locations and depending upon the location, partially to considerable expansion of the services sector with increasing demand for office space as well as to a reorientation of national support policies—with a not to be mistaken influence of transnationally acting conglomerates but also considerable transfer payments from overseas communities. In turn, these processes are flanked and intensified through, at times, massive migration movements of national and international migrants into the megacities (Baur et al. 2006).</ref> Jurang yang dalam membagi kaya dan miskin di kota-kota ini, yang biasanya memiliki elit super kaya yang tinggal di [[komunitas bergerbang]] dan sejumlah besar orang yang tinggal di perumahan di bawah standar dengan infrastruktur yang tidak memadai dan kondisi yang buruk.<ref>Shipra Narang Suri & Günther Taube, "Governance in Megacities: Experiences, Challenges and Implications for International Cooperation"; in Kraas et al. (2014), p. 196.</ref>
 
Kota-kota di seluruh dunia telah berkembang secara fisik seiring dengan pertumbuhan populasi, dengan peningkatan luas permukaannya, dengan penciptaan gedung-gedung tinggi untuk penggunaan perumahan dan komersial, dan dengan pengembangan di bawah tanah.<ref>Stephen Graham & Lucy Hewitt, "[https://www.researchgate.net/profile/Stephen_Graham11/publication/258175637_Getting_off_the_ground_On_the_politics_of_urban_verticality/links/57cebebb08ae83b3746222d1.pdf Getting off the ground: On the politics of urban verticality] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171010004828/https://www.researchgate.net/profile/Stephen_Graham11/publication/258175637_Getting_off_the_ground_On_the_politics_of_urban_verticality/links/57cebebb08ae83b3746222d1.pdf |date=10 October 2017 }}; ''Progress in Human Geography'' 37(1), 2012; {{doi|10.1177/0309132512443147}}.</ref><ref>Eduardo F.J. de Mulder, Jacques Besner, & Brian Marker, "Underground Cities"; in Kraas et al. (2014), pp. 26–29.</ref>
===Industrial age===
[[File:Tampere 1837.jpg|thumb|The industrial-based city of [[Tampere]] on the shores of the [[Tammerkoski]] rapids in 1837.]]
The [[Industrial Revolution|growth of modern industry]] from the late 18th century onward led to massive [[urbanization]] and the rise of new great cities, first in Europe and then in other regions, as new opportunities brought huge numbers of migrants from rural communities into urban areas. [[File:Old Gyumri 03.PNG|thumb|left|[[Diorama]] of old [[Gyumri]], [[Armenia]] with the [[Holy Saviour's Church, Gyumri|Holy Saviour's Church]] (1859–1873)]] [[File:Szent Bertalan utca a Kossuth Lajos utca felé nézve. Fortepan 721.jpg|thumb|Small city [[Gyöngyös]] in Hungary in 1938.]] England led the way as [[London]] became the capital of a [[British empire|world empire]] and cities across the country grew in locations strategic for [[manufacturing]].<ref>Kaplan et al. (2004), pp. 53–54. "England was clearly at the center of these changes. London became the first truly global city by placing itself within the new global economy. English colonialism in North America, the Caribbean, South Asia, and later Africa and China helped to further fatten the wallets of many of its merchants. These colonies would later provide many of the raw materials for industrial production. England's hinterland was no longer confined to a portion of the world; it effectively became a global hinterland."</ref> In the United States from 1860 to 1910, the [[History of rail transport|introduction of railroads]] reduced transportation costs, and large manufacturing centers began to emerge, fueling migration from rural to city areas.
 
Urbanisasi dapat menciptakan permintaan yang cepat untuk [[pengelolaan sumber daya air]], karena sumber air tawar yang sebelumnya baik menjadi digunakan secara berlebihan dan tercemar, dan volume [[air limbah]] mulai melebihi tingkat yang dapat dikelola.<ref name="Bakker2003">[[Karen Bakker]], "Archipelagos and networks: urbanization and water privatization in the South"; ''The Geographical Journal'' 169(4), December 2003; {{doi|10.1111/j.0016-7398.2003.00097.x}}. "The diversity of water supply management systems worldwide—which operate along a continuum between fully public and fully private—bear witness to repeated shifts back and forth between private and public ownership and management of water systems."</ref>
Industrialized cities became deadly places to live, due to health problems resulting from [[overcrowding]], [[occupational hazard]]s of industry, contaminated water and air, [[History of water supply and sanitation#Modern age|poor sanitation]], and communicable diseases such as [[typhoid]] and [[cholera]]. [[Factories]] and [[slum]]s emerged as regular features of the urban landscape.<ref>Kaplan et al. (2004), pp. 54–55.</ref>
 
== Lihat pula ==
===Post-industrial age===
* [[Kota kebun]]
In the second half of the twentieth century, [[deindustrialization]] (or "[[economic restructuring]]") in the West led to [[poverty]], [[homelessness]], and [[urban decay]] in formerly prosperous cities. America's "Steel Belt" became a "[[Rust Belt]]" and cities such as [[Decline of Detroit|Detroit]], Michigan, and [[Gary, Indiana]] began to [[Shrinking cities|shrink]], contrary to the global trend of massive urban expansion.<ref>Steven High, ''[https://archive.org/details/industrialsunset0000high/page/5 Industrial Sunset: The Making of North America's Rust Belt, 1969–1984]''; University of Toronto Press, 2003; {{ISBN|0-8020-8528-8}}. "It is now clear that the deindustrialization thesis is part myth and part fact. Robert Z. Lawrence, for example, uses aggregate economic data to show that manufacturing employment in the United States did not decline but actually increased from 16.8&nbsp;million in 1960, to 20.1&nbsp;million in 1973, and 20.3&nbsp;million in 1980. However, manufacturing employment was in relative decline. Barry Bluestone noted that manufacturing represented a decreasing proportion of the U.S. labour force, from 26.2 per cent in 1973 to 22.1 per cent in 1980. Studies in Canada have likewise shown that manufacturing employment was only in relative decline during these years. Yet mills and factories did close, and towns and cities lost their industries. John Cumbler submitted that 'depressions do not manifest themselves only at moments of national economic collapse' such as in the 1930s, but 'also recur in scattered sites across the nation in regions, in industries, and in communities.'"</ref> Such cities have shifted with varying success into the [[service economy]] and [[public-private partnerships]], with concomitant [[gentrification]], uneven [[urban renewal|revitalization efforts]], and selective cultural development.<ref name="Kaplan2004p164">Kaplan (2004), pp. 160–165. "Entrepreneurial leadership became manifest through growth coalitions made up of builders, realtors, developers, the media, government actors such as mayors, and dominant corporations. For example, in St. Louis, Anheuser-Busch, Monsanto, and Ralston Purina played prominent roles. The leadership involved cooperation between public and private interests. The results were efforts at downtown revitalization; inner-city gentrification; the transformation of the CBD to advanced service employment; entertainment, museums, and cultural venues; the construction of sports stadiums and sport complexes; and waterfront development."</ref> Under the [[Great Leap Forward]] and subsequent [[Five-year plans of China|five-year plans]] continuing today, [[China]] has undergone concomitant [[urbanization in China|urbanization]] and [[Chinese industrialization|industrialization]] and to become the world's leading [[manufacturing|manufacturer]].<ref>James Xiaohe Zhang, "Rapid urbanization in China and its impact on the world economy"; 16th Annual Conference on Global Economic Analysis, "New Challenges for Global Trade in a Rapidly Changing World", Shanhai Institute of Foreign Trade, 12–14 June 2013.</ref><ref>Ian Johnson, "[https://www.nytimes.com/2013/06/16/world/asia/chinas-great-uprooting-moving-250-million-into-cities.html China's Great Uprooting: Moving 250 Million Into Cities] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170829234450/http://www.nytimes.com/2013/06/16/world/asia/chinas-great-uprooting-moving-250-million-into-cities.html |date=29 August 2017 }}"; ''New York Times'', 15 June 2013.</ref>
* [[Kota (wilayah administratif)]]
* [[Kota administrasi]]
* [[Kota otonom]]
* [[Kotaraya]]
* [[Kota praja]]
* [[Kota madya]]
* [[Kabupaten dan kota di Indonesia]]
 
== Catatan ==
Amidst these economic changes, [[high technology]] and instantaneous [[telecommunication]] enable select cities to become centers of the [[knowledge economy]].<ref>Castells, M. (ed) (2004). ''The network society: a cross-cultural perspective''. London: Edward Elgar. (ebook)</ref><ref>Flew, T. (2008). ''New media: an introduction'', 3rd edn, South Melbourne: Oxford University Press</ref><ref>Harford, T. (2008) ''The Logic of Life''. London: Little, Brown.</ref> A new [[smart city]] paradigm, supported by institutions such as the [[RAND Corporation]] and [[IBM]], is bringing computerized [[Surveillance issues in smart cities|surveillance]], data analysis, and [[E-governance|governance]] to bear on cities and city-dwellers.<ref>Taylor Shelton, Matthew Zook, & Alan Wiig, "[https://academic.oup.com/cjres/article/doi/10.1093/cjres/rsu026/304403/The-actually-existing-smart-city The 'actually existing smart city'] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170603010442/https://academic.oup.com/cjres/article/doi/10.1093/cjres/rsu026/304403/The-actually-existing-smart-city |date=3 June 2017 }}", ''Cambridge Journal of Regions, Economy, and Society'' 8, 2015; {{doi|10.1093/cjres/rsu026}}.</ref> Some companies are building brand new [[land use planning|masterplanned]] cities from scratch on [[greenfield land|greenfield]] sites.
{{notelist}}
 
== Referensi ==
<references />
{{ref-list}}
 
== PranalaDaftar luarpustaka ==
 
# {{cite book|last=Faiz|first=Abd. Aziz|date=|year=2018|url=http://digilib.uin-suka.ac.id/40032/1/document.pdf|title=Muslimah Perkotaan|location=Yogyakarta|publisher=SUKA-Press|isbn=978-602-1326-53-4|edition=4|pages=|ref={{sfnref|Faiz|2018}}|url-status=live}}
Baris 115 ⟶ 189:
* Monti, Daniel J., Jr., ''The American City: A Social and Cultural History''. Oxford, England and Malden, Massachusetts: Blackwell Publishers, 1999. 391 pp.&nbsp;ISBN 978-1-55786-918-0.
* [[Lewis Mumford|Mumford, Lewis]], The City in History (1961)
* {{Cite book|last=O'Flaherty|first=Brendan|year=2005|title=City Economics|url=https://archive.org/details/cityeconomics0000ofla|place=Cambridge Massachusetts|publisher=[[Harvard University Press]]|isbn=0-674-01918-0|ref=harv|postscript=<!--None-->}}
* {{Cite book|last=Pacione|first=Michael|year=2001|title=The City: Critical Concepts in The Social Sciences|place=New York|publisher=[[Routledge]]|isbn=0-415-25270-9|ref=harv|postscript=<!--None-->}}
* Reader, John (2005) Cities. Vintage, New York.